Sebagai umat awam, saya tidak memiliki kapasitas untuk menjabarkan metode Tantra. Tapi setidaknya saya akan berusaha memberikan penjelasan mengenai hal yang sangat kontroversial di kalangan Buddhis ini.
Master Yinshun, guru dari master Chengyen [pendiri Tzu Chi] adalah master Mahayana yang bersikap kritis terhadap aliran Vajrayana. Setahu saya Beliau mengkritik praktik karmamudra dalam Vajrayana. Namun dalam menyikapi kritikan tersebut, hendaknya kita jangan langsung menerima… tapi … tentu ehipassiko dong….
Dikenal dua istilah dalam kalangan Vajrayana:
1. Karmamudra, yaitu melakukan praktek dengan consort aktual, yaitu manusia yang sebenar-benarnya [laki-laki atau perempuan]. Penyatuan ini dilakukan secara fisik.
2. Jnanamudra, yaitu melakukan praktek consort hanya dengan visualisasi atau proyeksi pikiran saja, tanpa adanya kontak fisik, jadi hanya terjadi dalam alam pikiran saja.
3. Mahamudra
Dalam Vajrayana, pencapaian Anuttara Samyaksambodhi dalam satu masa kehidupan tidak harus melalui jalan karmamudra. Gampopa dan Jey Tsongkhapa tidak pernah melakukan karmamudra, [karena mereka mengambil sila kebhiksuan [gelong] dan mempertahankan Vinaya mereka] namun mereka mampu mencapai Pencerahan Sempurna.
Dalai Lama ke-1 menjelaskan:
“Para yogi yang sebenarnya muncul di dalam tubuh kekosongan Kalachakra dan Shakti ada tiga tipe: tajam, menengah, dan tumpul. Yang pertama dari ketiga ini [yaitu orang yang tajam kapasitasnya] bergantung sepenuhnya pada Mahamudra. Mereka mampu mengalami kebahagiaan [bliss] agung yang tidak berubah semata-mata melalui penyatuan dengan dirinya. Yang kedua [kapasitas menengah] pertama-tama harus bergantung pada jnanamudra untuk membangkitkan dasar dari kebahagiaan sehingga mereka mampu memasuki Mahamudra. Praktisi di kategori ketiga, yaitu mereka yang kapasitasnya tumpul, pertama-tama harus bergantung pada karmamudra, atau consort fisik, dengan tujuan untuk mendorong pengalaman kebahagiaan.”“Mereka yang memiliki kapasitas tumpul, tidak memiliki cukup kekuatan atau kesucian pikiran, harus bergantung pada karmamudra [consort manusia – fisik] sampai akhirnya mereka mengalami kebahagiaan agung [great bliss].” (Dalai Lama ke-1) Karmamudra diperuntukkan bagi mereka yang tidak sanggup melakukan Jnanamudra.
Dalam Teks Ornamen Cahaya Tanpa Tercemar, Kaydrub Norzang-gyatso menjelaskan bahwa bagi praktisi yang memiliki kapasitas yang tajam, menggantungkan diri pada visualisasi partner jnanamudra dapat menjadi metode untuk membangkitkan kesadaran kebahagiaan yang agung, cukup kuat untuk menyatukan semua energi angin yang paling sulit untuk dileburkan di tengah-tengah chakra hati sehingga pikiran cahaya murni dapat sepenuhnya bermanifestasi. Oleh karena itu partner fisik Karmamudra tidaklah diharuskan.
Jadi “Tantric Sex” atau karmamudra hanya diharuskan pada mereka yang kapasitasnya tumpul. Mereka yang memiliki kapasitas menengah maupun tajam tidak perlu menggunakan karmamudra. Praktek karmamudra bukanlah suatu keharusan.
Namun yang kapasitasnya tumpul ini, sesungguhnya adalah mereka mereka yang sudah terkualifikasi. Karmamudra meskipun diperuntukkan bagi mereka yang kapasitasnya tumpul, sebenarnya yang kapasitasnya tumpul ini harus sudah ahli dalam Anuttarayoga Tantra dan terkualifikasi, tidak sembarangan.
Praktisi Buddhis Tantrik sendiri juga sebenarnya harus mampu meninggalkan dan melenyapkan nafsu seksual sebelum mempraktekkan karmamudra. Jadi seks di sini tentu berbeda dengan seks orang biasa.
Vajra Tip Tantra mengatakan:
“Mereka yang melekat pada seks harus melenyapkan kemelekatan itu dengan bermeditasi pada kejelekan.”Yeshe Tsogyal, consort dari Guru Padmasambhava pernah suatu ketika digoda oleh para Mara yang berwujud sebagai para lelaki yang tampan, bertubuh bagus dan kuat. Para lelaki tersebut berusaha merayu Yeshe Tsogyal dengan menunjukkan organ seksual mereka, merangkul Yeshe Tsogyal, memegang buah dadanya, menciumnya dan melakukan segala tindakan foreplay yang penuh nafsu. Namun Yeshe Tsogyal tetap teguh pada samadhinya. Dikarenakan oleh keteguhan samadhinya, beberapa iblis lelaki tersebut lenyap. Dengan pemahamannya bahwa semua fenomena adalah ilusi, Tsogyal mengubah iblis lelaki tersebut menjadi orang kerdil. Dengan kekuatan meditasi Bodhisattva-nya, Tsogyal mengubah penampakan para iblis lelaki tampan yang menggodanya tersebut menjadi mayat hitam, menjadi penderita kusta dan menjadi orang cacat dan jelek.
Ini menandakan bahwa praktisi Tantrik Buddhis yang benar dan asli BUKAN seorang maniak seks.
Manjushrikirti dalam karyanya, Ornamen Inti mengatakan:
“Mereka yang bernafsu pada seks yang amoral [tidak bermoral] akan pergi ke neraka-neraka tangisan dan ratapan makhluk.”
Manjushrikirti kemudian menjelaskan bahwa para Vajrayanis yang melanggar aturan moralitas [sila] telah melanggar anjuran Sang Tathagata dan merupakan kemerosotan."“Engkau seharusnya tidak melakukan tindakan seks yang menyimpang…. Sampai sejauh kemampuanmu engkau harus mengkultivasi tiga tindakan fisik, empat tindakan ucapan dan tiga tindakan pikiran.” [Vajra Tip Tantra 768]Ini menunjukkan bahwa ikrar Tantrik juga memasukkan ikrar Pratimoksha dari perumah tangga dan bahkan 10 tindakan kebajikan [dasakusalakarmapatha], yaitu tidak boleh berzinah. Mengenai kriteria perzinahan, dapat dilihat di Ebook Dhammacitta yang saya tulis, di mana disimpulkan bahwa seorang perumah tangga hanya boleh berhubungan seks dengan istrinya [pasangan hidup yang dinikahinya] sendiri dengan cara, waktu dan saat yang tepat. Di luar itu, maka tindakan seks termasuk pelanggaran sila ketiga.
"Mereka [Bodhisattva perumah tangga] meninggalkan tindakan pembunuhan, pencurian, tindakan seksual yang menyimpang yang disebabkan oleh nafsu ketertarikan yang obsesif, berbohong dan pandangan salah.” (Pembabaran Pencerahan Mahavairocana)Maka dari itu praktisi Tantrik seharusnya tidak meninggalkan ikrar Pratimoksha dan tidak meninggalkan pula Vinaya Bodhisattva.
Praktek karmamudra yang benar tidak akan menimbulkan orgasme dan sperma tidak akan keluar, oleh karena itu tentu berbeda dengan tindakan seks yang umum. Karena tidak menimbulkan orgasme, maka tentu saja Karmamudra ini tidak disertai oleh nafsu seksual [raga]. Ini bisa dilihat dalam kata-kata Mahasiddha Naropa tentang Karmamudra:
”Tetesan energi seksual yang turun dari dalam organ seksual adalah untuk ditahan [tanpa orgasme], dikembalikan. Dan tersebar ke tempat-tempat yang sesuai.” (Mahasiddha Naropa)Dalai Lama ke-14 yang hidup pada masa kini, banyak menguraikan tentang penahanan dan pengembalian orgasme ini:
Mampu melakukan kontak seksual tanpa mengeluarkan sperma adalah sesuatu yang dibutuhkan ketika engkau mempraktekkan praktek tingkatan atas dari tingkat kesempurnaan(Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)Bagi para Buddhis, "hubungan seksual" dapat digunakan sebagai jalan spiritual karena itu menyebabkan perhatian besar pada kesadaran jika sang praktisi memiliki welas asih dan kebijaksanaan yang teguh. Tujuannya adalah untuk memanifestasikan dan memperpanjang tingkat pikiran yang lebih dalam. Dengan tujuan untuk menempatkan kekuatan mereka untuk digunakan dalam memperkuat realisasi kekosongan. Selain itu, hubungan seksual yang biasa-biasa saja [duniawi] tidak ada hubungannya dengan kultivasi spiritual. Ketika seseorang mencapai praktek tingkat tinggi dalam motivasi dan kebijaksanan, maka bahkan menyatukan dua organ seks atau yang disebut sebagai hubungan seksual, tidak akan mengurangi ketetapan tindakan murni orang tersebut…
Dengan teknik spesial konsentrasi selama hubungan seks, maka praktisi yang berkompeten dapat memperpanjang keadaan yang dalam, inti dan sangat kuat dan menempatkan mereka untuk digunakan merealisasikan kekosongan. Namun jika engkau melakukan hubungan seksual dengan pikiran umum duniawi, maka tidak ada manfaatnya.” (Bagaimana Berlatih, Jalan menuju Hidup yang Berarti oleh Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)“Sebenarnya, […] organ seksual digunakan, namun pergerakan energi yang sedang berjalan, pada akhirnya, sepenuhnya terkontrol. Energi tersebut seharusnya tidak dikeluarkan. Energi ini harus dikontrol dan sesungguhnya kembali ke bagian lain dari tubuh. Dan di sini kita dapat melihat bahwa ada sejenis koneksi spesial dengan tanpa melakukan hubungan seks [celibacy]”
(Hati Yang Baik, Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)“Ada perbedaan besar di antara pergerakan cairan regeneratif dari dua individu yang melakukan hubungan seksual duniawi biasa, berlawanan dengan ketika seorang yogi dan yogini yang memiliki realisasi yang tinggi berhubungan seksual…Prinsipnya, perbedaan umum di antara dua tipe tindakan seksual di atas adalah pada pengontrolan arus cairan regeneratif. Praktisi Tantrik harus mengontrol arus dari cairan dan mereka yang pengalamannya tinggi bahkan dapat membalikkan arah arus dari poin yang tertinggi. Jika cairan turun terlalu jauh ke bawah, maka mereka makin sulit dikontrol.”
(Tidur, Bermimpi, dan Sekarat oleh Dalai Lama Ke-14, Tenzin Gyatso)Maka dari itu, apabila ada praktisi Tantra yang melakukan karmamudra dan terkena AIDS, maka tentu yang dipraktekkanya bukanlah karmamudra, kenapa? Karena media perantara AIDS adalah darah dan sperma. Apabila ada praktisi karmamudra yang terkena AIDS, maka sebenarnya ia bukanlah praktisi karmamudra dan hanya merupakan seorang pembohong.
Selain itu pasangan di mana seseorang melakukan karmamudra harus memiliki tingkat pikiran yang sejajar dengannya. Dua orang yang melakukan karmamudra harus memiliki pikiran yang sebanding dan kedua-duanya harus sudah terkualifikasi. Bahkan salah satu syaratnya adalah pasangan tersebut harus bukanlah orang yang haus seks.
“Seorang teman wanita adalah dasar dari pencapaian pembebasan. Sahabat spiritual adalah wanita yang merupakan teman yang selaras dari para yogi.” (Jey Tsongkhapa)“Jangan mendekati mereka yang bodoh dan penuh nafsu seksual. Pembebasan adalah mencintai seorang penyampai pesan wanita [praktisi wanita yang sudah terkualifikasi]… Jangan tinggal dengan partner yang rendah [pencapaiannya] dan jangan melayani mereka.” (Chakrasamvara Tantra)“Jangan bersatu dengan mereka yang bodoh dan memiliki nafsu keinginan, hanya penyampai pesan wanita yang merupakan wanita pemegang sila; tidak lainnya, khususnya wanita yang mempunyai kemelekatan duniawi [janganlah bersatu dengannya].” (Jey Tsongkhapa)
Selain itu, Bodhisattva Vajrapani yang agung, yang dikenal sebagai Penyimpan dan Pemegang Semua Tantra yang diajarkan oleh Sang Buddha Sakyamuni, pernah berkata pada Karmavajra dan Jey Tsongkhapa:
Lagi saya, Karmavajra, bertanya pada Vajrapani, “Bukankah Tantra memanfaatkan nafsu untuk menuju jalan?”Vajrapani berkata, “Tentu mereka [Tantra] memanfaatkan nafsu untuk menuju Jalan. Namun tidak ada satupun makhluk kecuali merak yang mampu menelan racun. Orang yang mampu untuk memanfaatkan nafsu untuk menuju jalan, tanpa melepaskan [nafsu itu], adalah lebih langka daripada bunga Udumvara. Bahkan orang yang paling tekun dan hebat menyelami nafsu sebagai teman, namun pada akhirnya nafsu-nafsu itu akan menjadi racun bagi orang yang paling tekun dan hebat tersebut, maka sangat penting baginya untuk meninggalkan nafsu-nafsu.”Lagi aku bertanya. “Kebanyakan praktisi Tantrik pada masa sekarang mengatakan bahwa berpraktek dengan seorang consort memiliki hasil yang menakjubkan. Bagaimana sebenarnya faktanya?”Vajrapani menjawab, “Consort yang dapat memberikan akibat dari jalan adalah lebih langka dari emas. Obsesi dengan perempuan rendah membuatmu menjadi seorang iblis pecandu seks! Mempurifikasi persepsimu [pada wanita seperti itu] membuat hatimu menderita. Akumulasi kebajikan dan kebijaksanaanmu dipersembahkan pada iblis pecandu seks. Nafsu jorokmu dibuat menjadi [seolah-olah] sebagai kualitas agung. Jika engkau bisa, engkau bahkan akan berhubungan seks bahkan dengan seekor anjing. Keyakinan ditimbulkan dari mulutmu, namun ditinggalkan dari hatimu. Ketamakan dan iri hatimu akan menjadi sangat besar. Engkau sama sekali tidak mengakumulasi perubahan tindakan yang agung, namun hal itu [malah] membawamu menjadi merosot bagaikan sebuah kaitan besi. Segala akibat yang meningkatkan Dharma tidak ditimbulkan dan engkau dipimpin oleh bau nafsu dan penderitaan. Engkau menjalankan praktek dengan tujuan untuk mencapai pembebasan melalui nafsu, namun itu hanya menjadi sebab peningkatan nafsumu. Engkau berharap tindakan itu akan menjadi dasar untuk memperluas pemahamanmu, namun engkau dimenangkan dalam tas kekalahan dan kekotoran batin. Seorang consort yang tidak memegang komitmen spiritual adalah iblis wanita!”
“Seseorang yang tidak memiliki kesalahan-kesalahan di atas. Khususnya, ia yang hormat pada Dharma, berpikiran mulia, tidak mudah menyerah, kuat dalam keyakinan dan welas asih, sepenuhnya memiliki enam kesempurnaan, patuh pada nasehat Guru, berdevosi pada praktisi, yang memegang ikrar Tantrik dengan jelas bagaikan apel di matanya, yang tidak mendesak untuk berhubungan seks pada waktu yang bukan waktunya kekuatan, dan yang melaksanakan sila kesucian. Jika engkau menemukan consort seperti itu, ia dapat menjadi seorang sahabat dalam jalan. Wanita seperti itu sungguh langka …. Jika engkau memasuki pintu Tantra namun engkau tidak menjaga ikrar [silamu], maka lebih baik tidak usah berharap untuk mencapai Ke-Buddhaan!”(Untaian Nektar Penyembuhan yang Agung)Menanggapi diskusi di mana para Guru Tantrik berhubungan seks dengan banyak wanita, Dalai lama berkata bahwa hanya ada sedikit kasus di mana hal ini terjadi. Dalai Lama kemudian menyinggung soal Drukpa Kunley. Dalai Lama menjelaskan bahwa Drukpa Kunley tidur dengan banyak wanita bertujuan untuk kesejahteraan semua orang yang terlibat dengannya. Segala kejadian emosional yang disebabkan Drukpa Kunley berakhir dengan kebahagiaan. Ini memang adalah salah satu syarat upaya kausalya Bodhisattva di mana segala sesuatunya harus berakhir dengan baik. Jadi apabila ada guru yang berhubungan dengan banyak wanita lalu tertular AIDS dan membuat orang lain tertular juga, maka tentu ini sudah jelas bukan upaya kausalya, karena berakhir dengan penderitaan.
Dalai Lama juga menjelaskan bahwa Drukpa Kunley dapat memahami manfaat jangka panjang dari tindakannya disebabkan karena ia telah memahami nondualitas atau “satu rasa”. Semua fenomena adalah sama baginya.
Ia dapat menikmati berak dan air kencing seperti menikmati makanan dan anggur yang terbaik. Menanggapi guru-guru pada masa sekarang yang tidur dengan banyak murid wanitanya, Dalai Lama ke-14 tertawa dan berkata,
“Jika kamu memasukkan air kencing ke dalam mulut mereka, mereka tidak akan menikmatinya.” Ini adalah bukti bahwa mereka sebenarnya tidak mampu untuk itu.
Longchen Rabjampa pernah menulis nasehat yang dapat kita aplikasikan baik pada diri Drukpa Kunley dan tentang Karmamudra:
“Bepergian dengan telanjang di depan umum dan melakukan tindakan eksentrik lainnya,
seseorang bisa berpikir bahwa itu adalah tindakan sebagai seorang yogi.
Namun dengan tindakan inilah bagaimana seseorang menyebabkan orang duniawi kehilangan keyakinan
Menjadi sadar akan segala hal adalah nasehatku dari dalam hati.”
“Mengenai abhiseka ketiga, terjadi turunnya saripati inti dan yang lainnya.
Seseorang dapat berpikir bahwa jalan dari tubuh orang lain [jenis kelamin yang berbeda] akan menuntun pada kemajuan yang menakjubkan.
Namun di jalan ketidaksucian ini banyak meditator agung yang telah terjerat [olehnya]
Untuk bergantung pada jalan pembebasan adalah nasehatku dari dalam hati.”[30 Potong Nasehat dari Hati] Lalu ketika Jetsun Milarepa berkelana dengan telanjang, adik perempuannya berkata bahwa berjalan telanjang tidak dapat diterima oleh penduduk lokal. Karena welas asihnya, Jetsun Milarepa menerima pakaian putih dari adiknya itu, dengan tujuan tidak memberi pandangan salah pada orang-orang.
Di sini kita bisa melihat bahwa apa yang dilakukan Drukpa Kunley, yaitu tindakan eksentrik dan suka bermain dengan banyak wanita, apabila tindakan-tindakan seperti itu tidak dilakukan oleh Bodhisattva yang Tercerahkan yeng telah mampu memahami “satu rasa” dan upaya kausalya, maka tindakan eksentrik semacam itu dapat membuat orang-orang biasa kehilangan keyakinan dan terjangkiti pandangan salah. Maka dari itu adalah suatu hal yang tidak terpuji apabila seseorang yang belum apa-apa pencapaiannya, namun sudah menjadi sok eksentrik dan sok membenarkan tindakannya yang mesum. Ini hanya menyebabkan akusala karma saja.
Bahkan Longchenpa, emanasi Manjusri Bodhisattva menekankan bahwa sudah banyak meditator hebat yang terjerat oleh karmamudra oleh sebab batin mereka belum matang dan siap. Oleh karena itu sungguh sangat langka praktisi yang dapat melakukan karmamudra. Mungkin 1 orang saja di antara 100 juta orang atau 1 miliar orang dsb… karena bahkan para meditator yang katanya hebat sekalipun, malah masih dapat terjerat oleh praktik karmamudra [yang diistilahkan sebagai abhiseka ketiga] yang keliru.
The Siddha Wanderer