Kalau untuk sutra mahayana memang perlu kitab komentar, dan kitab komentar ini ada ditulis oleh guru guru besar jaman dahulu. Bahasa sutra mahayana kadang berbunga bunga gitu, atau mengandung arti kiasan, atau harus merujuk lagi ke kitab lain. Atau maknanya sangat dalam dan tidak dapat dipahami orang generasi sekarang yang level spiritualnya sudah merosot.
Kitab kitab komentar ini masih ada dan dilestarikan, dan kadang master jaman sekarang juga ada yg menulis. Kalau Mahayana, yah terbatas oleh bahasa, karena ditulis dalam bahasa sansekerta atau tibet atau mandarin atau jepang. Ada yg sudah diterjemahkan dalam bahasa inggris, dan sangat sedikit yg diterjemahkan dalam bahasa indonesia
Kitab komentar yg ditulis zaman dulu, levelnya jg terlalu tinggi buat kita sekarang, maka dibikin lagi komentarnya. Dan kemudian nanti ada lagi yg nulis komentar atas komentar atas komentar tsb.
Sebagai contoh Prajna Paramita Sutra. Penjelasan mengenai Sutra ini ditulis oleh Maitreyanatha, menjadi satu kitab dengan judul Abhisamayalankara (Ornament of Realizations).
Abhisamayalankara itu sendiri kemudian dijelaskan lagi oleh Tsongkhapa dengan kitab namanya Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (lamrim chenmo).
Secara pribadi saya lebih suka belajar mahayana dari kitab kitab komentar karena bahasa sutra lebih sulit dimengerti. Setelah paham beberapa topik tertentu, maksud kalimat di sutra lebih mudah ditangkap. Walaupun satu bait komentar membutuhkan penjelasan sehalaman oleh guru modern supaya saya ngerti
kalau bisa bahasa inggris, bisa coba lihat lihat di sini dulu
http://www.berzinarchives.com/web/x/nav/n.html_1949421541.htmlItu kitab komentar yg menjelaskan ajaran Buddha secara umum dan menarik esensi dari banyak sutra