Saya hanya coba sharing mengenai artikel cerita saja ( karena hanya ini yang saya miliki ), karena pemahaman dhamma saya masih dalam proses belajar, saya mulai belajar sesuatu yang saya anggap bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, minimal tidak merugikan orang lain, walaupun terkesan lamban, sehingga proses pembelajaran menjadi nyata dalam kehidupan. Semoga berkenan dengan artikel ini.
"Buddha Dhamma adalah sekotak harta karun, tetapi mempraktekkannya adalah kuncinya."
"Sikap toleran hanya akan muncul jika anda mempraktekkannya, bukan saat anda membicarakannya." Mahasiswa dan PemburuPernah suatu ketika seorang dosen bercerita di kelas. Ceritanya tentang seorang teoritis (kita sebut saja Mahasiswa) dan seorang praktisi (kita sebut dengan pemburu). Begini ceritanya:
Ada seorang mahasiswa yang setiap harinya diisi dengan belajar berbagai disiplin ilmu. Pelajaran yang sangat disukainya adalah tentang berburu kijang. Begitu tekunnya sang mahasiswa sampai-sampai dia mengetahui untuk menembak seekor kijang jarak idealnya adalah x meter. Bagian tubuh yang paling tepat untuk dijadikan sasaran tembak pun diketahui di luar kepala. Intinya sang mahasiswa mengetahui apapun yang terbaik untuk berburu kijang. Tetapi dia jarang sekali (baca:malas) berlatih untuk menembak binatang buruannya.
Di sisi lain ada seorang pemburu. Setiap hari kerjanya hanya berburu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hewan yang paling sering diburu adalah kijang. Selain dagingnya enak dimakan, tanduk dan kulitnya dapat dijual dengan harga tinggi. Berbeda dengan mahasiswa, sang pemburu tak pernah belajar cara berburu yang terbaik untuk berburu seekor kijang. Semua ilmu diperolehnya melalui pengalaman. Bukan di bangku kuliah ataupun dalam pelatihan berburu kijang.
Suatu ketika ada seseorang yang meminta sang mahasiswa bertarung dengan pemburu untuk menangkap seekor kijang dalam keadaan hidup. Sang mahasiswa tahu betul apa yang harus dilakukan. Dia tahu semua prosedur yang memungkinkannya untuk dapat menangkap kijang dengan cara yang sangat efektif. Sang pemburu tak mau kalah, dengan berbekal segudang pengalaman, dia pun maju untuk bertanding dengan mahasiswa tadi.
Pertandingan dimulai. Sesuai dugaan, sang pemburu berhasil menangkap kijang tetapi kijang sudah dalam keadaan mati dengan banyak luka tembak di sekujur tubuhnya. Akhirnya tidak ada yang memenangan pertandingan.
Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik cerita di atas. Dalam kasus pertama sebenarnya sang mahasiswa begitu paham apa yang seharusnya ia lakukan untuk menangkap kijang itu dalam keadaan hidup. Tetapi ia tak bisa menembak. Kurang latihan adalah salah satu yang menjadi penghalangnya. Sedangkan pada kasus kedua, walaupun sang pemburu berhasil menangkap kijang, tetapi kijang sudah tidak dalam keadaan hidup lagi. Sang pemburu hanya mengandalkan pengalamannya saja. Tentu saja kita tidak dapat mengatakan bahwa belajar dari pengalaman itu tidak baik, tetapi bukanlah lebih bijaksana jika kita belajar dari pengalaman orang lain. Jika kita telah belajar dari pengalaman orang lain -bisa dengan bertanya ataupun membaca di buku- kita tidak perlu untuk selalu memulai pekerjaan dari tangga ke-nol.
Jika saja sang mahasiswa sering berlatih tentu dia akan dapat memenangkan pertandingan; dan jika saja sang pemburu mau belajar selain dari pengalamannya sendiri, tentu ia akan berburu dengan lebih efektif dan dapat menangkap kijang dalam keadaan hidup.
Kebanyakan kita adalah tipikal pemburu atau mahasiswa. Kita yang bertipe “mahasiswa” sering mengikuti berbagai pelatihan, mulai dari pelatihan publik speaking, pelatihan enterpreneur, dan banyak pelatihan lain. Tetapi begitu kita diminta ‘action’ kita tidak bisa banyak berbuat.
Adapun kita yang bertipe pemburu, kebanyakan kerja kita tidak baik dalam penyelesaian akhir. Memang kerjaan beres tetapi hasilnya tidak bisa disebut bagus (kalau tidak boleh disebut jelek).
Semoga mulai detik ini kita dapat melakukan segala sesuatu dengan arah yang benar dan prosedur yang benar. Tidak seperti mahasiswa dalam cerita ini dan tidak seperti pemburu dalam cerita ini juga tentunya; tetapi kita akan berusaha menjadi perpaduan antara kedua tokoh kita di atas.
Semoga Bermanfaat.
KATA-KATA BIJAK DARI DALAI LAMA1. Kebahagian tidak terjadi begitu saja. Itu muncul dari hasil perbuatan kita.
2. Jika Mampu, Tolong & Bantulah Orang Lain. Jika Tidak, Setidaknya jangan mencelakakan orang lain.
3. Jika kamu ingin orang lain bahagia, praktekan welas asih. Jika kamu sendiri mau bahagia, praktekan welas asih.
4. Agama saya sangat sederhana. Agama saya adalah Kebajikan.
5. Ingat !!! Tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan, kadang-kadang adalah sebuah berkah.
6. Kekuasaan utama mesti tidak mengutamakan alasan dan analisa kritis individu itu sendiri saja.
7. Kita bisa hidup tanpa agama dan meditasi, tetapi kita tidak bisa hidup tanpa kasih sayang sesama manusia.
8. Kita tidak akan pernah mendapatkan kedamaian diluar diri kita sendiri sampai kita damai dengan diri kita sendiri.
9. Berbuat baiklah jika memungkinkan. Sebenarnya, Itu selalu mungkin.
10. Jika kamu takut akan rasa sakit atau penderitaan, kamu seharusnya cari cara, apa yang dapat kamu lakukan untuk mengatasinya. Jika kamu bisa, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika kamu tidak bisa berbuat banyak, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan juga.
11. Jika kamu tidak mencintai dirimu sendiri, Kamu tidak akan bisa mencintai orang lain. Kamu tidak akan mampu. Jika kamu tidak punya welas asih terhadap dirimu sendiri, maka kamu tidak akan bisa mengembangkan welas asih terhadap orang lain.
12. Potensi seluruh manusia adalah sama. Perasaan kamu yang bilang ” Aku tidak berharga” adalah salah. Salah sama sekali. Kamu menipu dirimu sendiri. Kita semua memiliki kekuatan dalam batin kita, jadi apa yang kurang ? Jika kamu punya tekad, kamu dapat mengubah apapun. Kamu adalah guru bagi dirimu sendiri.
13. Kita mesti menyadari, Penderitaan satu orang atau satu bangsa adalah Penderitaan bagi seluruh umat manusia. Kebahagiaan satu orang atau satu bangsa adalah Kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
14. Melalui kekerasan, kamu mungkin “mengatasi” masalah, Tetapi kamu telah “menanam” benih kemunculan masalah-masalah baru.
15. Sebagaimana kita bisa hidup di zaman sekarang, maka kita mesti juga memikirkan generasi mendatang : Sebuah lingkungan yang bersih & sehat adalah layaknya seperti sebuah hak azasi. Merupakan tanggung jawab kita kepada generasi penerus untuk menjaga bumi, melestarikan lingkungan.
16. Menaklukkan diri sendiri adalah lebih baik dari pada menaklukkan ribuan musuh dalam peperangan.
17. Ada sebuah istilah di tibet, “Musibah seharusnya dimanfaatkan menjadi sumber kekuatan”. Tidak perduli seberapa kesulitan yang kita alami, betapa menyakitkkan keadaan tersebut, Jika kita sampai kehilangan harapan, maka itu benar-benar merupakan musibah.
18. Makhluk apa pun yang berdiam di bumi, apakah manusia atau hewan, masing-masing memiliki peran, masing-masing dengan jalannya sendiri, untuk memperindah dan memperkaya dunia ini.
19. Sebuah sendok tidak dapat merasakan nikmatnya makanan. Sebagaimana orang bodoh yang tidak mengerti kebijaksanaan seseorang, walapun dia bergaul dengan orang suci.
20. Dalam memperjuangkan kebebasan, Kebenaran adalah satu-satunya senjata / pegangan.
Semoga Bermanfaat
Semoga Semua Makhluk Berbahagia