ketika itulah 5 niravana yg rekan Fabian katakan mengendap...
kemudian dalam kegiatan sehari2, secara tak sadar saya mengumpulkan beban2 lagi.
memikulnya lagi... dan akhirnya 5 niravana itu ada lagi...
Saudara Tesla yang baik...
Bolehkah sharing sedikit, bagaimanakah proses mengendapnya nivarana yang saudara Tesla katakan...?
Jadi diskusi kita bisa lebih nyambung, karena saya bisa lebih mengerti sudut pandang saudara Tesla...
saudara Fabian yg baik, bukankah sudah saya katakan sebelumnya.
prosesnya sesederhana hanya dg melepas beban bathin yg kita miliki.
dan seperti kata saya sebelumnya lagi,
Saudara Tesla yang baik, prosesnya sederhana memang, tetapi saudara Tesla tidak menjawab pertanyaan saya yaitu bagaimana prosesnya mengendapnya Nivarana...? (maksudnya proses batin yang terjadi sehingga bisa terjadi demikian)
bagi seorang yang pernah mengalami tentu dia dapat menceritakan mengapa dan bagaimana prosesnya,
Setahu saya didunia ini tak ada sesuatu yang terjadi begitu saja, seseorang yang mengalami sesuatu tentu dapat menceritakan bagaimana pengalaman yang telah ia alami, bagaimana caranya mendadak bisa lepas, mengapa bisa lepas dsbnya...
Teman-teman yang meditasi Vipassana Mahasi Sayadaw ada juga yang timbul salah anggapan, ada yang menganggap telah mencapai tingkat kesucian Sakadagami, bahkan ada yang menganggap dirinya telah mencapai tingkat kesucian Anagami, dia mengklaim tahu rasanya bagaimana menjadi Anagami dsbnya. Bagi saya ini hal biasa, sering terjadi pada meditator pemula.
Dalam menanggapi pengalalaman pengalaman ini kita perlu membandingkan dengan Mahaparinibbana Sutta, yaitu membandingkan dengan Sutta-sutta atau Dhamma dan Vinaya.
Jika orang ini bersikeras walaupun berbeda dengan sutta (atau Dhamma) dan vinaya maka orang ini tentu telah salah mengerti.
saudara Fabian mencoba memahami sudut pandang saya dg menjadi saya,
menurut saya cara itu tidak tepat... (itu malah nambah beban pemikiran, tidak nyambung).
Seperti saya katakan sebelumnya, inilah cara yang tepat. bayangkan bila dua orang berbeda keyakinan mengadu argumentasi berlandaskan keyakinan masing-masing.....
bisa dibayangkan akibatnya kan? bahkan perang di dunia juga berawal dari adu argumentasi berlandaskan keyakinan masing-masing......
tentu salah satu pihak harus mengalah dan berusaha melihat persoalan dari sudut pandang lawan bicaranya kan...?
Dan.... percayalah.... tidak menjadi beban pemikiran bagi saya, kan tinggal di
letting go...?
Selain itu saya beranggapan diskusi Dhamma
(Dhamma sakkacha) baik dan dianjurkan di Maha Manggala Sutta.
saudara Fabian harus melepaskan beban rekan Fabian sendiri.
Wah saudara Tesla menganggap itu beban, apakah suatu pengetahuan atau pemikiran adalah beban...?
Menurut saya suatu pemikiran menjadi beban pada saat orang itu menganggap pemikiran itu sebagai beban. Karena ia menciptakan suatu konsep terhadap pemikiran itu sendiri, bila ia melihat secara alami bahwa pemikiran yang timbul akan lenyap kembali maka pikiran yang muncul tersebut tidak menjadi beban bagi orang tersebut.
Coba diperhatikan, saudara Tesla menganggap pikiran saya menjadi beban sedangkan saya tidak beranggapan demikian, maka yang memikul pemikiran saya tentu adalah saudara Tesla sendiri kan...? dan
pemikiran itu menjadi beban saudara Tesla bukan beban saya kan?Dalam meditasi saya selalu berusaha menerima apapun yang muncul, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan,
tidak berusaha membuat dia lepas,
hanya mengamati apa adanya.... Saya terbiasa menerima hal-hal demikian, jadi saya harap pemikiran saya jangan menjadi beban saudara Tesla....
yg saya lihat sekarang saudara Fabian, mencari & memasang standar2 kepada diri sendiri...
Ya... saya bisa mengerti saudara Tesla berasumsi demikian, tetapi sekali lagi itu hanya asumsi saudara Tesla, saya bukan memasang standar terhadap diri saya sendiri, sebagai siswa Sang Buddha saya berpatokan pada Tipitaka.... kalaupun tulisan saya dianggap standar, percayalah
saya akan mengurangi ego saya dengan mengatakan apa yang saya ucapkan tidak benar bila bertentangan dengan Tipitaka.
Karena selama ini pengetahuan yang saya dapatkan dengan membaca Tipitaka luar biasa besar jasanya dalam membantu saya berlatih meditasi.
(pelajaran Dhamma itu yang menjadi pembimbing saya, bukan menjadi beban seperti asumsi saudara Tesla), bukankah Sang Buddha telah mengatakan Dhamma dan Vinaya itulah yang akan menjadi pembimbingmu setelah Aku tiada...? Coba renungkan... yang manakah yang disebut Dhamma-Vinaya? (atau Sutta-Vinaya....sama saja).
Oh ya saudara Tesla saya melihat ada beberapa teman-teman netter yang terperangkap pada suatu konsep yang menolak Tipitaka (kecuali sedikit bagian tertentu) dan saya menamakan konsepnya tersebut konsep "tidak melekat", konsep "bebas", konsep "melepas", atau
konsep "tanpa konsep", nah yang terakhir ini sering tidak disadari oleh teman-teman para netter, mereka membentuk suatu konsep baru yang saya sebut
konsep "tanpa konsep" yang berarti adalah suatu konsep juga bila terus dilekati..... bukankah demikian...?Sedangkan menurut pendapat saya, apakah muncul konsep atau tidak muncul konsep biarkan saja, toh akan lenyap dengan sendirinya, terima dan perhatikan saja, dan itu akan lenyap dengan sendirinya, inilah cara melepas yang sebenarnya menurut Vipassana,
jangan berusaha dilepas, karena itu adalah penolakan halus yang akan membuat konsep tersebut melekat dalam batin (timbul kebencian)
Jadi kesimpulannya?
don't take it too seriously lah...
(((semoga kita berbahagia dan terbebas dari penderitaan)))