hmmm.... jadi ini tentang orang yang bilang ingin mengembangkan cinta kasih dengan cara bervegetarian.
tetapi om kainyn mempertanyakan bilamana hal ini
Kalau mau dihubungkan "makanan" dan "cinta kasih", kok vegetarian masih bisa makan sayuran yang sudah dibuang ulatnya, yang pembajakan sawah untuk menanamnya menyebabkan kematian cacing-cacing, yang pestisidanya membunuh serangga, yang memerlukan pembunuhan hama tikus dan lain-lain demi kelangsungan makanan tersebut?
Bagaimana dengan penggunaan AC? Selain Freonnya membantu melubangi Ozon, pemakaian listriknya juga memperbesar konsumsi bahan bakar yang mendukung Global Warming, yang jelas sudah membunuh banyak mahluk. Bagaimana baju berwarna yang menghasilkan limbah tekstil yang meracuni ikan-ikan? Bagaimana dengan penggunaan mobil/motor yang menimbulkan polusi? Bagaimana mereka yang tinggal di pemukiman yang asalnya adalah rawa/hutan/tempat tinggal para hewan?
begitu?
hmmm..... iya juga ya? apa mereka sadar kalau ternyata seperti itu?
kalau begitu malah tambah repot ya orang, yg mo mengembangkan cinta kasih ini?
Topik lama, tapi kelupaan dijawab.
Sebelum bicara yang jauh ke cinta-kasih, pengikut Ajaran Buddha harus memiliki pengertian benar terlebih dahulu. Dikatakan makhluk adalah kumpulan 5 khanda/skandha yaitu kesadaran, pikiran, perasaan, pencerapan, dan jasmani. Ketika makhluk meninggal, maka khanda/skandha itu terurai dan kesadaran penerus mencari khanda/skandha baru sesuai dengan kondisi dan kamma/karma yang mendukung. Demikianlah makhluk tersebut dikatakan mengalami kelahiran kembali. Yang "tertinggal" adalah jasmani saja, yang sesuai waktu dan kondisi, juga akan terurai kemudian.
Sekarang jadi pertanyaan, ketika kita mengatakan "mengasihi", apakah terhadap makhluk, ataukah terhadap jasmani? Jika seseorang memiliki pengertian mengasihi adalah terhadap bangkai, yah silahkan ia katakan "vegetarian = cinta kasih".
Daging yang tidak memenuhi 3 syarat (dalam Jivaka Sutta)
bukan berkaitan dengan dagingnya atau cara mendapatkan daging (yaitu pembunuhan), namun berkaitan dengan kemajuan bathin umat Buddha itu sendiri. Daging yang dibunuh tidak untuk kita atau memang untuk kita adalah objek yang sama. Penderitaan yang dialami hewan tersebut juga sama dan nilai nutrisinya pun sama. Namun jika dengan sikap kita, apakah dari pikiran, ucapan, perbuatan, menyebabkan, mendukung, atau menyetujui terjadinya pembunuhan, maka itu tidak sesuai dengan ajaran belas kasih.
Kemudian muncul pendapat, "jika semua orang berhenti makan daging, maka permintaan daging menurun, dan pembunuhan otomatis turun." Ya, itu spekulasi. Kalau hanya dugaan, bisa juga timbul pendapat, "jika orang berhenti makan daging, maka tukang potong daging jadi ga ada kerjaan. Maka bisa jadi mereka ganti profesi dari tukang potong hewan jadi penjual produk kulit, tukang adu hewan (judi), atau bahkan tukang potong manusia." Dalam spekulasi, semua hal bisa terjadi, namun semua tidak ada artinya karena memang hanya sebatas spekulasi saja.