//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 588668 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline rice cooker rusak

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #525 on: 08 February 2011, 10:57:43 AM »
Bisa dicontohkan kasus yang menggambarkan 'dari sedih jadi senang' tersebut?

kasus mati suri... ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #526 on: 08 February 2011, 11:04:32 AM »
kasus mati suri... ;D
Bagaimana maksudnya kasus mati suri memberikan kesenangan?

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #527 on: 08 February 2011, 03:52:56 PM »
nahhh :

manusia dgn kondisi (pikiran) spt apa yg siap menyambut kematian ?
mohon sharingnya..


yg tidak memiliki apapun & tidak ada apa2 lagi yg harus dikerjakannya.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #528 on: 08 February 2011, 03:54:51 PM »
kalo hati dari sedih jd senang kok disebut menderita ya?

karena setiap kita mengambil kesenangan, ada mara yg berdiri disamping kita sambil tersenyum... >:D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #529 on: 08 February 2011, 03:57:27 PM »
Bisa dicontohkan kasus yang menggambarkan 'dari sedih jadi senang' tersebut?

mis: si miskin tiba2 dapat harta, yg kesepian tiba2 dapat pacar, dll... intinya bertemu dg yg diinginkan, berpisah dg yg tidak diinginkan
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #530 on: 08 February 2011, 04:13:15 PM »
mis: si miskin tiba2 dapat harta, yg kesepian tiba2 dapat pacar, dll... intinya bertemu dg yg diinginkan, berpisah dg yg tidak diinginkan
OK, ini baru nyambung dengan kepala saya.

Miskin mendapat harta, kesepian dapat pacar. Yang mengkondisikan di sini adalah harta dan pacar. Ketika pikiran orang melekat pada harta/pacar, maka timbullah keadaan yang menyenangkan (dapat harta/pacar) dan tidak menyenangkan (tidak ada harta/pacar). Karena kehidupan selalu berubah, maka ada yang namanya dapat harta/pacar, ada juga kehilangan harta/pacar. Maka hidup tidak lepas dari kesedihan dan kesenangan tersebut.

Dukkha bukanlah merujuk pada 'kesedihan' (kehilangan harta/pacar) semata, namun pada keseluruhan keterkondisian 'kesedihan' dan 'kesenangan' tersebut yang datang silih-berganti tanpa akhir.



Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #531 on: 08 February 2011, 04:16:28 PM »
OK, ini baru nyambung dengan kepala saya.

Miskin mendapat harta, kesepian dapat pacar. Yang mengkondisikan di sini adalah harta dan pacar. Ketika pikiran orang melekat pada harta/pacar, maka timbullah keadaan yang menyenangkan (dapat harta/pacar) dan tidak menyenangkan (tidak ada harta/pacar). Karena kehidupan selalu berubah, maka ada yang namanya dapat harta/pacar, ada juga kehilangan harta/pacar. Maka hidup tidak lepas dari kesedihan dan kesenangan tersebut.

Dukkha bukanlah merujuk pada 'kesedihan' (kehilangan harta/pacar) semata, namun pada keseluruhan keterkondisian 'kesedihan' dan 'kesenangan' tersebut yang datang silih-berganti tanpa akhir.




sadhu sadhu sadhu
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #532 on: 08 February 2011, 07:44:06 PM »
"The happiness of your life depends upon the quality of your thoughts...

But the quality of your thought depends on ?

Kira-kira apa yang tepat ?

1. Bertemu dengan siapa
2. Pengalaman
3. Cara memandang segala fenomena
4...
« Last Edit: 08 February 2011, 07:46:54 PM by rooney »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #533 on: 09 February 2011, 08:44:25 AM »
"The happiness of your life depends upon the quality of your thoughts...

But the quality of your thought depends on ?

Kira-kira apa yang tepat ?

1. Bertemu dengan siapa
2. Pengalaman
3. Cara memandang segala fenomena
4...
Menurut saya, cara pandang yang menentukan pola pikir seseorang. Itu sebabnya Jalan Mulia Berunsur 8 didahului dengan 'Pandangan Benar' yang mendasari hal-hal lainnya. Pandangan itu dibentuk dari proses belajar yang bisa berupa merenungkan pengalaman atau jika beruntung, bertemu dengan 'guru' yang bisa mengarahkan.

Kebahagiaan sendiri juga sangat variatif. Orang sering mendambakan kebahagiaan tanpa mencari kebenaran. Ini juga bisa, tapi jadinya seperti orang bodoh yang bahagia seperti kata pepatah, 'ignorance is bliss'. Jadi sebenarnya memang pilihan. Mau bahagia memang tidak sulit, tapi mau bahagia yang bijaksana dan dengan bathin seimbang, itu yang sulit.


Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #534 on: 09 February 2011, 06:44:25 PM »
Menurut saya, cara pandang yang menentukan pola pikir seseorang. Itu sebabnya Jalan Mulia Berunsur 8 didahului dengan 'Pandangan Benar' yang mendasari hal-hal lainnya. Pandangan itu dibentuk dari proses belajar yang bisa berupa merenungkan pengalaman atau jika beruntung, bertemu dengan 'guru' yang bisa mengarahkan.

Kebahagiaan sendiri juga sangat variatif. Orang sering mendambakan kebahagiaan tanpa mencari kebenaran. Ini juga bisa, tapi jadinya seperti orang bodoh yang bahagia seperti kata pepatah, 'ignorance is bliss'. Jadi sebenarnya memang pilihan. Mau bahagia memang tidak sulit, tapi mau bahagia yang bijaksana dan dengan bathin seimbang, itu yang sulit.

Hmmm, bukannya yang paling awal itu moralitas ya ? Logikanya sebelum tembus magga-phala, seseorang belum punya pandangan benar kan ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #535 on: 09 February 2011, 06:50:20 PM »
Hmmm, bukannya yang paling awal itu moralitas ya ? Logikanya sebelum tembus magga-phala, seseorang belum punya pandangan benar kan ?
Kalau menurut saya tidak. Di negara-negara non-religius, orang-orangnya tidak diajarkan agama, tapi tetap ada yang baik, ada yang tidak. Ini tergantung cara pandangnya masing-masing terhadap hidup. Betul, sebelum mencapai magga-phala, pandangan benar masih berupa 'pengetahuan' saja, belum benar-benar direalisasikan.

Berhubungan juga, sering menjadi klaim bahwa agama adalah mutlak penting bagi kehidupan karena tanpa agama, orang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Klaim ini juga otomatis dipatahkan dengan teraturnya sistem masyarakat yang tanpa agama seperti negara non-religius ataupun masyarakat pra-sejarah.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #536 on: 09 February 2011, 07:15:27 PM »
Kalau menurut saya tidak. Di negara-negara non-religius, orang-orangnya tidak diajarkan agama, tapi tetap ada yang baik, ada yang tidak. Ini tergantung cara pandangnya masing-masing terhadap hidup. Betul, sebelum mencapai magga-phala, pandangan benar masih berupa 'pengetahuan' saja, belum benar-benar direalisasikan.

Berhubungan juga, sering menjadi klaim bahwa agama adalah mutlak penting bagi kehidupan karena tanpa agama, orang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Klaim ini juga otomatis dipatahkan dengan teraturnya sistem masyarakat yang tanpa agama seperti negara non-religius ataupun masyarakat pra-sejarah.

Iya, kalo zaman dulu kan masi belum berkembang pemikiran. Jadi, yang namanya moralitas katanya adalah perintah agama. Padahal cukup dengan bersekolah saja sebenarnya kita bakal tau prosedur-prosedur moralitas yang disokong oleh hukum. Contohnya : Singapore, USA, UK . Mereka kebanyakan kasus kriminalnya daripada HAM. Bandingkan dengan salah satu negara beragama yang karena kekakuannya justru malah mudah terprovokasi dan menjadi tidak tahu menahu dengan moralitas lagi (kalangan menengah ke bawah).

Btw, pandangan benar tentang dukkha sama pandangan benar yang didapat dari pengalaman hidup dan pendidikan beda kan ya ?
« Last Edit: 09 February 2011, 07:19:55 PM by rooney »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #537 on: 10 February 2011, 09:00:15 AM »
Iya, kalo zaman dulu kan masi belum berkembang pemikiran. Jadi, yang namanya moralitas katanya adalah perintah agama. Padahal cukup dengan bersekolah saja sebenarnya kita bakal tau prosedur-prosedur moralitas yang disokong oleh hukum. Contohnya : Singapore, USA, UK . Mereka kebanyakan kasus kriminalnya daripada HAM. Bandingkan dengan salah satu negara beragama yang karena kekakuannya justru malah mudah terprovokasi dan menjadi tidak tahu menahu dengan moralitas lagi (kalangan menengah ke bawah).
Saya rasa bukan karena belum berkembang pemikirannya, tapi karena sudah terindoktrinasi (bahwa agamanya paling 'wah' dan mengajarkan kebenaran), maka tidak bisa berpikir dengan akal sehat. Kalau kita lihat anthropologi, tanpa agama pun budaya manusia berkembang sehingga melahirkan adat dan tata cara yang juga mirip dengan aturan moralitas. Ini adalah proses sebab akibat yang alami. Misalnya mencuri, tanpa agama pun orang tahu perbuatan mencuri itu menyebabkan ketidak-teraturan dalam masyarakat. Yang kerja tidak makan, yang tidak kerja tapi mencuri, justru bisa makan. Maka mencuri dihindari.

Agama itu sebetulnya tambahan yang sifatnya netral saja. Di masyarakat yang memang mengutamakan kebaikan, maka agama apapun yang masuk, perilakunya tetap baik. Sedangkan di masyarakat yang memang bodoh dan brutal, agama apa pun yang dipeluk, perilakunya tetap saja tidak keruan, ajaran baik juga diolah-tafsir untuk memenuhi nafsu mereka saja. 

Quote
Btw, pandangan benar tentang dukkha sama pandangan benar yang didapat dari pengalaman hidup dan pendidikan beda kan ya ?
Pengalaman hidup dan pendidikan/ajaran orang lain, sebetulnya sama-sama hanyalah input. Pandangan benar bisa timbul jika kita memahami input itu dengan benar, tidak masalah inputnya dialami langsung atau lewat ajaran orang lain, sama saja. Menurut saya begitu.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #538 on: 10 February 2011, 11:20:44 AM »
Nanya bos..
Walaupun masyarakat indonesia tidak menaganut paham KASTA,tapi prakteknya di masyarakat sangat kental budaya peng-kastaan..
Apa benar budaya peng-kasta-an ini adalah warisan kolonial belanda?
Konon,di China tidak ada budaya "kasta" benar kah?

*Apa benar dunia semakin lama semakin bobrok moralnya?
Thank
« Last Edit: 10 February 2011, 11:23:30 AM by Mr.Jhonz »
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #539 on: 10 February 2011, 12:26:46 PM »
Nanya bos..
Walaupun masyarakat indonesia tidak menaganut paham KASTA,tapi prakteknya di masyarakat sangat kental budaya peng-kastaan..
Apa benar budaya peng-kasta-an ini adalah warisan kolonial belanda?
Konon,di China tidak ada budaya "kasta" benar kah?

*Apa benar dunia semakin lama semakin bobrok moralnya?
Thank
Setahu saya kasta itu ada di setiap budaya, hanya saja intensitasnya mungkin berbeda. Di negara raja berkuasa, biasa 'kasta' lebih kental, ada bangsawan dan rakyat biasa, sedangkan di negara komunis yang prinsipnya sama rata, 'kasta' lebih tidak kentara. Tapi intinya itu timbul dari pikiran yang diskriminatif. Misalnya kalangan intelektual merasa dirinya lebih pintar, berbeda dari kaum buruh, maka mereka melihatnya sebagai 'kasta' berbeda. Kalangan banyak duit terhadap orang elit (ekonomi sulit) juga melihatnya sebagai 'kasta' berbeda.

Kalau warisan kolonial adalah pandangan kesukuan. Penjajah Eropa kebanyakan negaranya kecil, jadi tidak punya kekuatan untuk menguasai daerah besar, maka menggunakan taktik devide et impera. Misalnya dulu orang Tionghoa dan pribumi itu berbaur sama rata, tidak ada diskriminasi sama sekali. Lalu Belanda membagi perdagangan hanya boleh melalui orang Tionghoa, jadi semacam dibuat kasta terpisah. Belakangan Orde Baru juga melanjutkan 'prestasi' ini, sehingga punya 'kambing hitam'.

Moralitas kalau saya pribadi lihat memang makin parah. Mungkin karena memang tidak ada pemimpin yang bisa membimbing dan memberi teladan.