//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia  (Read 5673 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline pengelana_abadi

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 653
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • walking on the path of Dhamma
Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« on: 20 December 2013, 04:53:46 AM »
"Tidak boleh terjadi seseorang tidak melanjutkan pendidikan karena ia miskin"

Mari kita berbuat baik kepada sesama dengan menjadi orang tua asuh untuk anak2 yang membutuhkan _/\_

Saya sendiri sudah menjadi orang tua asuh untuk beberapa anak melalui yayasan anak anak terang.
Saya sedih melihat masih ada puluhan anak2 yang belum dapat orang tua asuh.
mau bantu semua, tapi duit tidak cukup  :'(


Anak Anak Terang (AAT) adalah Komunitas Beasiswa yang menaungi siapa saja yang mempunyai kepedulian yang sama pada anak-anak yang kurang beruntung di bidang pendidikan formal. AAT mempunyai misi untuk memberikan pelayanan beasiswa pendidikan formal bagi anak-anak asuh sekaligus mendampingi anak-anak asuh dengan perhatian serta kasih sayang sehingga anak-anak asuh dapat menyelesaikan pendidikan formal dengan baik.
http://anakanakterang.web.id/web/

Semua volunter AAT tidak dibayar.
Jadi kita bisa yakin bahwa donasi kita murni untuk anak2 asuh kita :)

masih banyak calon anak asuh yang membutuhkan donatur :
Spoiler: ShowHide

posisi data 17 des 2013 :

Daftar Anak Asuh yang Belum Mempunyai Orangtua Asuh (Donatur)
No. Nama Lengkap Nama Komunitas Kelas SPP Bulanan Detail
1 Indah Purnamita SMK BOPKRI Samigaluh X Rp 100000 ,00 [Detail]
2 April Basnanda SMK BOPKRI Samigaluh X Rp 100000 ,00 [Detail]
3 Evi Lutviani SMK Kimia Industri T XI Rp 100000 ,00 [Detail]
4 Meyta Rahmatika SMK Kimia Industri T X Rp 100000 ,00 [Detail]
5 Yusnita Ardiana SMK Kimia Industri T X Rp 100000 ,00 [Detail]
6 Yulius Nanda Kristiawan SMK Kimia Industri T XI Rp 100000 ,00 [Detail]
7 Sicilya Analisa Monemnasi SMK Kimia Industri T XI Rp 100000 ,00 [Detail]
8 Petrus Bayu Setya W SMK Kimia Industri T X Rp 100000 ,00 [Detail]
9 Gebby Uma Parvati Sasmill SMK Kimia Industri T XI Rp 100000 ,00 [Detail]
10 Merlina Esa Pradigma SMK Kimia Industri T X Rp 100000 ,00 [Detail]
11 Irva Oktaviana SMK Kimia Industri T XI Rp 100000 ,00 [Detail]
12 Wenti Tri Anjani SMK Kimia Industri T XI Rp 100000 ,00 [Detail]
13 Petrus Oky Prakoso SMK St. Fransiskus S XII Rp 100000 ,00 [Detail]
14 Nobertus Alvin Dewantara SMK St. Fransiskus S XII Rp 100000 ,00 [Detail]
15 Ni Wayan Sri Agustini SMK St. Fransiskus S XI Rp 100000 ,00 [Detail]
16 Diyah Tri Kumalawati SMK St. Fransiskus S XII Rp 100000 ,00 [Detail]
17 Devi Christiana Putri SMK St. Fransiskus S XII Rp 100000 ,00 [Detail]
18 Novan Tri Wibowo SMK St. Fransiskus S XII Rp 100000 ,00 [Detail]
19 Fransisca Anggraini SMA Stella Duce Bant X Rp 100000 ,00 [Detail]
20 Anastasia Suratmi SMA Stella Duce Bant X Rp 100000 ,00 [Detail]
21 Laurentia Swardani Eka Pa SMA Stella Duce Bant X Rp 100000 ,00 [Detail]
22 Sesilia Noventyas Eka Wid SMA Stella Duce Bant X Rp 100000 ,00 [Detail]
23 Bernadus Tatag Nugroho SMA Stella Duce Bant X Rp 100000 ,00 [Detail]
24 Felix Kiki Owi Setiawan SMA Stella Duce Bant X Rp 100000 ,00 [Detail]
25 Ninaningrum Lingkungan St. Anna X Rp 75000 ,00 [Detail]
26 Evi Windari Lingkungan St. Anna X Rp 75000 ,00 [Detail]
27 Pipit Nofiana Lingkungan St. Anna X Rp 75000 ,00 [Detail]
28 Dita Chandra Putri N. Lingkungan St. Anna X Rp 75000 ,00 [Detail]
29 Ani Saputri Lingkungan St. Anna X Rp 75000 ,00 [Detail]
30 Eni Futrihana SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
31 Dwi Kartika Rahayu SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
32 Clara Marselina SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
33 Ervina Novalia SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
34 Ardina Pungky Dewani SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
35 Loh Chu Peng SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
36 Septian Rachma Dewi SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
37 Gregorius Aldo Fris Artog SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
38 Steva Sheilla Pricillia SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
39 Yoga Dwi Prasetya SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
40 Like Fajarnian SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
41 Anindya Permana Putri Pra SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
42 Sulistyo SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
43 Kurniawan Rahardjo SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
44 Brigita Penta Febri Dytya SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
45 Ignatia Claudia Artha Dew SMA Sint Louis Semar X Rp 100000 ,00 [Detail]
46 Henri Setiawan SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
47 Bernadeta Riski Kristiyan SMA Sint Louis Semar XI Rp 100000 ,00 [Detail]
48 Afrizal Fikri Kurniawan SMP Yos Sudarso Soka VII Rp 65000 ,00 [Detail]
49 Shella Cintya Bella SMP Yos Sudarso Soka IX Rp 65000 ,00 [Detail]
50 Ferdian Hendrik Saputra SMP Yos Sudarso Soka VII Rp 65000 ,00 [Detail]
51 Riza Rohmadini SMP Yos Sudarso Soka VII Rp 65000 ,00 [Detail]
52 Soni Gunawan Prasuteja SMP Yos Sudarso Soka VII Rp 65000 ,00 [Detail]
53 Riri Indriani SMP Yos Sudarso Soka VII Rp 65000 ,00 [Detail]
54 Nisa Hartini SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
55 Aisyah Ainun Isso'ur Roch SMK Triatma Jaya Sem XI Rp 100000 ,00 [Detail]
56 Natalia Novitasari SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
57 Gita Laras Sati SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
58 Michael Hardiman SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
59 Diah Mustiningsih SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
60 Ina Tri Lestari SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
61 Irdina Sri Wulandari SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
62 Wahyu Perwita Aji SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
63 Inggrid Chintya Dewi SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
64 Dian Tri Nuryatin SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
65 Rizky Fajar Ramadhan SMK Triatma Jaya Sem XI Rp 100000 ,00 [Detail]
66 M. Taufik Setyawan Ashari SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
67 Ira Atma Kristiana SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
68 Anang Jati Prasetyo SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
69 Iqlima Kaistawari SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
70 Debby Wijayanti Hapsari SMK Triatma Jaya Sem XI Rp 100000 ,00 [Detail]
71 Auliana Mustaniroh SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
72 Istiana Puji Rahayu SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
73 Ricky Andika SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
74 Rosita Natalia SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
75 Maria Puspita Dewi SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
76 Nila Adelia SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
77 Apriliani Safitri SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
78 Wahyu Inawati SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
79 Friska Ayu Novita Sari SMK Triatma Jaya Sem X Rp 100000 ,00 [Detail]
80 Aditya Ayu Maharani SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
81 Nia Kurnia SMK Triatma Jaya Sem XII Rp 100000 ,00 [Detail]
82 Octavia Maya Abriliani SD Santo Antonius 1 VI Rp 50000 ,00 [Detail]
83 Nikolas Acarya Prasida C SD Santo Antonius 1 VI Rp 50000 ,00 [Detail]
84 Lerianto Gawa Putra SD Santo Antonius 1 V Rp 50000 ,00 [Detail]
85 Anastasya Kusuma Dewi SD Santo Antonius 1 V Rp 50000 ,00 [Detail]
86 Stevany Olivia SD Santo Antonius 1 V Rp 50000 ,00 [Detail]
87 Nehemia Teguh Trimulyo SMA Pangudi Luhur Sa XII Rp 100000 ,00 [Detail]
88 Ajeng Laras Saputri SMA Pangudi Luhur Sa XI Rp 100000 ,00 [Detail]
89 Monica Melani SMA Pangudi Luhur Sa XII Rp 100000 ,00 [Detail]
90 Hu Mei Syah Wijayanti SMA Pangudi Luhur Sa X Rp 100000 ,00 [Detail]
91 Sumaeti SMA Pangudi Luhur Sa X Rp 100000 ,00 [Detail]
92 Defara Aryaningrum SMA Pangudi Luhur Sa X Rp 100000 ,00 [Detail]


Bila tertarik, silakan buat akun di alamat web diatas
nanti adminnya akan mengirimkan username dan password ke email kita.
Setelah itu kita bisa melihat semua profil calon anak asuh dan biaya yang mereka butuhkan.
Kita tinggal milih aja mau bantu yang mana :)

Setiap akhir semester, kita akan mendapatkan laporan nilai dan kegiatan yang diikuti oleh anak asuh yang kita bantu.

[mod]Judul thread dirubah, agar lbh informatif.. Tidak perlu share link terlalu banyak, copas saja data calon anak asuh yang dimaksud..[/mod]
« Last Edit: 20 December 2013, 12:21:46 PM by Elin »
^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

Offline pengelana_abadi

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 653
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • walking on the path of Dhamma
Re: Puluhan calon anak asuh menanti bantuan teman-teman
« Reply #1 on: 20 December 2013, 05:08:16 AM »
"Saya akan belajar sungguh-sungguh untuk memberikan yang terbaik buat orang tua serta donatur yang telah membiayai saya dan mempercayai saya untuk menjadi anak asuh mereka. Meskipun belum dapat mengenal siapa donatur yang telah mau membiayai namun saya mengucapkan terima kasih, sebab para donatur telah mau berbagi dengan menyisihkan sebagian rejekinya guna membiayai pendidikan saya."
Putri Krismawati http://anakanakterang.web.id/web/saya-berikan-prestasi-terbaik/

" “Meski hari ini saya tidak sampai sekolahan karena ibu saya belum bisa melunasi uang SPP yang menunggak, namun saya tetap sekolah. Saya harus sekolah. Saya ingin pintar. Saya malu karena baju seragam saya sobek dan hanya satu-satunya itu yang saya punya. Kemarin dan hari ini saya harus mencari bunga Kamboja karena itulah sumber nafkah keluarga kami agar kami tetap bisa makan.”
Satria http://anakanakterang.web.id/web/bagaimana-saya-bisa-sekolah/

“Saya sekarang bisa lebih konsentrasi dan focus belajar dengan semangat berkat AAT, dahulu saya putus asa karena setiap mau membayar ibu saya hutang tetangga dan saya kadang menerima dengan sedih. Sekarang berkat AAT tidak lagi” – Maria Dwi Jayanti (XII Ak)  http://anakanakterang.web.id/web/testimoni-murid-smk-sanjaya-pakem/

^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

Offline neutral

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.510
  • Reputasi: 89
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #2 on: 20 December 2013, 03:06:10 PM »
up up up
Be it one day or a hundred day..Say good bye..it's hearbeat..no one ever prepared

Offline pengelana_abadi

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 653
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • walking on the path of Dhamma
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #3 on: 25 December 2013, 05:35:53 AM »
Mari kita sebarkan kasih sayang kepada semua makhluk hidup dengan membantu mereka, menjadi orang tua asuh mereka  ^:)^

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HARI itu, 8 Desember 2013, adalah hari terakhir survei sekolah dan wawancara calon anak asuh Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia di sekolah-sekolah wilayah eks Keresidenan Madiun. Sekolah yang mendapatkan giliran terakhir untuk disurvei ini adalah SMPK Garuda Parang, Magetan. Banyak cerita yang membuat saya senang, sedih, terharu, kagum, bahkan sampai terheran-heran.

Salah satu cerita yang membuat saya terharu dan kagum adalah cerita tentang salah satu siswi kelas VIII. Dia adalah salah satu siswi hebat yang membuat saya semakin bersyukur atas hidup ini. Wajahnya manis meskipun kulitnya terlihat gelap. Tubuhnya kecil dengan rambut panjang yang diikat rapi. Matanya lentik, bibir tipis, dan hidung yang agak mancung. Menurut saya, dia cukup cantik meskipun kulitnya hitam.

“Namanya Ayu ya, Dek?” tanya saya memulai wawancara (nama disamarkan)

“Iya, Mbak,” jawabnya dengan senyum yang terlihat tulus.

“Ayu kelas berapa?”

“Kelas delapan, Mbak,” balasnya dengan sangat sopan.

Berbicara dengan calon anak asuh AAT yang sopan itu rasanya menyenangkan sekali. Rasanya tidak sabar ingin mendengarkan cerita-cerita mereka yang seru.

“Ayu saudaranya berapa?”

“Lima, Mbak?”

“Lima?” saya sedikit kaget dan ingin bertanya lebih banyak lagi.

“Yang nomor satu kemana, Dek?” saya mulai penasaran.

“Sudah kerja, Mbak,” jawabnya pelan.

“Terus yang nomor dua?”

“Kerja juga, Mbak.”

“Yang nomor tiga?”

Dia diam dan mulai berkaca-kaca, saya pun menjadi semakin penasaran. Namun saya mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Kamu yang nomor empat ya Dek?”

“Iya, Mbak,” jawabnya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

“Berarti kamu masih punya adik?”

“Iya, Mbak, adik saya berumur satu setengah tahun.”

“Kakakmu yang nomor tiga ke mana ya, Dek?” saya mengulangi pertanyaan yang belum terjawab tadi dengan lebih halus.

“Kakak saya sudah meninggal, Mbak. Setahun yang lalu. Padahal dia adalah kakak saya yang paling saya sayangi. Hanya dia yang bisa mengerti saya. Saya sangat menyayanginya, Mbak.”

 

Airmatanya mulai tumpah. Saya mencoba menenangkannya. Setelah sudah sedikit tenang, saya mulai bertanya kembali.

 

“Kalau kakak boleh tahu, kakakmu meninggalnya kenapa?”

“Kakak saya meninggalnya dilindas truk, Mbak.”

“Deg..” Jantung saya rasanya berhenti berdetak, sesak, dan saya pun mulai menarik nafas dalam-dalam.

“Semenjak ditinggal kakak, kehidupan saya langsung berubah, Mbak. Selama ini yang membiayai sekolah saya adalah kakak saya yang nomor tiga. Kakak-kakak saya yang lain kurang peduli pada saya. Setelah lulus SD, kakak saya yang nomor satu dan dua bekerja sendiri-sendiri dan kini sudah berumah tangga. Kakak saya yang nomor tigalah yang bekerja demi sekolah saya. Dan setelah kepergian kakak saya, kehidupan saya hancur, Mbak”.

 

Dia menangis kembali. Sebisa mungkin saya menahan air mata saya. Saya tidak mau menunjukkan kesedihan saya.

 

“Sabar ya, Dek. Janganlah merasa hancur. Kehidupanmu masih panjang. Masih banyak hal yang bisa kamu lakukan, masih banyak yang harus kamu perjuangkan. Kepergian kakakmu pasti ada hikmahnya untuk kamu. Dan Tuhan tahu kamu adalah perempuan yang kuat. Kamu pasti bisa mengahadapi semua ini”.

“Iya, Mbak. Saya akan terus berjuang demi cita-cita saya dan demi cita-cita kakak saya”.

“Apa cita-cita kakak kamu?”

“Kakak saya ingin saya sekolah sampai SMA, Mbak. Karena itu dulu kakak saya berjuang mati-matian demi membiayai sekolah saya. Dan setelah kakak saya meninggal, saya ingin sekali mewujudkan cita-citanya. Tetapi saya tidak tahu bagaimana caranya agar saya bisa melanjutkan sekolah saya”.

“Bagaimana dengan Bapakmu, Dek? Beliau kan masih bisa membiayai kamu”

“Bapak saya hanya petani kecil, Mbak. Sawahnya cuma satu petak dan hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja”

“Bagaimana dengan ibu kamu?”

“Ibu tidak bekerja. Di rumah mengurus adik saya”

“Berarti hanya bapakmu yang mencari nafkah?”

“Tidak, Mbak. Saya juga ikut membantu Bapak mencari nafkah”

“Lho, kamu kerja? Kerja apa, Dek?”

“Setiap pulang sekolah, saya mengumpulkan bunga Kamboja yang ada di kuburan”

“Buat apa bunga Kambojanya?”

“Buat dijual, Mbak. Biasanya saya sampai maghrib mengumpulkan bunga Kamboja. Sepulang dari mencari bunga Kamboja, saya mencari rumput untuk makan kambing nenek saya. Biasanya saya bawa senter. Malamnya, sekitar pukul sembilan, saya biasanya belajar sampai jam sebelas”

 

Saya tercekat dan langsung terdiam. Saya tidak bisa lagi berkata apa-apa. Sungguh, adik ini membuat saya kagum. Dengan usia yang masih terbilang remaja, ia harus mencari nafkah untuk membantu orang tuanya. Saya kira kisah seperti ini hanya ada dalam sinetron atau dalam acara televisi saja. Namun ternyata saya mendengar sendiri kisah itu dari siswi ini.

 

“Kamu tidak takut Dek di kuburan malam-malam? Nanti kalau kamu digigit setan gimana? Kalau ada yang loncat-loncat gimana?” lelucon saya untuk mencoba mencairkan suasana.

“Tidak, Mbak. Demi cita-cita kakak saya, saya akan terus berjuang dan tidak akan menyerah”

Saya pikir saya bisa sedikit menghiburnya dengan guyonan saya. Ternyata dia tetap berbicara dengan serius sambil mengusap air matanya.

 

“Biasanya sehari dapat seberapa bunga Kambojanya, Dek? Harganya berapa?” saya mulai melanjutkan pertanyaan saya.

“Sehari dapat satu kresek kecil, Mbak. Kalau sedang musim berbunga seperti ini biasanya saya dapat lebih banyak. Sampai rumah bunga-bunga itu saya jemur dan saya kumpulkan sampai satu kilogram. Setelah itu saya jual dengan harga lima puluh ribu”

“Wah, banyak dong Dek lima puluh ribu. Itu berapa hari sekali dapat lima puluh ribu?”

“Sebulan sekali, Mbak. Itu pun kalau sudah terkumpul satu kilogram”

“Haa ..! Sebulan?”

Saya hanya tertegun keheranan.

“Iya, Mbak. Dan uangnya saya berikan pada ibu untuk belanja sehari-hari”

“Mengapa tidak kamu pakai untuk uang jajan kamu saja, Dek?”

“Tidak, Mbak. Kasihan ibu. Ibu tidak bekerja dan bapak juga hanya bisa memberi uang sedikit”

“Terus bagaimana dengan uang jajanmu?”

“Saya jarang jajan. Kalaupun ingin jajan, saya akan mengambil sedikit uang dari hasil menjual bunga Kamboja. Kadang lima ratus kadang seribu”

“Uang lima ratus memang cukup untuk jajan, Dek?”

“Cukup kok Mbak. Untuk beli permen yang akan saya bagi dengan adik saya”

“Baik sekali hatimu Dek. Mbak bangga sama kamu. Jangan pernah putus asa ya. Tuhan tidak akan membuat apa yang kamu perjuangkan menjadi sia-sia”

“Iya, Mbak”

 

Cerita demi cerita saya dengarkan sendiri darinya. Bagaimana perjuangannya yang harus berjalan kaki kiloan meter setiap hari karena tidak punya kendaraan yang bisa dipakai, bagaimana perjuangannya yang setiap hari mengumpulkan bunga Kamboja yang hasilnya tak seberapa, bagaimana perjuangannya menghadapi kerasnya hidup, menahan kesedihan atas kepergian kakaknya yang sangat ia sayangi, menahan kekasaran bapaknya, dan menahan semua rasa sakit dalam hati dan tubuhnya. Saya sangat kagum padanya. Dia yang begitu polosnya dengan ikhlas membantu bapaknya mencari nafkah. Padahal dia sering mendapat perlakuan kasar dari bapaknya. Tetapi menurutnya, semua perlakuan kasar yang diterimanya adalah untuk kebaikan dirinya juga. Sejahat apapun bapaknya, ia tetap menyayangi kedua orang tuanya. Kebaikan hatinya yang begitu tulus itu telah membuka hati saya untuk lebih peduli lagi dan lebih bersyukur atas kehidupan ini.

“Saya yakin, nanti kamu pasti bahagia, Dek. Kamu layak mendapatkan kebahagiaan itu. Mungkin saat ini hidupmu tak seindah kilauan permata. Namun kebaikan hatimu, melebihi harumnya bunga Kamboja. Tetap semangat ya, Dek. Tuhan tidak akan membiarkanmu terus merana. Karena kuncup bunga akan mekar dan mewangi pada waktunya..” ucap saya dalam hati sembari mengingat wajah tulus Ayu, gadis manis pencari Kamboja.

 
^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #4 on: 25 December 2013, 10:15:02 AM »
Mari kita sebarkan kasih sayang kepada semua makhluk hidup dengan membantu mereka, menjadi orang tua asuh mereka  ^:)^

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HARI itu, 8 Desember 2013, adalah hari terakhir survei sekolah dan wawancara calon anak asuh Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia di sekolah-sekolah wilayah eks Keresidenan Madiun. Sekolah yang mendapatkan giliran terakhir untuk disurvei ini adalah SMPK Garuda Parang, Magetan. Banyak cerita yang membuat saya senang, sedih, terharu, kagum, bahkan sampai terheran-heran.

Salah satu cerita yang membuat saya terharu dan kagum adalah cerita tentang salah satu siswi kelas VIII. Dia adalah salah satu siswi hebat yang membuat saya semakin bersyukur atas hidup ini. Wajahnya manis meskipun kulitnya terlihat gelap. Tubuhnya kecil dengan rambut panjang yang diikat rapi. Matanya lentik, bibir tipis, dan hidung yang agak mancung. Menurut saya, dia cukup cantik meskipun kulitnya hitam.

“Namanya Ayu ya, Dek?” tanya saya memulai wawancara (nama disamarkan)

“Iya, Mbak,” jawabnya dengan senyum yang terlihat tulus.

“Ayu kelas berapa?”

“Kelas delapan, Mbak,” balasnya dengan sangat sopan.

Berbicara dengan calon anak asuh AAT yang sopan itu rasanya menyenangkan sekali. Rasanya tidak sabar ingin mendengarkan cerita-cerita mereka yang seru.

“Ayu saudaranya berapa?”

“Lima, Mbak?”

“Lima?” saya sedikit kaget dan ingin bertanya lebih banyak lagi.

“Yang nomor satu kemana, Dek?” saya mulai penasaran.

“Sudah kerja, Mbak,” jawabnya pelan.

“Terus yang nomor dua?”

“Kerja juga, Mbak.”

“Yang nomor tiga?”

Dia diam dan mulai berkaca-kaca, saya pun menjadi semakin penasaran. Namun saya mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Kamu yang nomor empat ya Dek?”

“Iya, Mbak,” jawabnya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

“Berarti kamu masih punya adik?”

“Iya, Mbak, adik saya berumur satu setengah tahun.”

“Kakakmu yang nomor tiga ke mana ya, Dek?” saya mengulangi pertanyaan yang belum terjawab tadi dengan lebih halus.

“Kakak saya sudah meninggal, Mbak. Setahun yang lalu. Padahal dia adalah kakak saya yang paling saya sayangi. Hanya dia yang bisa mengerti saya. Saya sangat menyayanginya, Mbak.”

 

Airmatanya mulai tumpah. Saya mencoba menenangkannya. Setelah sudah sedikit tenang, saya mulai bertanya kembali.

 

“Kalau kakak boleh tahu, kakakmu meninggalnya kenapa?”

“Kakak saya meninggalnya dilindas truk, Mbak.”

“Deg..” Jantung saya rasanya berhenti berdetak, sesak, dan saya pun mulai menarik nafas dalam-dalam.

“Semenjak ditinggal kakak, kehidupan saya langsung berubah, Mbak. Selama ini yang membiayai sekolah saya adalah kakak saya yang nomor tiga. Kakak-kakak saya yang lain kurang peduli pada saya. Setelah lulus SD, kakak saya yang nomor satu dan dua bekerja sendiri-sendiri dan kini sudah berumah tangga. Kakak saya yang nomor tigalah yang bekerja demi sekolah saya. Dan setelah kepergian kakak saya, kehidupan saya hancur, Mbak”.

 

Dia menangis kembali. Sebisa mungkin saya menahan air mata saya. Saya tidak mau menunjukkan kesedihan saya.

 

“Sabar ya, Dek. Janganlah merasa hancur. Kehidupanmu masih panjang. Masih banyak hal yang bisa kamu lakukan, masih banyak yang harus kamu perjuangkan. Kepergian kakakmu pasti ada hikmahnya untuk kamu. Dan Tuhan tahu kamu adalah perempuan yang kuat. Kamu pasti bisa mengahadapi semua ini”.

“Iya, Mbak. Saya akan terus berjuang demi cita-cita saya dan demi cita-cita kakak saya”.

“Apa cita-cita kakak kamu?”

“Kakak saya ingin saya sekolah sampai SMA, Mbak. Karena itu dulu kakak saya berjuang mati-matian demi membiayai sekolah saya. Dan setelah kakak saya meninggal, saya ingin sekali mewujudkan cita-citanya. Tetapi saya tidak tahu bagaimana caranya agar saya bisa melanjutkan sekolah saya”.

“Bagaimana dengan Bapakmu, Dek? Beliau kan masih bisa membiayai kamu”

“Bapak saya hanya petani kecil, Mbak. Sawahnya cuma satu petak dan hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja”

“Bagaimana dengan ibu kamu?”

“Ibu tidak bekerja. Di rumah mengurus adik saya”

“Berarti hanya bapakmu yang mencari nafkah?”

“Tidak, Mbak. Saya juga ikut membantu Bapak mencari nafkah”

“Lho, kamu kerja? Kerja apa, Dek?”

“Setiap pulang sekolah, saya mengumpulkan bunga Kamboja yang ada di kuburan”

“Buat apa bunga Kambojanya?”

“Buat dijual, Mbak. Biasanya saya sampai maghrib mengumpulkan bunga Kamboja. Sepulang dari mencari bunga Kamboja, saya mencari rumput untuk makan kambing nenek saya. Biasanya saya bawa senter. Malamnya, sekitar pukul sembilan, saya biasanya belajar sampai jam sebelas”

 

Saya tercekat dan langsung terdiam. Saya tidak bisa lagi berkata apa-apa. Sungguh, adik ini membuat saya kagum. Dengan usia yang masih terbilang remaja, ia harus mencari nafkah untuk membantu orang tuanya. Saya kira kisah seperti ini hanya ada dalam sinetron atau dalam acara televisi saja. Namun ternyata saya mendengar sendiri kisah itu dari siswi ini.

 

“Kamu tidak takut Dek di kuburan malam-malam? Nanti kalau kamu digigit setan gimana? Kalau ada yang loncat-loncat gimana?” lelucon saya untuk mencoba mencairkan suasana.

“Tidak, Mbak. Demi cita-cita kakak saya, saya akan terus berjuang dan tidak akan menyerah”

Saya pikir saya bisa sedikit menghiburnya dengan guyonan saya. Ternyata dia tetap berbicara dengan serius sambil mengusap air matanya.

 

“Biasanya sehari dapat seberapa bunga Kambojanya, Dek? Harganya berapa?” saya mulai melanjutkan pertanyaan saya.

“Sehari dapat satu kresek kecil, Mbak. Kalau sedang musim berbunga seperti ini biasanya saya dapat lebih banyak. Sampai rumah bunga-bunga itu saya jemur dan saya kumpulkan sampai satu kilogram. Setelah itu saya jual dengan harga lima puluh ribu”

“Wah, banyak dong Dek lima puluh ribu. Itu berapa hari sekali dapat lima puluh ribu?”

“Sebulan sekali, Mbak. Itu pun kalau sudah terkumpul satu kilogram”

“Haa ..! Sebulan?”

Saya hanya tertegun keheranan.

“Iya, Mbak. Dan uangnya saya berikan pada ibu untuk belanja sehari-hari”

“Mengapa tidak kamu pakai untuk uang jajan kamu saja, Dek?”

“Tidak, Mbak. Kasihan ibu. Ibu tidak bekerja dan bapak juga hanya bisa memberi uang sedikit”

“Terus bagaimana dengan uang jajanmu?”

“Saya jarang jajan. Kalaupun ingin jajan, saya akan mengambil sedikit uang dari hasil menjual bunga Kamboja. Kadang lima ratus kadang seribu”

“Uang lima ratus memang cukup untuk jajan, Dek?”

“Cukup kok Mbak. Untuk beli permen yang akan saya bagi dengan adik saya”

“Baik sekali hatimu Dek. Mbak bangga sama kamu. Jangan pernah putus asa ya. Tuhan tidak akan membuat apa yang kamu perjuangkan menjadi sia-sia”

“Iya, Mbak”

 

Cerita demi cerita saya dengarkan sendiri darinya. Bagaimana perjuangannya yang harus berjalan kaki kiloan meter setiap hari karena tidak punya kendaraan yang bisa dipakai, bagaimana perjuangannya yang setiap hari mengumpulkan bunga Kamboja yang hasilnya tak seberapa, bagaimana perjuangannya menghadapi kerasnya hidup, menahan kesedihan atas kepergian kakaknya yang sangat ia sayangi, menahan kekasaran bapaknya, dan menahan semua rasa sakit dalam hati dan tubuhnya. Saya sangat kagum padanya. Dia yang begitu polosnya dengan ikhlas membantu bapaknya mencari nafkah. Padahal dia sering mendapat perlakuan kasar dari bapaknya. Tetapi menurutnya, semua perlakuan kasar yang diterimanya adalah untuk kebaikan dirinya juga. Sejahat apapun bapaknya, ia tetap menyayangi kedua orang tuanya. Kebaikan hatinya yang begitu tulus itu telah membuka hati saya untuk lebih peduli lagi dan lebih bersyukur atas kehidupan ini.

“Saya yakin, nanti kamu pasti bahagia, Dek. Kamu layak mendapatkan kebahagiaan itu. Mungkin saat ini hidupmu tak seindah kilauan permata. Namun kebaikan hatimu, melebihi harumnya bunga Kamboja. Tetap semangat ya, Dek. Tuhan tidak akan membiarkanmu terus merana. Karena kuncup bunga akan mekar dan mewangi pada waktunya..” ucap saya dalam hati sembari mengingat wajah tulus Ayu, gadis manis pencari Kamboja.
Baru tahu kalo bro Pengelana itu MBAK  ^:)^
I'm an ordinary human only

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #5 on: 25 December 2013, 09:01:20 PM »
Sepertinya bukan. Pengelana abadi copas dr web aat
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline pengelana_abadi

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 653
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • walking on the path of Dhamma
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #6 on: 25 December 2013, 09:48:45 PM »
Baru tahu kalo bro Pengelana itu MBAK  ^:)^

iya, itu dari web AAT -____________-
^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #7 on: 26 December 2013, 05:29:53 AM »
iya, itu dari web AAT -____________-
btw pengelana abadi ikut ambil bagian dalam AAT ? mungkin bisa diceritain sedikit, kenapa lebih ke AAT ?
Berhubung komunitas semacam ini cukup marak ya..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline pengelana_abadi

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 653
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • walking on the path of Dhamma
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #8 on: 26 December 2013, 06:13:53 AM »
btw pengelana abadi ikut ambil bagian dalam AAT ? mungkin bisa diceritain sedikit, kenapa lebih ke AAT ?
Berhubung komunitas semacam ini cukup marak ya..


aku cuma jadi orang tua asuh di AAT aja..

mangnya banyak ya komunitas lainnya?
search di internet , cuma ketemu AAT doank ya -___-

ada sih GNOTA, tapi kita sama2 tau lah GNOTA itu kan bentukan Soeharto yang sarat korupsi -______-
^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #9 on: 26 December 2013, 07:48:33 AM »
aku cuma jadi orang tua asuh di AAT aja..

mangnya banyak ya komunitas lainnya?
search di internet , cuma ketemu AAT doank ya -___-

ada sih GNOTA, tapi kita sama2 tau lah GNOTA itu kan bentukan Soeharto yang sarat korupsi -______-
banyak cuma mungkin belum dikelola dalam wujud yayasan.
salah satunya DC Peduli, dulu pernah bantu sist Lani Zhou. Dan ada juga member DC membuat KDP(Kasih Dharma Peduli) (kebetulan saya pernah jadi ortu asuh juga di KDP, tapi sekarang dah berhenti karena ada keperluan dana lain :-[ ) Yang KDP ada fan page nya di facebook, dibina oleh F.T dan lothar
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline pengelana_abadi

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 653
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • walking on the path of Dhamma
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #10 on: 26 December 2013, 09:21:58 AM »
banyak cuma mungkin belum dikelola dalam wujud yayasan.
salah satunya DC Peduli, dulu pernah bantu sist Lani Zhou. Dan ada juga member DC membuat KDP(Kasih Dharma Peduli) (kebetulan saya pernah jadi ortu asuh juga di KDP, tapi sekarang dah berhenti karena ada keperluan dana lain :-[ ) Yang KDP ada fan page nya di facebook, dibina oleh F.T dan lothar

oh... dulu pas disearch di google, ga ketemu sih hehe
^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Puluhan calon anak asuh, Yayasan AAT Indonesia
« Reply #11 on: 27 December 2013, 08:59:35 AM »
I'm an ordinary human only

 

anything