//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cetana dan pikiran  (Read 18050 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #30 on: 31 May 2008, 07:50:20 PM »
At: atas ^^
Thanks ma infonya...
At : hudoyo
Dimana ya?
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #31 on: 31 May 2008, 08:03:23 PM »
At : hudoyo
Dimana ya?
   ^
di sini! ;D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #32 on: 31 May 2008, 08:24:27 PM »
At : hudoyo
Dimana ya?
   ^
di sini! ;D

Waw2...Ampun gw gk ngerti... ^:)^ ^:)^ ^:)^
Ko tesla mank the best deh... :jempol: :jempol: :jempol: :jempol:
Gw salut... :jempol: :jempol: :jempol:
Tp kadang2 gw gk ngerti maksudnya  :'( :'( :'(
 _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #33 on: 31 May 2008, 11:56:05 PM »
jgn salut dg tesla yg hanya seonggok nafsu.
salut & kagumlah pada Buddha, Yang Sadar.
mudah2an suatu saat melihat Buddha, Yang Sadar.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Paticca-samuppada, Mulapariyaya-sutta, Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta
« Reply #34 on: 01 June 2008, 03:09:26 AM »
At: atas ^^
Thanks ma infonya...
At : hudoyo
Dimana ya?
_/\_

Saya coba jelaskan secara sederhana ... mudah-mudahan Rekan Riky bisa memahami ... :)

'Pikiran' itu terjadi sesudah 'phassa' = kontak, persepsi. ... bersama 'pikiran' ada 'vedana' = perasaan (senang, tidak menyenangkan, netral) ... lalu dari situ timbul 'cetana' = kehendak. ... 'cetana' itu sendiri tidak terlepas dari 'tanha' = kehausan, 'upadana' = kelekatan dan 'bhava' (proses menjadi).

Jadi, dari paticca-samuppada: ... vinnana > nama-rupa > salayatana > phassa > vedana > tanha > upadana > bhava ...
kuncinya adalah phassa = kontak, persepsi. ...

Apakah 'persepsi'? ... 'Persepsi' adalah pertemuan tiga unsur: (1) indra, (2) obyek indra, dan (3) kesadaran-indra -> persepsi (phassa).

Contoh: indra 'mata': pertemuan antara (1) mata, (2) wujud, (3) kesadaran-mata -> phassa = persepsi tentang wujud itu.

Kalau cuma (1) + (2) tanpa (3), tidak terjadi persepsi tentang wujud. Misalnya, kalau kita asyik mendengarkan Walkman (kesadaran-telinga bekerja), maka apa pun yang ada di depan mata tidak kita sadari, tidak kita perhatikan, karena tidak ada kesadaran-mata. ...

Nah, 'phassa' (persepsi) ini, sebelum dicemari 'pikiran', masih bersifat murni (pure perception). ... Maksudnya "murni", belum ada label, belum dikenali, belum dipengaruhi ingatan, belum dipengaruhi keinginan/kebencian dsb ... singkatnya belum dipengaruhi 'pikiran'.

Apa yang terjadi sesudah 'phassa' (persepsi murni)? ... Mari kita membuka Mulapariyaya-sutta (MN 1). ... Di situ Sang Buddha menjelaskan proses pikiran seorang puthujjana, seorang sekha (ariya non-arahat), dan seorang arahat/Buddha.

Proses pikiran yang dijelaskan Sang Buddha 2500 tahun lalu itu ternyata persis sama dengan definisi 'pikiran' (thought) dari disiplin psikologi pada zaman kita sekarang. ...

Apakah definisi 'pikiran' (thought, thinking)? ... " 'Pikiran' adalah TANGGAPAN (response) terhadap RANGSANGAN (stimuli) yang masuk dari luar lewat pancaindra atau muncul dari dalam sebagai ingatan." ("Thought is a covert, symbolic response to external and internal stimuli" - Encyclopaedia Britannica)

Jadi harus ada 'rangsangan' (phassa, persepsi) lebih dulu ... baru diikuti munculnya 'tanggapan' sebagai 'pikiran'. ...

Menurut Sang Buddha di dalam Mulapariyaya-sutta itu, proses terjadinya 'pikiran' itu sekaligus menciptakan si aku/ego (atta) ... dan perasaan (vedana) ...

Menurut Sang Buddha peristiwa itu terjadi melalui 6 langkah secepat kilat, misalnya:

(1) pa.thavi.m pa.thavito sa~njaanaati = "melihat (mempersepsikan) tanah sebagai tanah"

(2) pa.thavi.m pa.thavito sa~n~natvaa, pa.thavi.m ma~n~nati = "setelah mempersepsikan tanah sebagai tanah, membayangkan (mengkonsepsikan) tanah"

(3) pa.thaviya ma~n~nati = "mengkonsepsikan [aku] di dalam tanah"

(4) pa.thavito ma~n~nati = "mengkonsepsikan [aku] [berbeda] dari tanah"

(5) pa.thavi.m meti ma~n~nati = "mengkonsepsikan 'tanah untukku' "

(6) pa.thavi.m abhinandati = "bersenang hati dengan tanah".

(bold hijau = persepsi murni; bold merah = pikiran, sekaligus menciptakan aku/ego (atta); bold biru = perasaan, vedana)

(Dalam Mulapariyaya-suta, 'tanah' lalu diganti dengan air, api, udara, para dewa, konsep-konsep abstrak seperti 'keesaan', 'keanekaragaman', dan akhirnya ... konsep 'nibbana' ... maksudnya, segala sesuatu --konkrit maupun abstrak-- yang bisa dipersepsikan dan dikonsepsikan oleh batin manusia.)

Perhatikan bahwa langkah #1 kata kerjanya 'sa~njaanaati' (mempersepsikan),
sedangkan langkah #2 - 5 kata kerjanya 'ma~n~nati' (mengkonsepsikan),
sedangkan langkah #6 kata kerjanya 'abhinandati' (bersenang hati = vedana).

Nah, langkah #1 itu adalah 'phassa' (persepsi murni);
langkah #2 - 5 itu 'pikiran' (mengkonsepsikan);
langkah #6 itu 'vedana' (perasaan).

Sebagai latihan, mari kita ulangi kembali proses terjadinya pikiran itu dengan bahasa psikologi modern, dengan contoh "mata melihat bunga":

(1) "mata melihat wujud" - persepsi murni, belum ada nama/label, belum dikenali benda apa itu.

(2) "pikiran mengkonsepsikan 'bunga' " - pikiran mulai bergerak, dari database-nya (ingatan) memberi nama/label, mengenali, memilah-milah.

(3) "pikiran mengkonsepsikan [aku] di dalam bunga" - pikiran menciptakan aku/ego (atta), tapi atta itu masih belum terpisah dari 'bunga'.

(4) "pikiran mengkonsepsikan [aku] [berbeda] dari bunga" - pikiran mulai memisahkan aku dari bunga, di sini untuk pertama kali muncul DUALITAS antara SUBYEK (aku) dan OBYEK (bunga).

(5) "pikiran mengkonsepsikan 'bunga untukku' " - si aku/ego (atta) membentuk hubungan (ber-relasi) dengan bunga: ingin memetik ... 

(6) "batin bersenang hati dengan 'bunga' " - muncul 'vedana' (perasaan, emosi).

Demikianlah terlihat bahwa 'emosi' selalu muncul bersamaan dengan 'pikiran'.

(Nah, sebagai latihan, cobalah runut kembali proses berpikir itu dengan menggantikan 'bunga' dengan 'ular'.)

Ini terjadi setiap kali kita 'berpikir', artinya setiap kali kita menanggapi rangsangan apa pun yang masuk dari luar melalui pancaindra, atau muncul di dalam batin sebagai ingatan. ... Setiap kali kita 'mencerap' (mempersepsikan) rangsangan yang kita terima ... kita mengkonsepsikan apa yang kita cerap ... sekaligus menciptakan atta ... yang kemudian memisahkan diri dari obyek, menciptakan untuk pertama kali dualitas antara subyek & obyek ... lalu subyek membentuk hubungan dengan obyek ... dan terakhir muncullah emosi menyertai pikiran itu.

Ini dialami oleh setiap puthujjana.

Nah, bagaimanakah kata Sang Buddha tentang seorang 'sekha' (orang yang berlatih untuk mencapai nibbana)?

Seorang 'sekha' berlatih agar langkah #2 - 6 tidak muncul. ... Jadi ia berlatih, setiap kali mempersepsikan sesuatu--konkrit maupun abstrak--hanya berhenti pada persepsi murni (langkah #1) ... dan tidak diikuti oleh 'pikiran & emosi' (langkah #2 - 6).

Bagaimana pula keadaan batin seorang arahat/Buddha?

Dalam batin seorang arahat/Buddha, hanya ada persepsi murni (langkah #1) ... Tidak ada lagi 'pikiran', 'si aku/atta', dan 'emosi' (langkah #2 - 6) untuk selamanya.

Demikianlah secara lengkap isi Mulapariyaya-sutta (MN 1).

Apakah ini cuma sekadar teori yang bagus, yang tidak perlu diingat-ingat?

TIDAK. ... Justru inilah kunci latihan vipassana yang SESUNGGUHNYA ... inilah kunci pembebasan (nibbana) ...

Di dalam MMD (entah di dalam vipassana versi lain), pemeditasi mengamati batinnya pada saat terjadinya kontak (phassa, persepsi) dengan apa pun ... pada mulanya, mau tidak mau akan muncul pikiran, si aku, emosi yang menyertai persepsi itu ... tetapi lama-kelamaan, ia akan mengalami bahwa proses batin itu berhenti pada phassa (persepsi) ... tidak diikuti lagi oleh pikiran ... dengan kata lain, pikiran berhenti ... ia melihat gap di antara dua pikiran. ... Kalau ia bisa terus-menerus berada dalam keadaan itu (hanya ada persepsi, tapi tidak ada pikiran, atta & emosi muncul) untuk beberapa lama ... itu disebut khanika-samadhi ... pintu menuju nibbana.

Phassa (kontak, persepsi) sebagai KUNCI vipassana yang sesungguhnya ini tercantum pula dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta, ketika Sang Buddha berkata:

"Di.t.the di.t.thamatta.m bhavissati," - "Di dalam yang terlihat hanya ada yang terlihat" - maksudnya tidak dicemari oleh pikiran, si aku & emosi;
 
"Sute sutamatta.m bhavissati," - "Di dalam yang terdengar, hanya ada yang terdengar";
 
"Mute mutamatta.m bhavissati," - "Di dalam yang tercerap [oleh ketiga indra yang lain], hanya ada yang tercerap";

"Vi~n~naate vi~n~ naatamatta.m bhavissatii" - "Di dalam yang teringat, hanya ada yang teringat."

(Menurut Kamus Pali (Buddhadata): "muta" = sense perceptions through nose, tongue and touch;
'vi~n~naata' (dari 'vijaanaati') = perceived (tercerap); karena di atasnya sudah disebut 'terlihat', 'terdengar', dan 'tercerap oleh ketiga indra yang lain', maka di sini tinggal 'ingatan' yang muncul pada indra keenam, yaitu batin.)

Inilah yang oleh Sang Buddha disebut "melihat apa adanya" ("yatha-bhutam nyana-dassanam"). ... artinya melihat segala sesuatu berhenti pada persepsi murni, tanpa dicemari oleh pikiran, emosi, keinginan, ketidaksenangan dsb ...

Kesadaran MMD ini dapat dan harus dibawa ke dalam kesadaran sehari-hari ... memang dalam kesadaran sehari-hari persepsi mau tidak mau selalu diikuti pikiran, si aku & emosi ... ini karena sati belum kuat ... Tapi bila kita cukup terlatih ... pikiran, si aku & emosi yang mengikuti persepsi itu hanya berlangsung sesaat ... karena sati bisa menghentikan pikiran, si aku & emosi yang sudah keburu muncul itu agar tidak merajalela. ...

Tapi ini harus terjadi DENGAN SENDIRINYA, tidak bisa disengaja. ... Orang tidak bisa bilang, "Saya mau sadar." ... Kalau disengaja, itu berarti batin terlibat lagi dalam konsep-konsep ... kali ini konsep-konsep Mulapariyaya-sutta yang halus ... dan dengan demikian ia tidak bisa masuk ke dalam samadhi yang sesungguhnya ... di mana tidak ada lagi pikiran, si aku & emosi.

Semoga Rekan Riky bisa memahami ini. :)

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 01 June 2008, 05:54:41 PM by hudoyo »

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #35 on: 01 June 2008, 11:27:08 AM »
Quote
Inilah yang oleh Sang Buddha disebut "melihat apa adanya" ("yatha-bhutam nyana-dassanam"). ... artinya melihat segala sesuatu berhenti pada persepsi murni, [v]tanpa dicemari oleh pikiran, emosi, keinginan, ketidaksenangan dsb ...[/b]
Jd pikiran pun ada pencemaran??Begitu juga dengan emosi dll???Melihat apa adanya berati terhenti pada konsep persepsi murni??
Persepsi murni=melihatnya hanya sebagai wujud tanpa semua label(maksudnya tanpa mengubah apa2?) dll??
Persepsi murni terhenti pada phassa?Kemudian muncul pikiran yg ada vedana? cetana,aku,emosi dll??
Berati phassa=yg murni dan belum tercemari??Dimana letak pikiran itu sendiri??Brati menuju konsep pemberhentian samsara pikiran juga harus lenyap???(Gw shock baru tau)
Kemudian "pikiran" dan "aku" ini beda ya?
Bukankah pikiran yg memunculkan "aku"?(Maaf jika salah ^^)

"Dalam batin seorang arahat/Buddha, hanya ada persepsi murni "
"Seorang 'sekha' berlatih agar langkah #2 - 6 tidak muncul. ... Jadi ia berlatih, setiap kali mempersepsikan sesuatu--konkrit maupun abstrak--hanya berhenti pada persepsi murni (langkah #1)"
Jika sekha sudah berhenti pada persepsi murni Apakah dia sudah mencapai tingkat arahat?
Dan ketika terhenti pada persepsi murni apakah dia sudah hanya ada persepsi murni didlm batinnya?
Thanks ya atas infonya ^^ benar2 bermanfaat
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #36 on: 01 June 2008, 11:27:43 AM »
jgn salut dg tesla yg hanya seonggok nafsu.
salut & kagumlah pada Buddha, Yang Sadar.
mudah2an suatu saat melihat Buddha, Yang Sadar.
Oke boZ...
Saddhu!!Saddhu!!Saddhu!!
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #37 on: 01 June 2008, 04:35:11 PM »
Jd pikiran pun ada pencemaran??Begitu juga dengan emosi dll???Melihat apa adanya berati terhenti pada konsep persepsi murni??

Betul ... Wah ... Riky, Riky ... pikiran Anda sangat tajam :) ... Dan ternyata Anda membaca tulisan saya dari awal sampai akhir ... Riky, saya mengucapkan ikut bermudita-citta dengan Anda ...  _/\_ ... Saya melihat Anda seperti anak saya sendiri ... :)

Tahukah Anda bahwa tidak semua pembaca DC ini tertarik membaca uraian saya ... banyak di antara mereka yang membaca satu-dua baris saja, lalu berhenti. ... "Terlalu panjang dan njlimet", katanya. ;D

*****

Betul ... justru pikiran & emosi apa pun selalu terkondisi, selalu dipengaruhi oleh kepentingan si aku ... Coba, Anda renungkan ... misalnya Anda memikirkan seorang cewek ... atau melihat sebuah jeans Levi's di sebuah mall ... atau melihat tukang bakso lewat ... selalu pikiran Anda yang muncul "dicemari" oleh kepentingan Anda sendiri, bukan? ... ;D  ... Anda tidak bisa melihat cewek itu, jeans itu, bakso itu seperti apa adanya ... tanpa "dicemari" oleh kepentingan Anda ... :)


Quote
Persepsi murni=melihatnya hanya sebagai wujud tanpa semua label(maksudnya tanpa mengubah apa2?) dll??

Betul ... :) yang mau mengubah itu kan si aku, pikiran, cetana ... Itu belum muncul, kalau orang tetap berada pada langkah #1 dari Mulapariyaya-sutta ...


Quote
Persepsi murni terhenti pada phassa?Kemudian muncul pikiran yg ada vedana? cetana,aku,emosi dll??

Betul ... Anda sudah melihatnya, memahaminya ... :)


Quote
Berati phassa=yg murni dan belum tercemari??Dimana letak pikiran itu sendiri??Brati menuju konsep pemberhentian samsara pikiran juga harus lenyap???(Gw shock baru tau)

Riky ... Anda bilang Anda "shock" mengetahui hal itu. ... Ketahuilah, itu bukan "shock" ... yang Anda alami itu adalah INSIGHT (Pencerahan) ... Anda baru mengalami salah satu vipassana-nyana, yakni sammasana-nyana, nyana ketiga, menyadari sekilas 'anicca', 'dukkha' & 'anatta'. ... Sekali lagi, saya mengucapkan bermudita-citta dengan Anda.   _/\_


Quote
Kemudian "pikiran" dan "aku" ini beda ya?
Bukankah pikiran yg memunculkan "aku"?(Maaf jika salah ^^)

Betul sekali ... Kebanyakan orang berpendapat, "Akulah yang berpikir, ini pikiran-KU ..." ... Tapi yang sesungguhnya terjadi justru sebaliknya: pikiranlah yang menciptakan si aku (pada langkah #3 dari Mulapariyaya-sutta). ... Si aku itu baru muncul ketika pikiran bergerak, yang terjadi dalam sebagian besar waktu kita ... Sehingga kita MERASA, aku itu kekal abadi, bahkan ada yang bilang kita ini punya roh yang kekal abadi. ...

Si aku itu tidak selamanya ada dalam batin kita, kalau kita tidak berpikir ... Misalnya, Anda tengah asyik mendengarkan lagu yang enak ... Anda tidak berpikir ... di situ tidak ada si aku ... yang ada hanya suara lagu itu, Anda terhanyut olehnya ... Belakangan kalau Anda "sadar" ... "Wah, lagunya enak" ... di situ baru muncul si aku, karena pikiran Anda bergerak, menanggapi lagu itu. ... Anda (aku, subyek) berhadapan dengan obyek (lagu) (langkah #4) ... lalu Anda ber-relasi dengan obyek itu ("ingin memiliki", cetana) (langkah #5) ... Anda merasa senang dengan lagu itu (langkah #6) ... :)

Sekalipun pada saat terhanyut oleh lagu itu aku itu tidak muncul dalam kesadaran, tapi potensi aku itu ada di bawah sadar (lapisan anusaya), karena kita masih diliputi avijja. ... Setiap kali pikiran bergerak, aku itu pasti muncul kembali. ...


Quote
"Dalam batin seorang arahat/Buddha, hanya ada persepsi murni "
"Seorang 'sekha' berlatih agar langkah #2 - 6 tidak muncul. ... Jadi ia berlatih, setiap kali mempersepsikan sesuatu--konkrit maupun abstrak--hanya berhenti pada persepsi murni (langkah #1)"
Jika sekha sudah berhenti pada persepsi murni Apakah dia sudah mencapai tingkat arahat?

Jika langkah #2 - 6 sudah tidak muncul lagi untuk selamanya, itu berarti 'sekha' tersebut menjadi 'arahat'. ...
Bukankah Sang Buddha berkata, dalam diri seorang arahat tidak ada lagi pikiran 'ini milikku, ini aku, ini diriku/rohku' ("n'etam mama, n'eso hamasmi, n'eso me atta")


Quote
Dan ketika terhenti pada persepsi murni apakah dia sudah hanya ada persepsi murni didlm batinnya?

Betul ... :)

Tentu ini menimbulkan pertanyaan bagi Anda: Kalau begitu bagaimana mungkin Sang Buddha berkhotbah, kalau tidak ada pikiran lagi? ... Begitu bukan implikasinya? ... :)

Riky ... kita tidak tahu bagaimana persisnya batin seorang arahat/Buddha itu ... Malah Sang Buddha mengatakan, batin seorang arahat/buddha itu salah satu dari empat hal yang "seharusnya tidak dipikir" (acinteyya) ...

Kita hanya tahu secara logika, bahwa menurut Mulapariyaya-sutta, dalam batin seorang arahat/Buddha tidak ada lagi langkah #2 - 6 ... Jadi tidak ada lagi pikiran (sebagaimana kita kenal) dan tidak ada lagi aku (sebagaimana kita kenal) ...

Jadi apa yang ada, apa yang tinggal? ... Dalam sebuah sutta, Sang Buddha berkata: "Para bhikkhu, ADA yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbentuk, tak terkondisi ... Kalau itu tidak ada, orang tidak bisa bebas dari [nama-rupa] yang terlahirkan, tercipta, terbentuk dan terkondisi ini." (Udana 8.3)

Jadi, menurut hemat saya, (saya sendiri belum sampai ke sana :) ), ... seandainya Riky sekarang menjadi arahat ... tidak ada lagi langkah #2 - 6, tidak ada lagi pikiran & tidak ada lagi si Riky (sebagaimana Anda kenal selama ini) ... tapi di situ ADA apa yang disebutkan oleh Sang Buddha dalam Udana 8.3 itu. ... Tapi ingat, ITU hanya muncul ketika si Riky sudah tidak ada lagi, karena batin Anda adalah batin arahat. ... :)


Quote
Thanks ya atas infonya ^^ benar2 bermanfaat
_/\_


Turut bermudita-cittena, Riky ... anakku. ...  _/\_

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 01 June 2008, 05:41:02 PM by hudoyo »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #38 on: 01 June 2008, 05:09:19 PM »
Quote
Berati phassa=yg murni dan belum tercemari??Dimana letak pikiran itu sendiri??Brati menuju konsep pemberhentian samsara pikiran juga harus lenyap???(Gw shock baru tau)
Kemudian "pikiran" dan "aku" ini beda ya?
Bukankah pikiran yg memunculkan "aku"?(Maaf jika salah ^^)
inilah pengetahuan yg tidak mungkin dimengerti oleh pikiran.

Turut bermudita-cittena, Riky ... anak matahari. _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #39 on: 02 June 2008, 08:40:56 AM »
anumodana Pak Hud, Bro Ricky, Bro Tesla atas diskusi diatas, sungguh mencerahkan (meskipun perlu dibaca berulang2 dan harus direnungkan selalu)  :)

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Che Na

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.009
  • Reputasi: 51
  • Gender: Female
  • "Kesaktian tertinggi adalah berjalan diatas bumi "
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #40 on: 02 June 2008, 03:38:52 PM »
Inilah yang oleh Sang Buddha disebut "melihat apa adanya" ("yatha-bhutam nyana-dassanam"). ... artinya melihat segala sesuatu berhenti pada persepsi murni, [v]tanpa dicemari oleh pikiran, emosi, keinginan, ketidaksenangan dsb ...



Mungkin seperti kata kata
"melihat tapi cuma melihat"
"mendengar tapi cuma mendengar"

MOhon koreksi  _/\_
« Last Edit: 02 June 2008, 03:40:33 PM by Che Na »
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #41 on: 02 June 2008, 06:26:44 PM »
Mungkin seperti kata kata
"melihat tapi cuma melihat"
"mendengar tapi cuma mendengar"

MOhon koreksi  _/\_


Sudah betul ... tidak perlu dikoreksi :)

Cuma sekarang jangan tinggal jadi semboyan saja ... tidak ada gunanya kalau begitu ... :)

Bagaimana caranya "melihat tapi cuma melihat"? ... Itu tidak bisa dilatih secara langsung ... Kita hanya bisa menyadari ketika kita "TIDAK cuma melihat, melainkan melihat sambil dicemari oleh pikiran, emosi, keinginan, ketidaksenangan dsb" ... Justru itulah yang biasanya terjadi dalam batin kita ... Jadi, sadari saja semua itu, ketika kita "tidak cuma melihat ..." ... nanti dengan sendirinya semua pencemaran itu akan berhenti ... dan di situlah ada "melihat cuma melihat" yang sesungguhnya, tanpa diupayakan, tanpa dicari, tanpa dilatih.

Jadi, yang penting: praktik ... praktik ... praktik ... :)

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 02 June 2008, 06:28:27 PM by hudoyo »

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #42 on: 02 June 2008, 08:08:51 PM »
Pak hudoyo jika begitu konsep teorinya brati secara mutlak pada saat meditasi kita "sadar" atau "mengamati" objek pernafasan kita??Hanya terfokus pada hal tersebut saja??Tanpa berusaha memikirkan apa2,ketika pikiran yg laen muncul fokus pada pernafasan jgn berpikir gitu ya pak??(wah jika begitu konsepnya sungguh luar binasa para arahat...)
Thanks atas bimbingannya...
_/\_

Kemudian 1 hal lagi brati anicca sangat jelas?Tanpa aku/diri yg kekal...
Disini "aku" brati ketika kita berhenti berpikir maka "aku" akan lenyap bukan bersamaan lenyapnya pikiran??(brati intinya org yg sudah mencapai tingkat kearahatan sudah berhenti "berpikir" dan melihat segala sesuatu dengan persepsi murni.that's amazing.How can do it?Sedangkan pikiran ini setiap detiknya sungguh "liar")Persepsi murni sendiri diats dr pikiran ^^ wah2,gw pikir pikiran yg teratas dr segalanya ^^(rupanya salah ya?)
Sekali lagi Thanks atas bimbingannya...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #43 on: 02 June 2008, 08:10:41 PM »
Mungkin seperti kata kata
"melihat tapi cuma melihat"
"mendengar tapi cuma mendengar"

MOhon koreksi  _/\_


Sudah betul ... tidak perlu dikoreksi :)

Cuma sekarang jangan tinggal jadi semboyan saja ... tidak ada gunanya kalau begitu ... :)

Bagaimana caranya "melihat tapi cuma melihat"? ... Itu tidak bisa dilatih secara langsung ... Kita hanya bisa menyadari ketika kita "TIDAK cuma melihat, melainkan melihat sambil dicemari oleh pikiran, emosi, keinginan, ketidaksenangan dsb" ... Justru itulah yang biasanya terjadi dalam batin kita ... Jadi, sadari saja semua itu, ketika kita "tidak cuma melihat ..." ... nanti dengan sendirinya semua pencemaran itu akan berhenti ... dan di situlah ada "melihat cuma melihat" yang sesungguhnya, tanpa diupayakan, tanpa dicari, tanpa dilatih.

Jadi, yang penting: praktik ... praktik ... praktik ... :)

Salam,
hudoyo

Pak hudoyo bisa kasih saran tentang praktiknya??
Pak hudoyo selalu bilang praktik,bisakah cerahkan saya sedikit dengan pengetahuan dan pengalaman bapak?
Thanks...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cetana dan pikiran
« Reply #44 on: 02 June 2008, 08:11:44 PM »
Jujur aja gw benar2 blank banget soal praktek.Gw bingung mau mulai dr mana ^^
Mohon bimbanglah aku yg tdk tau apa2 ini...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything