//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?  (Read 12141 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« on: 09 November 2017, 11:24:17 PM »
Halo temen2,

Maaf nich ada pertanyaan sedikit mengenai perihal masturbasi. Menurut temen2 apakah masturbasi termasuk melanggar sila pertama, mengingat sperma itu mati begitu lama di luar tubuh kita. Terima kasih.

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #1 on: 10 November 2017, 12:26:46 AM »
pertanyaan yang menarik...

saya jawab pertanyaan ini dengan pertanyaan lain.

1. sperma yang tidak keluar melalui onani, pada akhirnya akan keluar juga melalui mimpi basah ketika kantung sperma sudah penuh.
apakah mimpi basah termasuk melanggar sila pertama?

2. bagaimana dengan ovum (sel telur) yang tidak dibuahi kemudian dikeluarkan melalui menstruasi?
apakah menstruasi termasuk melanggar sila pertama?
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #2 on: 10 November 2017, 05:38:50 AM »
Sila pertama tidak di langgar tapi sila ke tiga ya.
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #3 on: 10 November 2017, 09:17:55 AM »
itu bukan makhluk hidup, tetapi jika "ditanam" akan menjadi makhluk hidup. Seperti benih tidak akan menjadi pohon klo tidak ditanam.

Dalam kasus bhikkhu (sedikit meyinggung), para bhikkhu tidak "mengeluarkannya" karena meditasi (terutama persiapan meditasi penyerapan) benar-benar menguras energi jasmani (terutama bagi pemula), dalam arti jika tubuh lemah akibat "keluar", meditasi akan mengalami kendala. Biasanya klo "keluar" akan butuh 2 hingga 3 hari untuk kembali bugar (atau mungkin seminggu).
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #4 on: 10 November 2017, 12:05:28 PM »
pertanyaan yang menarik...

saya jawab pertanyaan ini dengan pertanyaan lain.

1. sperma yang tidak keluar melalui onani, pada akhirnya akan keluar juga melalui mimpi basah ketika kantung sperma sudah penuh.
apakah mimpi basah termasuk melanggar sila pertama?

2. bagaimana dengan ovum (sel telur) yang tidak dibuahi kemudian dikeluarkan melalui menstruasi?
apakah menstruasi termasuk melanggar sila pertama?

Tapi kan mimpi basah atau menstruasi bukan perbuatan sengaja seperti masturbasi.

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #5 on: 10 November 2017, 12:06:47 PM »
itu bukan makhluk hidup, tetapi jika "ditanam" akan menjadi makhluk hidup. Seperti benih tidak akan menjadi pohon klo tidak ditanam.

Dalam kasus bhikkhu (sedikit meyinggung), para bhikkhu tidak "mengeluarkannya" karena meditasi (terutama persiapan meditasi penyerapan) benar-benar menguras energi jasmani (terutama bagi pemula), dalam arti jika tubuh lemah akibat "keluar", meditasi akan mengalami kendala. Biasanya klo "keluar" akan butuh 2 hingga 3 hari untuk kembali bugar (atau mungkin seminggu).

Jadi bukan termasuk membunuh ya? Terima kasih.

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #6 on: 14 November 2017, 05:28:23 PM »
itu bukan makhluk hidup, tetapi jika "ditanam" akan menjadi makhluk hidup. Seperti benih tidak akan menjadi pohon klo tidak ditanam.


Kalo bukan makhluk hidup kenapa bisa bergerak?

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #7 on: 14 November 2017, 07:09:50 PM »
"gandhabba" hidup arti yang benar adalah matang = sehat. Tidak ada gandhabba hidup, yang ada matang atau tidak matang, yang ada sehat dan tidak sehat. Seperti halnya ketika kita menghidupkan tv, lampu, kipas, apakah tv, lampu, kipas adalah makhluk hidup? Hanya karena dikatakan "hidup"? Tidak, itu maknanya "menyala". Demikian pula gandhabba hidup artinya matang.

tv + hidup = menyala (bukan makhluk hidup)
lampu + hidup = menyala (bukan makhluk hidup)
kipas + hidup = menyala (bukan makhluk hidup)

gandhabba dikatakan hidup artinya matang (bukan makhluk hidup).

Air bergerak karena arus, demikianlah "gandhabba" bergerak karena ada arus di tempat perempuan. Gandhabba tidaklah hidup, gandhabba hanya seperti vitamin untuk rahim kemudian rahim membentuk 4 unsur dengan bantuan gandhabba seperti kabel menyalurkan listrik dan tv menjadi hidup, demikianlah gandhabba menjadikan rahim membentuk jasmani dalam waktu sekitar 9 bulan. Akan tetapi, sekitar seminggu atau lebih kurang, ketika 4 unsur menyatukan (walaupun belum sempurna), di situlah batin (Pali = nama) muncul. Ia pun menjadi hidup karena munculnya batin, ini disebut proses kelahiran kembali, yang terlahir dari rahim. Ketika ia mendapat batin, saat itulah gandhabba dan rahim disebut telah menghasilkan suatu kehidupan, tetapi gandhabba dan rahim bukan hidup.
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #8 on: 15 November 2017, 12:27:19 PM »
Tapi kan mimpi basah atau menstruasi bukan perbuatan sengaja seperti masturbasi.

good point! memang kesengajaan adalah faktor penting dalam melatih awareness.
sila adalah salah satu latihan awareness juga..

di sini rasanya kita sepakat bahwa masturbasi bukan pembunuhan.
(kalau ada yang tidak sepakat, silakan berikan argumen)

yang perlu dibedakan adalah antara sila umat awam dan sila petapa.
masturbasi tidak diatur untuk perumah tangga, tetapi diatur untuk petapa.
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #9 on: 15 November 2017, 05:45:56 PM »
"gandhabba" hidup arti yang benar adalah matang = sehat. Tidak ada gandhabba hidup, yang ada matang atau tidak matang, yang ada sehat dan tidak sehat. Seperti halnya ketika kita menghidupkan tv, lampu, kipas, apakah tv, lampu, kipas adalah makhluk hidup? Hanya karena dikatakan "hidup"? Tidak, itu maknanya "menyala". Demikian pula gandhabba hidup artinya matang.

tv + hidup = menyala (bukan makhluk hidup)
lampu + hidup = menyala (bukan makhluk hidup)
kipas + hidup = menyala (bukan makhluk hidup)

gandhabba dikatakan hidup artinya matang (bukan makhluk hidup).

Air bergerak karena arus, demikianlah "gandhabba" bergerak karena ada arus di tempat perempuan. Gandhabba tidaklah hidup, gandhabba hanya seperti vitamin untuk rahim kemudian rahim membentuk 4 unsur dengan bantuan gandhabba seperti kabel menyalurkan listrik dan tv menjadi hidup, demikianlah gandhabba menjadikan rahim membentuk jasmani dalam waktu sekitar 9 bulan. Akan tetapi, sekitar seminggu atau lebih kurang, ketika 4 unsur menyatukan (walaupun belum sempurna), di situlah batin (Pali = nama) muncul. Ia pun menjadi hidup karena munculnya batin, ini disebut proses kelahiran kembali, yang terlahir dari rahim. Ketika ia mendapat batin, saat itulah gandhabba dan rahim disebut telah menghasilkan suatu kehidupan, tetapi gandhabba dan rahim bukan hidup.

Terima kasih ya atas tanggapannya yang detil.
Bisakah kita menyamakan sperma seperti tanaman? Tanaman kan "hidup" ya tapi bukan "makhluk hidup". Dia bisa tumbuh tapi tidak ada nyawa, tidak ada kesadaran. Bagaimanakah sesuatu itu bisa disebut makhluk hidup apakah kalau bisa bereproduksi dan punya kesadaran ya?

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #10 on: 15 November 2017, 05:47:59 PM »
good point! memang kesengajaan adalah faktor penting dalam melatih awareness.
sila adalah salah satu latihan awareness juga..

di sini rasanya kita sepakat bahwa masturbasi bukan pembunuhan.
(kalau ada yang tidak sepakat, silakan berikan argumen)

yang perlu dibedakan adalah antara sila umat awam dan sila petapa.
masturbasi tidak diatur untuk perumah tangga, tetapi diatur untuk petapa.

Iya tidak ada sila yang mengatur masturbasi untuk umat awam. Masturbasi bukan termasuk pelanggaran sila ke tiga karena tidak memenuhi syarat pelanggaran sila ke tiga.

Quote
09. Dari: Suryanto, Jakarta
Maaf sebelumnya Bhante kalo pertanyaan saya kurang baik.
Apakah melakukan masturbasi diperbolehkan dalam Agama Buddha atau apakah itu
termasuk melakukan zinah ?
Terima kasih atas perhatiannya.

Jawaban:
Dalam Ajaran Sang Buddha dikenal dengan Lima Latihan Kemoralan atau sering disebut
sebagai 'Pancasila Buddhis'. Isi Pancasila Buddhis ini adalah latihan untuk tidak
melakukan pembunuhan, latihan untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan
secara sah ( mencuri ), latihan untuk tidak melanggar kesusilaan ( berjinah ), latihan
untuk tidak berbohong dan latihan untuk tidak makan serta minum barang-barang yang
dapat memabukkan atau menghilangkan kesadaran.
Perjinahan yang dimaksudkan dalam latihan ketiga di atas mempunyai makna adanya
DUA fihak yang terlibat yaitu si pelaku dan orang lain sebagai obyek perjinahan. Oleh
karena itu, masturbasi yang dilakukan hanya oleh SATU fihak yaitu diri sendiri bukanlah
termasuk pelanggaran sila ketiga atau perjinahan. Meskipun demikian, seorang umat
Buddha hendaknya selalu berusaha menghindari kebiasaan masturbasi karena tindakan
tersebut dianggap dapat meningkatkan sifat tamak akan kenikmatan badani yang dapat
memperpanjang proses kelahiran kembali.
Semoga penjelasan ini dapat dijadikan pedoman pengendalian diri untuk mengatasi
dorongan nafsu seksual yang mengarah pada tindakan masturbasi.
Semoga selalu bahagia.
Salam metta,
B. Uttamo

(https://samaggi-phala.or.id/download/tanya%20jawab%20dhamma%2010.pdf)
« Last Edit: 15 November 2017, 06:07:39 PM by D1C1 »

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #11 on: 15 November 2017, 07:14:27 PM »
Terima kasih ya atas tanggapannya yang detil.
Bisakah kita menyamakan sperma seperti tanaman? Tanaman kan "hidup" ya tapi bukan "makhluk hidup". Dia bisa tumbuh tapi tidak ada nyawa, tidak ada kesadaran. Bagaimanakah sesuatu itu bisa disebut makhluk hidup apakah kalau bisa bereproduksi dan punya kesadaran ya?
Kira-kira begitulah umpamanya. Sebenarnya tanaman tidaklah hidup, tetapi kalau dikatakan hidup, masih bisa diterima karena tanaman tidak bisa dikatakan "benda mati". Tanaman hanyalah "sumber kehidupan", disebut demikian karena jika tidak ada tanaman/pohon maka udara akan sangat tercemar dan makhluk hidup di bumi memerlukan oksigen untuk hidup disamping makan dan minum, kira-kira dengan bantuan tanamanlah maka udara tidak mudah tercemar, meskipun banyak polusi.

Tanaman lebih cocok dikatakan bukan-hidup juga bukan-mati, kayak ting-ting garuda, "bukan permen juga bukan biskuit".

Benar, sesuatu bisa dikatakan makhluk hidup apabila memiliki kesadaran. Menyadari (mengetahui), itulah mengapa disebut kesadaran. Ia mengetahui sesuatu. Kalau robot mengetahui sesuatu itu hanya karena sensor, ia bukan sadar.
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #12 on: 17 November 2017, 09:36:35 PM »
Bagaimana dengan bakteri?

Kita tau pada waktu masa vassa, Sang Buddha tidak memperbolehkan para Bhikkhu untuk keluar/berkelana karena pada musim hujan banyak sekali binatang2 kecil yang keluar, hal ini akan meningkatkan resiko terbunuhnya secara tidak sengaja tanaman2 dan serangga2 kecil.

Apakah lantas berarti kita juga perlu mengurangi terbunuhnya bakteri2, misalkan, dengan cara mengurangi frekuensi mandi?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #13 on: 18 November 2017, 09:45:09 AM »
Halo temen2,

Maaf nich ada pertanyaan sedikit mengenai perihal masturbasi. Menurut temen2 apakah masturbasi termasuk melanggar sila pertama, mengingat sperma itu mati begitu lama di luar tubuh kita. Terima kasih.
Secara umum, formulasi suatu kejadian disebut pembunuhan adalah jika (1) ada makhluk, (2) mengetahui adanya makhluk, (3) niat membunuh makhluk tsb, (4) menjalankan niat membunuh tsb, (5) makhluk tsb mati.

Apakah sperma digolongkan sebagai makhluk hidup?

MN.38. Mahātaṇhāsankhayasutta ada bercerita sedikit mengenai syarat kehamilan:

"Para bhikkhu, kehamilan janin dalam rahim terjadi melalui perpaduan tiga hal.  Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, tetapi saat itu bukan musim kesuburan ibu, dan tidak ada kehadiran gandhabba  - dalam kasus ini tidak ada kehamilan janin dalam rahim. Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, tetapi tidak ada kehadiran gandhabba - dalam kasus ini juga tidak ada kehamilan janin dalam rahim. Tetapi jika ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, dan ada kehadiran gandhabba, melalui perpaduan ketiga hal ini  maka kehamilan janin dalam rahim terjadi..."

Dari sini kita lihat bahwa seandainya ada perpaduan sel sperma dan telur, dan ibu sedang subur, tapi tidak ada gandhabba di sini maka tidak terjadi kehamilan, dengan kata lain tidak menjadi makhluk. Jika perpaduan sperma-ovum pada masa subur saja bukan termasuk makhluk, apalagi sperma secara sendiri. Karena bukan makhluk, maka tidak mungkin dibunuh.

[Gandhabba di sini tidak ada penjelasan di sutta, tapi menurut komentar tradisi Theravada adalah arus kesadaran yang sesuai secara kammanya sehingga mendukung untuk menjelma menjadi janin]


Kalo bukan makhluk hidup kenapa bisa bergerak?
"Bergerak" tidak menjadi ciri khas makhluk hidup menurut Agama Buddha. Makhluk hidup adalah kumpulan dari 5 kelompok (pancakkhanda): jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan, ingatan/bentuk pikiran (dengan beberapa pengecualian seperti Arupa Brahma dan Asaññasattā). Tumbuhan dikatakan tidak memiliki kesadaran, maka tidak termasuk makhluk hidup.




Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #14 on: 18 November 2017, 10:05:15 AM »
[a] Bagaimana dengan bakteri?

Kita tau pada waktu masa vassa, Sang Buddha tidak memperbolehkan para Bhikkhu untuk keluar/berkelana karena pada musim hujan banyak sekali binatang2 kecil yang keluar, hal ini akan meningkatkan resiko terbunuhnya secara tidak sengaja tanaman2 dan serangga2 kecil.

[c] Apakah lantas berarti kita juga perlu mengurangi terbunuhnya bakteri2, misalkan, dengan cara mengurangi frekuensi mandi?
(a) Bakteri adalah makhluk hidup karena memiliki kesadaran, bisa dibilang mereka dikelompokkan sebagai "hewan". Namun, bakteri adalah bakteri. Mungkin lebih tepatnya, sepupu hewan :)) Bakteri tidak akan bisa dilihat dengan mata telanjang. Bakteri adalah makhluk hidup yang paling banyak jumlahnya.

(b) Haha, pindah ke judul "Tujuan Sang Buddha menetapkan masa vassa". Tidak apa-apa, saya jawab.
Agak sulit dijelaskan di negara yang hanya memiliki 2 musim. Di negara yang memiliki 4 musim, musim dingin bisa saja turun salju, untuk beberapa tempat bisa menggunung saljunya. (Salju kalau kena kepala, dingin banget/akit.)

Intinya: bhikkhu hutan (nanti bahas bhikkhu di Vihara) biasanya menetap di hutan (ruang terbuka), pada masa musim hujan, buah-buahan tidak akan tumbuh-baik, di hutan dan pastinya tempat pertapaan jadi becek, berlumpur, syukur-syukur ada gua (goa). akan tetapi, semua hewan juga pada musim hujan juga kewalahan (tidak ada payung), mereka juga pastinya akan kelaparan, akhirnya saling memangsa. Mereka juga pastinya kalau ada gua, akan berlindung ke sana walaupun bisa saja ada hewan buas yang menetap di sana. Nah, di sini kalau mereka lapar, bukankah bhikkhu akan dalam masalah? Karena kalau sudah lapar, ya, apalagi hewan, tukang mangsa.

Jadi, secara umum, bhikkhu hutan (petapa), mencari tempat-sementara di luar hutan, yaitu mencari tempat-sementara di tengah-tengah masyarakat, selama musim hujan atau yang dikenal sebagai masa vassa (retret musim hujan). Untuk sementara, bhikkhu tidak tinggal di hutan walaupun ada bhikkhu yang tetap menetap di hutan, itu tadi saya kataan, jika ada gua, bhikkhu akan melewatkan masa vassa tetap di hutan. tidak semua hutan memiliki gua. Apalagi jika gua itu malah ditempati orang lain, syukur-syukur ia mau berbagi tempat.

Ini berlaku untuk semua petapa. Walaupun jika dilihat ini seperti masa sulit, akan tetapi jika bhikkhu mulia tersebut menetap selama musim hujan di tengah-tengah masyarakat maka ini dapat diartikan "masa berkah", berkah untuk menanam jasa bagi umat/siapa pun.

Nah, untuk bhikkhu di Vihara, otomatis tetap menetap di Vihara atau bhikkhu hutan menetap di sini (Vihara).

Inilah poin utama masa vassa dalam Ajaran Buddha. Ketika masa vassa, bhikkhu-bhikkhu sudah pasti berkumpul, minimal di Vihara masing-masing (sayang sekali di Indonesia belum ada bhikkhu hutan). Selesai vassa, saat itulah diadakan "Pavarana" (kira-kira artinya kegiatan yang dilakaukan di akhir vassa). Di sinilah bhikkhu mulai diskusi dengan "bhikkhu hutan", apa yang dipelajari, ada bhikkhu baru gak? Siapa namanya, berapa jumlah vassa bhikkhu itu, seperti apakah pencapaianmu di Vihara, atau seperti apakah pencpaianmu di hutan, dll.

Kira-kira, mungkin, bisa dibilang "Pavarana" = reuni para bhikkhu. Di sini cukup jelas, tetapi reuni bhikkhu tidak seperti reuni umat awam yang bicara ke sana-sini, reuni para bhikkhu, adalah seperti yang saya jelaskan di atas: "Adakah bhikkhu baru yang kamu tahbiskan, apa pencpaianmu di hutan/Vihara, blabla."

(c) Apakah lantas berarti kita juga perlu mengurangi terbunuhnya bakteri2, misalkan, dengan cara mengurangi frekuensi mandi?

Oleh karena itulah, dikatakan kehidupan duniawi adalah berdebu, kehidupan suci adalah jaminan terbaik. Umat awam tidak akan sanggup dengan mengatakan, "Saya akan waspada untuk menghindari agar "bakteri tidak mati." Umat awam secara umum, tidak akan sanggup. Mengapa? Karena, jika umat awam berjalan saja tangan bergerak-gerak, kepala lihat sana sisi (cewek cantik lewat, uda kacau pikirannya), duduk kaki bersilang, duduk bersandar, duduk silang (pergelanagan) kaki, mandi airnya banyak, cuci piring airnya banyak, makanan belum masuk mulut, mulut sudah buka, baru masuk mulut sudah ditelan, tidur bergelatak, dll.
Inilah umat awam, hal yang biasa. Ini namanya tidak menjaga indria, itulah umat awam.

Lain halnya dengan bhikkhu, bhikkhu berjalan pelan, tangan tidak melayang-layang, makan 32 gigitan sebelah kiri, 32 gigitan sebelah kanan, (kadang 32 lagi, baru telan). Cuci mangkuk, airnya kira-kira setengah gelas saja, cuci sekaligus tangan, selesai. Duduk tidak meyilang kaki, duduk tidak bersandar, tidur seperti singa, dll. Ini namanya menjaga indria. Karena menjaga indria, otomatis penuh waspada, karena penuh waspada, makhluk -makhluk yang kecil seperti bakteri, akan "lebih" aman.

Pada musim hujan, otomatis sering hujan. Para bhikkhu lebih diam di rumah (tempat) karena hujan tak menentu. Umat awam bisa saja naik motor, becak, lari-lari, naik mobil, bawa payung, akan tetapi bhikkhu tidak diizinkan naik kendaraan (pun gak ada duit), kecuali memang harus, misalnya diundang ke luar negri, otomatis harus naik pesawat. Bhikkhu tidak punya motor pribadi, tidak ada bhikkhu yang lari-lari, kecuali dikejar najing. Bhikkhu boleh menggunakan payung, jika dikasih umat, tetapi hanya sementara.

Jika hari tidak hujan, kemudian bhikkhu sedang berada di tengah jalan, tiba-tiba hujan, kan kasihan jika hujan gak berhenti-henti, syukur-syukur ada orang yang baik untuk kasih tempat teduh.

* Jika bakteri terbunuh, itu pasti tidak sengaja. Pikiran harus tetap dipertahankan untuk menghindari pembunuhan. Pikiranlah yang menjadi tonggak atas segala sesuatu, perbuatan buruk, pikiran belum tentu buruk, ucapan buruk, belum tentu pikiran buruk, tetapi jika pikiran buruk, pasti ucapan buruk, pasti perbuatan buruk.
« Last Edit: 18 November 2017, 10:20:15 AM by Gwi Cool »
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #15 on: 18 November 2017, 10:17:46 AM »
Secara umum, formulasi suatu kejadian disebut pembunuhan adalah jika (1) ada makhluk, (2) mengetahui adanya makhluk, (3) niat membunuh makhluk tsb, (4) menjalankan niat membunuh tsb, (5) makhluk tsb mati.

Apakah sperma digolongkan sebagai makhluk hidup?

MN.38. Mahātaṇhāsankhayasutta ada bercerita sedikit mengenai syarat kehamilan:

"Para bhikkhu, kehamilan janin dalam rahim terjadi melalui perpaduan tiga hal.  Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, tetapi saat itu bukan musim kesuburan ibu, dan tidak ada kehadiran gandhabba  - dalam kasus ini tidak ada kehamilan janin dalam rahim. Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, tetapi tidak ada kehadiran gandhabba - dalam kasus ini juga tidak ada kehamilan janin dalam rahim. Tetapi jika ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, dan ada kehadiran gandhabba, melalui perpaduan ketiga hal ini  maka kehamilan janin dalam rahim terjadi..."

Dari sini kita lihat bahwa seandainya ada perpaduan sel sperma dan telur, dan ibu sedang subur, tapi tidak ada gandhabba di sini maka tidak terjadi kehamilan, dengan kata lain tidak menjadi makhluk. Jika perpaduan sperma-ovum pada masa subur saja bukan termasuk makhluk, apalagi sperma secara sendiri. Karena bukan makhluk, maka tidak mungkin dibunuh.

[Gandhabba di sini tidak ada penjelasan di sutta, tapi menurut komentar tradisi Theravada adalah arus kesadaran yang sesuai secara kammanya sehingga mendukung untuk menjelma menjadi janin]

"Bergerak" tidak menjadi ciri khas makhluk hidup menurut Agama Buddha. Makhluk hidup adalah kumpulan dari 5 kelompok (pancakkhanda): jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan, ingatan/bentuk pikiran (dengan beberapa pengecualian seperti Arupa Brahma dan Asaññasattā). Tumbuhan dikatakan tidak memiliki kesadaran, maka tidak termasuk makhluk hidup.
... ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, dan ada kehadiran gandhabba ...
Perpaduan ayah dan ibu maksudnya hubungan suami istri
musim kesuburan, pasti sudah tahu.
Nah, gandhabba yang dimaksud adalah "jeli dari calon ayah".

Gandhabba adalah makhluk surgawi yang kecil, karena mereka kecil maka muncullah istilah "gandhabba", istilah yang dibuat oleh brahmana zaman dulu. Kog bisa demikian? Para guru spiritual, dalam kasus ini, brahmana (yang membuat istilah itu), mereka cukup tabu dengan kata-kata intim, bahkan mulut mereka sulit mengucapkannya, baik di rumah pun apalagi secara umum. Oleh karena itulah, dibuat istilah "gandhabba", artinya "jeli si laki-laki".

Seperti halnya istilah "bola" atau "gunung", jika ditujukan pada perempuan, akan muncul maknanya apa. Maaf, hanya contoh, jangan dibahas. :)) ^:)^
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« Reply #16 on: 01 December 2017, 07:42:26 PM »
(a) Bakteri adalah makhluk hidup karena memiliki kesadaran, bisa dibilang mereka dikelompokkan sebagai "hewan". Namun, bakteri adalah bakteri. Mungkin lebih tepatnya, sepupu hewan :)) Bakteri tidak akan bisa dilihat dengan mata telanjang. Bakteri adalah makhluk hidup yang paling banyak jumlahnya.

(b) Haha, pindah ke judul "Tujuan Sang Buddha menetapkan masa vassa". Tidak apa-apa, saya jawab.
Agak sulit dijelaskan di negara yang hanya memiliki 2 musim. Di negara yang memiliki 4 musim, musim dingin bisa saja turun salju, untuk beberapa tempat bisa menggunung saljunya. (Salju kalau kena kepala, dingin banget/akit.)

Intinya: bhikkhu hutan (nanti bahas bhikkhu di Vihara) biasanya menetap di hutan (ruang terbuka), pada masa musim hujan, buah-buahan tidak akan tumbuh-baik, di hutan dan pastinya tempat pertapaan jadi becek, berlumpur, syukur-syukur ada gua (goa). akan tetapi, semua hewan juga pada musim hujan juga kewalahan (tidak ada payung), mereka juga pastinya akan kelaparan, akhirnya saling memangsa. Mereka juga pastinya kalau ada gua, akan berlindung ke sana walaupun bisa saja ada hewan buas yang menetap di sana. Nah, di sini kalau mereka lapar, bukankah bhikkhu akan dalam masalah? Karena kalau sudah lapar, ya, apalagi hewan, tukang mangsa.

Jadi, secara umum, bhikkhu hutan (petapa), mencari tempat-sementara di luar hutan, yaitu mencari tempat-sementara di tengah-tengah masyarakat, selama musim hujan atau yang dikenal sebagai masa vassa (retret musim hujan). Untuk sementara, bhikkhu tidak tinggal di hutan walaupun ada bhikkhu yang tetap menetap di hutan, itu tadi saya kataan, jika ada gua, bhikkhu akan melewatkan masa vassa tetap di hutan. tidak semua hutan memiliki gua. Apalagi jika gua itu malah ditempati orang lain, syukur-syukur ia mau berbagi tempat.

Ini berlaku untuk semua petapa. Walaupun jika dilihat ini seperti masa sulit, akan tetapi jika bhikkhu mulia tersebut menetap selama musim hujan di tengah-tengah masyarakat maka ini dapat diartikan "masa berkah", berkah untuk menanam jasa bagi umat/siapa pun.

Nah, untuk bhikkhu di Vihara, otomatis tetap menetap di Vihara atau bhikkhu hutan menetap di sini (Vihara).

Inilah poin utama masa vassa dalam Ajaran Buddha. Ketika masa vassa, bhikkhu-bhikkhu sudah pasti berkumpul, minimal di Vihara masing-masing (sayang sekali di Indonesia belum ada bhikkhu hutan). Selesai vassa, saat itulah diadakan "Pavarana" (kira-kira artinya kegiatan yang dilakaukan di akhir vassa). Di sinilah bhikkhu mulai diskusi dengan "bhikkhu hutan", apa yang dipelajari, ada bhikkhu baru gak? Siapa namanya, berapa jumlah vassa bhikkhu itu, seperti apakah pencapaianmu di Vihara, atau seperti apakah pencpaianmu di hutan, dll.

Kira-kira, mungkin, bisa dibilang "Pavarana" = reuni para bhikkhu. Di sini cukup jelas, tetapi reuni bhikkhu tidak seperti reuni umat awam yang bicara ke sana-sini, reuni para bhikkhu, adalah seperti yang saya jelaskan di atas: "Adakah bhikkhu baru yang kamu tahbiskan, apa pencpaianmu di hutan/Vihara, blabla."

(c) Apakah lantas berarti kita juga perlu mengurangi terbunuhnya bakteri2, misalkan, dengan cara mengurangi frekuensi mandi?

Oleh karena itulah, dikatakan kehidupan duniawi adalah berdebu, kehidupan suci adalah jaminan terbaik. Umat awam tidak akan sanggup dengan mengatakan, "Saya akan waspada untuk menghindari agar "bakteri tidak mati." Umat awam secara umum, tidak akan sanggup. Mengapa? Karena, jika umat awam berjalan saja tangan bergerak-gerak, kepala lihat sana sisi (cewek cantik lewat, uda kacau pikirannya), duduk kaki bersilang, duduk bersandar, duduk silang (pergelanagan) kaki, mandi airnya banyak, cuci piring airnya banyak, makanan belum masuk mulut, mulut sudah buka, baru masuk mulut sudah ditelan, tidur bergelatak, dll.
Inilah umat awam, hal yang biasa. Ini namanya tidak menjaga indria, itulah umat awam.

Lain halnya dengan bhikkhu, bhikkhu berjalan pelan, tangan tidak melayang-layang, makan 32 gigitan sebelah kiri, 32 gigitan sebelah kanan, (kadang 32 lagi, baru telan). Cuci mangkuk, airnya kira-kira setengah gelas saja, cuci sekaligus tangan, selesai. Duduk tidak meyilang kaki, duduk tidak bersandar, tidur seperti singa, dll. Ini namanya menjaga indria. Karena menjaga indria, otomatis penuh waspada, karena penuh waspada, makhluk -makhluk yang kecil seperti bakteri, akan "lebih" aman.

Pada musim hujan, otomatis sering hujan. Para bhikkhu lebih diam di rumah (tempat) karena hujan tak menentu. Umat awam bisa saja naik motor, becak, lari-lari, naik mobil, bawa payung, akan tetapi bhikkhu tidak diizinkan naik kendaraan (pun gak ada duit), kecuali memang harus, misalnya diundang ke luar negri, otomatis harus naik pesawat. Bhikkhu tidak punya motor pribadi, tidak ada bhikkhu yang lari-lari, kecuali dikejar najing. Bhikkhu boleh menggunakan payung, jika dikasih umat, tetapi hanya sementara.

Jika hari tidak hujan, kemudian bhikkhu sedang berada di tengah jalan, tiba-tiba hujan, kan kasihan jika hujan gak berhenti-henti, syukur-syukur ada orang yang baik untuk kasih tempat teduh.

* Jika bakteri terbunuh, itu pasti tidak sengaja. Pikiran harus tetap dipertahankan untuk menghindari pembunuhan. Pikiranlah yang menjadi tonggak atas segala sesuatu, perbuatan buruk, pikiran belum tentu buruk, ucapan buruk, belum tentu pikiran buruk, tetapi jika pikiran buruk, pasti ucapan buruk, pasti perbuatan buruk.

Terima kasih Gwi Cool atas tanggapannya. Jika bakteri tergolong makhluk hidup tentu dengan mengurangi frekuensi mandi adalah perbuatan baik. Saya jadi dilema karna saya pernah tanya bhante katanya mandi aja spt biasa 2 kali sehari,  berarti Bhante tidak mempermasalahkan terbunuhnya bakterI, apa betul begitu?

 

anything