IMO, Hukum Kamma itu ngga selalu berjalan lurus bila berbuat A maka hasilnya B. Melainkan Hukum Kamma itu sendiri sebuah sistem yg kompleks. Demikian kompleks dan bertambah kompleks lagi saat Hukum Kamma bertemu dg sistem2 laen contoh: Niyama2 yg lainnya. Jd dg sendirinya bukan 1 penyebab saja yg menentukan suatu akibat terjadi, melainkan akumulasi dr berbagai faktor yg bersesuaian. Contoh gampangnya buah mangga bukan ada sendirinya melainkan perlu brbagai faktor yg bersesuaian, tanah yg gembur, angin yg cukup, sinar matahari yg cukup dan curah hujan/air yg cukup, tentu jg serangan hama yg tdk berlebihan.
Sedangkan dlm proses berbuahnya, tidak berarti sekali berbuah lsg habis pula. Seperti pohon mangga yg kalau 1 kondisi penunjangnya tidak mencukupi misal kurang mendapat air, atau serangan hama-wereng yg ganas, tdk akan menghasilkan buah yg matang dan sempurna, demikian juga halnya Hukum Kamma. Yg jelas akibat dr satu Kamma tdk dpt dinegasikan menjadi nol. Hanya saja bila diibaratkan akusala kamma sebagai garam, maka kusala kamma dpt digambarkan sbg air. Utk membuat air terasa lebih tawar drpd garam di dalam, tambahkan sebanyak mungkin air hingga kadar garam dan rasa asin menjadi tipis. Selanjutnya tentu saja yg paling penting, sucikan pikiran (sacitta pariyo dapanam) sehingga kita tdk lagi terpengaruh oleh manis-asinnya pengalaman yg kita alami.
Rumitnya pemahaman utk memahami akibat dr Hukum Kamma inilah makanya oleh Sang Buddha dijelaskan ttg 4 hal yg tak terpikirkan (acinteyya) oleh manusia biasa dlm Acintita Sutta:
1. Buddha-visaya: memikirkan ttg ruang lingkup kemampuan seorg Samma-Sambuddha.
2. Jhana-visaya: memikirkan ttg ruang lingkup kemampuan meditasi Jhana.
3. Kamma-vipaka: memikirkan ttg akibat kamma.
4. loka-cinta: memikirkan dan berspekulasi ttg dunia.
Semoga cukup menjawab.