//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - sl99

Pages: [1]
1
Gadget dan Toys / Google Books sudah bisa diakses di indonesia
« on: 26 September 2013, 08:06:36 PM »
Ayo yang suka baca, silahkan dibeli

2
Diskusi Umum / Anatta dari sudut pandang ilmiah
« on: 30 May 2013, 05:45:19 PM »
http://human-earth.blogspot.com/

Menarik juga tulisannya. Meskipun pandangan penulis tidak 100 persen netral, masih terpengaruh oleh keyakinannya.

3
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=29

Disitu tertulis:

Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta", menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.

Menurut pemahaman saya dari tulisan tersebut: Hindu menganggap Buddhism adalah tahap lanjut dari Hindu.

4
Subject: [Professional-Indonesia] Fw: [Innova] OOT: Menit-menit
terakhir TimTim
Date: Tue, 21 May 2013 13:22:32 +0000
From: Afriansyah

From: Trisna Hermana
Sender: Innova milis
To: Innova milis
ReplyTo: Innova milis
Subject: [Innova] OOT: Menit-menit terakhir TimTim
Sent: May 21, 2013 11:00

Tulisan seorang kawan wartawan yg meliput jajak pendapat di Dili.
Selamat hari Kebangkitan Nasional...
Tulisan berikut ini sungguh luar biasa, namun sekaligus membuat dada
sesak. Tentang sebuah perampokan dan penipuan yang dilakukan oleh IMF,
PBB, dan negara-negara kapitalis. Tentang sebuah kebodohan besar yang
dilakukan para pejabat Indonesia. Poor Timor Timur, poor Indonesia...
Ditulis oleh Kafil Yamin, wartawan kantor berita The IPS Asia-Pacific,
Bangkok, yang dikirim ke Timor Timur pada tanggal 28 Agustus 1999 untuk
meliput 'Jajak Pendapat Timor-Timur' yang diselenggarakan UNAMET [United
Nations Mission in East Timor], 30 Agustus 1999. ------

Menit-Menit yang Luput dari Catatan Sejarah Indonesia Oleh: Kafil Yamin
Jajak pendapat itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah referendum,
adalah buah dari berbagai tekanan internasioal kepada Indonesia yang
sudah timbul sejak keruntuhan Uni Soviet tahun 1991. Belakangan tekanan
itu makin menguat dan menyusahkan Indonesia. Ketika krisis moneter
menghantam negara-negara Asia Tenggara selama tahun 1997-1999, Indonesia
terkena. Guncangan ekonomi sedemikian hebat; berimbas pada stabilitas
politik; dan terjadilah jajak pendapat itu. Kebangkrutan ekonomi
Indonesia dimanfaatkan oleh pihak Barat, melalui IMF dan Bank Dunia,
untuk menekan Indonesia supaya melepas Timor Timur. IMF dan Bank

Dunia bersedia membantu Indonesia lewat paket yang disebut bailout,
sebesar US$43 milyar, asal Indonesia melepas Timtim. Apa artinya ini?
Artinya keputusan sudah dibuat sebelum jajak pendapat itu dilaksanakan.
Artinya bahwa jajak pendapat itu sekedar formalitas. Namun meski itu
formalitas, toh keadaan di kota Dili sejak menjelang pelaksanan jajak
pendapat itu sudah ramai nian. Panita jajak pendapat didominasi bule
Australia dan Portugis. Wartawan asing berdatangan. Para pegiat LSM
pemantau jajak pendapat, lokal dan asing, menyemarakkan pula - untuk
sebuah sandiwara besar. Hebat bukan?

Sekitar Jam 1 siang, tanggal 28 Agustus 1999, saya mendarat di Dili.
Matahari mengangkang di tengah langit. Begitu menyimpan barang-barang di
penginapan [kalau tidak salah, nama penginapannya Dahlia, milik orang
Makassar], saya keliling kota Dili. Siapapun yang berada di sana ketika
itu, akan berkesimpulan sama dengan saya: kota Dili didominasi kaum
pro-integrasi. Mencari orang Timtim yang pro-kemerdekaan untuk saya
wawancarai, tak semudah mencari orang yang pro-integrasi.
Penasaran, saya pun keluyuran keluar kota Dili, sampai ke Ainaro dan
Liquica, sekitar 60 km dari Dili. Kesannya sama: lebih banyak
orang-orang pro-integrasi. Di banyak tempat, banyak para pemuda-pemudi
Timtim mengenakan kaos bertuliskan Mahidi [Mati-Hidup Demi Integrasi],
Gadapaksi [Garda Muda Penegak Integrasi], BMP [Besi Merah Putih],
Aitarak [Duri].

Setelah seharian berkeliling, saya berkesimpulan Timor Timur akan tetap
bersama Indonesia. Bukan hanya dalam potensi suara, tapi dalam hal
budaya, ekonomi, sosial, tidak mudah membayangkan Timor Timur bisa
benar-benar terpisah dari Indonesia. Semua orang Timtim kebanyakan
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Para penyedia barang-barang
kebutuhan di pasar-pasar adalah orang Indonesia. Banyak pemuda-pemudi
Timtim yang belajar di sekolah dan universitas Indonesia, hampir
semuanya dibiayai pemerintah Indonesia. Guru-guru di sekolah-sekolah
Timtim pun kebanyakan orang Indonesia, demikian juga para petugas
kesehatan, dokter, mantri.

Selepas magrib, 28 Agustus 1999, setelah mandi dan makan, saya duduk di
lobi penginapan, minum kopi dan merokok. Tak lama kemudian, seorang
lelaki berusia 50an, tapi masih terlihat gagah, berambut gondrong,
berbadan atletis, berjalan ke arah tempat duduk saya; duduk dekat saya
dan mengeluarkan rokok . Rupanya ia pun hendak menikmati rokok dan kopi.
Dia menyapa duluan: "Dari mana?" sapanya. "Dari Jakarta," jawabku,
sekalian menjelaskan bahwa saya wartawan, hendak meliput jajak pendapat.
Entah kenapa, masing-masing kami cepat larut dalam obrolan. Dia tak ragu
mengungkapkan dirinya. Dia adalah mantan panglima pasukan pro-integrasi,
yang tak pernah surut semangatnya memerangi Fretilin [organisasi
pro-kemerdekaan], "karena bersama Portugis, mereka membantai keluarga
saya," katanya. Suaranya dalam, dengan tekanan emosi yg terkendali.
Terkesan kuat dia lelaki matang yang telah banyak makan asam garam
kehidupan. Tebaran uban di rambut gondrongnya menguatkan kesan
kematangan itu. "Panggil saja saya Laffae," katanya. "Itu nama Timor
atau Portugis?" Saya penasaran. "Timor. Itu julukan dari kawan maupun
lawan. Artinya 'buaya'," jelasnya lagi.

Julukan itu muncul karena sebagai komandan milisi, dia dan pasukannya
sering tak terdeteksi lawan. Setelah lawan merasa aman, tiba-tiba dia
bisa muncul di tengah pasukan lawannya dan melahap semua yang ada di
situ. Nah, menurut anak buah maupun musuhnya, keahlian seperti itu
dimiliki buaya. Dia pun bercerita bahwa dia lebih banyak hidup di hutan,
tapi telah mendidik, melatih banyak orang dalam berpolitik dan
berorganisasi. "Banyak binaan saya yang sudah jadi pejabat," katanya.
Dia pun menyebut sejumlah nama tokoh dan pejabat militer Indonesia yang
sering berhubungan dengannya. Rupanya dia seorang tokoh. Memang, dilihat
dari tongkrongannya, tampak sekali dia seorang petempur senior. Saya
teringat tokoh pejuang Kuba, Che Guevara. Hanya saja ukuran badannya
lebih kecil.
"Kalau dengan Eurico Guterres? Sering berhubungan?" saya penasaran. "Dia
keponakan saya," jawab Laffae. "Kalau ketemu, salam saja dari saya."

Cukup lama kami mengobrol. Dia menguasai betul sejarah dan politik
Timtim dan saya sangat menikmatinya. Obrolan usai karena kantuk kian
menyerang. Orang ini menancapkan kesan kuat dalam diri saya. Sebagai
wartawan, saya telah bertemu, berbicara dengan banyak orang, dari
pedagang kaki lima sampai menteri, dari germo sampai kyai, kebanyakan
sudah lupa. Tapi orang ini, sampai sekarang, saya masih ingat jelas.
Sambil berjalan menuju kamar, pikiran bertanya-tanya: kalau dia seorang
tokoh, kenapa saya tak pernah mendengar namanya dan melihatnya? Seperti
saya mengenal Eurico Gueterres, Taur Matan Ruak? Xanana Gusmao? Dan
lain-lain? Tapi sudahlah.

(2) Pagi tanggal 29 Agustus 1999. Saya keluar penginapan hendak memantau
situasi. Hari itu saya harus kirim laporan ke Bangkok. Namun sebelum
keliling saya mencari rumah makan untuk sarapan. Kebetulan lewat satu
rumah makan yang cukup nyaman. Segera saya masuk dan duduk. Eh, di meja
sana saya melihat Laffae sedang dikelilingi 4-5 orang, semuanya
berseragam Pemda setempat. Saya tambah yakin dia memang orang penting -
tapi misterius. Setelah bubar, saya tanya Laffae siapa orang-orang itu.
"Yang satu Bupati Los Palos, yang satu Bupati Ainaro, yang dua lagi
pejabat kejaksaan," katanya. "Mereka minta nasihat saya soal keadaan
sekarang ini," tambahnya.

Kalau kita ketemu Laffae di jalan, kita akan melihatnya 'bukan
siapa-siapa'. Pakaiannya sangat sederhana. Rambutnya terurai tak
terurus. Dan kalau kita belum 'masuk', dia nampak pendiam.
Saya lanjut keliling. Kota Dili makin semarak oleh kesibukan orang-orang
asing. Terlihat polisi dan tentara UNAMET berjaga-jaga di setiap sudut
kota. Saya pun mulai sibuk, sedikitnya ada tiga konferensi pers di
tempat yang berbeda. Belum lagi kejadian-kejadian tertentu. Seorang
teman wartawan dari majalah Tempo, Prabandari, selalu memberi tahu saya
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Dari berbagai peristiwa itu, yang menonjol adalah laporan dan kejadian
tentang kecurangan panitia penyelenggara, yaitu UNAMET. Yang paling
banyak dikeluhkan adalah bahwa UNAMET hanya merekrut orang-orang
pro-kemerdekaan di kepanitiaan. Klaim ini terbukti. Saya mengunjungi
hampir semua TPS terdekat, tidak ada orang pro-integrasi yang dilibatkan.

Yang bikin suasana panas di kota yang sudah panas itu adalah sikap
polisi-polisi UNAMET yang tidak mengizinkan pemantau dan pengawas dari
kaum pro-integrasi, bahkan untuk sekedar mendekat. Paling dekat dari
jarak 200 meter. Tapi pemantau-pemantau bule bisa masuk ke sektratriat.
Bahkan ikut mengetik!
Di sini saya perlu mengungkapkan ukuran mental orang-orang LSM dari
Indonesia, yang kebanyakan mendukung kemerdekaan Timtim karena didanai
asing. Mereka tak berani mendekat ke TPS dan sekretariat, baru ditunjuk
polisi UNAMET saja langsung mundur. Tapi kepada pejabat-pejabat
Indonesia mereka sangat galak: menuding, menuduh, menghujat. Berani
melawan polisi . Di hadapan polisi bule mereka mendadak jadi inlander
betulan. Tambah kisruh adalah banyak orang-orang pro-integrasi tak
terdaftar sebagai pemilih. Dari 4 konferensi pers, 3 di antaranya adalah
tentang ungkapan soal ini. Bahkan anak-anak Mahidi mengangkut
segerombolan orang tua yang ditolak mendaftar pemilih karena dikenal
sebagai pendukung integrasi. Saya pun harus mengungkapkan ukuran mental
wartawan-wartawan Indonesia di sini. Siang menjelang sore, UNAMET
menyelenggarakan konferensi pers di Dili tentang rencana penyelenggaraan
jajak pendapat besok. Saya tentu hadir. Lebih banyak wartawan asing
daripada wartawan Indonesia. Saya yakin wartawan-wartawan Indonesia tahu
kecurangan-kecurangan itu.

Saat tanya jawab, tidak ada wartawan Indonesia mempertanyakan soal
praktik tidak fair itu. Bahkan sekedar bertanya pun tidak. Hanya saya
yang bertanya tentang itu. Jawabannya tidak jelas. Pertanyaan didominasi
wartawan-wartawan bule.
Tapi saya ingat betapa galaknya wartawan-wartawan Indonesia kalau
mewawancarai pejabat Indonesia terkait dengan HAM atau praktik-praktik
kecurangan. Hambatan bahasa tidak bisa jadi alasan karena cukup banyak
wartawan Indonesia yang bisa bahasa Inggris. Saya kira sebab utamanya
rendah diri, seperti sikap para aktifis LSM lokal tadi.

Setelah konferensi pers usai, sekitar 2 jam saya habiskan untuk menulis
laporan. Isi utamanya tentang praktik-praktik kecurangan itu. Selain
wawancara, saya juga melengkapinya dengan pemantauan langsung.
Kira-kira 2 jam setelah saya kirim, editor di Bangkok menelepon. Saya
masih ingat persis dialognya: "Kafil, we can't run the story," katanya.
"What do you mean? You send me here. I do the job, and you don't run the
story?" saya berreaksi. "We can't say the UNAMET is
cheating..." katanya. "That's what I saw. That's the fact. You want me
to lie?" saya agak emosi. "Do they [pro-integrasi] say all this thing
because they know they are going to loose?" "Well, that's your
interpretation. I'll make it simple. I wrote what I had to and it's up
to you," "I think we still can run the story but we should change it."
" I leave it to you," saya menutup pembicaraan. Saya merasa tak nyaman.
Namun saya kemudian bisa maklum karena teringat bahwa IPS Asia-Pacific
itu antara lain didanai PBB.

(3) Pagi 30 Agustus 1999. Saya keliling Dili ke tempat-tempat pemungutan
suara. Di tiap TPS, para pemilih antri berjajar. Saya bisa berdiri dekat
dengan antrean-antrean itu. Para 'pemantau' tak berani mendekat karena
diusir polisi UNAMET.
Karena dekat, saya bisa melihat dan mendengar bule-bule Australia yang
sepertinya sedang mengatur barisan padahal sedang kampanya kasar.
Kebetulan mereka bisa bahasa Indonesia: "Ingat, pilih kemerdekaan ya!"
teriak seorang cewek bule kepada sekelompok orang tua yang sedang antre.
Bule-bule yang lain juga melakukan hal yang sama.
Sejenak saya heran dengan kelakuan mereka. Yang sering mengampanyekan
kejujuran, hak menentukan nasib sendiri. Munafik, pikir saya. Mereka
cukup tak tahu malu.
Setelah memantau 4-5 TPS saya segera mencari tempat untuk menulis. Saya
harus kirim laporan. Setelah mengirim laporan. Saya manfaat waktu untuk
rileks, mencari tempat yang nyaman, melonggarkan otot. Toh kerja hari
itu sudah selesai.

Sampailah saya di pantai agak ke Timur, di mana patung Bunda Maria
berdiri menghadap laut, seperti sedang mendaulat ombak samudra. Patung
itu bediri di puncak bukit. Sangat besar. Dikelilingi taman dan bangunan
indah. Untuk mencapai patung itu, anda akan melewati trap tembok yang
cukup landai dan lebar. Sangat nyaman untuk jalan berombongan sekali
pun. Sepanjang trap didindingi bukit yang dilapisi batu pualam. Di
setiap kira jarak 10 meter, di dinding terpajang relief dari tembaga
tentang Yesus, Bunda Maria, murid-murid Yesus, dengan ukiran yang sangat
bermutu tinggi. Indah. Sangat indah. Patung dan semua fasilitasnya ini
dibangun pemerintah Indonesia. Pasti dengan biaya sangat mahal. Ya,
itulah biaya politik.
Tak terasa hari mulai redup. Saya harus pulang.

Selepas magrib, 30 September 1999. Kembali ke penginapan, saya bertemu
lagi dengan Laffae. Kali ini dia mendahului saya. Dia sudah duluan
mengepulkan baris demi baris asap rokok dari hidung dan mulutnya. Kami
ngobrol lagi sambil menikmati kopi.
Tapi kali ini saya tidak leluasa. Karena banyak tamu yang menemui
Laffae, kebanyakan pentolan-pentolan milisi pro-integrasi. Ditambah
penginapan kian sesak. Beberapa pemantau nginap di situ. Ada juga polisi
UNAMET perwakilan dari Pakistan.
Ada seorang perempuan keluar kamar, melihat dengan pandangan 'meminta'
ke arah saya dan Laffae. Kami tidak mengerti maksudnya. Baru tau setelah
lelaki pendampingnya bilang dia tak kuat asap rokok. Laffae lantas
bilang ke orang itu kenapa dia jadi pemantau kalau tak kuat asap rokok.
Kami berdua terus melanjutkan kewajiban dengan racun itu. Beberapa menit
kemudian cewek itu pingsan dan dibawa ke klinik terdekat.
Saya masuk kamar lebih cepat. Tidur.

5
Kafe Jongkok / Uang kecil untuk pak polisi
« on: 07 October 2012, 01:26:15 AM »
Suatu malam 6 Okt 2012 pukul 11.10 dilampu merah depan sarinah, jln sudirman jakarta.
Polisi: Maaf pak boleh liat stnk
Pengendara: Memberi stnk ke polisi
Polisi: Silahkan ke pos pak.
Didalam pos:
Polisi: Nah bapak telah melanggar bla..bla..bla..
Pengendara: Diam saja.
Polisi: Seakan-akan mau menulis sesuatu di buku tilang.
Pengendara: Diam saja.
Polisi: Bagaimana jika kami bantu pak, dendanya 90.000
Pengendara: Biasa kalau siang tidak ada larangan, kenapa kalo malam ditangkap?
Berapa pak? Jangan segitulah
Polisi: Ya sebut saja berapa mau kasih pak, jangan nawar ke saya.
Pengendara: Melihat isi dompet, hanya ada cebanan satu, sisanya cepek an semua.
Ya sudah pak tilang saja, saya gak punya uang kecil.
Polisi: Belagak mau nulis surat tilang, tapi gak jadi. Jadi mau dibantu berapa? Kalo gak
ada uang kecil nanti kami kasi kembalian, sebut saja berapa? Ntar duitnya ditaro diatas meja.
Pengendara: (menyebut angka) meletakkan cepek an diatas meja.
Polisi ke rekannya: Udah kasih kembaliannya.
Pengendara: Langsung berlalu...

6
Lowongan / Posisi logistik di oil & gas company
« on: 06 October 2012, 05:01:39 PM »
Dear All,

Perusahaan kami butuh 1 orang pria utk posisi logistic, minat pm me

thanks

7
Lowongan / Lowongan sekretaris oil & gas company
« on: 30 April 2012, 03:27:53 PM »
Dear all,

Salah satu company kami membutuhkan seorang sekretaris.

Syarat2, Minimal S1, bisa berbahasa inggris lisan/tulisan, berpenampilan menarik.

Dan tentu saja syarat2 standard lainnya seperti bisa surat menyurat, dll.

pm saya untuk alamat email saya.

terimakasih om momod

8
Tolong ! / Bantuan untuk terjemah ke aksara tibet
« on: 02 October 2011, 11:15:28 PM »
Rencananya saya ingin tattoo aksara tibet, mohon informasi dengan siapa saya bisa minta bantuan untuk terjemahan ke aksara tibetnya.

Agar tidak oot, saya ingin tattoo dengan kalimat yang memiliki makna "buddhism"

Terimakasih

9
Lowongan / Lowongan sekretaris oil & gas company
« on: 28 June 2011, 08:29:15 PM »
Perusahan kami sedang mencari sekretaris untuk board of director.
yang berminat japri aja.

Maaf saya tidak taruh detailnya disini, karena pengalaman sebelumnya, akan di crawl oleh situs2 layanan kerja seperti job*sdb, dll.

Pengalaman juga,  berbulan-bulan kemudian, saya masih dikirimin email dari pencari kerja.

Pages: [1]