yg saya ingin tanyakan, apakah ada contoh kasus seorang awam yg mencapai tingkat kesucian arahat, namun tidak memasuki Sangha sehingga mati dan mencapai parinibbana saat itu juga?
‘Good, Gotama, wait! Is there a single bhikkhu a disciple of Gotama, who has destroyed desires, has released the mind from desires and released through wisdom, abiding, here and now?’ ‘Vaccha, not one, not one hundred, not two hundred, not three hundred, not four hundred, not five hundred. There are many more bhikkhus, disciples of mine, who have destroyed desires, the mind released from desires and released through wisdom, here and now abiding.’ ‘Good, Gotama, wait! Let alone bhikkhus. Is there a single bhikkhuni a disciple of Gotama, who has destroyed desires has released the mind from desires and released through wisdom, here and now, have realised?’ ‘Vaccha, not one, not one hundred, not two hundred, not three hundred, not four hundred, not five hundred. There are many, more bhikkhunis, disciples of mine, who have destroyed desires, the mind released from desires and released through wisdom, here and now realising abide’. ‘Good, Gotama, wait! Other than bhikkhus, and bhikkhunis.Is there a single lay disciple of Gotama, who wearing white clothes had led the holy life, has destroyed the five lower bonds to the sensual world, and is born spontaneously, not to proceed?’ ‘Vaccha, not one, not one hundred, not two hundred, not three hundred, not four hundred, not five hundred. There are many more lay disciples of mine, who have destroyed the five lower bonds to the sensual world, and born spontaneously would not proceed.’
1. arahat otomatis disebut sbg ariya sangha
2. apakah mereka hidup berkelompok? cmiiw, Buddha justru suruh arahat pertama pergi menyebar.
3. konon pacekka buddha hidup menyendiri
jadi kesimpulannya, Bahiya dan raja Sudhodana meninggal bukan karena tidak ditahbiskan, melainkan oleh karma nya sendiri?
jadi menurut sdr indra, bagaimana mengenai pernyataan dalam millinda panha tsb?biarkanlah hal itu menjadi misteri, andapun belum tentu bisa mencapai arahat pada kehidupan sekarang, jawaban2 yang diberikan belum tuntu memuaskan keinginan and, sebaik nya berlatih lah sehingga anda bisa mencapai tujuan.
jadi menurut sdr indra, bagaimana mengenai pernyataan dalam millinda panha tsb?
yang menarik paham bahwa arahat umat awam tidak harus bergabung dengan bhikkhu bisa dijadikan leigitimasi bahwa seseorang yang dianggap baik setara dengan arahat, padahal nyata-nyata pembunuh dan tukang tidur dengan istri orang lain =))ya dan sila segala macam pun tidak berguna, membunuh pun diperbolehkan, arahat yang aneh =))
yang menarik paham bahwa arahat umat awam tidak harus bergabung dengan bhikkhu bisa dijadikan leigitimasi bahwa seseorang yang dianggap baik setara dengan arahat, padahal nyata-nyata pembunuh dan tukang tidur dengan istri orang lain =))ya dan sila segala macam pun tidak berguna, membunuh pun diperbolehkan, arahat yang aneh =))
biarkanlah hal itu menjadi misteri, andapun belum tentu bisa mencapai arahat pada kehidupan sekarang, jawaban2 yang diberikan belum tuntu memuaskan keinginan and, sebaik nya berlatih lah sehingga anda bisa mencapai tujuan.
ketika anda baca renungkan kebaikan2 yang diajarkan sutta2 atau buku itu, aplikasikan dalam hidup anda.biarkanlah hal itu menjadi misteri, andapun belum tentu bisa mencapai arahat pada kehidupan sekarang, jawaban2 yang diberikan belum tuntu memuaskan keinginan and, sebaik nya berlatih lah sehingga anda bisa mencapai tujuan.
saya hanya ingin memastikan bahwa millinda panha merupakan sutta yg layak dibaca .. karna itu bukan merupakan sutta dari masa hidup sang buddha ..
yang menarik paham bahwa arahat umat awam tidak harus bergabung dengan bhikkhu bisa dijadikan leigitimasi bahwa seseorang yang dianggap baik setara dengan arahat, padahal nyata-nyata pembunuh dan tukang tidur dengan istri orang lain =))ya dan sila segala macam pun tidak berguna, membunuh pun diperbolehkan, arahat yang aneh =))
koreksi: bukan arahat deh, tapi Buddha
namo buddhaya
dalam millinda panha, bab 14 #62 :"Anda mengatakan bahwa jika seorang umat awam mencapai tingkat Arahat dia harus memasuki Sangha pada hari itu juga, atau kalau tidak, dia akan mati dan mencapai parinibbana. Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan."
"Kesalahan itu bukan terletak pada kearahatannya, melainkan pada keadaan si umat awam yang terlalu lemah untuk menopang kearahatan itu. Seperti halnya, O baginda, meskipun makanan melindungi kehidupan makhluk, dia juga akan mengambil nyawa orang yang pencernaannya lemah. Demikian juga, jika seorang umat awam mencapai tingkat Arahat, maka karena kelemahan kondisi itulah dia harus memasuki Sangha pada hari itu juga. Kalau tidak, dia akan mati."
yg saya ingin tanyakan, apakah ada contoh kasus seorang awam yg mencapai tingkat kesucian arahat, namun tidak memasuki Sangha sehingga mati dan mencapai parinibbana saat itu juga?
dan mengapa dalam "Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan." mendapat penahbis dapat dipahami karena untuk memasuki Sangha seseorang perlu ditahbiskan, namun mengapa harus mendapat jubah dan mangkok? karena jika penahbisan dilakukan di hutan, atau tempat terpencil lainnya, dan sulit untuk memperoleh 2 benda tersebut, maka arahat yg baru ditahbiskan itu akan mati?
mohon petunjuk saudara sekalian ..
_/\_
yang menarik paham bahwa arahat umat awam tidak harus bergabung dengan bhikkhu bisa dijadikan leigitimasi bahwa seseorang yang dianggap baik setara dengan arahat, padahal nyata-nyata pembunuh dan tukang tidur dengan istri orang lain =))ya dan sila segala macam pun tidak berguna, membunuh pun diperbolehkan, arahat yang aneh =))
koreksi: bukan arahat deh, tapi Buddha
_/\_ Arahat = Svaka Buddha
_/\_
hehe...
Bingung saya.
tapi ada yang ingin saya tanyakan.
Apakah seorang Arahat memiliki pemikiran demikan?
Tidak melekat, melepas segala sesuatunya dan menerima apa adanya! bukan kah harus demikian?
Maaf klo salah.
tapi setau saya, arahat sudah tidak memiliki kemelekatan lagi, jadi memang tidak nyaman berada di antara umat awam yg pikirannya masih duniawi .. secara otomatis mereka akan meninggalkan semua itu, dan di tengah masyarakat yg kompleks spt sekarang, keberadaan rekan2 sesama bhikkhu, tinggal di lingkungan yg sesuai (spt di vihara atau menyepi di hutan) mungkin merupakan pilihan yg lebih sesuai.
dan mengapa dalam "Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan." mendapat penahbis dapat dipahami karena untuk memasuki Sangha seseorang perlu ditahbiskan, namun mengapa harus mendapat jubah dan mangkok? karena jika penahbisan dilakukan di hutan, atau tempat terpencil lainnya, dan sulit untuk memperoleh 2 benda tersebut, maka arahat yg baru ditahbiskan itu akan mati?
mohon petunjuk saudara sekalian ..
_/\_
saya hanya ingin memastikan bahwa millinda panha merupakan sutta yg layak dibaca .. karna itu bukan merupakan sutta dari masa hidup sang buddha ..Sekadar informasi... Kitab Milinda Panha hanya diakui oleh Aliran Theravada di Myanmar sebagai bagian dari Khuddaka Nikaya - Sutta Pitaka. Sedangkan Aliran Theravada di Thailand, Sri Lanka, Indonesia, dll. hanya mengakui Kitab Milinda Panha sebagai salah satu Kitab Komentar.
saya hanya ingin memastikan bahwa millinda panha merupakan sutta yg layak dibaca .. karna itu bukan merupakan sutta dari masa hidup sang buddha ..Sekadar informasi... Kitab Milinda Panha hanya diakui oleh Aliran Theravada di Myanmar sebagai bagian dari Khuddaka Nikaya - Sutta Pitaka. Sedangkan Aliran Theravada di Thailand, Sri Lanka, Indonesia, dll. hanya mengakui Kitab Milinda Panha sebagai salah satu Kitab Komentar.
tidaklah penting bagi kita, Kitab komentar atau Khuddaka Nikaya, toh semuanya berada dalam wadah Tipitaka.Benar. Saya tidak bermaksud membedakan mana yang lebih penting antara Sutta Pitaka atau Kitab Komentar. Saya hanya menyediakan sedikit informasi yang saya ketahui.
yang penting, sutta tersebut jika dipraktekan dapat membuat ketenangan batin dan tidak merugikan makhluk lain, itulah yang diperlukan.
kamsia
1) Sotapatti sampai Arahanta adalah yang disebut sebagai Ariya Sangha, bukan terpaku pada status bhikkhu atau umat awamnya.oleh karena itu, jika masuk sangha yg dimaksud pada milinda panha adalah ariya sangha, maka hal itu tidak perlu dibicarakan lagi, namun yg dibicarakan oleh nagasena adalah sangha yg lainnya.
2) Bhikkhu yang disuruh menyebar hanya 60 bhikkhu Arahanta pertama, karena tujuannya untuk menyebar-luaskan Dhamma. Ketika Dhamma sudah dikenal luas, Sang Buddha tidak pernah menyuruh bhikkhu untuk menyebar lagi. Malah Sang Buddha bersama para bhikkhu sering tinggal bersama dan berkelompok di suatu vihara.pointnya adalah mereka tidak parinibbana, termasuk Buddha sendiri. ketika ia tercerahkan, mau ke sangha mana dia? paling nyata adalah bahkan setelah tercerahkan Buddha masih berhari2 sendiri.
3) Dalam satu masa, bisa muncul beberapa Pacceka Buddha sekaligus. Mereka cenderung akan saling berkunjung, dan ada "tradisi" para Pacceka Buddha untuk berkumpul bersama dan menguraikan pencapaian Nibbana oleh masing-masing. Bahkan dalam kisah Jataka, sering diceritakan ada serombongan Pacceka Buddha yang sedang berpindapata.kalau tidak salah ada cerita lain di Jataka bahwa Pacceka Buddha hidup menyendiri.
biarkanlah hal itu menjadi misteri, andapun belum tentu bisa mencapai arahat pada kehidupan sekarang, jawaban2 yang diberikan belum tuntu memuaskan keinginan and, sebaik nya berlatih lah sehingga anda bisa mencapai tujuan.
saya hanya ingin memastikan bahwa millinda panha merupakan sutta yg layak dibaca .. karna itu bukan merupakan sutta dari masa hidup sang buddha ..
oleh karena itu, jika masuk sangha yg dimaksud pada milinda panha adalah ariya sangha, maka hal itu tidak perlu dibicarakan lagi, namun yg dibicarakan oleh nagasena adalah sangha yg lainnya.Yang dimaksudkan oleh Bhikkhu Nagasena adalah "memasuki persamuhan bhikkhu". Yang disampaikan beliau adalah: "bila umat awam Arahanta tidak menjadi bhikkhu, maka ia akan meninggal dunia pada hari itu juga".
pointnya adalah mereka tidak parinibbana, termasuk Buddha sendiri. ketika ia tercerahkan, mau ke sangha mana dia? paling nyata adalah bahkan setelah tercerahkan Buddha masih berhari2 sendiri.Sammasambuddha tentu tidak "tunduk" pada fenomena seperti itu, sebab Beliau sendiri yang justru mendirikan Sangha. Sedangkan pancavaggiya, Yasa dan 54 temannya juga segera menjadi bhikkhu sebelum melewati satu malam pencapaian mereka.
kalau tidak salah ada cerita lain di Jataka bahwa Pacceka Buddha hidup menyendiri.Dalam hal ini, saya tidak mengetahui secara pasti. Mungkin argumen saya sebelumnya benar. Mungkin argumen Bro tesla ini juga benar. Karena itu, saya menilai mungkin saja para Pacceka Buddha menjalani hidup bersama ketika ada satu keperluan; dan bila tidak ada keperluan bersama, mereka akan menjalani hidup-Nya sendiri-sendiri.
mereka berkumpul justru ketika sudah dekat parinibbana...
Sammasambuddha tentu tidak "tunduk" pada fenomena seperti itu, sebab Beliau sendiri yang justru mendirikan Sangha. Sedangkan pancavaggiya, Yasa dan 54 temannya juga segera menjadi bhikkhu sebelum melewati satu malam pencapaian mereka.
jika demikian, jadi bukan harus masuk ke Sangha, melainkan harus menjadi bhikkhu :)Tentu saja di masa Buddhasasana masih eksis seperti ini, "menjadi bhikkhu" artinya sama dengan "masuk Sangha". Dan ada nilai eksklusifitas di sini. Menjadi bhikkhu secara tidak langsung harus menjadi bhikkhu (murid) Buddha Gotama.
dg demikian pembahasan malah bergeser menjadi siapa yg pantas disebut bhikkhu (ada dibahas sutta)
Kalo saya membayangkan .......... seorang Sotapana saja sudah cukup sulit untuk hidup di tengah masyarakat karena pandangannya yang sangat berbeda dengan umat awam pada umumnya. Apalagi Arya puggala tingkat berikutnya. Bayangkan tentang mata pencaharian, keluarga, masyarakat......karena mau tidak mau bersinggungan dengan kekotoran batin orang-orang di sekitarnya. Kemudian Arahat, kemungkinan sebelum menjadi Arahat bisa jadi memiliki musuh, musuh tersebut bisa saja melakukan hal2 yang tidak pantas, seperti menghina, melukai, atau bahkan membunuh, sementara melakukan hal tadi kepada seorang Arya akan membawa akibat buruk yang besar.Di zaman Sang Buddha, banyak rakyat Sakya yang sudah mencapai tataran Sotapatti-Anagami dan masih hidup sebagai umat awam. Yang ditekankan Bhikkhu Nagasena bukanlah seorang Ariya Puggala susah hidup di masyarakat duniawi. Tetapi seorang Arahanta yang belum ditahbiskan menjadi bhikkhu, bisa meninggal dunia pada hari itu juga. Artinya ini berkenaan dengan kondisi Arahat dengan penahbisan, bukan berkenaan dengan kondisi Ariya dengan kehidupan sosial di masyarakat.
Jadi menjadi Arahat di tengah awam justru bisa berbahaya bagi orang disekitarnya yang memiliki niat buruk.
Pacceka Buddha kemungkinan besar berstatus sebagai pertapa bukan umat awam.
Sammasambuddha tentu tidak "tunduk" pada fenomena seperti itu, sebab Beliau sendiri yang justru mendirikan Sangha. Sedangkan pancavaggiya, Yasa dan 54 temannya juga segera menjadi bhikkhu sebelum melewati satu malam pencapaian mereka.
jika demikian, jadi bukan harus masuk ke Sangha, melainkan harus menjadi bhikkhu :)
dg demikian pembahasan malah bergeser menjadi siapa yg pantas disebut bhikkhu (ada dibahas sutta)
dalam kasus Bahiya, beliau mencapai arahat setelah mendengar kotbah sang Buddha, dan kemudian meninggal karena diserang sapi dan anaknya (http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html (http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html)) .. jadi bahiya meninggal karena karma buruknya berbuah atau karena mencapai arahat namun tidak ditahbiskan pada hari itu juga?
_/\_
Kalo saya membayangkan .......... seorang Sotapana saja sudah cukup sulit untuk hidup di tengah masyarakat karena pandangannya yang sangat berbeda dengan umat awam pada umumnya. Apalagi Arya puggala tingkat berikutnya. Bayangkan tentang mata pencaharian, keluarga, masyarakat......karena mau tidak mau bersinggungan dengan kekotoran batin orang-orang di sekitarnya. Kemudian Arahat, kemungkinan sebelum menjadi Arahat bisa jadi memiliki musuh, musuh tersebut bisa saja melakukan hal2 yang tidak pantas, seperti menghina, melukai, atau bahkan membunuh, sementara melakukan hal tadi kepada seorang Arya akan membawa akibat buruk yang besar.Di zaman Sang Buddha, banyak rakyat Sakya yang sudah mencapai tataran Sotapatti-Anagami dan masih hidup sebagai umat awam. Yang ditekankan Bhikkhu Nagasena bukanlah seorang Ariya Puggala susah hidup di masyarakat duniawi. Tetapi seorang Arahanta yang belum ditahbiskan menjadi bhikkhu, bisa meninggal dunia pada hari itu juga. Artinya ini berkenaan dengan kondisi Arahat dengan penahbisan, bukan berkenaan dengan kondisi Ariya dengan kehidupan sosial di masyarakat.
Jadi menjadi Arahat di tengah awam justru bisa berbahaya bagi orang disekitarnya yang memiliki niat buruk.
Pacceka Buddha kemungkinan besar berstatus sebagai pertapa bukan umat awam.
Benar, Bro. Pacceka Buddha adalah petapa (bhikkhu).
Kalo saya membayangkan .......... seorang Sotapana saja sudah cukup sulit untuk hidup di tengah masyarakat karena pandangannya yang sangat berbeda dengan umat awam pada umumnya. Apalagi Arya puggala tingkat berikutnya. Bayangkan tentang mata pencaharian, keluarga, masyarakat......karena mau tidak mau bersinggungan dengan kekotoran batin orang-orang di sekitarnya. Kemudian Arahat, kemungkinan sebelum menjadi Arahat bisa jadi memiliki musuh, musuh tersebut bisa saja melakukan hal2 yang tidak pantas, seperti menghina, melukai, atau bahkan membunuh, sementara melakukan hal tadi kepada seorang Arya akan membawa akibat buruk yang besar.Bold biru
Jadi menjadi Arahat di tengah awam justru bisa berbahaya bagi orang disekitarnya yang memiliki niat buruk.
Pacceka Buddha kemungkinan besar berstatus sebagai pertapa bukan umat awam.
Jadi menjadi Arahat di tengah awam justru bisa berbahaya bagi orang disekitarnya yang memiliki niat buruk.
Justru itulah saya berspekulasi demikian, keberadaan seorang Arahat yang berstatus umat awam lebih banyak membawa hal tidak baik bagi orang disekitarnya. Harus dilekatkan status yang mulia pada orang yang mulia dikarenakan bukan untuk Arahat itu sendiri melainkan untuk orang2 awam disekitarnya.mungkin salah satu
saya hanya ingin memastikan bahwa millinda panha merupakan sutta yg layak dibaca .. karna itu bukan merupakan sutta dari masa hidup sang buddha ..Sekadar informasi... Kitab Milinda Panha hanya diakui oleh Aliran Theravada di Myanmar sebagai bagian dari Khuddaka Nikaya - Sutta Pitaka. Sedangkan Aliran Theravada di Thailand, Sri Lanka, Indonesia, dll. hanya mengakui Kitab Milinda Panha sebagai salah satu Kitab Komentar.
biarkanlah hal itu menjadi misteri, andapun belum tentu bisa mencapai arahat pada kehidupan sekarang, jawaban2 yang diberikan belum tuntu memuaskan keinginan and, sebaik nya berlatih lah sehingga anda bisa mencapai tujuan.
saya hanya ingin memastikan bahwa millinda panha merupakan sutta yg layak dibaca .. karna itu bukan merupakan sutta dari masa hidup sang buddha ..
menurut saya sutta ini layak dibaca.
tentunya dibaca dg kritis.
permasalahannya bukan kitab ini dari jaman Buddha atau bukan, melainkan isinya, apakah memberi kebijaksanaan atau secercah pencerahan pada pembacanya. menurut saya beberapa isi Milinda Panha dapat bermanfaat walau di sisi lain ada yg menyesatkan...
dalam kasus Bahiya, beliau mencapai arahat setelah mendengar kotbah sang Buddha, dan kemudian meninggal karena diserang sapi dan anaknya (http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html (http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html)) .. jadi bahiya meninggal karena karma buruknya berbuah atau karena mencapai arahat namun tidak ditahbiskan pada hari itu juga?
_/\_
kalau menurut saya Bahiya meninggal lebih dikarenakan karmanya bebuah karena Bahiya statusnya pada saat itu adalah seorang pertapa, bukan umat awam.
kalo boleh tau, sisi mana yg menurut Anda menyesatkan? ???
dalam kasus Bahiya, beliau mencapai arahat setelah mendengar kotbah sang Buddha, dan kemudian meninggal karena diserang sapi dan anaknya (http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html (http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html)) .. jadi bahiya meninggal karena karma buruknya berbuah atau karena mencapai arahat namun tidak ditahbiskan pada hari itu juga?
_/\_
kalau menurut saya Bahiya meninggal lebih dikarenakan karmanya bebuah karena Bahiya statusnya pada saat itu adalah seorang pertapa, bukan umat awam.
maksud Anda, anda menyetujui bahwa karena beliau masih umat awam ketika itu, maka beliau meninggal setelah mencapai arahat? atau karena anda merasa setelah seseorang menjadi bhikkhu maka karma buruknya lebih sulit berbuah? ???
correct me if i'm wrong,
_/\_
Ya, keberadaan seorang Arahanta umat awam di masyarakat mungkin bisa mendatangkan "resiko" bagi umat awam yang senonoh. Tapi itu tidak berhubungan dengan meninggalnya seorang Arahanta kalau dia tidak menjadi bhikkhu.Di zaman Sang Buddha, banyak rakyat Sakya yang sudah mencapai tataran Sotapatti-Anagami dan masih hidup sebagai umat awam. Yang ditekankan Bhikkhu Nagasena bukanlah seorang Ariya Puggala susah hidup di masyarakat duniawi. Tetapi seorang Arahanta yang belum ditahbiskan menjadi bhikkhu, bisa meninggal dunia pada hari itu juga. Artinya ini berkenaan dengan kondisi Arahat dengan penahbisan, bukan berkenaan dengan kondisi Ariya dengan kehidupan sosial di masyarakat.Justru itulah saya berspekulasi demikian, keberadaan seorang Arahat yang berstatus umat awam lebih banyak membawa hal tidak baik bagi orang disekitarnya. Harus dilekatkan status yang mulia pada orang yang mulia dikarenakan bukan untuk Arahat itu sendiri melainkan untuk orang2 awam disekitarnya.
Benar, Bro. Pacceka Buddha adalah petapa (bhikkhu).
kitab komentar itu apa ya? saya baru kali ini mendengar soal itu .. :)Kitab Komentar itu biasa disebut dengan istilah "atthakatha". Misalnya "Dhammapada Atthakatha". Kalau Kitab Milinda Panha ini sebenarnya sudah berbeda kurikulum dengan isi Tipitaka. Saya kesulitan mencari istilah yang tepat untuk kitab ini. Jadinya saya menggunakan istilah "kitab komentar". Tetapi Kitab Milinda Panha ini bukan termasuk "atthakatha".
biarkanlah hal itu menjadi misteri, andapun belum tentu bisa mencapai arahat pada kehidupan sekarang, jawaban2 yang diberikan belum tuntu memuaskan keinginan and, sebaik nya berlatih lah sehingga anda bisa mencapai tujuan.
saya hanya ingin memastikan bahwa millinda panha merupakan sutta yg layak dibaca .. karna itu bukan merupakan sutta dari masa hidup sang buddha ..
tapi kalau ada di konsili ke 6, seharusnya sudah sah di berbagai sangha di belahan dunia, kecuali...
baru tau. terima kasih atas infonya om dilbert.
in my opinion... saya lebih suka dengan corak buddhisme myanmar di bandingkan dengan buddhisme di negara lain.ada seorang umat yg bukan bikkhu tetapi kehidupannya sudah kek bikkhu...
in my opinion... saya lebih suka dengan corak buddhisme myanmar di bandingkan dengan buddhisme di negara lain.
in my opinion... saya lebih suka dengan corak buddhisme myanmar di bandingkan dengan buddhisme di negara lain.
bedanya di myanmar ama di negara2 lain apa? ;D
maklum saya belum pernah memperhatikan beda tradisi di satu negara dan negara lainnya ..
namo buddhaya
dalam millinda panha, bab 14 #62 :"Anda mengatakan bahwa jika seorang umat awam mencapai tingkat Arahat dia harus memasuki Sangha pada hari itu juga, atau kalau tidak, dia akan mati dan mencapai parinibbana. Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan."
"Kesalahan itu bukan terletak pada kearahatannya, melainkan pada keadaan si umat awam yang terlalu lemah untuk menopang kearahatan itu. Seperti halnya, O baginda, meskipun makanan melindungi kehidupan makhluk, dia juga akan mengambil nyawa orang yang pencernaannya lemah. Demikian juga, jika seorang umat awam mencapai tingkat Arahat, maka karena kelemahan kondisi itulah dia harus memasuki Sangha pada hari itu juga. Kalau tidak, dia akan mati."
yg saya ingin tanyakan, apakah ada contoh kasus seorang awam yg mencapai tingkat kesucian arahat, namun tidak memasuki Sangha sehingga mati dan mencapai parinibbana saat itu juga?
dan mengapa dalam "Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan." mendapat penahbis dapat dipahami karena untuk memasuki Sangha seseorang perlu ditahbiskan, namun mengapa harus mendapat jubah dan mangkok? karena jika penahbisan dilakukan di hutan, atau tempat terpencil lainnya, dan sulit untuk memperoleh 2 benda tersebut, maka arahat yg baru ditahbiskan itu akan mati?
mohon petunjuk saudara sekalian ..
_/\_
sangat aneh bin rancu,
Faktanya Buddha Gotama mencapai Arahat sebelum sangha terbentuk
cukup sekian dan terima kasih
then no more coment,
jawaban demikian mirip dengan,
mengapakah orang itu mati?
itu takdir tuhan
tuhan kita keren..
lebih tepat jika dikatakan orang mati karena kehendak Sumedho yg Maha Kuasa.
yg saya ingin tanyakan, apakah ada contoh kasus seorang awam yg mencapai tingkat kesucian arahat, namun tidak memasuki Sangha sehingga mati dan mencapai parinibbana saat itu juga?
_/\_
yg saya ingin tanyakan, apakah ada contoh kasus seorang awam yg mencapai tingkat kesucian arahat, namun tidak memasuki Sangha sehingga mati dan mencapai parinibbana saat itu juga?
dan mengapa dalam "Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan." mendapat penahbis dapat dipahami karena untuk memasuki Sangha seseorang perlu ditahbiskan, namun mengapa harus mendapat jubah dan mangkok? karena jika penahbisan dilakukan di hutan, atau tempat terpencil lainnya, dan sulit untuk memperoleh 2 benda tersebut, maka arahat yg baru ditahbiskan itu akan mati?
Mungkin begini adanya berdasarkan pendapat saya pribadi saja: Kondisi "KEARAHATAN" adalah kondisi batin yang sudah terbebaskan, tidak lagi melekat, tidak lagi berada dalam Samsara, sehingga bila ada umat awam mencapai kesucian ARAHAT maka secara otomatis dia sudah tidak lagi berada di Samsara dan harus mencapai parinibbana pada saat itu juga (dengan kata lain sudah tiada lagi karma/kamma yang harus dijalani), berbeda dengan kondisi dimana dia ditasbihkan menjadi seorang Bhikkhu, dimana kondisi KeBhikkhuan adalah menjalankan/menyebarkan RODA DHAMMA kepada umat/mahluk yang masih ada di Samsara. Sehingga kondisi "KEARAHATAN" beliau memiliki NILAI LEBIH lainnya dan tidak harus mencapai PARINIBBANA saat itu juga.
Jadi "Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan."----> lebih ditekankan sudah berakhirnya SAMSARA dengan tercapainya KEARAHATAN seorang umat. Sia-sia disini bukan ditujukan karena tercapainya KEARAHATAN, namun TIADA MANFAAT bagi umat/mahluk lainnya.
nb: hanya pendapat pribadi saja yang masih harus banyak belajar lagi...mohon koreksinya. _/\_
yg saya ingin tanyakan, apakah ada contoh kasus seorang awam yg mencapai tingkat kesucian arahat, namun tidak memasuki Sangha sehingga mati dan mencapai parinibbana saat itu juga?
dan mengapa dalam "Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan." mendapat penahbis dapat dipahami karena untuk memasuki Sangha seseorang perlu ditahbiskan, namun mengapa harus mendapat jubah dan mangkok? karena jika penahbisan dilakukan di hutan, atau tempat terpencil lainnya, dan sulit untuk memperoleh 2 benda tersebut, maka arahat yg baru ditahbiskan itu akan mati?
Mungkin begini adanya berdasarkan pendapat saya pribadi saja: Kondisi "KEARAHATAN" adalah kondisi batin yang sudah terbebaskan, tidak lagi melekat, tidak lagi berada dalam Samsara, sehingga bila ada umat awam mencapai kesucian ARAHAT maka secara otomatis dia sudah tidak lagi berada di Samsara dan harus mencapai parinibbana pada saat itu juga (dengan kata lain sudah tiada lagi karma/kamma yang harus dijalani), berbeda dengan kondisi dimana dia ditasbihkan menjadi seorang Bhikkhu, dimana kondisi KeBhikkhuan adalah menjalankan/menyebarkan RODA DHAMMA kepada umat/mahluk yang masih ada di Samsara. Sehingga kondisi "KEARAHATAN" beliau memiliki NILAI LEBIH lainnya dan tidak harus mencapai PARINIBBANA saat itu juga.
Jadi "Tetapi jika dia tidak bisa mendapat jubah, mangkok dan penahbis pada saat itu, maka kondisi kearahatan yang mulia itu akan sia-sia karena melibatkan hancurnya suatu kehidupan."----> lebih ditekankan sudah berakhirnya SAMSARA dengan tercapainya KEARAHATAN seorang umat. Sia-sia disini bukan ditujukan karena tercapainya KEARAHATAN, namun TIADA MANFAAT bagi umat/mahluk lainnya.
nb: hanya pendapat pribadi saja yang masih harus banyak belajar lagi...mohon koreksinya. _/\_