Selagi Buddha berdiam selama seminggu di Ajapala, Ia berpikir, “Betapa menyedihkan hidup tanpa menghormati orang lain (tidak seorang pun yang dihormati). Siapa yang harus didekati dan dihormati oleh-Ku, seseorang yang telah melenyapkan semua kotoran, yang telah melenyapkan semua kajahatan?” Kemudian Beliau melanjutkan, “Aku harus menetap di dekat mereka yang lebih tinggi dari diri-Ku dalam hal Moralitas, Konsentrasi, Kebijaksanaan, dan Kebebasan sehingga Moralitas, Konsentrasi, Kebijaksanaan, dan Kebebasan-Ku yang masih belum lengkap dan belum mencukupi akan menjadi lengkap dan cukup.” Kemudian Buddha mencari dengan Kemahatahuan-Nya mereka yang lebih tinggi daripada-Nya dalam hal Moralitas, Konsentrasi, Kebijaksanaan, dan Kebebasan.
Melihat bahwa tidak ada makhluk yang demikian di tiga alam, Beliau berpikir, “Lebih baik Aku hanya hidup dengan menghormati Dhamma yang telah Kutembus.”
Pada waktu itu, mengetahui pikiran Buddha, Brahmà Sahampati tiba dalam sekejap di hadapan Buddha dan setelah meletakkan selendangnya di bahu kirinya dan menyentuh tanah dengan lutut kanannya, ia merangkapkan tangannya memberi hormat dan berkata, “Buddha Yang Agung, apa yang Engkau pikirkan adalah benar. Yang Mulia, Buddha-Buddha pada masa lampau hanya hidup dengan menghormati Dhamma. Buddha-Buddha pada masa depan hanya hidup dengan menghormati Dhamma. Buddha Agung, aku juga ingin agar Engkau menjadi Buddha masa sekarang yang hanya hidup dengan menghormati Dhamma.” Ia kemudian menambahkan tiga bait berikut
Ye ca atità Sambuddhà, ye ca Buddha anàgatà,
yo ce tarahi Sambuddho, bahunam sokanàsano.
Sabbe saddhàmmagaruno vihamsu vihàranti ca,
atho pi viharissanti esà Buddhàna dhammatà.
Tasmà hi attakàmena mahattam abhikankhità,
saddhàmmo garukàtabbo saram Buddhàna Sàsana.
Yang Mulia, terdapat Buddha-Buddha yang muncul pada masa lampau, yang akan muncul pada masa depan, dan yang muncul sekarang, yang telah melenyapkan dan menghancurkan duri kekhawatiran banyak dewa, manusia, dan brahmà.
Semua Buddha-Buddha di tiga masa ini telah hidup dengan menghormati Dhamma, sedang hidup dan akan hidup dengan cara demikian. Kehidupan demikian yang menghormati Dhamma adalah kebiasaan para Buddha Mahatahu.
Oleh karena itu, ia yang ingin memperoleh manfaat dan yang ingin menjadi terhormat harus siang dan malam menghormati permata Dhamma yang merupakan kekayaan kebajikan, selalu ingat tiga aspek dari ajaran.
Setelah mengucapkan tiga bait ini, Brahmà Sahampati memberi hormat kepada Buddha, mengelilingi Buddha dan menghilang dari tempat itu dan tiba kembali di alam brahmà.