Saya tidak membuka pendidikan apa-apa, hanya sekumpulan orang yang ingin belajar dari saya dan menyatakan ingin menjadi murid saya.
Meditasi salah satu pelajaran yang saya berikan juga, intinya pengembangan spiritual ke arah yang lebih baik.
Terima kasih penjelasannya..
Netral itu Anda artikan sebagai apa? Sudah saya jelaskan pengertiannya, tapi Anda tetap menggenggam pandangan Anda sendiri. Yang Anda yakini di atas itu keliru, sudah saya tulis bahwa ini sering dijadikan peringatan kepada para pembelajar Mahayana, tapi Anda tetap mengasosiasikan netral dan kosong seperti itu (seolah bebas berbuat apa saja, tak ada dampak lanjutannya). Ini seperti orang baru belajar spiritual, mana benar dan salah saja masih sulit membedakan, bagaimana mau meningkat ke tahap yang lebih tinggi (hakikat/mutlak)?
Tolong bongkar semua tulisan saya dan copaskan jika saya berpendapat bahwa Perbuatan Netral adalah bebas berbuat apa saja..
Netral itu adalah kesimpulan yang kita dapat setelah mengamati secara keseluruhan, bahwa sebuah tindakan itu lahir dari sebab-sebab yang lalu, bukan semata karena keputusan salah (sang Ibu) dalam hal ini. Kalau kita sebut Ibu itu tidak bijaksana, lebih tidak bijaksana lagi kita, sebab tidak melihat (mengabaikan) sebab-sebab lalu yang mengkondisikan peristiwa tersebut.
Kita sebagai manusia yang berakal-budi, tentu mengharapkan sosok Ibu itu ideal; sayang anak, penuh pengertian, penuh kebijaksanaan dan pengetahuan, dsb.
Celakanya, standar tersebut kita sematkan juga pada sang Ibu dalam kasus bakar anak tersebut. Kita tidak mempertimbangkan bagaimana pendidikan dan masa kecil sang Ibu, apakah memungkinkan beliau untuk mengerti dan memahami konsekuensi perbuatannya atau tidak, punya karakter cukup kuat untuk menghadapi masalah hidup atau tidak, dsb...
Terus terang saya pernah bahkan beberapa kali menghadapi kasus sulit seperti ini, walau tidak seekstrim kasus di atas. Kesimpulan saya, banyak hal yang kita kira bisa kita ubah jika saja "begini begitu" (jika ia paham dharma, jika dia berpengetahuan, jika dia... dlsb), tapi kembali lagi itu cuma harapan saja. Kenyataannya, kondisi keluarganya tidak memungkinkan ia untuk bahkan mengerti apa yang dia perbuat.
Anda sudah menjawab pengertian Perbuatan Netral versi anda. Terima kasih.
Sekarang giliran sy mendidik anda, mohon perhatikan baik2, krn hal ini sangat penting.
1.
- Anda menilai suatu perbuatan dari kacamata anda, dari kacamata pihak ke 2 atau pihak ke 3.
- Anda menilai suatu perbuatan dari sisi si penilai: apa yg mereka lakukan, salah-benar, apa sebabnya, dstnya
- Anda menilai suatu perbuatan dari faktor2 luar
2.
- Umat Buddha diajarkan untuk selalu menilai suatu perbuatan dari sisi batin si pelaku sendiri.
- Apa itu? Yaitu: faktor mental apa yg mendorong ia melakukan perbuatan itu. Apakah krn kemarahan, krn putus-asa, krn mengambil jalan pintas, krn malu, krn kekejaman, krn ketamakan? dstnya..
- Kenapa batinnya dalah penentu? Karena batin2 yg mendorong perbuatan ini yg akan membentuk karakternya yg baru, yg akan berakibat pada batinnya juga, akan berbuah dalam bentuk bahagia-derita, akan membentuk batinnya mengarah ke akhir dukkha atau sebaliknya.
- Menilai suatu perbuatan dari sebab2 lampaunya, kondisi2 yg menunjangnya, kenapa ia bisa melakukan hal tsb, latar belakangnya, hanya berguna dari kacamata si penilai. Tidak lebih.
- dari sisi si pelaku, KEPUTUSAN yg ia ambillah yg menjadi kamma nya dan akan berbuah nantinya
Kita umat Buddha, selalu melatih diri untuk memperhatikan batin kita sewaktu melakukan suatu perbuatan, kita melatih diri untuk INSIDE-OUT (bagaimana reaksi gw? gw marah ni.. oh, gw nafsu nih..)
Kebalikannya, umat agama lain, dan kita sendiri sebenarnya terbiasa menilai segala sesuatu dari OUTSIDE-IN, yakni: apa yg mereka lakukan padaku? Siapa yg melakukannya? Apa sebabnya? Kenapa mereka melakukannya padaku? Ia menggodaku..
Mungkin penjelasan di atas terlalu rumit dan sulit Anda pahami. Coba ambil contoh kecil saja:
Jika Anda melihat sebuah batu melayang ke arah sebuah kaca mobil, apa reaksi Anda pertama?
Reaksi yang sangat mungkin: "Wah, siapa yang begitu kurang berpengetahuan melempar batu sebesar bola golf ini ke arah kaca mobil?"
Namun, setelah Anda memutar kepala dan melihat darimana arah batu tersebut, yang ternyata berasal dari seorang anak balita (kebetulan keponakan saya juga cukup hiperaktif dan bisa melakukan perbuatan seperti ini) maka perasaan kaget campur jengkel Anda seketika itu juga sirna... "Oh, hanya anak kecil... Wajar..."
Contoh ini tidak relevan dengan pembahasan kita soal kamma-aktif, kamma dalam bentuk perbuatan
Di contoh ini yg aktif melakukan perbuatan adalah si anak kecil yg melempar batu.
Contoh Hitler dibawah ini masih relevan dengan pembahasan kita...
Begitu juga, dalam kasus Ibu atau Hitler tersebut, yang kita lihat hanyalah kondisi yang tidak memungkinkan ia untuk berpikir lebih dalam... dan hasil dari akumulasi semua kondisi tersebut, adalah "bakar anak". Maka secara matematis, jika memang elemennya ada 1+2-1+5, maka secara pasti hasilnya sudah tentu 7. Ini yang saya sebut netral, setelah mengamati semua kondisi pendukung, maka perbuatan itu sendiri tidak merupakan kesalahan siapa-siapa (apalagi kesalahan si Ibu belaka), melainkan akumulasi dari semua sebab-sebab lalu dan kondisi pendukung.
IMO, anda salah memahami hukum sebab-akibat.
Pemikiran anda -bahwa semua perbuatan kita sekarang adalah hasil kamma lampau kita- similar dengan konsep bahwa hidup ini sudah takdir, nasib, diatur oleh tuhan/diatur oleh kamma lampau kita. ini konsep FATALISM.
Logikanya, kalau semua keputusan dan perbuatan kita sekarang diakibatkan kamma lampau kita, sehingga semua perbuatan kita sekarang adalah netral, tidak berimbas apapun, bagaimana perbuatan ini akan menjadi penentu masa depan kita?
Motivasi kita, cetana kita sewaktu melakukan suatu perbuatan, Tidaklah Netral, kita mempunyai PILIHAN dan KEPUTUSAN.
Kondisi pendukung -seperti yg anda tulis- memang berpengaruh bagi kita dalam mengambil keputusan, tapi KEPUTUSAN yg kita ambil atas pilihan2 yg ada, tetap menjadi kamma kita. Apapun kondisi pendukungnya, tidak akan menjadikan perbuatan kita netral.
Misalkan kasus si Ibu: Ia membakar diri dan anak2nya krn niat mulia, krn latar belakangnya tidak berpendidikan, krn faktor ekonomi, krn lecehan masyarakat sekitar, dsbnya... semua faktor pendukung yg bisa dimaklumi ini, tidak lantas membuat perbuatan yg diambil si ibu tsb menjadi netral (atau bahkan perbuatan mulia/baik).
Jangan lupa, tetangga dan keluarga yang apatis juga turut menyumbang peran atas peristiwa itu untuk terjadi (ini banyak saya lihat di forum-forum berita, sifat introspektif dari elemen masyarakat, daripada sekedar menjatuhkan vonis bahwa ini salah mutlak Ibunya, sebab kurang bijaksana, dlsb).
Sudah jelas?
Ini penjelasan terakhir saya (terkait topik netral dan Ibu bakar anak). Jika masih belum mengerti juga, mungkin memang saya kurang mahir menjelaskan (untuk ini mohon dimaafkan sebesar-besarnya).
Cukup jelas bagi saya,
- Anda berpandangan bahwa suatu perbuatan dikarenakan sebab2 lampau dan kondisi2 pendukung lain, sehingga perbuatan tsb adalah NETRAL
- Saya berpandangan bahwa suatu perbuatan adalah KEPUTUSAN si pelaku, sehingga perbuatan TIDAK lah netral.
::