Boleh ikut nimbrung bahas Anatta? IMHO, Anatta LEBIH BENAR dibandingkan Atta, namun kalau kita melekat pada Anatta, ya jelas salah jadinya.
Bro Sutarman yang baik, Anatta bukan benar atau tidak benar, anatta adalah kebenaran absolut. Anatta untuk diselami (dialami) bukan untuk dihafalkan.
Adalah tidak tepat mengatakan seseorang yang telah menyelami anatta melekat pada anatta. Hanya orang yang belum pernah mengalami anatta, yang mengerti hanya sebatas konsep, yang terjebak melekat pada konsep anatta.Sama tidak tepatnya mengatakan seseorang yang telah tahu 7 X 5 = 35 lalu melekat pada 35. Atau seseorang yang telah tahu bila menampar seseorang akan balas ditampar lalu dikatakan melekat pada hal itu.
Anatta adalah kebenaran absolut, pengetahuan mengenai anatta yang sesungguhnya timbul dari mengalami sendiri, bukan dengan berspekulasi mengenai hal itu.
Bila kita sendiri belum mengalami anatta maka pengetahuan kita hanya sebatas spekulasi belaka.Kalau tak salah Kainyn pernah mengatakannya walau dalam bahasa yang sedikit berbeda. Saya pribadi kalau meditasi biasanya setelah memahami anatta kemudian melanjutkannya dengan kontemplasi bahwa sesungguhnya saya tidak berbeda dengan orang lain hanya saja orang lain masih melekat pada pandangan salah atta,
Menyelami anatta hanya didapat pada waktu kita bermeditasi Vipassana, bukan didapat sebelum meditasi Vipassana, dan pengalaman anatta juga tak bisa di dapat dengan meditasi cara lain selain Vipassana.Mengetahui bahwa pengalaman yang kita dapatkan dalam meditasi adalah pengalaman anatta didapat setelah selesai bermeditasi Vipassana, kemudian menganalisa pengalaman-pengalaman yang telah dialami tanpa berusaha menghubung-hubungkan dengan pengetahuan teori anatta.
jadi tugas saya hanya mendorong orang lain terbebas dari pandangan salah atta dengan semangat metta karuna. Itulah yang disebut 'penyelamatan'.
Pengetahuan/pengalaman anatta didapat dengan meditasi Vipassana, bukan dengan semangat metta karuna. Agar orang lain dapat menyelami anatta hanya orang itu sendiri yang mampu melihatnya, guru hanya bisa mengarahkan dengan meditasi Vipassana/Satipatthana.
Sebenarnya mereka sendiri yang membebaskan diri mereka sendiri. Bukan kita yang membebaskan mereka. Kita hanya mendorong mereka ke arah pembebasan itu. Yang harus diingat adalah sebelum kita mengetahui Buddha Dharma, kita dulu sama dengan mereka, melekat pada pandangan salah atta yang membuat seseorang MENDERITA. Tugas kita hanyalah 'sadar' dan 'menyadarkan' saja. Namun setelah 'sadar' kita harus melepaskan 'perahu' anatta, menuju tahap berikutnya. Tahap berikutnya itu IMHO ya semangat Bodhisattva: membebaskan/menyadarkan banyak orang dengan semangat metta karuna. Menurut saya itulah SPIRIT sejati Buddhisme.
Membaca sejuta buku mengenai anatta dan mendengar segala hal mengenai anatta dari sejuta guru tidak membuat seseorang menyelami anatta, seperti perumpamaan orang yang berusaha menyelami rasa buah apricot dengan membaca jutaan buku mengenai rasa buah apricot.
Hanya mengalami sendiri yang membuat seseorang mengerti dengan jelas rasa apricot, demikian juga dengan anatta.
Anatta bukan "perahu teori" anatta adalah pengetahuan langsung. Orang yang "sadar" (mengalami langsung anatta) otomatis terbebas dari pandangan salah mengenai "atta" maupun pandangan salah mengenai "anatta".
Mungkin saya boleh tambahkan: tilakkhana (dukkha, anatta, anicca) adalah 'benar' namun bukan sebuah 'kebenaran' yang harus dilekati, tapi sebaliknya kita hanya berusaha memahaminya lalu kita berusaha 'terbebaskan' dari pengaruh dukkha
.
Sekali lagi untuk menyelami tilakkhana harus dialami, bukan cuma sekedar dipahami secara teori.
Jadi, IMHO, tilakkhana hanyalah sarana untuk mencapai tahap/tujuan berikutnya. IMHO, kalau kita melekat pada anatta, bukan tak mungkin kita akan jatuh dalam pandangan salah nihilis yang menjadi lawan pandangan eternalis (yang biasanya dimiliki oleh orang yang terjebak dalam pandangan salah atta).
Melekat pada konsep anatta hanya dialami oleh mereka yang belum pernah mengalami anatta. Bagi yang telah mengalami, secara otomatis tidak melekat. Karena pengetahuan yang sesungguhnya telah dialaminya.
Jadi agar tidak jatuh ke pandangan salah lainnya, kita harus melangkah ke tahap berikutnya yaitu semangat Bodhisattva. Dalam Zen, hal ini sederhana, cukup kita selalu menjaga pikiran kita sendiri agar tenang, dan saya menyaksikan sendiri bagaimana pikiran, ucapan, tindakan saya yang tenang bisa mengubah orang-orang di sekitar saya ke arah yang lebih baik. Dan kemudian orang yang semula tak tertarik agama Buddha atau meditasi menjadi tertarik mempelajarinya.
Untuk menenangkan pikiran tak perlu memiliki semangat Bodhisattva, setiap orang bisa melatihnya.
Mettacittena,