Rekan-rekan sekalian yang baik,
Saya berikan lagi kisah Zen lain yang HEBOH namun semuanya dalam konteks menyadarkan / membebaskan /mencerahkan pikiran.
Sila atau Vinaya seorang bhiksu Zen mengenai hubungan seksual YANG TAK TERTULIS misalnya tidak boleh menyentuh perempuan.
Ada kasus seorang Guru Zen Jepang menggendong seorang perempuan menyebrangi sungai yang dangkal. Muridnya langsung BERPIKIR sang Guru telah melanggar vinaya seorang bhiksu mengenai HUBUNGAN SEKSUAL (padahal faktanya tak separah itu). Sehingga kemudian setelah sang perempuan telah tidak bersama mereka berdua, sang murid mengkritik gurunya sendiri.
Sang Guru Zen menjawab dengan enteng: “Saya sudah menurunkan perempuan itu sejak lama, tapi kamu masih menggendongnya hingga kini.” Giliran PIKIRAN sang murid yang kemudian tercerahkan/tersadarkan. Jadi sekali lagi ini masalah PIKIRAN. Khususnya apakah ketika Anda menggendong perempuan, pikiran Anda tetap fokus, jernih, suci, tenang. Yang tahu diri Anda sendiri.
Saya beri contoh lain mengenai ‘mesra-mesra’-an. Seorang Master Zen ditemui seorang bhiksuni muda dan cantik yang menanyakan mengenai apa itu sesungguhnya Zen. Master Zen itu kemudian memegang tangan bhiksuni dengan mesra. Dalam tradisi Zen, walau tidak tertulis, memegang tangan perempuan sudah seperti berhubungan seksual dengan perempuan itu. Seperti orang Isl*m radikal yang tidak boleh berjabat tangan dengan perempuan yang bukan muhrim-nya (kasus Tifatul Sembiring vs Michelle Obama).
Tentu saja bhiksuni itu kaget dan berteriak : “Anda adalah seorang Master Zen yang senior dan dihormati banyak orang, mengapa Anda punya pikiran sebejat itu ?!” . Master Zen itu tersenyum dan berkata : “Nah itulah Zen. Semua itu tergantung pada Anda dan PIKIRAN Anda sendiri. Anda yang BEBAS menentukan apakah Anda mau mengikuti PIKIRAN Anda yang suci atau mau mengikuti PIKIRAN Anda yang bejat.”
Saya ingat kejadian dulu sekali ketika Gus Dur dengan berani menyebutkan bahwa Quran adalah kitab cabul/porno karena tertulis mengenai menyusui/meneteki. Gus Dur dengan pernyataan ‘gila’ ini sengaja menyerang pola pikir Isl*m garis keras yang gencar mempromosikan anti pornografi dan pornoaksi tempo dulu.
Tentu saja pernyataan Gus Dur itu membuat heboh dan dikecam Isl*m garis keras sebagai pelecehan terhadap kesucian Quran. Tapi Gus Dur dengan ringan menjawab bahwa semua itu tergantung PIKIRAN kita sendiri. Kalau PIKIRAN kita tidak kotor bahkan kata ‘menyusui/meneteki’ itu pun tidak kotor.
Dengan cara ‘unik’ ini pula Gus Dur mencoba MENYADARKAN publik mengenai bahaya ‘agama yang kebablasan’ seperti Isl*m garis keras. Ini cara yang JENIUS SEKALIGUS FLEKSIBEL seperti Master Zen yang kadang SENGAJA melanggar vinaya (mulai dari memegang tangan perempuan, menggendong perempuan, minum arak, sampai membunuh kucing!) demi menyadarkan seseorang atau bahkan banyak orang.
Beda dengan kita yang melanggar sila atau vinaya demi kenikmatan pribadi semata bukan dalam konteks menyadarkan/mencerahkan pikiran seseorang/orang banyak.
Jadi saya harap kita jangan buru-buru menghakimi seseorang dulu sebelum tahu motivasinya.