Saya tahu pasti kebanyakan member disini sudah baca. Tapi saya ngotot. Saya mau share resensi yang saya buat. Kalau anda tidak berkenan, silahkan close jendela ini. Thanks...
========================
Inilah kunci sukses dari buku I Ajahn Brahm Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Bayangkan, bagaimana sebuah buku yang berisi tentang ajaran ajaran kuno Buddha yang sekiranya seperti sudah ketinggalan jaman, kemudian dari judul dan kisah di dalamnya menyamakan pembacanya sebagai ‘Si Cacing’, bisa menjadi buku yang best seller?
Reaksi pertama saya setelah melihat tumpukan buku Ajahn Brahm: Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2 di Gramedia tadi sore adalah, ini penerbit mulai keterlaluan. Garansi 100% Uang Kembali Jika Anda tidak mendapatkan manfaat setelah membaca buku ini – simpan struk pembelian buku ini. Ini sudah berlebihan.
Lebih kaget lagi saat membaca (yah, saya akhirnya beli juga) prakata yang ditulis Ajahn Brahm sendiri;
“Akan tetapi, jika cerita cerita dalam buku ini tidak memperbaiki hidup Anda, maka saya, sebagai pengarangnya, memberi izin kepada Anda untuk meminta kembali uang Anda. Anda belum tentu mendapatkan kembali uang Anda, tapi setidaknya Anda punya izin untk memintahnya!”
Anda belum tentu mendapatkan kembali uang Anda, tapi setidaknya Anda punya izin untk memintahnya!
Apakah ini semacam penipuan antara penulis dengan penerbitnya?
Ajahn Brahm ternyata menusuk ke dogma itu sendiri. Anda berhak berteriak teriak menghujat kesalahan, ketidak sesuaian, kepincangan, kekurang ajaran, ketidak sucian sebuah ajaran agama. Anda belum tentu bisa mengubah ajaran tersebut, tapi setidaknya Anda punya izin untuk mempertanyakannya…!
Yah, anda, saya siapa pun yang baca buku ini akan mendapati perumpamaan diri sebagai Cacing. Cacing yang kesenangan berkubang di kotoran sapi lagi.
Satu hal yang membuat buku yang baru saya temukan ini laku adalah enak dibaca. Anda akan diajak mengetawai hidup anda. Anda akan diajak untuk melihat, bahwa banyak hal hal yang kita lakukan selama ini ternyata sangat menggelikan. Bukan dalam tendensi mengejek. Namun dalam hal yang benar benar sangat nyata.
Ajahn Brahm mengubah cara biasa menjadi luar biasa. Empat Kebenaran (Kesunyataan) Mulia yang di teks teks Buddhis dimulai dari ‘HIDUP ADALAH DUKA” disamarkan Ajahn Brahm menjadi “Bagaimana agar bisa bahagia…”
Secara gamblang dalam sebuah pertemuan Ajahn Brahm menjelaskan hal ini sebagai ilmu marketing. Bagaimana orang bisa tertarik pada ajaran Buddha bila mula mula mereka dihadapkan pada ‘Hidupmu penuh duka!’, ‘Seumur hidup kamu akan berduka!’, ‘Setelah matipun kamu tetap berduka!”
KIAAAAAAAAA………. Anda mungkin bisa langsung mati ketakutan atau depresi tingkat akut.
Namun cara Ajahn adalah mengajak audiensnya untuk ‘bagaimana menjadi bahagia’. Nah, ini membuat bibir atas anda tertarik sedikit ke atas. Membacanya saja sudah mendatangnya senyum. Nyaman bukan?
Semakin menyelediki, ternyata untuk menjadi bahagia, anda harus membongkar semua duka duka bathin anda. Dengan memahami kembali, bahwa memang kehidupan ini adalah duka. Dengan menyadari kedukaan ini baru kita mampu melihat kenyataan bagaimana cara melenyapkan duka duka bathin ini. Bila sudah terlenyapkan, maka sudah secara otomatis menjadi bahagia…
Bagaimana bisa bahagia bila duka belum dilenyapkan?
Ajahn Brahm menggambarkan secara gamblang ajaran Buddha dengan contoh contoh hal hal remeh di kehidupan kita sehari hari. Bukan dari cerita inspiratif para nabi, para guru agung, para murid Sang Buddha atau orang suci lainnya. Tapi dari kita sendiri. Anda diajak belajar kebijaksanaan dari diri anda sendiri.
Secara universal, Ajahn Brahm memberitahu anda, bahwa anda adalah khalifah yang sebenarnya pada diri anda.
Anda punya hak minta uang kembali, walau belum tentu anda mendapatkan uang anda.
Uang anda hanya akan benar benar kembali bila anda ulet untuk memperjuangkan uang anda kembali sesuai dengan panduan yang dituliskan di buku dan situs penerbit buku ini.
NB: Mengapa saya tulis judulnya Ajahn Brahm: Anda Benar Benar Cacing? Jawabnya adalah, tidak cukup sekali dia menyebutkan anda cacing. Tapi sudah 2 kali, dibukukan lagi.