//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kelahiran Pangeran Sidharta  (Read 24150 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #15 on: 18 December 2008, 04:31:00 PM »
Seperti biasa, TS bertanya, dan menghilang  :whistle:

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #16 on: 18 December 2008, 04:32:24 PM »
TS itu apaan yoo?
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline Satria_Bergincu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 201
  • Reputasi: 14
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #17 on: 18 December 2008, 05:02:40 PM »
^
^
^
TS = Thread Starter

yang artinya, sapa yg membuka new topic
dia lah TS-nya geto

salam dari,

SATRIA BERGINcu
« Last Edit: 18 December 2008, 05:06:11 PM by Satria_Bergincu »

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #18 on: 18 December 2008, 05:05:15 PM »
 [at] satria

gak laca stlobelli lagi yak
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Satria_Bergincu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 201
  • Reputasi: 14
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #19 on: 18 December 2008, 05:08:07 PM »
[at] hatRed

 :P

 =)) =)) =))

GRP sent, thx  ;D

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #20 on: 18 December 2008, 05:10:23 PM »
hai pak ika ...

bye pak ika ...



Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #21 on: 18 December 2008, 05:11:49 PM »
LEGENDA SANG BUDDHA

220.      Legenda senantiasa tumbuh dan berkembang diantara orang-orang besar, malah terkadang orangnya sendiri masih hidup. Kata-kata yang tidak pernah dia ucapkan dan tindakan-tindakan yang tidak pernah dia lakukan, sering dihubungkan dengan dirinya. Walaupun legenda ini mungkin tidak benar dalam arti tidak pernah terjadi, tapi mungkin benar dalam arti melambangkan nilai-nilai dari orang yang diceritakan. Socrates, mungkin tidak pernah berkata 'ketahui olehmu sendiri' tapi pernyataan itu mewakili seluruh kehidupan dan falsafahnya dengan sempurna. Oleh karenanya perdebatan tentang apakah seseorang berkata demikian atau tidak, bisa menghilangkan makna sesungguhnya dari pandangannya. Hal yang serupa terjadi pada diri Sang Buddha. Disamping sejarah hidup-Nya, tumbuh pula banyak cerita legenda, yang bernilai simbolik dan pendidikan. Sang Buddha telah menyadari akan timbulnya legenda mengenai diri-Nya, Beliau telah memperingatkan Siswa-siswa-Nya agar membedakan kenyataan dan legenda; dan dengan demikian, menurut Beliau, akan menuntun ke pengertian sebenarnya dari ke dua nilai itu.

          Ada dua macam orang yang salah menanggapi Tathagata. Apa dua itu? Dia yang menanggapi khotbah dari makna yang tidak langsung sebagai khotbah dari makna yang langsung, dan dia yang menanggapi khotbah dari makna langsung sebagai khotbah dari makna yang tidak langsung.1

      Suatu khotbah dari makna langsung (nitattha) adalah yang diucapkan tepat seperti maknanya dengan arti yang jelas, sedangkan khotbah dari makna yang tidak langsung (neyyattha) adalah yang menggunakan mitos, lambang dan kiasan untuk melukiskan maksud yang maknanya harus ditafsirkan. Khotbah dari makna langsung ditujukan pada batin yang sudah sadar, khotbah dari makna tidak langsung ditujukan pada batin yang tidak sadar. Dibagian-bagian terdahulu kita telah menelusuri sejarah kehidupan Sang Buddha; sekarang marilah kita lihat sisi legendaris, cerita-cerita dengan makna tidak langsung, dan mempelajari arti dan nilai simbolik dan pendidikan yang terkandung di dalamnya.

      Banyak diantara kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Sang Buddha dibumbui legenda yang bermaksud untuk mempertegas dan mengambil makna yang lebih mendalam dari kejadian itu. Akan kita lihat dua legenda dari setiap kejadian dalam kelahiran-Nya, Pencerahan dan Nibbana-akhir (Parinibbana/kemangkatan) Buddha.


 221. Khotbah Nilai-nilai Indah dan Mempesonakan (Acchariyabbhutadhamma Sutta) bercerita bahwa ketika Pangeran Siddhattha dilahirkan, Dia melangkah tujuh langkah, dan setelah melihat ke empat penjuru, berkata: "Sayalah pemimpin dunia ini; Sayalah yang terbaik di dunia ini; Sayalah tertua di dunia ini." Lalu atas pengaruh tradisi yang berkembang, kemudian ditambahkan, bahwa dari setiap jejak kaki Sang Pangeran tumbuh bunga teratai indah. Mudah dimengerti, bahwa cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha:

          Ketika Sang Bodhisatta muncul dari rahim ibunya, cahaya yang sangat terang melebihi cahaya para dewa bersinar ke bumi. Dan pada daerah kegelapan yang hitam, kelam diantara bimasakti-bimasakti, dimana cahaya bulan dan matahari sekalipun, walau demikian perkasa dan anggunnya, tak dapat mencapainya, namun disitu cahaya itu bersinar dengan terangnya. Para makhluk-makhluk yang tinggal menetap di daerah itu, terhentak satu sama lain karena cahaya itu, dan mereka berkata: "Lihatlah, tampaknya ada makhluk lain yang juga tinggal disini."2


      Sering agama Buddha dipandang oleh berbagai pihak sebagai jalan yang harus ditemukan sendiri, tanpa memandang segi kemanusiaan seutuhnya. Namun melalui kiasan seperti diatas, kita peringatkan bahwa cahaya kebijaksanaan Sang Buddha hendaknya tidak menjadikan kita memakluminya sendiri tapi juga menyadari kehadiran orang lain, segi manusiawi yang kita sama-sama miliki.


 222. Salah satu kejadian yang juga termahsyur adalah apa yang disebut sebagai Godaan Mara. Kejadian ini banyak diabadikan dalam batu prasasti dan dilukiskan dalam prosa dan syair. Khotbah Perjuangan (Padhana Sutta) menceritakan kejadian seperti ini:

          Saya sedang tinggal di tepi Sungai Nerañjra, berusaha sekuat mungkin, melaksanakan tapa meditasi dengan seluruh tenaga Saya, berusaha mencapai kebebasan dari perhambaan.

          Lalu Mara mendekati Saya, dan dengan berpura-pura mengasihani, berkata: "Engkau demikian kurus dan pucat. Tampaknya kamu sudah dekat pada kematian."

          "Seribu banding satu, Engkau akan mati; kematian akan tiba. Hiduplah, Tuan yang baik, hiduplah! Engkau akan dapat mengumpulkan jasa bila tetap hidup."

          "Engkau dapat tetap memimpin kehidupan agamis, memuja dewa api, apa yang akan memberi-Mu jasa. Oleh karenanya buat apa bersusah payah?"

          "Jalan yang susah dan menantang adalah berat, menjemukan dan penuh kesulitan." Demikian dikatakan Mara, yang berdiri disamping Sang Tuan.

          Lalu Sang Tuan menjawab Mara: "Mengapa engkau datang kesini, oh, si-jahat, benih kemalasan?"

          "Saya tidak memerlukan jasa, oh Mara. Jadi, bicaralah tentang jasa hanya pada yang membutuhkannya.

          "Saya punya keyakinan, kemauan dan kebijaksanaan, dan oleh karenanya Saya menerapkannya sendiri. Jadi, mengapa mempertanyakan kehidupan-Ku?

          "Yang pertama dari bala tentaramu adalah nafsu, ke dua adalah keenggangan. Ke tiga adalah lapar dan haus, dan ke empat adalah kemelekatan.

          "Ke lima adalah kelambanan dan kemalasan, dan keenam adalah ketakutan. Ke tujuh adalah keraguan dan ke delapan adalah ketidakjujuran pada diri sendiri serta keras-kepala.

          "Juga hadir keinginan pada keuntungan-keuntungan, penghormatan dan kemahsyuran yang diperoleh dengan cara yang salah, bersama pengagungan diri-sendiri dan pengremehan orang-lain.

          "Semua ini, oh Mara, adalah kekuatanmu, bala tentara dari kejahatan. Seorang yang bukan pahlawan, tidak akan memerangi mereka untuk mencapai kebahagiaan.

          "Saya bisa melihat pasukan-pasukan disekeliling Saya, dipimpin Mara diatas gajahnya, dan Saya akan memeranginya.

          "Walau seluruh dunia termasuk para dewa tidak dapat mengalahkan pasukanmu, Saya akan menghancurkannya dengan kebijaksanaan, bagaikan batu yang dilempar pada kendi tanah-liat yang belum dibakar.

          "Dengan pikiran terlatih dan kemawasan yang berpijak kokoh, Saya akan berjalan dari kerajaan ke kerajaan, melatih banyak murid-murid.

          "Mereka berwaspada dan bergairah dalam melaksanakan ajaran-ajaran-Ku dan bertentangan dengan kehendakmu; mereka akan mencapai yang mesti tercapai, mereka akan bebas dari penyesalan.

          Dan Mara berkata: "Saya telah mengikuti Tuan selama tujuh tahun. Saya mengamati setiap langkah-Nya, dan tidak sekalipun saya berhasil mempengaruhi-Nya, Dia yang Tercerahi sempurna dan penuh kesadaran."3

      Arti dari legenda ini sangat jelas. Mara (kematian) dan pasukannya adalah personifikasi atau lambang nafsu-keinginan dan emosi negatif yang merintangi seseorang yang belum membebaskan batinnya. Bila seorang berusaha memurnikan batinnya, kotoran batin akan tampak seperti bala-tentara yang akan menyerang, dan oleh karenanya dia harus berjuang melawannya. Seperti yang digambarkan dalam cerita diatas, seseorang mengalahkan kotoran-batin, tidak dengan kekuatan fisik/badaniah tapi dengan kewaspadaan dan pengertian.

 223. Legenda lain yang menyangkut Pencerahan-sempurna adalah seperti yang dikisahkan dalam Khotbah Pencarian Agung (Ariyapariyesana Sutta). Dikatakan bahwa setelah Pencerahan, Sang Buddha bimbang, apakah akan mengajar apa yang telah ditemukannya atau tidak, sebab Beliau menyadari betapa sedikit manusia yang bisa memahami ajaran-Nya. Tiba-tiba, Brahma Sahampati muncul didepan-Nya, menundukkan kepala, dan berkata kepada-Nya:

          Pernah muncul di Magadha sebelum Engkau,
          Dhamma yang tak jelas dipikirkan oleh batin-batin yang tidak murni.
          Karenanya bukalah pintu keabadian,
          Agar semuanya dapat mendengarkan Dhamma
          Yang diwujudkan oleh Yang Murni.

          Seperti seorang berdiri di puncak gunung,
          Memandang orang-orang yang ada di bawah lembah,
          Demikian pula, oh, Yang bijaksana.
          Mendaki bukit kebenaran dan bebas dari kesedihan
          Lihatlah mereka yang ada dibawah
          Terjebak kesedihan, kelahiran dan umur-tua

          Oleh karenanya bangkitlah Pahlawan, Pemenang perang
          Engkau adalah pemimpin kalifah
          Tanpa beban, pergi lebih jauh ke dunia ini
          Ajarkanlah Dhamma, Yang Terbekahi
          Mereka yang mempelajarinya akan bertumbuh.4

      Setelah mempertimbangkan imbauan Brahma Sahampati, Sang Buddha meneliti keseluruhan dunia.

          Seperti yang telah Saya teliti di dunia ini dengan mata Buddha, Saya melihat makhluk-makhluk yang sedikit debu di matanya, yang banyak debu dimatanya, yang indranya tajam, yang indranya tumpul, berwatak baik, berwatak buruk, bersifat pasif, bersifat aktif. Ibarat kolam berisi teratai biru, merah atau putih, dengan teratai yang masih bertunas dalam air, sedang tumbuh dalam air, masih belum muncul di permukaan air.5

      Setelah menilai kembali daya-pikir manusia untuk mengerti Dhamma, dan melihat bahwa sebagian dari manusia akan dapat memahaminya, Sang Buddha memutuskan untuk mengajarkannya. Dia mempermaklumkan pada Brahma Sahampati dan dunia:

          Pintu-pintu keabadian sekarang terbuka
          Hendaknya mereka yang dapat mendengar,
          Memanfaatkan dengan keyakinan.6

      Istilah 'brahma' sebenarnya berarti 'tertinggi', dan tentunya memang cinta-kasih (metta) dan welas-asih (karuna) adalah dua nilai yang luhur dari keluhuran tertinggi (brahma vihara) (lihat 158). Jadi, Brahma Sahampati adalah perlambang cinta-kasih dan welas-asih. Cinta-kasih dan welas-asih lah yang menyebabkan Sang Buddha memutuskan untuk mengajar Dhamma yang telah ditemukan-Nya.


 224. Dua legenda terakhir yang akan kita teliti, menyangkut hari-hari terakhir Sang Buddha, yang bermaksud menggarisbawahi beberapa hal yang penting. Legenda yang pertama adalah sarana pengingat kiasan-kiasan yang sering ada di dalam Tipitaka. Kiasan itu adalah tentang Penyeberangan Arus. Samsara sering diibaratkan sebagai sungai yang berbahaya arusnya. Nibbana adalah tepi yang aman diseberang sana, dan mereka yang telah Tercerahi adalah mereka yang berhasil menyeberangi sungai itu. Legenda itu ditemukan dalam Khotbah Nibbana-akhir nan Agung (Mahaparinibbana Sutta), disebutkan bahwa khotbah ini disampaikan beberapa bulan sebelum Nibbana-akhir (kemangkatan Sang Buddha).

      Sang Buddha pergi ke sungai Gangga yang pada waktu itu sedang meluap sehingga burung gagak dapat minum darinya. Beberapa orang sedang mencari perahu, beberapa lainnya mencari rakit, beberapa lainnya mengikat bambu untuk membuat rakit; agar dapat menyeberangi sungai itu. Tetapi semudah seorang yang kuat meluruskan lengannya dan membengkokkannya lagi, Sang Buddha menghilang di tepi sini dan muncul diseberang sana. Seraya memandang mereka yang sedang mencari bambu dan rakit, Sang Buddha mengucapkan syair ini:

          Bila ingin menyeberangi laut, sungai atau danau,
          Orang-orang membuat jembatan atau rakit,
          Tetapi Yang Bijaksana telah berhasil menyeberang.7


 225. Legenda yang ke dua sangat istimewa karena indah dan sangat bermakna. Terjadi ketika Sang Buddha berbaring di antara dua pohon sal, sesaat sebelum Nibbana-akhir-Nya.

          Dan Sang Tuan berkata: "Ananda, siapkan pembaringan menghadap ke arah ini di antara dua pohon sal, saya merasa kurang nyaman dan ingin berbaring." Ananda lalu melakukannya, Sang Buddha kemudian berbaring diatas sisi kanan-Nya, satu kaki bersandar diatas lainnya, seperti posisi singa, sambil tetap mawas diri dan sadar. Lalu, tiba-tiba kedua pohon sal itu berbunga, walau bukan musimnya dan bunga-bunga berjatuhan sebagai penghormatan pada Tathagata, disertai terdengarnya nyanyian dan musik surgawi, semuanya untuk menghormati Tathagata. Lalu Sang Buddha menoleh kepada Ananda dan berkata: "Lihatlah berkembangnya pohon sal dan bunga-bunga surgawi, bubuk cendana, nyanyian dan musik. Tapi, ini bukanlah cara untuk menghormati, menjunjung, menyembah, mengagungkan, dan menghargai dengan penghormatan tertinggi. Tapi, para bhikkhu, bhikkhuni, serta umat awam yang tenang dalam Dhamma, merekalah yang menghormati, menjunjung, menyembah, mengagungkan, dan menghargai dengan penghormatan tertinggi. Oleh karenanya, laksanakanlah Dhamma. Inilah hendaknya cara engkau melatih dirimu sendiri."8

      Baik selama Sang Buddha masih hidup maupun berabad-abad setelah Nibbana-akhir-Nya, orang-orang menunjukkan rasa hormatnya dengan mempersembahkan bunga, dan kadang-kadang diselingi dengan pelaksanaan upacara-upacara yang rumit dan megah. Walau hal ini mamang bermaksud baik, tapi kadang-kadang penampilan luar seperti itu menyebabkan kita melupakan bahwa perubahan di dalam batin adalah jauh lebih penting. Orang-orang mungkin tidak pernah melupakan melepas sandal atau sepatunya sebelum memasuki ruangan vihara, namun melupakan bahwa kita hendaknya bertutur-kata dengan jujur. Seorang Buddhis tradisional mungkin mencibirkan bibir pada orang yang memegang dupa dengan cara yang tidak tepat, atau pada orang yang menyembah dengan cara yang salah atau pada mereka yang membacakan paritta dengan suara sumbang dan pengucapan yang salah; tapi dia sendiri tidak dermawan dalam uangnya atau jauh dari kejujuran dalam berdagang. Cerita diatas, yang juga dari Khotbah Nibbana-akhir nan Agung (Mahaparinibbana Sutta), adalah sarana untuk mengingatkan kita, bahwa persembahan atau upacara hebat bagaimanapaun tidaklah lebih penting dibanding dengan pelaksanaan Dhamma dengan tepat, dan bahwa cara penghormatan tertinggi yang dapat kita berikan pada Sang Buddha adalah dengan melaksanakan ajaran-Nya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline pujianto

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 6
  • Buka pintu hati, emang ada pintunya?
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #22 on: 18 December 2008, 05:13:05 PM »
Ika Polim dari psikologi transformatif ama rekan Hudoyo yah?

Kalo pak Ika Polim aliran Kundalini....

yang aku dengar kalo udh bisa kundalini terus bisa terbang, apakah kang Ika udh bisa terbang? ajarin dong mumpung tiket pswt lg mahal. lemayan ngirit nih
Semoga semua makhluk berbahagia

Offline pujianto

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 6
  • Buka pintu hati, emang ada pintunya?
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #23 on: 18 December 2008, 05:17:09 PM »
Ikutan nimbrung..
Menurut saya, biasanya seorang bayi lahir kedunia dari rahim seorang ibu pasti menangis walau ada beberapa yang tidak menangis tapi diusahakan oleh dokter atau bidan agar menangis. saya pernah membaca sebuah buku (lupa judulnya karena sudah lama ;D) menyatakan bahwa bayi-bayi tersebut menangis karena bayi itu tau bahwa mereka terlahir dialam samsara ini. dan mereka tidak/belum "siap" untuk menghadapinya. :)
Dan sebaliknya kelahiran Pangeran Sidharta, yang ketika terlahir kedunia dari rahim seorang ibu sudah dapat berdiri, berjalan 7 langkah dan setiap langkahnya itu mengeluarkan bunga teratai. Artinya disini bahwa bayi tersebut sudah "siap menghadapi" alam samsara ini. Dan teratai itu mengartikan tentang "hasil" dari apa yang telah beliau "jalankan " dalm hal ini melangkahkan kaki.

_/\_
 

Bayi lahir yang menanggis.... karena dia LOBHA dulu (sudah enak2 di perut kok di paksa keluar) ... karena lobha kemudian timbul DOSA (merasa tidak enak dengan lingkungan baru maka menanggislah dia)... LOBHA dan DOSA selalu di ikuti MOHA... gitu ceritanye... ;D

_/\_ :lotus:

rupanya bayi tersebut gak suka muter-muter seperti di millis tetangga, jadi cukup 7 langkah saja
Semoga semua makhluk berbahagia

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #24 on: 18 December 2008, 05:19:08 PM »
Berarti memang benar sosok Mara yang menggoda Sang Buddha ketika hendak mencapai Pencerahan dan hendak Parinibbana juga merupakan kiasan?  ???

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #25 on: 18 December 2008, 05:20:52 PM »
[at] Ryu...

gede-gede banget tulisannya..............  ;D ;D ;D


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #26 on: 18 December 2008, 05:21:36 PM »
Berarti memang benar sosok Mara yang menggoda Sang Buddha ketika hendak mencapai Pencerahan dan hendak Parinibbana juga merupakan kiasan?  ???
khan lagi ngomongin kelahiran Sidharta neh :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #27 on: 18 December 2008, 05:22:39 PM »
Kalau mengenai kekuatan abhinna seorang ARAHAT yang bisa terbang, saya rasa masih mungkin... karena mengapa... "sesuatu" bisa terbang karena ada kondisi-kondisi yang mendukung "sesuatu" itu bisa terbang. PESAWAT UDARA saja yang BERAT bisa terbang. KAPAL LAUT yang BERAT bisa terapung di laut.

Hanya saja, kondisi fisik apa yang "berubah" pada diri seorang aRAHAT sehingga bisa mengembangkan kemampuan untuk terbang itu tidak diketahui. Tetapi dari hasil kremasi para ARIYA (orang suci), banyak ditemukan relik relik yang tidak dijumpai pada umat awam biasa menunjukkan ada perubahan fisik pada para ARIYA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #28 on: 18 December 2008, 05:22:48 PM »
Berarti memang benar sosok Mara yang menggoda Sang Buddha ketika hendak mencapai Pencerahan dan hendak Parinibbana juga merupakan kiasan?  ???
khan lagi ngomongin kelahiran Sidharta neh :))

hehehe.. memang OOT...
Kalo menurut bro ryu cemana?
Cukup jawab dengan inisial Y atau N...  ;D

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kelahiran Pangeran Sidharta
« Reply #29 on: 18 December 2008, 05:24:26 PM »
Berarti memang benar sosok Mara yang menggoda Sang Buddha ketika hendak mencapai Pencerahan dan hendak Parinibbana juga merupakan kiasan?  ???
khan lagi ngomongin kelahiran Sidharta neh :))

hehehe.. memang OOT...
Kalo menurut bro ryu cemana?
Cukup jawab dengan inisial Y atau N...  ;D
Kalo menurut aye sih sementara ini Kiasan ;D gak tau kalo pendapat yang laen ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything