Bro. marcedes, ada 5 kemungkinan ketika jawaban saya terlihat samar2:
1. Saya tidak punya cukup waktu untuk menjelaskan panjang lebar, apalagi sampai tiap kali harus menyebutkan kutipan ini itu, ini sangat memakan waktu saya. Belum lagi kebanyakan sumber bhs Inggris, butuh waktu pula nerjemahinnya.
2. Saya ingin si pembaca search sendiri, jadi tidak bergantung dengan jawaban saya saja. Saya berusaha memancing si pembaca atau penanya untuk mau belajar lebih dari berbagai sumber. Tidak terburu-buru memposting sesuatu atau mengomentari sutra.
3. Si penanya tidak memahami tulisan saya atau konsep Mahayana sehingga terlihat samar-samar.
4. Jujur saja, ada rasa malas dari dalam saya ketika melihat si penanya menggunakan bahasa tidak sopan dan ofensif sekali, sehingga jawabnya ya samar-samar pula karena saya njawab tidak bersemangat dan saya merasa untuk apa menjawab panjang2 kalau balasannya toh juga kasar dan untuk apa memberi jawaban pada pertanyaan yang tidak tahu sopan santun atau toleransi?
5. Si penanya memang beritikad tidak baik (ada dendam pribadi [? ? ?] atau memang tidak suka Mahayana) sehingga bagaimanapun penjelasan saya tetap terlihat samar-samar.
Patut diingat pula, saya juga bukan pakar Mahayana, tentu kalau kadang kurang memuaskan bagi anda, itu sangat wajar. Diri sendiri ini belum realisasi apa-apa, gimana mau membabarkan Buddha Dharma dan Dharma Mahayana yang begitu luas adanya???
Tambahan: pertanyaan balik itu bukan selalu harus tidak tahu. Bisa saja bro Tan memberikan pertanyaan balik sehingga si penanya dapat tersadarkan akan sesuatu. Apalagi dalam gong an (koan) Zen, pertanyaan balik itu bisa berfungsi juga sebagai jawaban. Bahkan setahu saya, dalam Sutra2 dan Sutta2 pun Sang Buddha kadang bertanya balik untuk memancing pemahaman si penanya.
Apalagi bisa saja bro. Tan males njawabin pertanyaan2 yang kurang sopan dan memojokkan bukan, sehingga malah tanya balik? Banyak kemungkinan yang ada, jadi jangan serta merta kalau orang nggak mau jawab maka dicap ndak tahu atau pembenaran.
Bicara soal sikap, tampaknya dari para penanya yang ofensif sendiri seringkali saya lihat ada sikap menghindar atau tidak mau tahu ketika sudah ada jawaban yang memuaskan, bahkan terkadang saya lihat juga ada usaha-usaha pembenaran.
The Siddha Wanderer