//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mencapai pencerahan dengan sex?  (Read 117491 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #75 on: 10 February 2009, 07:06:20 PM »
renunciation. Maksudnya tidak puas pada samsara, melihat dunia penuh dengan penderitaan, dan tidak ingin lahir lagi.
Kebenaran Mulia pertama itu lho
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #76 on: 10 February 2009, 07:25:23 PM »
Pencerahan dengan sex dapat tercapai yaitu ketika orgasme itulah pencerahan duniawi yg sangat dalam.  ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #77 on: 10 February 2009, 07:34:32 PM »
kacau........  :o :o

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #78 on: 10 February 2009, 07:37:30 PM »
kacau........  :o :o

pencerahan duniawi = kacau :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #79 on: 10 February 2009, 07:39:35 PM »
kacau..
sex = pencerahan.. :))

duniawi si okehh... ;D :))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #80 on: 10 February 2009, 09:51:04 PM »
itu upaya kausalya bodhisatva atau makhluk ariya... KATANYA...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #81 on: 11 February 2009, 06:58:57 AM »
Sebagai umat awam, saya tidak memiliki kapasitas untuk menjabarkan metode Tantra. Tapi setidaknya saya akan berusaha memberikan penjelasan mengenai hal yang sangat kontroversial di kalangan Buddhis ini.

Master Yinshun, guru dari master Chengyen [pendiri Tzu Chi] adalah master Mahayana yang bersikap kritis terhadap aliran Vajrayana. Setahu saya Beliau mengkritik praktik karmamudra dalam Vajrayana. Namun dalam menyikapi kritikan tersebut, hendaknya kita jangan langsung menerima… tapi … tentu ehipassiko dong….

Dikenal dua istilah dalam kalangan Vajrayana:
1. Karmamudra, yaitu melakukan praktek dengan consort aktual, yaitu manusia yang sebenar-benarnya [laki-laki atau perempuan]. Penyatuan ini dilakukan secara fisik.
2. Jnanamudra, yaitu melakukan praktek consort hanya dengan visualisasi atau proyeksi pikiran saja, tanpa adanya kontak fisik, jadi hanya terjadi dalam alam pikiran saja.
3. Mahamudra

Dalam Vajrayana, pencapaian Anuttara Samyaksambodhi dalam satu masa kehidupan tidak harus melalui jalan karmamudra. Gampopa dan Jey Tsongkhapa tidak pernah melakukan karmamudra, [karena mereka mengambil sila kebhiksuan [gelong] dan mempertahankan Vinaya mereka] namun mereka mampu mencapai Pencerahan Sempurna.

Dalai Lama ke-1 menjelaskan:
“Para yogi yang sebenarnya muncul di dalam tubuh kekosongan Kalachakra dan Shakti ada tiga tipe: tajam, menengah, dan tumpul. Yang pertama dari ketiga ini [yaitu orang yang tajam kapasitasnya] bergantung sepenuhnya pada Mahamudra. Mereka mampu mengalami kebahagiaan [bliss] agung yang tidak berubah semata-mata melalui penyatuan dengan dirinya. Yang kedua [kapasitas menengah] pertama-tama harus bergantung pada jnanamudra untuk membangkitkan dasar dari kebahagiaan sehingga mereka mampu memasuki Mahamudra. Praktisi di kategori ketiga, yaitu mereka yang kapasitasnya tumpul, pertama-tama harus bergantung pada karmamudra, atau consort fisik, dengan tujuan untuk mendorong pengalaman kebahagiaan.”

“Mereka yang memiliki kapasitas tumpul, tidak memiliki cukup kekuatan atau kesucian pikiran, harus bergantung pada karmamudra [consort manusia – fisik] sampai akhirnya mereka mengalami kebahagiaan agung [great bliss].” (Dalai Lama ke-1) Karmamudra diperuntukkan bagi mereka yang tidak sanggup melakukan Jnanamudra.

Dalam Teks Ornamen Cahaya Tanpa Tercemar, Kaydrub Norzang-gyatso menjelaskan bahwa bagi praktisi yang memiliki kapasitas yang tajam, menggantungkan diri pada visualisasi partner jnanamudra dapat menjadi metode untuk membangkitkan kesadaran kebahagiaan yang agung, cukup kuat untuk menyatukan semua energi angin yang paling sulit untuk dileburkan di tengah-tengah chakra hati sehingga pikiran cahaya murni dapat sepenuhnya bermanifestasi. Oleh karena itu partner fisik Karmamudra tidaklah diharuskan.

Jadi “Tantric Sex” atau karmamudra hanya diharuskan pada mereka yang kapasitasnya tumpul. Mereka yang memiliki kapasitas menengah maupun tajam tidak perlu menggunakan karmamudra. Praktek karmamudra bukanlah suatu keharusan.

Namun yang kapasitasnya tumpul ini, sesungguhnya adalah mereka mereka yang sudah terkualifikasi. Karmamudra meskipun diperuntukkan bagi mereka yang kapasitasnya tumpul, sebenarnya yang kapasitasnya tumpul ini harus sudah ahli dalam Anuttarayoga Tantra dan terkualifikasi, tidak sembarangan.

Praktisi Buddhis Tantrik sendiri juga sebenarnya harus mampu meninggalkan dan melenyapkan nafsu seksual sebelum mempraktekkan karmamudra. Jadi seks di sini tentu berbeda dengan seks orang biasa.

Vajra Tip Tantra mengatakan:
“Mereka yang melekat pada seks harus melenyapkan kemelekatan itu dengan bermeditasi pada kejelekan.”

Yeshe Tsogyal, consort dari Guru Padmasambhava pernah suatu ketika digoda oleh para Mara yang berwujud sebagai para lelaki yang tampan, bertubuh bagus dan kuat. Para lelaki tersebut berusaha merayu Yeshe Tsogyal dengan menunjukkan organ seksual mereka, merangkul Yeshe Tsogyal, memegang buah dadanya, menciumnya dan melakukan segala tindakan foreplay yang penuh nafsu. Namun Yeshe Tsogyal tetap teguh pada samadhinya. Dikarenakan oleh keteguhan samadhinya, beberapa iblis lelaki tersebut lenyap. Dengan pemahamannya bahwa semua fenomena adalah ilusi, Tsogyal mengubah iblis lelaki tersebut menjadi orang kerdil. Dengan kekuatan meditasi Bodhisattva-nya, Tsogyal mengubah penampakan para iblis lelaki tampan yang menggodanya tersebut menjadi mayat hitam, menjadi penderita kusta dan menjadi orang cacat dan jelek.

Ini menandakan bahwa praktisi Tantrik Buddhis yang benar dan asli BUKAN seorang maniak seks.

Manjushrikirti dalam karyanya, Ornamen Inti mengatakan:
“Mereka yang bernafsu pada seks yang amoral [tidak bermoral] akan pergi ke neraka-neraka tangisan dan ratapan makhluk.”
Manjushrikirti kemudian menjelaskan bahwa para Vajrayanis yang melanggar aturan moralitas [sila] telah melanggar anjuran Sang Tathagata dan merupakan kemerosotan."


“Engkau seharusnya tidak melakukan tindakan seks yang menyimpang…. Sampai sejauh kemampuanmu engkau harus mengkultivasi tiga tindakan fisik, empat tindakan ucapan dan tiga tindakan pikiran.” [Vajra Tip Tantra 768]

Ini menunjukkan bahwa ikrar Tantrik juga memasukkan ikrar Pratimoksha dari perumah tangga dan bahkan 10 tindakan kebajikan [dasakusalakarmapatha], yaitu tidak boleh berzinah. Mengenai kriteria perzinahan, dapat dilihat di Ebook Dhammacitta yang saya tulis, di mana disimpulkan bahwa seorang perumah tangga hanya boleh berhubungan seks dengan istrinya [pasangan hidup yang dinikahinya] sendiri dengan cara, waktu dan saat yang tepat. Di luar itu, maka tindakan seks termasuk pelanggaran sila ketiga.

"Mereka [Bodhisattva perumah tangga] meninggalkan tindakan pembunuhan, pencurian, tindakan seksual yang menyimpang yang disebabkan oleh nafsu ketertarikan yang obsesif, berbohong dan pandangan salah.” (Pembabaran Pencerahan Mahavairocana)

Maka dari itu praktisi Tantrik seharusnya tidak meninggalkan ikrar Pratimoksha dan tidak meninggalkan pula Vinaya Bodhisattva.

Praktek karmamudra yang benar tidak akan menimbulkan orgasme dan sperma tidak akan keluar, oleh karena itu tentu berbeda dengan tindakan seks yang umum. Karena tidak menimbulkan orgasme, maka tentu saja Karmamudra ini tidak disertai oleh nafsu seksual [raga]. Ini bisa dilihat dalam kata-kata Mahasiddha Naropa tentang Karmamudra:

”Tetesan energi seksual yang turun dari dalam organ seksual adalah untuk ditahan [tanpa orgasme], dikembalikan. Dan tersebar ke tempat-tempat yang sesuai.” (Mahasiddha Naropa)

Dalai Lama ke-14 yang hidup pada masa kini, banyak menguraikan tentang penahanan dan pengembalian orgasme ini:
Mampu melakukan kontak seksual tanpa mengeluarkan sperma adalah sesuatu yang dibutuhkan ketika engkau mempraktekkan praktek tingkatan atas dari tingkat kesempurnaan

(Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)

Bagi para Buddhis, "hubungan seksual" dapat digunakan sebagai jalan spiritual karena itu menyebabkan perhatian besar pada kesadaran jika sang praktisi memiliki welas asih dan kebijaksanaan yang teguh. Tujuannya adalah untuk memanifestasikan dan memperpanjang tingkat pikiran yang lebih dalam. Dengan tujuan untuk menempatkan kekuatan mereka untuk digunakan dalam memperkuat realisasi kekosongan. Selain itu, hubungan seksual yang biasa-biasa saja [duniawi] tidak ada hubungannya dengan kultivasi spiritual. Ketika seseorang mencapai praktek tingkat tinggi dalam motivasi dan kebijaksanan, maka bahkan menyatukan dua organ seks atau yang disebut sebagai hubungan seksual, tidak akan mengurangi ketetapan tindakan murni orang tersebut…
Dengan teknik spesial konsentrasi selama hubungan seks, maka praktisi yang berkompeten dapat memperpanjang keadaan yang dalam, inti dan sangat kuat dan menempatkan mereka untuk digunakan merealisasikan kekosongan. Namun jika engkau melakukan hubungan seksual dengan pikiran umum duniawi, maka tidak ada manfaatnya.”

(Bagaimana Berlatih, Jalan menuju Hidup yang Berarti oleh Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)

“Sebenarnya, […] organ seksual digunakan, namun pergerakan energi yang sedang berjalan, pada akhirnya, sepenuhnya terkontrol. Energi tersebut seharusnya tidak dikeluarkan. Energi ini harus dikontrol dan sesungguhnya kembali ke bagian lain dari tubuh. Dan di sini kita dapat melihat bahwa ada sejenis koneksi spesial dengan tanpa melakukan hubungan seks [celibacy]”
(Hati Yang Baik, Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)

“Ada perbedaan besar di antara pergerakan cairan regeneratif dari dua individu yang melakukan hubungan seksual duniawi biasa, berlawanan dengan ketika seorang yogi dan yogini yang memiliki realisasi yang tinggi berhubungan seksual…Prinsipnya, perbedaan umum di antara dua tipe tindakan seksual di atas adalah pada pengontrolan arus cairan regeneratif. Praktisi Tantrik harus mengontrol arus dari cairan dan mereka yang pengalamannya tinggi bahkan dapat membalikkan arah arus dari poin yang tertinggi. Jika cairan turun terlalu jauh ke bawah, maka mereka makin sulit dikontrol.”
(Tidur, Bermimpi, dan Sekarat oleh Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)

Maka dari itu, apabila ada praktisi Tantra yang melakukan karmamudra dan terkena AIDS, maka tentu yang dipraktekkanya bukanlah karmamudra, kenapa? Karena media perantara AIDS adalah darah dan sperma. Apabila ada praktisi karmamudra yang terkena AIDS, maka sebenarnya ia bukanlah praktisi karmamudra dan hanya merupakan seorang pembohong.

Selain itu pasangan di mana seseorang melakukan karmamudra harus memiliki tingkat pikiran yang sejajar dengannya. Dua orang yang melakukan karmamudra harus memiliki pikiran yang sebanding dan kedua-duanya harus sudah terkualifikasi. Bahkan salah satu syaratnya adalah pasangan tersebut harus bukanlah orang yang haus seks.

“Seorang teman wanita adalah dasar dari pencapaian pembebasan. Sahabat spiritual adalah wanita yang merupakan teman yang selaras dari para yogi.” (Jey Tsongkhapa)

“Jangan mendekati mereka yang bodoh dan penuh nafsu seksual. Pembebasan adalah mencintai seorang penyampai pesan wanita [praktisi wanita yang sudah terkualifikasi]… Jangan tinggal dengan partner yang rendah [pencapaiannya] dan jangan melayani mereka.”
(Chakrasamvara Tantra)

“Jangan bersatu dengan mereka yang bodoh dan memiliki nafsu keinginan, hanya penyampai pesan wanita yang merupakan wanita pemegang sila; tidak lainnya, khususnya wanita yang mempunyai kemelekatan duniawi [janganlah bersatu dengannya].” (Jey Tsongkhapa)

Selain itu, Bodhisattva Vajrapani yang agung, yang dikenal sebagai Penyimpan dan Pemegang Semua Tantra yang diajarkan oleh Sang Buddha Sakyamuni, pernah berkata pada Karmavajra dan Jey Tsongkhapa:

Lagi saya, Karmavajra, bertanya pada Vajrapani, “Bukankah Tantra memanfaatkan nafsu untuk menuju jalan?”
Vajrapani berkata, “Tentu mereka [Tantra] memanfaatkan nafsu untuk menuju Jalan. Namun tidak ada satupun makhluk kecuali merak yang mampu menelan racun. Orang yang mampu untuk memanfaatkan nafsu untuk menuju jalan, tanpa melepaskan [nafsu itu], adalah lebih langka daripada bunga Udumvara. Bahkan orang yang paling tekun dan hebat menyelami nafsu sebagai teman, namun pada akhirnya nafsu-nafsu itu akan menjadi racun bagi orang yang paling tekun dan hebat tersebut, maka sangat penting baginya untuk meninggalkan nafsu-nafsu.”

Lagi aku bertanya. “Kebanyakan praktisi Tantrik pada masa sekarang mengatakan bahwa berpraktek dengan seorang consort memiliki hasil yang menakjubkan. Bagaimana sebenarnya faktanya?”
Vajrapani menjawab, “Consort yang dapat memberikan akibat dari jalan adalah lebih langka dari emas. Obsesi dengan perempuan rendah membuatmu menjadi seorang iblis pecandu seks! Mempurifikasi persepsimu [pada wanita seperti itu] membuat hatimu menderita. Akumulasi kebajikan dan kebijaksanaanmu dipersembahkan pada iblis pecandu seks. Nafsu jorokmu dibuat menjadi [seolah-olah] sebagai kualitas agung. Jika engkau bisa, engkau bahkan akan berhubungan seks bahkan dengan seekor anjing. Keyakinan ditimbulkan dari mulutmu, namun ditinggalkan dari hatimu. Ketamakan dan iri hatimu akan menjadi sangat besar. Engkau sama sekali tidak mengakumulasi perubahan tindakan yang agung, namun hal itu [malah] membawamu menjadi merosot bagaikan sebuah kaitan besi. Segala akibat yang meningkatkan Dharma tidak ditimbulkan dan engkau dipimpin oleh bau nafsu dan penderitaan. Engkau menjalankan praktek dengan tujuan untuk mencapai pembebasan melalui nafsu, namun itu hanya menjadi sebab peningkatan nafsumu. Engkau berharap tindakan itu akan menjadi dasar untuk memperluas pemahamanmu, namun engkau dimenangkan dalam tas kekalahan dan kekotoran batin. Seorang consort yang tidak memegang komitmen spiritual adalah iblis wanita!”

“Seseorang yang tidak memiliki kesalahan-kesalahan di atas. Khususnya, ia yang hormat pada Dharma, berpikiran mulia, tidak mudah menyerah, kuat dalam keyakinan dan welas asih, sepenuhnya memiliki enam kesempurnaan, patuh pada nasehat Guru, berdevosi pada praktisi, yang memegang ikrar Tantrik dengan jelas bagaikan apel di matanya, yang tidak mendesak untuk berhubungan seks pada waktu yang bukan waktunya kekuatan, dan yang melaksanakan sila kesucian. Jika engkau menemukan consort seperti itu, ia dapat menjadi seorang sahabat dalam jalan. Wanita seperti itu sungguh langka …. Jika engkau memasuki pintu Tantra namun engkau tidak menjaga ikrar [silamu], maka lebih baik tidak usah berharap untuk mencapai Ke-Buddhaan!”

(Untaian Nektar Penyembuhan yang Agung)

Menanggapi diskusi di mana para Guru Tantrik berhubungan seks dengan banyak wanita, Dalai lama berkata bahwa hanya ada sedikit kasus di mana hal ini terjadi. Dalai Lama kemudian menyinggung soal Drukpa Kunley. Dalai Lama menjelaskan bahwa Drukpa Kunley tidur dengan banyak wanita bertujuan untuk kesejahteraan semua orang yang terlibat dengannya. Segala kejadian emosional yang disebabkan Drukpa Kunley berakhir dengan kebahagiaan. Ini memang adalah salah satu syarat upaya kausalya Bodhisattva di mana segala sesuatunya harus berakhir dengan baik. Jadi apabila ada guru yang berhubungan dengan banyak wanita lalu tertular AIDS dan membuat orang lain tertular juga, maka tentu ini sudah jelas bukan upaya kausalya, karena berakhir dengan penderitaan.

Dalai Lama juga menjelaskan bahwa Drukpa Kunley dapat memahami manfaat jangka panjang dari tindakannya disebabkan karena ia telah memahami nondualitas atau “satu rasa”. Semua fenomena adalah sama baginya. Ia dapat menikmati berak dan air kencing seperti menikmati makanan dan anggur yang terbaik. Menanggapi guru-guru pada masa sekarang yang tidur dengan banyak murid wanitanya, Dalai Lama ke-14 tertawa dan berkata, “Jika kamu memasukkan air kencing ke dalam mulut mereka, mereka tidak akan menikmatinya.” Ini adalah bukti bahwa mereka sebenarnya tidak mampu untuk itu.

Longchen Rabjampa pernah menulis nasehat yang dapat kita aplikasikan baik pada diri Drukpa Kunley dan tentang Karmamudra:
“Bepergian dengan telanjang di depan umum dan melakukan tindakan eksentrik lainnya,
seseorang bisa berpikir bahwa itu adalah tindakan sebagai seorang yogi.
Namun dengan tindakan inilah bagaimana seseorang menyebabkan orang duniawi kehilangan keyakinan
Menjadi sadar akan segala hal adalah nasehatku dari dalam hati.”

“Mengenai abhiseka ketiga, terjadi turunnya saripati inti dan yang lainnya.
Seseorang dapat berpikir bahwa jalan dari tubuh orang lain [jenis kelamin yang berbeda] akan menuntun pada kemajuan yang menakjubkan.
Namun di jalan ketidaksucian ini banyak meditator agung yang telah terjerat [olehnya]
Untuk bergantung pada jalan pembebasan adalah nasehatku dari dalam hati.”

[30 Potong Nasehat dari Hati]

Lalu ketika Jetsun Milarepa berkelana dengan telanjang, adik perempuannya berkata bahwa berjalan telanjang tidak dapat diterima oleh penduduk lokal. Karena welas asihnya, Jetsun Milarepa menerima pakaian putih dari adiknya itu, dengan tujuan tidak memberi pandangan salah pada orang-orang.

Di sini kita bisa melihat bahwa apa yang dilakukan Drukpa Kunley, yaitu tindakan eksentrik dan suka bermain dengan banyak wanita, apabila tindakan-tindakan seperti itu tidak dilakukan oleh Bodhisattva yang Tercerahkan yeng telah mampu memahami “satu rasa” dan upaya kausalya, maka tindakan eksentrik semacam itu dapat membuat orang-orang biasa kehilangan keyakinan dan terjangkiti pandangan salah. Maka dari itu adalah suatu hal yang tidak terpuji apabila seseorang yang belum apa-apa pencapaiannya, namun sudah menjadi sok eksentrik dan sok membenarkan tindakannya yang mesum. Ini hanya menyebabkan akusala karma saja.

Bahkan Longchenpa, emanasi Manjusri Bodhisattva menekankan bahwa sudah banyak meditator hebat yang terjerat oleh karmamudra oleh sebab batin mereka belum matang dan siap. Oleh karena itu sungguh sangat langka praktisi yang dapat melakukan karmamudra. Mungkin 1 orang saja di antara 100 juta orang atau 1 miliar orang dsb… karena bahkan para meditator yang katanya hebat sekalipun, malah masih dapat terjerat oleh praktik karmamudra [yang diistilahkan sebagai abhiseka ketiga] yang keliru.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 11 February 2009, 08:06:30 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #82 on: 11 February 2009, 06:59:38 AM »
Sebenarnya yang dikatakan bro. Fabian bisa dibilang kurang tepat. Sang Buddha tidak dibawa ke mana-mana, apalagi ke surga. Emang seorang Buddha “dibawa2?” Dan setahu saya bukan di Sukhavati, tapi di Tanah Suci Akanishta, Sakyamuni Buddha “bersatu” dengan Devi Tilottama sebagai consortnya.

“Sebagai consort dari Hevajra, Nairatmya adalah Devi di mana Tilottama, yang keberadaannya akan dialami oleh praktisi, akan diasimilasikan. Hevajratantra,II, V” (On Attracting Woman and Tantric Initiation: Tilottama and Hevajratantra)

Nairatmya berarti “Tanpa Diri [Aku]” atau ‘Kekosongan”. Ia adalah simbolisasi pencerahan itu sendiri. Devi Tilottama, Vajravarahi dan Nairatmya ketiganya adalah vasanta-tilaka [drop of springtime] dan berkaitan dengan praktek Candali Yoga dan Mandala Tubuh.

Tampaknya penyatuan Sakyamuni dengan Devi Tilottama adalah Jnanamudra dan ini terjadi dalam keadaan Sambhogakaya. Devi Tilottama memberikan inisiasi pada Bodhisattva tingkat sepuluh yang akan menjadi Samyaksambuddha. Setelah sekian lama Sang Bodhisattva tingkat 10 bermeditasi, ia kemudian dibangunkan oleh para Buddha dan pada fase ketiga, seorang “gadis pengetahuan” bernama Tilottama "Tigli Chogma” dikirim ke hadapan Sang Bodhisattva di mana ia mendapatkan inisiasi kebijaksanaan. Ketika Bodhisattva Sakyamuni menyatu dengan Tilottama, ia mencapai clear light [cahaya murni] dan tubuh ilusori.

“Devi” di sini bukan berarti seorang dewi, namun lebih ke arah sebutan bagi seorang Buddha/ Bodhisattva wanita, seperti “Tara Devi”.

“Pada waktu itu, semua Buddha dari 10 penjuru berkumpul bersama, mereka menyebabkannya [Bodhisattva Sakyamuni] bangkit dari meditasi konsentrasinya dengan suara gertakan jari-jari mereka. Mereka berkata, “Engkau tidak dapat menjadi seorang Samyaksambuddha hanya dengan meditasi konsentrasi ini.” Ketika Bodhisattva Sakyamuni berkata, “Lalu bagaimana?” Semua Buddha dari 10 penjuru setelah mengundang Gadis Suci Tilottama, Tilottama memberikan abhiseka ketiga, abhiseka prajnajnana.”

Kala itu Bodhisattva Sakyamuni berada dalam kondisi meditasi “Meliputi Angkasa”. Tilottama memberikan abhiseka ketiga dan kemudian ia mencapai Cahaya Murni dari Kekosongan Universal. Setelah mendapatkan abhiseka keempat, Ia menjadi Samyaksambuddha.

Lalu kalau begitu di manakah tubuh Nirmanakaya Bodhisattva Sakyamuni kala itu? Nirmanakaya-nya tetap ada di Surga Tusita, sebagai Bodhisattva Svetaketu. Ini sama kasusnya dengan Bodhisattva Maitreya, di mana sekarang Nirmanakaya Maitreya ada di surga Tusita dan Sambhogakaya Maitreya ada di Tanah Suci Akanishta. Akanishta adalah Tanah Suci tempat para Sambhogakaya dari para Bodhisattva tingkat sepuluh berkumpul.

Akanishta ini bukanlah alam Akanishta tempat para Anagamin terlahirkan. Akanishta yang dimaksud adalah Tanah Suci Akanishta Gandavyuha.

Tantra “Kelanjutan Samputa” mengatakan:
“Sang Buddha tak pernah meninggalkan Akanistha”

Sarvatattvasamgraha menyebutkan:
“Keberadaan itu [Akanishta Gandavyuha] adalah “tempat” dari Buddha asal [Adibuddha]”

Demikian juga dengan banyak Sutra Mahayana lainnya:

"Di dalam pencerahan Samyaksambuddha, seorang Bodhisattva yang akan tercerahkan di Surga Akanishta yang tertinggi menjadi seorang Samyaksambuddha; dan di alam nafsu, karya seorang Buddha diselesaikan.” (Gandavyuha Sutra)

Di dalam alam Kamaloka dan tanpa Rupa,
Engkau Buddha tidak mencapai Pencerahan Sempurna
Di Akanistha di alam bentuk,
Bebas dari keinginan, Engkau tercerahkan di sana.
Setelah meninggalkan semua Tanah Suci lainnya
Seseorang akan menikmati satu Tanah Suci bernama Akanistha
Buddha yang sesungguhnya tercerahkan di sana.
Dan seorang emanasi tercerahkan di [alam manusia] ini.

(Sutra Manifestasi Pencerahan Vairocana)

“Tidak di alam nafsu maupun di dunia tanpa rupa Kebuddhaan dicapai; namun di Akanistha di alam wujud seseorang terbangunkan mencapai ke-Buddhaan dengan melepaskan keserakahan.” (Lankavatara Sutra)

Karena sifat sejati dari sang Bhagava di luar tiga alam, Ia tidak berada dalam alam Rupa, dengan pola-pola kebiasaan dari penampakan buram yang harus ditaklukkan . Ia berada di luar jangkauan semua pola kebiasaan. Ia selalu berada dalam kemunculan-diri yang murni dari Akanistha yang berada di luar tiga alam, penampakan yang tidak terbatas dari istana kebijaksanaan. (Longchenpa)

Lebih lanjut tentang Akanishta ini dapat dilihat di:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5941.msg96333#msg96333

Sedangkan dalam Chandamaroshana Tantra sendiri disebutkan bahwa Sakyamuni Buddha [dalam wujud Nirmanakaya] melakukan praktek Karmamudra dengan istrinya, Gopa (Yasodhara). Maka dari itu idelanya adalah seseorang melakukan karmamudra dengan satu istri / suami yang sejajar dan selaras pikirannya, yang sudah memiliki komitmen satu sama lain, seperti Pangeran Siddharta [Sarvarthasiddha] yang melakukannya dengan Yasodhara [Gopa]. Pangeran Siddharta dan Yasodhara sama-sama memiliki hati yang baik, parami mereka sebanding, saling setia satu sama lain selama berkalpa-kalpa lamanya, bahkan kitab Lalitavistara memuji Pangeran Siddharta dan Yasodhara sebagai dua makhluk suci yang bersatu dalam ikatan pernikahan. Patut diketahui lagi bahwa kitab Mahavastu mencatat bahwa cinta yang lahir di antara Pangeran Siddharta dan Yasodhara adalah cinta kasih agung.

Dengan demikian praktek Karmamudra adalah parketk yang selaras dengan ikrar sila tantrik pun juga selaras dengan Sila Pratimoksha dan Bodhisattva Vinaya. [Hubungan seksual yang tidak melanggar sila ke-3 hanyalah hubungan seks dengan istri sendiri dengan cara di waktu dan tempat yang sesuai].

"Ketika seorang pria "berhubungan seks" dengan istrinya [consort]...Jika ia tidak dapat menahannya dan berejakulasi, maka pencapaiannya di masa lampau akan menjadi sia-sia saja. Hanya mereka yang bijak yang dapat menghindar dari ejakulasi dapat mempraktekkan metode ini."
(Enam Yoga Naropa)

Jika seorang yogi dimabukkan oleh ketidaksadaran dan kemelekatan,
Ia melewatkan inti [ajaran] dan terjatuh ke dalam alam-alam penderitaan;
Namun jika ia mengaplikasikan teknik-teknik yoga dengan benar,
Tidak diragukan lagi ia akan mencapai ke-Buddhaan pada kehidupan ini juga

(Mahasiddha Naropa)

… dengan bersandar pada karmamudra sebagai kondisi eksternal, yogi yang memiliki pencapaian tinggi dalam praktek tahap penyelesaian dituntun ke dalam kebahagiaan agung. Di sini seseorang bergantung pada empat tipe mudra, seperti mudra seperti teratai yang memiliki semua karakteristik, telah matang oleh inisiasi Tantrik, dan memiliki pencapaian pembebasan spiritual yang tinggi. Consort seperti itu dikenali sebagai seorang mudra, seorang Gadis Kebijaksanaan. Untuk praktek ini, seseorang harus mengerti ajaran oral dengan baik dan memiliki kontrol sepenuhnya atas dua energi vital utama. Seseorang masuk ke dalam hubungan seksual dengan mudra, yang mambangkitkan kebahagiaan tersendiri [innate] yang spesial. Ini menyebabkan energi-energi vital untuk dilenyapkan pada saat kematian, menyokong cahaya murni dari pikiran untuk bangkit dengan kekuatan agung. Ini dilakukan tidak hanya pada waktu mengontrol energi kehidupan, namun juga pada waktu tiga aktivitas yang lebih tinggi. Namun, praktek ini sungguh sangat rahasia dan tidak pantas untuk berbicara [tentang ini] lebih jauh lagi. Maka dari itu aku tidak akan masuk lebih detail lagi.
(Penjelasan 6 Yoga Niguma oleh Dalai Lama ke-2)

Maaf misalnya ada kekeliruan dalam penerjemahan.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 11 February 2009, 07:01:17 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #83 on: 11 February 2009, 08:03:03 AM »
makin besar kan jurang perbedaannya antara Theravada dan Mahayana (Tantra)...
sampai sakyamuni harus di abhiseka ke=empat kali baru mencapai samyaksambuddha...

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #84 on: 11 February 2009, 08:07:41 AM »
"Ketika seorang pria "berhubungan seks" dengan istrinya [consort]...Jika ia tidak dapat menahannya dan berejakulasi, maka pencapaiannya di masa lampau akan menjadi sia-sia saja. Hanya mereka yang bijak yang dapat menghindar dari ejakulasi dapat mempraktekkan metode ini."
(Enam Yoga Naropa)

mau berhubungan seks tapi tidak ejakulasi-ejakulasi... coba yang muda muda minum viagra lantas berhubungan seks... dijamin tidak ejakulasi walau hubungan seks sampai jam-jam-an, sampai consort-nya itu jerit jerit...

Teman saya yang masih muda dan penuh vitalitas sudah mencoba-nya... dan itu ceritanya... katanya viagra itu memang bukan buat anak muda yang masih penuh vitalitas... bener bener gila... "barang"nya ******* terus, merasakan sedikit tapi tidak enak, katanya... sampai bosan tuh... sampai hitungan jam masih *******...
 
« Last Edit: 11 February 2009, 08:10:01 AM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #85 on: 11 February 2009, 08:15:40 AM »
Quote
mau berhubungan seks tapi tidak ejakulasi-ejakulasi... coba yang muda muda minum viagra lantas berhubungan seks... dijamin tidak ejakulasi walau hubungan seks sampai jam-jam-an, sampai consort-nya itu jerit jerit...

La ini pemahaman yang salah.  ;D

Sudah dikatakan, tidak ejakulasi ini berarti menahan dengan usaha sendiri orgasme [bukan dengan obat-obatan] dan mampu mengembalikan arus energi ke bagian-bagian tubuh tepat.

La viagra ya gak iso toh... wkwkwk

Lagipula meskipun karena viagra berjam-jam gak ejakulasi, toh bukannya akhirnya ejakulasi?

Kalau Karmamudra tidak pernah dan tidak akan ejakulasi.

Dan patut diingat... praktek Karmamudra gak ada kaitannya dengan jerit -jeritan karena kedua pasangan dalam kondisi meditatif ketika melakukannya.

Kayanya bro. dilbert pengalaman sekali...  ^-^  ^-^

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #86 on: 11 February 2009, 08:24:24 AM »
Quote
makin besar kan jurang perbedaannya antara Theravada dan Mahayana (Tantra)...
sampai sakyamuni harus di abhiseka ke=empat kali baru mencapai samyaksambuddha...

Yang diabhiseka adalah Sambhogakaya.

Nirmanakaya Sakyamuni tetap berjuang dengan usaha sendiri dalam mencapai ke-Buddhaan di bawah pohon Bodhi.

Ya yang selama ini dianggap perbedaan oleh anda itu kan... sebenarnya hanya "penambahan" saja.

Misalnya di Theravada cuma sampai Arahat... namun dalam Mahayana ada "penambahan" lagi sampai jadi Samyaksambuddha.

Bagi Mahayana ya tentu tidak akan kontradiksi, bagi Theravada yang gak mau nerima Mahayana ya selamanya akan kontradiksi.... hehe....

Makanya saya lebih pro ke Theravada Abhayagiri yang praktek Mahayana....  ;D

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #87 on: 11 February 2009, 08:24:56 AM »
[at] GandalfTheElder

Kalau benar Tantric Sex itu dilakukan tidak dengan dasar nafsu birahi (tanha), lantas apa yang menyebabkan organ seks dari praktisi itu ereksi?

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #88 on: 11 February 2009, 08:28:49 AM »
[at] GandalfTheElder

Kalau benar Tantric Sex itu dilakukan tidak dengan dasar nafsu birahi (tanha), lantas apa yang menyebabkan organ seks dari praktisi itu ereksi?

Waduh... kan sudah dibilang di atas kalau tantric sex [karmamudra] yang benar itu nggak akan ejakulasi alias nggak akan orgasme alias nggak akan ereksi.....

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
« Reply #89 on: 11 February 2009, 08:29:50 AM »
[at] GandalfTheElder

Kalau benar Tantric Sex itu dilakukan tidak dengan dasar nafsu birahi (tanha), lantas apa yang menyebabkan organ seks dari praktisi itu ereksi?

Waduh... kan sudah dibilang di atas kalau tantric sex [karmamudra] yang benar itu nggak akan ejakulasi alias nggak akan orgasme alias nggak akan ereksi.....

_/\_
The Siddha Wanderer

Pak...

Ereksi = *******
Ejakulasi = meleleh

;D

 

anything