dear Kai
Dalam Pañha Sutta, Gradual Sayings (Anguttara Nikâya II. 53-54), Sang Buddha mengajarkan bagaimana cara menjawab suatu pertanyaan (AN 4.42).
Dalam Pañha Sutta tersebut, dikatakan ada empat cara menjawab pertanyaan-pertanyaan, yaitu:
1]. Ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara langsung dan singkat (misalnya: iya / tidak);
2]. Ada jenis pertanyaan yang harus dijawab secara analisis (mendefinisikan sebanyak mungkin dalam penjelasan dengan berbagai contoh);
3]. Ada jenis pertanyaan yang harus dijawab dengan sebuah pertanyaan balik sebagai jawabannya;
4]. Ada pula jenis pertanyaan yang harus dijawab dengan diam/ tidak perlu dijawab.”
Siapa pun yang mengetahui hal tersebut dengan benar menghubungkan dengan Dhamma, maka ia dikatakan mahir dalam empat tipe pertanyaan tersebut. Sulit untuk mengalahkannya.
Ia mengetahui hal-hal yang sesuai dan yang tidak sesuai, sehingga menolak hal-hal yang tidak memiliki makna dan menguasai hal-hal yang memiliki makna.
Jadi jika seseorang tidak menjawab, bukan berarti orang tersebut sombong atau merasa tinggi.
Dari yang saya pernah tahu mengenai ko fabian, dia bukan lah org yang sombong atau yang mengganggap org lain lebih rendah walaupun memang pengetahuan ko fabian sudah dalam.
Dia berkenan menjawab jika memang org yang bertanya memang beritikad untuk berdiskusi, bukan untuk berdebat/yang membuta dengan hanya berdasar pengalaman semata
Mirip seperti cerita Buddha yang menundukkan dengan kesaktian.
Pada kebanyakan kasus, Buddha bisa memberi pengertian, dengan cinta kasih, dan ajakan, namun pada kasus tertentu, Buddha juga unjuk kesaktiannya seperti memunculkan api dan air sekaligus
semoga bisa dimengerti yah