nope. saya bukan dari pihak milis psikologi_transformatif, hanya pernah melihat polemik yang ada disitu dan memberikan info kepada teman - teman disini untuk melakukan cek langsung tentang apa yang ditulis oleh vincent di latar belakang 'Indigo: Saya adalah ‘Nabi Palsu’ bagi ‘Diri Sendiri'
pertanyaan saya sederhana kok, apakah masih ada dendam? dan hal itu dapat di cek langsung di diri sendiri.
baiklah, mari kita kembali ke tema meditasi.
Kegagalan saya melindungi keluarga saya saat itu adalah karena saya tidak waspada. Saya dulu orang yang lebih terbuka, siapa saja teman bisa datang dan pergi ke rumah saya, kadang-kadang sampai menginap lama.
Audifax dan Leonardo Rimba dua diantara sekian banyak orang yang terlibat sebelum merancang teror terhadap saya adalah orang saya juga. Audifax awalnya sangat mendukung kompatiologi sejak tahun 2006an, sering membantu saya mengerjakan tugas-tugas sekolah dan Leonardo Rimba bahkan juga membuat kitab-kitab kompatiologi versi dirinya sendiri.
* FLAME ON, VLAME ON Pengantar Kitab Api Kompatiologi ditulis oleh: Audifax
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16492* Kitab Angin Hening Kompatiologi ditulis oleh: Leonardo Rimba
Dulu saya sangat bisa menikmati kekuasaan; banyak yang membantu saya atau malah cenderung saya perbudak tanpa dibayar untuk membantu kegiatan-kegiatan saya; akhirnya saya baru sadar bahwa kekuasaan itu pedang bermata dua: masalahnya ketika kekuasaan bertambah besar kita tidak bisa mengenal kebutuhan satu demi satu pribadi-pribadi di dalamnya dengan kepentingannya masing-masing.
Lalu mengapa mereka harus menghabisi saya.
Seperti mengapa beberapa malaikat di sorga memilih berkhianat hingga akhirnya muncul apa yang dalam agama-agama samawi disebut setan, adalah karena mereka merasa diperlakukan tidak adil. Para malaikat tersebut sebelum menjadi setan adalah pengikut Allah yang amat setia, ketika Adam dan Hawa diciptakan di taman Eden/Firdaus mereka merasa Allah memperlakukan mereka tidak adil; mengapa bukan mereka saja yang diberi kesempatan menikmati taman Eden/Firdaus, mengapa mereka tetap harus bekerja keras untuk Allah sedangkan manusia pertama diciptakan dengan mendapatkan hak yang lebih daripada mereka? Untuk menikmati hidup di taman Eden/Firdaus.
Semua penghianatan di dunia terjadi bukan karena orang yang setia itu tiba-tiba saja berkhianat tetapi karena mereka tidak mampu mengerti apa yang menjadi kebijaksanaan penguasa. Tiap penguasa memiliki kebijaksanaannya masing-masing.
---
Andaikan seorang tuan yang sangat kaya lalu pergi ke kebun raya bogor. Di depan sana ada 1000 pengemis berderet menunggu sedekah. Lalu tuan itu memberikan sedekah ke beberapa pengemis diantara 1000 pengemis. Biarpun tuan itu membawa uang yang lebih dari cukup untuk memberikan uang kepada 1000 pengemis itu, pasti ia tidak akan memberikan uang itu pada setiap pengemis. Tentu dia memiliki kebijaksanaan terhadap siapa pengemis yang akan diberi dan yang tidak perlu diberi.
Ketika tuan itu tiba memberi uang kepada seorang pengemis yang muda, pengemis yang muda itu berdiri dan berkata;"Mengapa tuan tidak memberikan uang itu ke pengemis yang duduk disamping saya?" Ada tiga kemungkinan yang tuan tsb akan lakukan:
1. Mungkin tuan tersebut tidak menghiraukan omongan anak muda ini dan melanjutkan membagi uang.
2. Bisa saja tidak jadi memberikan uang tsb kepada yang muda tadi, tetapi memberikannya kepada yang duduk disamping si pemuda itu.
3. Bisa saja tuan itu bertanya;"Apa hak kamu mempertanyakan kebijaksanaan saya, coba tanya ke pengemis tua yang buta itu, apakah saya tidak adil?"
4. Bisa saja tuan itu berkata;"Mengapa kamu sendiri yang sudah saya beri uang tidak rela membagikan uang yang sudah saya berikan kepada kamu kepada pengemis yang duduk disamping kamu yang tidak saya beri?"
Kita sebagai ciptaan tidak akan mampu mengerti kebijaksanaan dari sang pencipta. Tetapi yang kita tahu bahwa kalau kita diberi sesuatu yang lebih oleh pencipta maka tugas kita membagikan kepada yang kekurangan.
Jika kita mampu mengerti dengan otak kita yang kecil ini tentang kebijaksanaan dari sang pencipta, maka sang pencipta tidaklah lebih besar dari otak kita yang kecil ini.
---
Mohon maaf kepada Yth: Uwi atas kekasaran saya. Saya memang masih sensitif dengan tema tsb.