Kalau dugaan saya sih tidak perlu sampai arupa karena kekuatan dari jhana IV saja sudah cukup.
Lagipula dari jhana IV ke arupa harus berganti2 objek lagi.
Dari Jhana IV ke Arupa sudah tidak berganti objek, hanya persepsi kasarnya melenyap. Dan perihal untuk 'keren' tentu saja hanya guyon, jangan ditanggapi seriuslah.
Kalau dugaan saya beda kualitasnya, sama halnya dengan kualitas jhana seorang umat awam dengan jhana seorang anagami, sehingga memiliki alam yg berbeda nantinya.
Nah, demikianlah Jhana I dari orang yang mencapai Jhana IV dan turun dengan sengaja ke Jhana I, tidak sama dengan kualitas Jhana I dari orang yang memang baru mencapai Jhana I. Itulah sebabnya saya tidak cocok dengan pendapat anda bahwa dia bisa menangis karena waktu itu ia berdiam 'hanya' di Jhana I, bukan Jhana IV. Pikiran apapun dengan Jhana IV sebagai landasannya, tidak akan dikuasai oleh rintangan bathin.
Betul adalah mungkin setelah keluar dari kondisi tersebut, kemudian ada kondisi bagi rintangan bathin untuk timbul kembali dan menguasainya sehingga kemampuannya memasuki jhana hilang. Ini yang sering saya sebut 'jhananya luntur' dengan istilah saya sendiri. Jika memang demikian, yah tidak masalah. Namun dari cerita tersebut mengesankan bahwa Jhana IV itu tidak hilang, namun memang tidak mampu menahankan ketakutan dari gambaran kehidupan lampau, dan ketakutan itu hanya bisa dihilangkan dengan meditasi lanjutannya, yaitu meditasi mantra. Di situlah saya mempertanyakannya.
Sebetulnya untuk ke arah mantra-nya sendiri saya cenderung 'no comment' dan hanya menanyakan manfaat dari 'melungker-lungker' itu saja.