Jika ngotot masih mau mendengarkan musik ataupun mata berkeliaran kemana-mana, ya gpp, tapi yg pasti, latihannya akan menjadi lbh berat.' Tantangan untuk meningkatkan Sati akan lbh banyak, krn serangan kenyamanan panca indera semakin intens. Pemandangan orang2 jualan dipasar, gadis2 bebelanja, ada yg rambutnya panjang, ada yg pakai rok mini, masakan mengepul2, nasi hainam hangat2, menonton tari2an, main gitar sambil bernyanyi2... wah, dipastikan akan 'berat' sekali untuk bisa 'Sati'.
::
Setahu saya bro, sati tidak tergantung pada obyeknya. Jika kesadaran dipenuhi dengan sati, maka semua objek menjadi benar.
Betul, itu jika kita semua sudah Sati, sehingga tidak diperlukan segala macam Vinaya dan latihan2...
Bahkan Ajaran Buddha juga sudah tidak diperlukan lagi...
Kenyataannya para Bhikkhu kan belum sepenuhnya sati bro,
objek2 'amat-amat sangat' berpengaruh, sehingga diperlukan segala macam latihan dan pembatasan2 yg tujuannya meminimalisir gangguan objek2 yg dpt menimbulkan kemelekatan: kepala digundul, baju terusan sederhana, makanan jangan milih2, hidup selibat, hindari mata melotot kesana-sini, hindari mendengarkan musik, tari2an (apalagi memainkannya yah).... dstnya....
pokoknya, jalankan hidup sederhana, perhatikan gerak-gerik batin, jangan terlena oleh kesenangan panca indera yg akan menimbulkan kemelekatan.... Jadi,
kehidupan monastik dikondisikan sedemikian rupa agar praktik mengikis LDM dpt berjalan sebaik mungkin....
Jika masih ada keinginan tertentu (yah.. katakanlah sedikit kelonggaran) dari kondisi sempurna yg telah disusun sejak zaman Sang Buddha ini, mis: ingin praktik dhamma, tapi juga ingin hidup berumah tangga, atau ingin pake jeans, ingin nge-band, atau fashion show, atau jadi fotografer, jika masih ada keinginan2 duniawi ini, yah.. lepaskanlah jubah dan silahkan menjalani kemauan yg diinginkan...
maaf, jika agak keras, tapi begitulah kira2 menurut saya...
::