//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 588720 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #675 on: 04 July 2011, 05:03:09 PM »
Saya lupa pernah baca di mana, dan tidak tau benar atau tidak. Katanya, seseorang yang sudah merasakan kebahagiaan jhana, tidak lagi tertarik pada kenikmatan indria. Apakah memang demikian?

Kalau selagi dalam jhana maka jawabannya iya, bahwa tidak tertarik pada kenikmatan indera, tetapi kalo keluar dari jhana yah masih bisa tertarik akan nafsu indera.

Masalahnya kan tidak bisa mempertahankan jhana itu 24 jam penuh setiap harinya.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #676 on: 04 July 2011, 06:58:17 PM »
Kalau selagi dalam jhana maka jawabannya iya, bahwa tidak tertarik pada kenikmatan indera, tetapi kalo keluar dari jhana yah masih bisa tertarik akan nafsu indera.

Masalahnya kan tidak bisa mempertahankan jhana itu 24 jam penuh setiap harinya.

Dalam hubungan dengan diskusi Jhana di post sebelumnya, saya setuju dengan pernyataan bro DragonHung diatas.
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #677 on: 04 July 2011, 06:59:56 PM »
Kalau selagi dalam jhana maka jawabannya iya, bahwa tidak tertarik pada kenikmatan indera, tetapi kalo keluar dari jhana yah masih bisa tertarik akan nafsu indera.

Masalahnya kan tidak bisa mempertahankan jhana itu 24 jam penuh setiap harinya.
Dalam jhana pun bisa kok, kalau konsentrasinya melemah. Itulah sebabnya para Arupa Brahma dan Asannasatta bisa 'terjatuh' walaupun dalam keadaan jhana.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #678 on: 04 July 2011, 07:09:13 PM »
Seperti saya bilang, walaupun pintu tidak tertutup, pencuri tidak bisa masuk selama ada penjaga yang kuat. Penjaga itu adalah konsentrasi.
Sekali lagi, selama orang memiliki kelima faktor jhana, walaupun tidak berdiam dalam jhana, maka nafsu indera tidak dapat menguasainya.

Tidak setuju. (seperti penjelasan pada post sebelumnya)


Sudah saya bahas sebelumnya bahwa menurut saya kalau dalam konteks 'hilangnya aku', tidak ada tombol 'on-off'. Dalam bathin para ariya, tidak ada 'aku' di sana walaupun pikirannya bergerak.

Kalo udah Arya (minimal sebelum Arahat) , sudah tidak perlu Jhana untuk menghalau Kilesa, tapi dengan panna.

Dalam konteks puthujjana, ketika pikiran 'ditenangkan', tidak dibiarkan berdiam melekat pada satu ide, menolak satu ide, atau mengembangkan satu ide, maka itu adalah bagian dari latihan untuk memahami fenomena. Terserah apakah MMD sama, mirip, atau lain sama sekali, saya tidak peduli. Apakah bertentangan dengan bhikkhu tenar ini atau bhikkhuni tenar itu, guru meditasi ini, praktisi meditasi itu, saya juga tidak peduli. Itu hanyalah pendapat saya pribadi.


Untuk memahami fenomena, justru harus keluar dari Jhana.
Kalo dalam konteks MMD saya peduli, bukan karena bertentangan dengan Bhikku tenar ini atau itu, tetapi berdasarkan kesimpulan dari pembelajaran bahwa ajarannya menyimpang. Tapi yang jelas bukan label MMD-nya tetapi isi ajarannya, label hanyalah label, alat untuk berkomunikasi (konvensi).


Tentu saja perbedaan pendapat adalah hal wajar. Saya hanya menjawab dari sudut pandang saya saja.

Yup, alami sekali.  ;)
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #679 on: 04 July 2011, 07:10:06 PM »
Dalam jhana pun bisa kok, kalau konsentrasinya melemah. Itulah sebabnya para Arupa Brahma dan Asannasatta bisa 'terjatuh' walaupun dalam keadaan jhana.


Kalo konsentrasinya lemah, itu mah bukan Jhana namanya.  ;D
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #680 on: 04 July 2011, 07:40:38 PM »
Dalam jhana pun bisa kok, kalau konsentrasinya melemah. Itulah sebabnya para Arupa Brahma dan Asannasatta bisa 'terjatuh' walaupun dalam keadaan jhana.


Pada kehidupan sebagai manusia, jika dalam meditasi tahap arupa, kalo konsentrasi melemah yah jatuh ke tahap dibawahnya.
Mungkin kalau dalam kehidupan di alam brahma kalau konsentrasi melemah, langsung meninggal dari alam sana yah kali?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #681 on: 04 July 2011, 09:12:00 PM »

Sekali lagi, selama orang memiliki kelima faktor jhana, walaupun tidak berdiam dalam jhana, maka nafsu indera tidak dapat menguasainya.


pada saat memiliki 5 faktor jhana, maka dikatakan orang itu berdiam dalam jhana 1. berdiam dalam jhana ini tidak harus dalam postur tubuh duduk merem, bisa saja sambil melakukan aktivitas sehari2.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #682 on: 05 July 2011, 08:31:45 AM »
pada saat memiliki 5 faktor jhana, maka dikatakan orang itu berdiam dalam jhana 1. berdiam dalam jhana ini tidak harus dalam postur tubuh duduk merem, bisa saja sambil melakukan aktivitas sehari2.

Baru denger kalo bisa berdiam dalam jhana saat melakukan aktivitas  :-?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #683 on: 05 July 2011, 08:45:56 AM »
Tidak setuju. (seperti penjelasan pada post sebelumnya)

Kalo udah Arya (minimal sebelum Arahat) , sudah tidak perlu Jhana untuk menghalau Kilesa, tapi dengan panna.

Untuk memahami fenomena, justru harus keluar dari Jhana.
Kalo dalam konteks MMD saya peduli, bukan karena bertentangan dengan Bhikku tenar ini atau itu, tetapi berdasarkan kesimpulan dari pembelajaran bahwa ajarannya menyimpang. Tapi yang jelas bukan label MMD-nya tetapi isi ajarannya, label hanyalah label, alat untuk berkomunikasi (konvensi).


Yup, alami sekali.  ;)
Saya lihat kita tidak nyambung. Sejak kapan saya katakan memahami fenomena harus dalam jhana? ;D
Atau jangan-jangan keliru tentang istilah 'pikiran' seperti di masa lalu? Kalau untuk itu, saya minta maaf karena 'urat' saya tidak sekuat Pak Hudoyo.


Kalo konsentrasinya lemah, itu mah bukan Jhana namanya.  ;D
Yang saya katakan, sebuah noda pikiran, sesuai kamma, bisa timbul bahkan ketika orang berada dalam jhana, sehingga konsentrasinya melemah, dan otomatis jhananya 'luntur'.
Ini saya tuliskan untuk merespon spekulasi bahwa kalau dalam jhana, semua aman.
Untuk berikutnya, saya juga tidak akan menanggapi spekulasi jhana dari bro hendrako. Silahkan saja menganut paham jhana seperti orang pingsan/koma. Nanti kalau bro hendrako sudah mendekati/mencapai jhana, saya tunggu bro hendrako kembali ke sini dan meluruskan pandangan salah saya. Sementara itu, baiklah kita bicarakan yang nyata saja.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #684 on: 05 July 2011, 08:50:45 AM »
pada saat memiliki 5 faktor jhana, maka dikatakan orang itu berdiam dalam jhana 1. berdiam dalam jhana ini tidak harus dalam postur tubuh duduk merem, bisa saja sambil melakukan aktivitas sehari2.
Menurut saya tidak begitu. Ketika kelima faktor tersebut dimunculkan bersamaan, maka orang tersebut berdiam dalam jhana 1. Ada sebuah fase yang dilewati yang berbeda dengan pikiran pada saat sehari-hari. Itulah sebabnya lebih susah masuk ke jhana IV yang 'cuma' perlu 1 faktor, ketimbang jhana I yang perlu 5 faktor.

Berdiam dalam jhana memang tidak harus duduk. Kalau merem, saya kurang tahu. Tapi berdiam dalam jhana tidak dapat dilakukan sambil melakukan aktivitas sehari-hari sebab dalam aktivitas sehari-hari, pikiran tidak dapat berdiam dalam 1 objek dan selalu merespon semua input dari indera. 


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #685 on: 05 July 2011, 09:29:32 AM »
Menurut saya tidak begitu. Ketika kelima faktor tersebut dimunculkan bersamaan, maka orang tersebut berdiam dalam jhana 1. Ada sebuah fase yang dilewati yang berbeda dengan pikiran pada saat sehari-hari. Itulah sebabnya lebih susah masuk ke jhana IV yang 'cuma' perlu 1 faktor, ketimbang jhana I yang perlu 5 faktor.
saya mengartikan ketidakhadiran faktor sbg tdk memiliki faktor. Ketika salah satu faktor absence maka ia dikatakan tidak berada dlm jhana.

Quote
Berdiam dalam jhana memang tidak harus duduk. Kalau merem, saya kurang tahu. Tapi berdiam dalam jhana tidak dapat dilakukan sambil melakukan aktivitas sehari-hari sebab dalam aktivitas sehari-hari, pikiran tidak dapat berdiam dalam 1 objek dan selalu merespon semua input dari indera. 



Aktivitas sehari2 yg saya maksudkan Adalah dlm makna yg terbatas spt makan, mandi, dll yg tidak memerlukan pemikiran yg intens. Dan ketika seseorang yg berada dlm jhana sedang makan, pikirannya tdk merespon rasa enak Dari Makanan itu. Sama spt ketika seseorang yg sedang meditasi duduk berada dalam jhana tidak merespon rasa kesemutan dan sakit pada kakinya

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #686 on: 05 July 2011, 09:34:34 AM »
Saya lihat kita tidak nyambung. Sejak kapan saya katakan memahami fenomena harus dalam jhana? ;D

Sejak anda menulis pernyataan seperti yg dibold biru di bawah ini saat sedang membahas jhana:  8)

Seperti saya bilang, walaupun pintu tidak tertutup, pencuri tidak bisa masuk selama ada penjaga yang kuat. Penjaga itu adalah konsentrasi.
Sekali lagi, selama orang memiliki kelima faktor jhana, walaupun tidak berdiam dalam jhana, maka nafsu indera tidak dapat menguasainya.

Sudah saya bahas sebelumnya bahwa menurut saya kalau dalam konteks 'hilangnya aku', tidak ada tombol 'on-off'. Dalam bathin para ariya, tidak ada 'aku' di sana walaupun pikirannya bergerak.

Dalam konteks puthujjana, ketika pikiran 'ditenangkan', tidak dibiarkan berdiam melekat pada satu ide, menolak satu ide, atau mengembangkan satu ide, maka itu adalah bagian dari latihan untuk memahami fenomena. Terserah apakah MMD sama, mirip, atau lain sama sekali, saya tidak peduli. Apakah bertentangan dengan bhikkhu tenar ini atau bhikkhuni tenar itu, guru meditasi ini, praktisi meditasi itu, saya juga tidak peduli. Itu hanyalah pendapat saya pribadi.

Tentu saja perbedaan pendapat adalah hal wajar. Saya hanya menjawab dari sudut pandang saya saja.

Atau jangan-jangan keliru tentang istilah 'pikiran' seperti di masa lalu? Kalau untuk itu, saya minta maaf karena 'urat' saya tidak sekuat Pak Hudoyo.

Yang saya katakan, sebuah noda pikiran, sesuai kamma, bisa timbul bahkan ketika orang berada dalam jhana, sehingga konsentrasinya melemah, dan otomatis jhananya 'luntur'.
Ini saya tuliskan untuk merespon spekulasi bahwa kalau dalam jhana, semua aman.
Untuk berikutnya, saya juga tidak akan menanggapi spekulasi jhana dari bro hendrako. Silahkan saja menganut paham jhana seperti orang pingsan/koma. Nanti kalau bro hendrako sudah mendekati/mencapai jhana, saya tunggu bro hendrako kembali ke sini dan meluruskan pandangan salah saya. Sementara itu, baiklah kita bicarakan yang nyata saja.

Ane gak mudeng soal istilah 'pikiran seperti di masa lalu ? Maksudnya apa nih? tapi no problem ah.

Jhana emang aman,
bukan karena seperti orang pingsan,
tetapi karena keterpusatan. ;D

Andaikata ane udah mencapai Jhana, keknya tidak perlu dan tetap percuma dikatakan kepada anda, 
yang jelas karena tetap saja itu hanyalah kata2,
pengertian sesungguhnya hanya datang dari pengalaman langsung.
Ibarat anda belum pernah mencium bau mawar, dan ada seseorang menjelaskan tentang wangi bunga mawar dengan sedetail-detailnya kepada anda , dipercaya atau tidak, tetap saja anda tidak mengetahui wangi bunga mawar yang sesungguhnya. Baru setelah anda mencium bunga mawar itu sendiri maka anda benar2 tahu wangi bunga mawar, dan tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi.

Jadi tidak perlu menunggu ane deh kesana, sebaiknya anda terjun langsung. Lagian banyak tuh master2 yang bisa diminta penjelasan dan instruksinya, anda telah cukup mempunyai vipaka baik dengan tinggal di lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat pelatihan disana, tinggal niat saja.  ;D

Sementara itu, baiklah kita bicarakan yang nyata saja.

Keknya kalimat di atas adalah komando untuk mengakhiri diskusi, no problem, terserah anda saja.  ;D

yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #687 on: 05 July 2011, 09:41:49 AM »
Menurut saya tidak begitu. Ketika kelima faktor tersebut dimunculkan bersamaan, maka orang tersebut berdiam dalam jhana 1. Ada sebuah fase yang dilewati yang berbeda dengan pikiran pada saat sehari-hari. Itulah sebabnya lebih susah masuk ke jhana IV yang 'cuma' perlu 1 faktor, ketimbang jhana I yang perlu 5 faktor.

Berdiam dalam jhana memang tidak harus duduk. Kalau merem, saya kurang tahu. Tapi berdiam dalam jhana tidak dapat dilakukan sambil melakukan aktivitas sehari-hari sebab dalam aktivitas sehari-hari, pikiran tidak dapat berdiam dalam 1 objek dan selalu merespon semua input dari indera. 



5 faktor tersebut bukan timbul secara bersamaan, tetapi berproses sebab akibat. Yang satu menyebabkan timbulnya yang berikutnya dan ini menjadi sebab bagi kemunculan faktor yang berikutnya sampe faktor yang ke-5. Perumpamaannya seperti proses buah mangga (perumpamaan dari Bhikku tenar lagi nih ;D) dari bunga menjadi bakal bunga menjadi buah muda menjadi buah besar menjadi buah setengah mateng sampai buah matang.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #688 on: 05 July 2011, 09:47:13 AM »
saya mengartikan ketidakhadiran faktor sbg tdk memiliki faktor. Ketika salah satu faktor absence maka ia dikatakan tidak berada dlm jhana.


Kalo dalam konteks Jhana 1, iya.
Tapi keknya kalo dalam konteks Jhana 2, faktor pertama "ditinggalkan".
Satu persatu faktor ditinggalkan sampai tinggal Ekagata pada Jhana 4.
yaa... gitu deh

Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #689 on: 05 July 2011, 03:21:14 PM »
Mau tanya,

1. Apa yang membedakan praktik Dhutanga dengan praktik ke-bhikkhu-an biasa? Kalau tidak salah, salah satunya adalah makan satu kali sehari? siapa yang menetapkan peraturannya (apakah si bhikkhu sendiri)?

2. Apa perbedaan praktik Dhutanga dengan praktik menyiksa diri (satu dari dua ekstrem)?

3. Apa tujuan praktik Dhutanga?
« Last Edit: 05 July 2011, 03:22:52 PM by thres »