coba anda baca secara holistik dari awal.....
1. pak hudoyo dengan jelas menyatakan bahwa untuk mencapai nibbana, tidak diperlukan buddha dhamma
2. saya bilang : kalo untuk mencapai Nibbana, kaga perlu buddha dhamma, Buddha kaga bakalan ngajarin lah
Buktinya banyak pemeditasi MMD yang non-Buddhis bisa memahami dukkha & lenyapnya dukkha secara intuitif, tanpa saya bicara tentang Buddha Dhamma. ... Jelas Buddha-Dhamma bukan syarat mutlak untuk mencapai pembebasan. ...
definisikan dulu Buddha-Dhamma itu apa?
kalau mutlak ajaran Buddha tentu saja tidak valid.
seingat saya sdr. Markos sendiri pernah menuliskan, pencerahan dapat terjadi melalui mengamati proses alam
mengenai 4 kebenaran mulia, saya rasa rata-rata dari umat Buddha menghafalnya, tapi ga dinyatakan udah sampe sotapana setidaknya
jadi jelas, 4 kebenaran mulia bukan utk dibaca, tetapi utk ditemukan dalam diri sendiri... kurang lebih saya paham kenapa Pak Hud menamakan vipassana yg diajarkan itu 'meditasi
mengenal diri'. hehehe...
jadi disini anda bisa melihat sendiri bahwa diskusi bukan masalah setelah realisasi total/nibbana, buddha dhamma tidak dibutuhkan, namun pada proses menuju nibbana, tidak membutuhkan buddha dhamma
Tidak ada "proses" menuju nibbana ... tidak ada "rakit" ... tidak ada "pantai seberang" ... Pembebasan/pencerahan harus dicapai sekarang, ketika batin menyadari saat kini ... bukan ketika batin berpikir tentang "nibbana", "pantai seberang", "rakit" dsb.
Oleh karena pencerahan/pembebasan harus dicapai ketika batin berada pada saat sekarang ... tidak perlu ajaran orang lain ... termasuk tidak perlu Buddha-Dhamma. ... Seorang non-Buddhis yang tidak tahu apa-apa tentang Buddha-Dhamma, malah lebih cepat bisa menangkap kiat 'sadar pada saat kini'.
rasanya saya pernah tulis deh...
walau jawaban pertanyaan dalam diri saya memiliki kata-kata yg sama dg Tipitaka, tetapi sekarang memiliki makna yg berbeda... ternyata apa yg diterima dari membaca & vipassana(insight?) berbeda
Secara label/harafiah memang tidak ada buddha dhamma, namun tentunya mereka menjalankan jalan mulia berunsur delapan juga, karena jelas hanya jalan itulah yang membimbing menuju Nibbana
Ini bersumber pada Mahaparinibbana-sutta, kan. ... Saya tidak percaya kata-kata itu berasal dari mulut Sang Buddha ... pasti kata-kata itu menyusup masuk ke dalam sutta itu, berasal dari bhikkhu-bhikkhu penghafal Tipitaka yang belum tercerahkan ...
Ini sama saja dengan orang yang mengatakan "Hanya melalui Yesus orang bisa sampai kepada Allah Bapa" ... berbeda isinya tapi sama semangat dan sikapnya: EKSKLUSIF ...
Padahal banyak orang di luar Buddha Dhamma sampai pada pencerahan yang tidak kurang daripada orang Buddhis....
saya juga melihat hal yg sama pak
banyak yg melihat yg mutlak, dg label-label berbeda: "Allah, Nibbana, Tao, dll..."
tapi sayang... di sana juga ada yg menyatakan "disinilah jalan satu-satunya"
padahal dalam "Allah, Nibbana, Tao, dll..." di sana tidak ada perbedaan.