Oleh Ir. Ariya Chandra
Banyak kejadian di dunia ini yg sepintas lalu dilihat sebagai kejadian yg kebetulan saja terjadi, namun bila beberapa kejadian yg sama terjadi berulang-ulang kita tidak dapat lagi mengatakan bahwa kejadian tsb sebagai kejadian yg terjadi secara kebetulan. semua peristiwa dapat timbul karena ada sebab sebelumnya dan menimbulkan akibat sesudahnya. namun banyak orang yang meragukan hal ini. saya telah mengalami byk kejadian tsb, beberapa di antaranya akan saya kisahkan di bawah ini.
Ibu Muladewi adalah salah seorang Upasika angkatan pertama di Bogor. Beberapa tahun yg lalu Beliau jatuh sakit dan dokter menasehatinya utk melakukan tindakan operasi. Saya bersama istri mengunjunginya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Jatinegara. Pada waktu kunjungan tsb saya menawarkan Beliau utk mengundang Bhikkhu membacakan Paritta sebelum operasi esok harinya. Beliau yg tinggal di bogor, tidak tahu harus mengundang Bhikkhu yg mana. Saya mengatakan akan menjemput Bhikkhu siapa saja yg ada di Vihara Dhammacakka, Sunter. Pada waktu itu secara kebetulan Bhante Khantidharo, yg dulunya bernama Djamal Bakir, baru saja tiba dari kota malang. Beliau setuju saja utk membacakan Paritta bagi Ibu Muladewi. Pertemuan kedua orang itu adalah pertemuan di antara dua sahabat yg telah lama berpisah. Mereka telah bersahabat sejak tahun enam puluhan. Pertemuan kedua orang itu mungkin hanya kebetulan semata.
Utk kedua kalinya Ibu Muladewi kembali sakit. Kali ini Beliau dirawat di rumah sakit MMC, juga utk keperluan operasi. Saya kembali menawarkan untuk mengundang Bhikkhu membacakan Paritta. secara kebetulan pula Bhante Khantidharo, yg tinggal di kota malang, baru saja tiba. pertemuan kedua kalinya ini membawa surprise. Apakah kedua orang itu, dari dua kota yg berjauhan, hanya secara kebetulan saja bertemu di rumah sakit untuk keperluan membaca Paritta? Saya pikir pasti ada hubungan karma di antara mereka.
Setelah mengalami sakit yg cukup lama, Ibu Muladewi kembali dirawat di rumah sakit Azra, Bogor. Kami sering mengunjunginya di rumah sakit untuk membacakan Paritta. Suatu hari, sekitar pukul tujuh pagi saya menerima telpon dari dokter Andri, anak Ibu Muladewi. Ia terkejut sewaktu saya menjawab telponnya. Ia mengatakan bahwa secara tidak sengaja ia telah menekan telpon genggamnya, padahal ia bermaksud untuk menelpon kawannya. Pada waktu menerima telpon dari dr. Andri, saya juga terkejut. Saya berpikir, jangan2 terjadi apa2 mengenai ibunya. Ia mengatakan bahwa ibunya baik2 saja. Demikian juga pada waktu saya tanyakan, apakah ada pesan dari ibunya, ia mengatakan tidak ada. Namun dalam hati saya sedikit kuatir. Saya katakan pada istri saya bahwa dr. Andri pasti akan menelpon saya sekali lagi bila ada pesan khusus.