//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: dilema sorang anak?  (Read 3097 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hegia

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
dilema sorang anak?
« on: 16 May 2008, 02:03:51 PM »
Namo buddhaya,
ada 2 kejadian yg membuat saya merenung....begini ceritanya....
ada sebuah keluarga dengan kemampuan yg tidak berlebihan ataupun kekurangan...
pada suatu hari papanya sakit...dan masuk ICU...dan dlm keadaan koma...oleh dokter
dianjurkan utk operasi otaknya dan dipasang alat utk membantu agar sadar..tp kemungkinan
hidup/sadarnya hanya 50-50, tp karena anak2 mereka hidupnya pas2an dan bantuan saudara n
temen hanya sekedarnya...maka diputuskan agar papa nya dibiarkan tanpa operasi karena kekurangan
dana...tp dalam mengambil keputusan ini ...si anak sulung juga merasa bersalah..tp tidak bisa berbuat apa2
karena utk menutupi biaya pengobatan saja dia sudah pusing sekali...dan beberapa hari kemudian..papanya
meninggal...dan si anak ini tambah menyesal...dan dia berkata...dan bertanya..."apa papa akan menyalahkan
saya ya" pada saat itu saya katakan.."papa kamu akan mengerti karena kamu sudah berusaha semaksimal
mungkin"....dengan kejadian ini ..saya jadi berpikir...begitu besar kekuasaan uang sehingga membuat orang
tidak berdaya....sehingga menimbulkan dilema seorang anak akan baktinya pada orang tua tp pada sisi lain dia juga harus memikirkan tentang keuangannya....saya rasa byk juga temen2 melihat kejadian ini ya??
Bagaimana menurut temen2..apakah sianak ini mempunyai bakti yg kurang pada orang tuanya?
apakah sianak ini seharusnya mengorbankan segalanya ( mis..menjual rumah ) demi kesembuhan papanya yang susah diprediksi krn sudah parah ?

Salam Metta


Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: dilema sorang anak?
« Reply #1 on: 16 May 2008, 02:47:44 PM »
 _/\_ , sekarang saya tanya kepada anda, apakah dengan uang hasil menjual rumah trus ayahnya dioperasi dan akan sembuh sedangkan kemungkinan hanya 50:50? lalu bagaimana nasib adik2nya, uang itu memang tidak seberapa bila dibandingka dengan nyawa, sedikit cerita "teman saya mengalami kecelakaan, dan orang tuanya menghabiskan banyak sekali biaya untuk anak laki2 satu2nya itu, dan mereka mengaku, untuk apa saya punya banyak uang kalau anak saya tidak bisa diselamat kan ?"

namun berbeda pada kasus ini, rumah itu tempat tinggal keluarga, apakah tidak lebih egois seorang ayah menyalahkan anaknya yang berada di posisi sulit itu, saya yakin sang ayah akan pergi dengan bahagia dan tanpa rasa khawatir bila anak2nya masih mempunyai rumah untuk tinggal, dan kebutuhan dapat terpenuhi, ketimbang meninggalkan anak2 nya yang sudah tidak berumah karena semata2 membiayai pengobatan sang ayah. dan segala sesuatu yang kita lakukan harus penuh pertimbangan dan kita juga harus melihat akibat yang akan terjadi saat kita mengambil keputusan itu.

metta,
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: dilema sorang anak?
« Reply #2 on: 16 May 2008, 02:53:10 PM »
Hidup ini memang demikian, kita dihadapkan pada posisi buah simalakama. makan salah nga makan salah.

Menurut saya, bakti seorang anak itu tidak bisa diukur dari satu kejadian itu saja. Dan bakti seorang anak juga harus dilandaskan kebijaksanaan juga. Kalau kondisinya seperti demikian, mungkin saya akan mengambil tindakan yg sama.

Kalau saya jadi orang tuanya juga, saya tidak akan menyetujui tindakan anak utk menjual rumah misalnya utk membiayai perawatan yang memang hanya sekejab saja. Kelangsungan hidup saya sebentar tetapi membuat anak dan cucu saya menderita untuk jangka waktu lama. Kebahagiaan anak dan cucu adalah kebahagiaan saya juga.

So, memang demikian hidup, tidak bisa memuaskan di semua sudut. Yang penting keseimbangan batin dijaga. :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline Hegia

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
Re: dilema sorang anak?
« Reply #3 on: 16 May 2008, 03:07:54 PM »
Terima kasih atas pencerahannya.....walaupun sebagian orang walaupun tidak menyalahkan hanya menyayangkan aja...kenapa..???....tapi seperti dikatakan Pak Sumedho....yang penting keseimbangan batin dijaga.....akan saya sampaikan nasehat2 yg berguna ini pada si anak yang sedang berduka....

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: dilema sorang anak?
« Reply #4 on: 16 May 2008, 03:09:02 PM »
Berada di situasi demikian mungkin akan menyulitkan terutama kalo kita berpikir dipihak anak.

Buddhism memandang kematian sebagai hal yang wajar dimana ada kelahiran disitulah kita mempersiapkan liang kubur kita.
Kemelekatan kita akan kehidupan dan eternity itulah yang membuat kadang kita tidak bisa berpikir dengan bijaksana apalagi kita akan kehilangan seseorang yang kita cintai , pasti segala daya upaya akan kita coba untuk menyembuhkan namun bijaksanakah ? disitu pertanyaannya.

Bila harapan sembuh itu masih ada ,oke,kita coba jual segala harta benda, dan setelah bapaknya sembuh, ketemu lagi dengan harta yang sudah kosong melompong, buat apa? saya berbicara seperti ini bukan menjadi monster yang tidak punya belas kasih namun lihatlah efek ke depan. bapaknya sudah sakit keras,sudah koma, what can we do? kecuali kalo misalnya sakit flu ringan perlu berobat ke dokter seharga 150rb katakanlah,ini masih wajar,sudah koma dan sakit keras berarti hanya menunggu waktu kepergian. dan itu natural,alami.

Anak yang ingin berbakti kenapa tidak pada saat orangtuanya masih sehat-sehat?walaupun hidup serba kekurangan,ingatlah orang tua tidak meminta kekayaan dari anaknya namun kebaikan seorang anak sebagaimana mereka membesarkan kita sampai dewasa dengan kasih sayang dan penuh perjuangan? kenapa tidak berbakti pada saat masih sehat-sehat?

Kematian adalah hal wajar meskipun hati perih,setelah mengetahui Dhamma,hati akan tenang.
Sang Buddha mengajarkan bahwa balas budi orang tua terbesar adalah Dhamma dana, mengajarkan Dhamma kepada orang tua,sehingga setelah mengenal Dhamma, kebahagiaan pada saat kematian bisa tercapai baik terlahir ke alam yang lebih berbahagia seperti alam Deva, bukankah kita malah seharusnya senang bahwa orang tua kita terlahir di alam Deva?

Orang takut akan kematian hanya karena ia tidak tahu kemana ia akan pergi setelah kematian, dengan mengetahui Dhamma,maka ia sudah mempersiapkan bekal menuju kematiannya. _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: dilema sorang anak?
« Reply #5 on: 16 May 2008, 03:14:00 PM »
sama seperti air dalam sebuah gelas dituang menuju gelas lain, airnya tetap sama namun gelasnya berbeda, inilah kelahiran dan inilah kematian.

katakanlah kepada anak itu, berbuatlah kebajikan atas nama orang tua, maka segala jasa kebajikan akan membuat kebaikan kepada orang tua dan juga kepada diri sendiri. jagalah Dhamma, jadikan ia sebagai pelindungmu, Buddha,Dhamma,Sangha.

Apapun yang terjadi ingatlah,ketika kita ditinggal oleh orang tua, kita harus rukun terhadap saudara-saudara,jangan karena orang tua tidak lagi ada,harta menjadi perang antar saudara. justru dengan kehilangan,maka kita akan mengerti bahwa ada kelahiran disitulah kematian dan ini tidak akan pernah kekal.selama orang belum menyelami Dhamma,maka kelahiran,sakit,tua dan mati akan menghampiri.

Rukunlah dengan saudara dan jagalah keluarga yang tersisa dengan Dhamma.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.