//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: sila ke 3  (Read 28418 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
sila ke 3
« on: 16 July 2011, 07:24:47 PM »
Ardi Cohara  [at] WAL: sy hrp anda buat wallpost baru yg khusus menanyakan perihal hal ini kpd para bhikkhu lainnya, selain samanera santacitto jk pendapat samanera santacitto masih blm dapat anda terima..Nmn sy harap anda tdk melegalkan praktek pelacuran dg pandangan/opini anda ini.. Ini menurut saya akan berdampak berbahaya bagi masa depan bangsa dan negara, dan generasi umat buddha pd khususnya..'Kita' juga akan mendapat 'malu'..
------------------------------​------------------------------​------------------------------​----------
untuk melanjutkan permintaan diatas , saya ingin bertanya kepada siapapun yang mengerti , memahami, mengetahui,mengenai sila3 yang berkaitan dengan "pelacur" .apakah pelacur melanggar sila ke 3. karena sebagian orang mengatakan melanggar dan sebagian lagi tidak, jadi yang benar yang mana. untuk para bhikku diharap berkenan memberikan petunjuknya. anumodana _/\_

selain menanyakan hal di atas , saya pun ingin bertanya kepada member DC , sebenarnya apa yang menentukan hal yang melanggar dengan sila ke 3 dan seperti pertanyaan di atas juga. lantas apakah (untuk yang saya bold) umat buddhis akan malu?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #1 on: 16 July 2011, 07:27:28 PM »
suatu kebenaran tidak ditentukan oleh kondisi malu/tidak malu jika kebenaran itu diungkapkan

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: sila ke 3
« Reply #2 on: 16 July 2011, 07:30:50 PM »
klo dari segi etika dalam masyarakat di indonesia pasti akan berdampak, walau di uraikan dengan penjelasan apa pun, tetap saja pelacuran di anggap tindakan asusila...

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #3 on: 16 July 2011, 07:43:49 PM »
benar pelacuran termasuk perbuatan asusila nabe, tetapi apakah melanggar sila ke 3? ada bhikkuyang mengatakan tidak dan ada yang mengatakan melanggar , hal ini bagi umat awam sangat membingungkan, sebenarnya melanggar atau tidak ?

 [at] betara indra. tetapi kenyataan nya , hal pelacur ternyata dapat membuat malu beberapa umat buddhis jika di jadikan suatu pembahasan , contoh di group salah satu FB , banyak pandangan miring tanpa mengenai pokok pembahasannya, yang intinya jika berkaitan dengan pelacur adalah hal yang tidak pantas untuk di bahas
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #4 on: 16 July 2011, 07:52:40 PM »
benar pelacuran termasuk perbuatan asusila nabe, tetapi apakah melanggar sila ke 3? ada bhikkuyang mengatakan tidak dan ada yang mengatakan melanggar , hal ini bagi umat awam sangat membingungkan, sebenarnya melanggar atau tidak ?

IMO, si penguna jasa pelacur lah yg asusila, bukan pelacurnya. apa bedanya si pelacur yg menjual diri dengan para motivator yg juga menjual diri?

Quote
[at] betara indra. tetapi kenyataan nya , hal pelacur ternyata dapat membuat malu beberapa umat buddhis jika di jadikan suatu pembahasan , contoh di group salah satu FB , banyak pandangan miring tanpa mengenai pokok pembahasannya, yang intinya jika berkaitan dengan pelacur adalah hal yang tidak pantas untuk di bahas

jika sebuah kebenaran diungkapkan dan membuat seseorang menjadi malu, apakah kebenaran itu menjadi tidak benar? atau ada sesuatu yg memalukan pada diri orang itu sehubungan dengan kebenaran itu?

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: sila ke 3
« Reply #5 on: 16 July 2011, 08:26:50 PM »
saya berpikir dan berfikir, apa-pun bentuk penyalurannya, tdk berguna bagi perkembangan batin.

kecuali...
Samma Vayama

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #6 on: 16 July 2011, 08:41:12 PM »
saya berpikir dan berfikir, apa-pun bentuk penyalurannya, tdk berguna bagi perkembangan batin.

kecuali...

jangan berpikir. itu bukan keahlian anda

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: sila ke 3
« Reply #7 on: 16 July 2011, 08:44:40 PM »
jangan berpikir. itu bukan keahlian anda
sadhu  ^:)^
Samma Vayama

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #8 on: 16 July 2011, 08:46:45 PM »
Perbuatan/ pekerjaan apa pun, dengan cara memuaskan nafsu, akan mendukung kelahiran di alam rendah. Termasuk maturbasi/ onani. Dalam kasus ini pikiran, ucapan dan perbuatan dilakukan oleh diri sendiri.

Jika suatu perbuatan melibatkan makhluk lain, maka akan menghasilkan akibat bukan hanya diri sendiri tetapi makhluk yang terlibat di dalamnya. Jadi sederhananya, Pancasila mengingatkan agar tidak mempengaruhi/ melibatkan/ memaksa makhluk lain melakukan suatu perbuatan yang tercela.

Pelacur, sebagai sebuah pekerjaan tidak melanggar sila 3. Dengan syarat, dia tahu pelanggan tidak di bawah perlindungan orang tua (di bawah umur) dan atau belum berkeluarga (menikah). Melakukan hubungan intim tanpa paksaan/ ancaman.

Kalau begitu, berarti boleh jadi pelacur kalau diijinkan? Memangnya ada yang mau jadi pelacur?! Sama seperti orang tidak ingin jadi tukang becak atau tukang sampah!
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #9 on: 16 July 2011, 09:08:51 PM »
Perbuatan/ pekerjaan apa pun, dengan cara memuaskan nafsu, akan mendukung kelahiran di alam rendah. Termasuk maturbasi/ onani. Dalam kasus ini pikiran, ucapan dan perbuatan dilakukan oleh diri sendiri.

Jika suatu perbuatan melibatkan makhluk lain, maka akan menghasilkan akibat bukan hanya diri sendiri tetapi makhluk yang terlibat di dalamnya. Jadi sederhananya, Pancasila mengingatkan agar tidak mempengaruhi/ melibatkan/ memaksa makhluk lain melakukan suatu perbuatan yang tercela.

apakah ini termasuk pekerjaan seperti pelukis, penyanyi, dll?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #10 on: 16 July 2011, 09:21:33 PM »
ini adalah asal mula munculnya pembahasan sila [Deleted]

jadi sebenarnya "pelacur" adalah pekerjaan yang tidak melanggar sila ke 3? karena sebagai umat awam takut akan di salahkan jika berpendapat seperti itu, bahkan bisa dianggap beropini pribadi juga berpandangan salah


[mod]Link ke forum diskusi lain, sebaiknya tidak dituliskan.[/mod]
« Last Edit: 18 July 2011, 08:54:34 AM by Kainyn_Kutho »
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #11 on: 16 July 2011, 09:27:29 PM »
apakah ini termasuk pekerjaan seperti pelukis, penyanyi, dll?

Termasuk. Ada berbagai macam cara dalam menghadirkan/ membuat lukisan. Atau ada banyak lagu dan cara menyanyikannya. Apa membuat profesi itu jadi istimewa? Di samsara ini tidak ada jalan aman jika berpegang pada keduniawian.

** salah satu sila menganjurkan tidak mendengar musik dan melihat pertunjukan atau hal-hal yang memikat indria.

"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #12 on: 16 July 2011, 09:29:56 PM »
Termasuk. Ada berbagai macam cara dalam menghadirkan/ membuat lukisan. Atau ada banyak lagu dan cara menyanyikannya. Apa membuat profesi itu jadi istimewa? Di samsara ini tidak ada jalan aman jika berpegang pada keduniawian.

** salah satu sila menganjurkan tidak mendengar musik dan melihat pertunjukan atau hal-hal yang memikat indria.

benar sekali, sila memang menganjurkan demikian, tapi bukan menganjurkan agar tidak membuat lukisan atau tidak menciptakan lagu, jadi apakah membuat lukisan dan membuat lagu termasuk?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: sila ke 3
« Reply #13 on: 16 July 2011, 09:43:39 PM »
Perbuatan/ pekerjaan apa pun, dengan cara memuaskan nafsu, akan mendukung kelahiran di alam rendah. Termasuk maturbasi/ onani. Dalam kasus ini pikiran, ucapan dan perbuatan dilakukan oleh diri sendiri.

perbuatan maturbasi/onani, untuk memuaskan diri sendiri, bukan suatu perbuatan buruk, tp merupakan adhamma...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #14 on: 16 July 2011, 09:49:56 PM »
perbuatan maturbasi/onani, untuk memuaskan diri sendiri, bukan suatu perbuatan buruk, tp merupakan adhamma...


lucunya pernyataan spt ini dapat membikin malu komunitas yang disebutkan oleh TS di atas

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: sila ke 3
« Reply #15 on: 16 July 2011, 09:50:54 PM »
benar pelacuran termasuk perbuatan asusila nabe, tetapi apakah melanggar sila ke 3? ada bhikkuyang mengatakan tidak dan ada yang mengatakan melanggar , hal ini bagi umat awam sangat membingungkan, sebenarnya melanggar atau tidak ?

perbuatan asusila, berarti kan melanggar sila ke-3 bro... mang ada asusila yg tidak melanggar sila ke-3 ? masalah ada bhikkhu yg mengatakan melanggar ato tidak, dato' tidak ambil pusing, tp secara pribadi, dato' lebih berpendapat bahwa pelacuran merupakan suatu perbuatan adhamma dan melanggar sila ke-3 serta bukan pekerjaan yg benar, jika memang pelacuran bukan merupakan suatu hal buruk, tentu nya buddha akan menganjurkan untuk melakukan pekerjaan demikian...

emang byk pro dan kontra, salah satu nya pernah dibahas oleh bro Wira yg mengulas dr sisi cerita buddhist. tp bagi dato' pribadi, kita liat aja moral n etika yg berlaku di masyrakat kita di negara ini, bahwa pelacuran merupakan suatu tindakan asusila/yg melanggar sila ke-3 dan merupakan pekerjaan yg tidak dibenarkan, begitu pula hukum yg belaku (perda-perda) yg tidak membenarkan adanya pelacuran...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #16 on: 16 July 2011, 09:54:26 PM »
begitu pula hukum yg belaku (perda-perda) yg tidak membenarkan adanya pelacuran...

hukum (perda) tidak disusun dengan berdasarkan pada Dhamma, jadi tidak ada hubungan dengan pelanggaran sila.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: sila ke 3
« Reply #17 on: 16 July 2011, 09:58:54 PM »
hukum (perda) tidak disusun dengan berdasarkan pada Dhamma, jadi tidak ada hubungan dengan pelanggaran sila.

bagaimana dengan ada nya pernyataan yg konon bahwa dhamma bs berjalan beriringan dengan hukum yg berlaku di tempat dimana kita berada... sy rasa byk hukum daerah, hukum negara yg tidak disusun berdasarkan dhamma, tp apakah pernyataan yg katanya konon tersebut tetap berlaku ato kita abaikan saja ? mohon pencerahan nya...

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: sila ke 3
« Reply #18 on: 16 July 2011, 09:59:57 PM »
lucunya pernyataan spt ini dapat membikin malu komunitas yang disebutkan oleh TS di atas

pernyataan yg bagaimana yg tidak mebuat malu komunitas yg disebutkan oleh TS ? apakah maturbasi/onani (perumah tangga) merupakan karma buruk nan berat ?

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #19 on: 16 July 2011, 10:00:13 PM »
benar sekali, sila memang menganjurkan demikian, tapi bukan menganjurkan agar tidak membuat lukisan atau tidak menciptakan lagu, jadi apakah membuat lukisan dan membuat lagu termasuk?
Saya jawab lagi; termasuk. Tidak semua pelukis/ pemusik bemoral. Bahkan pelukis/ pemusik yang bermoral masih bisa melakukan kesalahan.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #20 on: 16 July 2011, 10:07:40 PM »
bagaimana dengan ada nya pernyataan yg konon bahwa dhamma bs berjalan beriringan dengan hukum yg berlaku di tempat dimana kita berada... sy rasa byk hukum daerah, hukum negara yg tidak disusun berdasarkan dhamma, tp apakah pernyataan yg katanya konon tersebut tetap berlaku ato kita abaikan saja ? mohon pencerahan nya...

bagaimana jika kita hidup di negara arab? apakah hukum pancung bisa dianggap beriringan dengan Dhamma?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #21 on: 16 July 2011, 10:09:44 PM »
Saya jawab lagi; termasuk. Tidak semua pelukis/ pemusik bemoral. Bahkan pelukis/ pemusik yang bermoral masih bisa melakukan kesalahan.


bahkan seorang pemusik pun bisa mencapai Arahat, tapi ini di luar topik diskusi. pertanyaannya adalah apakah membuat lukisan/menciptakan lagu adalah pelanggaran, sebagaimana halnya dengan sila menyanyi/menari?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: sila ke 3
« Reply #22 on: 16 July 2011, 10:15:52 PM »
bagaimana jika kita hidup di negara arab? apakah hukum pancung bisa dianggap beriringan dengan Dhamma?

hukum pancung di arab merupakan tindakan adhamma, tp konon tetap sebagai warganegara yg tinggal di negara tersebut, tetap tunduk pd hukum negara yg berlaku, hanya saja tempat tersebut bukan merupakan "tempat tinggal yg sesuai" untuk belajar dhamma.

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #23 on: 16 July 2011, 10:18:32 PM »
Bahkan seorang pelacur pun bisa mencapai Arahat. Begitu juga pemungut kotoran sampah. Seorang pembunuh paling kejam pun bisa.

Ketika seorang menciptakan lagu dengan ucapan/ lirik kasar, menghina, memfitnah, penuh kebohongan? Tidakkah itu berarti tidak melatih sila ke-4?
Ketika seseorang meniru lukisan (plagiat, ini kejahatan/ pencurian dalam hal intelek, budaya), membuat lukisan yang bertujuan menipu/ menfitnah, tidakkah juga tidak melatih sila ke-2 dan ke-4?
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline tuwino gunawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 272
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #24 on: 16 July 2011, 10:18:57 PM »
apakah pelacur melanggar sila ke 3.

MN. 41.8 ".........He is given over to misconduct in sexual desires: he has intercourse with such (women) as are protected by the mother, father, (mother and father), brother, sister, relatives, as have a husband, as entail a penalty, and also with those that are garlanded in token of betrothal......."

jika si-pelacur dalam melacurkan dirinya bertanya kepada pelanggannya : "apakah  anda berada dibawah lindungan orang tua, saudara, kerabat, suami/istri, sudah bertunangan," dan dijawab pelanggannya : "saya tidak berada dibawah lindungan  orang tua, saudara, kerabat, suami/istri, sudah bertunangan," maka menurut saya pribadi, si-pelacur tidak melakukan pelanggaran sila ke-3  :-[


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #25 on: 16 July 2011, 10:25:12 PM »
Bahkan seorang pelacur pun bisa mencapai Arahat. Begitu juga pemungut kotoran sampah. Seorang pembunuh paling kejam pun bisa.

Ketika seorang menciptakan lagu dengan ucapan/ lirik kasar, menghina, memfitnah, penuh kebohongan? Tidakkah itu berarti tidak melatih sila ke-4?
Ketika seseorang meniru lukisan (plagiat, ini kejahatan/ pencurian dalam hal intelek, budaya), membuat lukisan yang bertujuan menipu/ menfitnah, tidakkah juga tidak melatih sila ke-2 dan ke-4?


bukan perbuatan plagiat/pencuriannya yg saya maksudkan? bagaimana dengan pelukis yg tidak melakukan perbuatan plagiat/pencurian tersebut dan tidak melukis dgn tujuan menipu?

ini sama seperti pertanyaan: apakah pembuat pisau melakukan pembunuhan?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #26 on: 16 July 2011, 10:27:43 PM »
hukum pancung di arab merupakan tindakan adhamma, tp konon tetap sebagai warganegara yg tinggal di negara tersebut, tetap tunduk pd hukum negara yg berlaku, hanya saja tempat tersebut bukan merupakan "tempat tinggal yg sesuai" untuk belajar dhamma.


tetapi apakah pernyataan bahwa "dhamma bs berjalan beriringan dengan hukum yg berlaku di tempat dimana kita berada..." bisa dibenarkan?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #27 on: 16 July 2011, 10:29:27 PM »
jika si-pelacur dalam melacurkan dirinya bertanya kepada pelanggannya : "apakah  anda berada dibawah lindungan orang tua, saudara, kerabat, suami/istri, sudah bertunangan," dan dijawab pelanggannya : "saya tidak berada dibawah lindungan  orang tua, saudara, kerabat, suami/istri, sudah bertunangan," maka menurut saya pribadi, si-pelacur tidak melakukan pelanggaran sila ke-3  :-[



kalau begitu, jika pelanggan lokalisasi diharuskan mengisi formulir yg berisi daftar pernyataan2 di atas, maka bisnis pelacuran menjadi sah menurut agama Buddha, begitukah?

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #28 on: 16 July 2011, 10:47:34 PM »
apakah ini termasuk pekerjaan seperti pelukis, penyanyi, dll?

bukan perbuatan plagiat/pencuriannya yg saya maksudkan? bagaimana dengan pelukis yg tidak melakukan perbuatan plagiat/pencurian tersebut dan tidak melukis dgn tujuan menipu?

ini sama seperti pertanyaan: apakah pembuat pisau melakukan pembunuhan?
Oh.. Begitu. Pekerjaan tidak masalah. Termasuk pelukis dan penyanyi :D
Kan juga sudah saya jelaskan di awal juga. Hanya menggunakan contoh pelacur saja biar sesuai topik.
Sebagai pekerjaan (sebagian) profesi tidak melanggar sila. Tetapi (sebagian), sebagai profesi sudah melanggar sila.
« Last Edit: 16 July 2011, 10:53:12 PM by Huiono »
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #29 on: 16 July 2011, 10:52:35 PM »
kalau begitu, jika pelanggan lokalisasi diharuskan mengisi formulir yg berisi daftar pernyataan2 di atas, maka bisnis pelacuran menjadi sah menurut agama Buddha, begitukah?
Persoalannya bukan bisnis menjadi sah atau tidak. Tetap apakah melanggar sila ke-3 atau tidak.
Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #30 on: 16 July 2011, 11:00:55 PM »
Persoalannya bukan bisnis menjadi sah atau tidak. Tetap apakah melanggar sila ke-3 atau tidak.
Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?

walaupun tidak pernah menyarankan suatu profesi tapi sebaliknya ada menjelaskan profesi yg sebaiknya dihindari.

argumen dari bro tuwino sudah mengantisipasi pelanggaran sila 3 ini, dengan pertanyaan yg diajukan oleh si pelacur, jadi dimanakah letak pelanggarannya?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #31 on: 16 July 2011, 11:03:03 PM »
lucunya pernyataan spt ini dapat membikin malu komunitas yang disebutkan oleh TS di atas

bukan hanya itu bro,menyebutkan pelacur saja dianggap tidak kreatif bahkan langsung di beri komentar sinis dan dikatakan tidak bermutu , kenapa sutta yang membahas hal seperti ini tidak dihapuskan saja jika membuat umat buddhisme malu  :-?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #32 on: 16 July 2011, 11:08:25 PM »
perbuatan asusila, berarti kan melanggar sila ke-3 bro... mang ada asusila yg tidak melanggar sila ke-3 ? masalah ada bhikkhu yg mengatakan melanggar ato tidak, dato' tidak ambil pusing, tp secara pribadi, dato' lebih berpendapat bahwa pelacuran merupakan suatu perbuatan adhamma dan melanggar sila ke-3 serta bukan pekerjaan yg benar, jika memang pelacuran bukan merupakan suatu hal buruk, tentu nya buddha akan menganjurkan untuk melakukan pekerjaan demikian...

emang byk pro dan kontra, salah satu nya pernah dibahas oleh bro Wira yg mengulas dr sisi cerita buddhist. tp bagi dato' pribadi, kita liat aja moral n etika yg berlaku di masyrakat kita di negara ini, bahwa pelacuran merupakan suatu tindakan asusila/yg melanggar sila ke-3 dan merupakan pekerjaan yg tidak dibenarkan, begitu pula hukum yg belaku (perda-perda) yg tidak membenarkan adanya pelacuran...

lantas faktor2 mana saja yang mempengaruhi jika pelacur dianggap melanggar sila ke 3?

jika menurut pendapat saya hal tersebut tidak melanggar , namun menimbulkan kemerosotan dalam dhamma bagi kita yang berumat buddhis
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #33 on: 16 July 2011, 11:11:18 PM »
AH, gitu aja kok bingung. jelas-jelas pelacur itu tidak melanggar sila ke-3.

soal mudah begini kok dibikin susah.

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #34 on: 16 July 2011, 11:15:10 PM »
walaupun tidak pernah menyarankan suatu profesi tapi sebaliknya ada menjelaskan profesi yg sebaiknya dihindari.

argumen dari bro tuwino sudah mengantisipasi pelanggaran sila 3 ini, dengan pertanyaan yg diajukan oleh si pelacur, jadi dimanakah letak pelanggarannya?
Ya. Tentu tidak ada pelanggaran sila ke-3 jika kondisi yang mendukung pelanggaran tidak ada.
Mengenai bisnis, di beberapa negara pelacuran adalah suatu bisnis legal. Jadi, masalah penerimaan terhadap profesi tertentu lebih ditentukan oleh kesepakatan umum.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #35 on: 16 July 2011, 11:35:10 PM »
AH, gitu aja kok bingung. jelas-jelas pelacur itu tidak melanggar sila ke-3.

soal mudah begini kok dibikin susah.

dari mana anda mengatakan tidak melanggar sila, tolong berikan referensi , faktor yang mempengaruhi yang dapat di pertanggung jawabkan, dan hal ini bagi saya bukan hal mudah yang di bikin susah , jika memang anda mampu jelaskan!
« Last Edit: 16 July 2011, 11:51:07 PM by wang ai lie »
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: sila ke 3
« Reply #36 on: 17 July 2011, 04:01:31 AM »
AH, gitu aja kok bingung. jelas-jelas pelacur itu tidak melanggar sila ke-3.

soal mudah begini kok dibikin susah.

Menurut gw Pelacur malah bisa masuk kategori pelanggaran sila pertama.
Dapatkah bro Satria menjawab secara logika kenapa bisa begitu ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #37 on: 17 July 2011, 05:31:07 AM »
saya ternyata telah salah, aturan bukan sila ke 3 yang saya tanyakan dan saya minta untuk di nilai oleh bro satria  :-?

 [at] mbah shaceng , lebih baik bro satria di minta mendalami Musavada veramani sikkhapadam samadiyami. ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: sila ke 3
« Reply #38 on: 17 July 2011, 06:04:04 AM »
saya ternyata telah salah, aturan bukan sila ke 3 yang saya tanyakan dan saya minta untuk di nilai oleh bro satria  :-?

 [at] mbah shaceng , lebih baik bro satria di minta mendalami Musavada veramani sikkhapadam samadiyami. ;D

jangan-jangan ada juga orang yang tidak bisa membedakan berbohong dan mengkhayal  :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #39 on: 17 July 2011, 07:27:00 AM »
Persoalannya bukan bisnis menjadi sah atau tidak. Tetap apakah melanggar sila ke-3 atau tidak.
Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?

Apakah Samana adalah profesi?

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #40 on: 17 July 2011, 09:10:08 AM »
Quote from: Huiono
Perbuatan/ pekerjaan apa pun, dengan cara memuaskan nafsu, akan mendukung kelahiran di alam rendah. Termasuk maturbasi/ onani. Dalam kasus ini pikiran, ucapan dan perbuatan dilakukan oleh diri sendiri.

Jika suatu perbuatan melibatkan makhluk lain, maka akan menghasilkan akibat bukan hanya diri sendiri tetapi makhluk yang terlibat di dalamnya. Jadi sederhananya, Pancasila mengingatkan agar tidak mempengaruhi/ melibatkan/ memaksa makhluk lain melakukan suatu perbuatan yang tercela.

Pelacur, sebagai sebuah pekerjaan tidak melanggar sila 3. Dengan syarat, dia tahu pelanggan tidak di bawah perlindungan orang tua (di bawah umur) dan atau belum berkeluarga (menikah). Melakukan hubungan intim tanpa paksaan/ ancaman.

Kalau begitu, berarti boleh jadi pelacur kalau diijinkan? Memangnya ada yang mau jadi pelacur?! Sama seperti orang tidak ingin jadi tukang becak atau tukang sampah!

Quote from: Indra
apakah ini termasuk pekerjaan seperti pelukis, penyanyi, dll?
Perhatikan baik2 quote yang anda ambil secara separuh, lalu hubungankan dengan pertanyaan anda tanyakan. Tidak ada pernyataan suatu profesi/ pekerjaan menyebabkan pelanggaran sila. Yang ada adalah perbuatan (bisa disebabkan profesi apa pun), mempunyai potensi pelanggaran sila jika sampai melibatkan/ mempengaruhi/ memaksa makhluk lain.

Apa penjelasan itu tidak cukup jelas sehingga perlu ditanyakan; apakah ini termasuk pekerjaan seperti pelukis, penyanyi, dll?
Dan jawaban saya; pelukis, penyanyi, dll juga termasuk profesi yang berpotensi melakukan pelanggaran sila.
Ini jawaban yang tepat untuk pertanyaan anda berdasarkan quote yang anda ambil secara separuh.

Dan anda seperti mengubah pertanyaan.
Quote from: Indra
bukan perbuatan plagiat/pencuriannya yg saya maksudkan? bagaimana dengan pelukis yg tidak melakukan perbuatan plagiat/pencurian tersebut dan tidak melukis dgn tujuan menipu?

ini sama seperti pertanyaan: apakah pembuat pisau melakukan pembunuhan?
Anda yang salah atau saya? Anda mengambil quote secara separuh dan memberikan pertanyaan singkat yang merujuk pada penjelasan di atas kan?
Atau berupa pertanyaan yang sama sekali baru? Jika begitu buat apa anda pakai quote (dan separuh lagi)?
Untuk pertanyaan ini, baca contoh pada pelacur sebagai pekerjaan. Apakah pelacur sebagai pekerjaan saya bilang melanggar sila ke-3? Kenapa saya hanya pakai contoh pelacur dengan hubungannya tehadap pelanggaran sila ke-3? Karena memang topiknya ini. Bukan pelukis, penyanyi, dll.

   
Quote from: Huiono
Persoalannya bukan bisnis menjadi sah atau tidak. Tetapi apakah melanggar sila ke-3 atau tidak.
    Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?

Quote from: Indra
Apakah Samana adalah profesi?
Apakah kalimat itu menyatakan samana sebagai profesi? Sayangnya itu adalah kalimat ambigu. Bisa iya, bisa tidak. Dan jika menurut anda bukan, tolong sarankan pada pembuat KTP untuk menghilangkan informasi pekerjaan pada KTP para bhikkhu. Biasanya ditulis; Pekerjaan: Rohaniawan.
Apakah rohaniawan itu sudah pasti bhikkhu? Apakah bhikkhu itu pasti samana? Atau apa? Atau apa? Bukan itu kan yang penting?
« Last Edit: 17 July 2011, 09:11:47 AM by Huiono »
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #41 on: 17 July 2011, 09:19:24 AM »

Perhatikan baik2 quote yang anda ambil secara separuh, lalu hubungankan dengan pertanyaan anda tanyakan. Tidak ada pernyataan suatu profesi/ pekerjaan menyebabkan pelanggaran sila. Yang ada adalah perbuatan (bisa disebabkan profesi apa pun), mempunyai potensi pelanggaran sila jika sampai melibatkan/ mempengaruhi/ memaksa makhluk lain.

Apa penjelasan itu tidak cukup jelas sehingga perlu ditanyakan; apakah ini termasuk pekerjaan seperti pelukis, penyanyi, dll?
Dan jawaban saya; pelukis, penyanyi, dll juga termasuk profesi yang berpotensi melakukan pelanggaran sila.
Ini jawaban yang tepat untuk pertanyaan anda berdasarkan quote yang anda ambil secara separuh.

Dan anda seperti mengubah pertanyaan.Anda yang salah atau saya? Anda mengambil quote secara separuh dan memberikan pertanyaan singkat yang merujuk pada penjelasan di atas kan?
Atau berupa pertanyaan yang sama sekali baru? Jika begitu buat apa anda pakai quote (dan separuh lagi)?
Untuk pertanyaan ini, baca contoh pada pelacur sebagai pekerjaan. Apakah pelacur sebagai pekerjaan saya bilang melanggar sila ke-3? Kenapa saya hanya pakai contoh pelacur dengan hubungannya tehadap pelanggaran sila ke-3? Karena memang topiknya ini. Bukan pelukis, penyanyi, dll.

   
Apakah kalimat itu menyatakan samana sebagai profesi? Sayangnya itu adalah kalimat ambigu. Bisa iya, bisa tidak. Dan jika menurut anda bukan, tolong sarankan pada pembuat KTP untuk menghilangkan informasi pekerjaan pada KTP para bhikkhu. Biasanya ditulis; Pekerjaan: Rohaniawan.
Apakah rohaniawan itu sudah pasti bhikkhu? Apakah bhikkhu itu pasti samana? Atau apa? Atau apa? Bukan itu kan yang penting?

kalau begitu apakah anda setuju bahwa bisnis berpotensi pelanggaran sila dalam profesi pelacuran sama dengan potensi pelanggaran sila pada profesi misalnya pedagang beras?

pertanyaan "apakah samana adalah suatu profesi?" saya ajukan sehubungan dengan pernyataan anda "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?" yg bermakna bahwa "Sang Buddha pernah menyarankan profesi sebagai samana."

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #42 on: 17 July 2011, 09:38:24 AM »
kalau begitu apakah anda setuju bahwa bisnis berpotensi pelanggaran sila dalam profesi pelacuran sama dengan potensi pelanggaran sila pada profesi misalnya pedagang beras?

pertanyaan "apakah samana adalah suatu profesi?" saya ajukan sehubungan dengan pernyataan anda "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?" yg bermakna bahwa "Sang Buddha pernah menyarankan profesi sebagai samana."

Saya tidak sekali pun menyatakan profesi A, B, C memiliki potensi yang sama. Ketika kondisi-kondisi yang mendukung pelanggaran hadir, barulah pelanggaran terjadi. Beberapa profesi, kondisinya yang mendukung pelanggaran selalu hadir. Tapi tidak perlu disebutkan, karena topik kita adalah sila ke-3 dan pelacuran.

Jika anda menangkap pertanyaan ambigu; "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?"
sebagai pernyataan bahwa samana adalah profesi, itu juga tidak masalah. Kan itu sudah dijelaskan sebelumnya. Bahwa tidak penting anda melihatnya sebagai profesi atau tidak.
Begini, kata 'selain' itu tidak sama dengan 'kecuali'. Meskipun penggunaannya terlihat sama. 'selain' itu berarti lain dari/ berbeda dari. Dengan kata lain, "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?" bisa berarti, "Buddha hanya menyarankan seseorang menjadi samana."
Kebebasan berpikir, menafsir dan menanggapi adalah sepenuhnya terserah pada anda. Atau kepada siapa saja.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #43 on: 17 July 2011, 09:42:54 AM »
Saya tidak sekali pun menyatakan profesi A, B, C memiliki potensi yang sama. Ketika kondisi-kondisi yang mendukung pelanggaran hadir, barulah pelanggaran terjadi. Beberapa profesi, kondisinya yang mendukung pelanggaran selalu hadir. Tapi tidak perlu disebutkan, karena topik kita adalah sila ke-3 dan pelacuran.

ya anda memang tidak menyatakan, itulah sebabnya saya menanyakan, sekedar untuk mengetahui pendapat anda.

Quote
Jika anda menangkap pertanyaan ambigu; "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?"
sebagai pernyataan bahwa samana adalah profesi, itu juga tidak masalah. Kan itu sudah dijelaskan sebelumnya. Bahwa tidak penting anda melihatnya sebagai profesi atau tidak.
Begini, kata 'selain' itu tidak sama dengan 'kecuali'. Meskipun penggunaannya terlihat sama. 'selain' itu berarti lain dari/ berbeda dari. Dengan kata lain, "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?" bisa berarti, "Buddha hanya menyarankan seseorang menjadi samana."
Kebebasan berpikir, menafsir dan menanggapi adalah sepenuhnya terserah pada anda. Atau kepada siapa saja.

bukan mengenai selain atau kecuali, ini memang agak OOT dan anda boleh tidak menjawabnya. yg saya tanyakan adalah apakah menurut anda "samana" adalah sejenis profesi? karena saat ini memang banyak orang yg mencari nafkah dengan menjadi bhikkhu.

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #44 on: 17 July 2011, 09:52:43 AM »
ya anda memang tidak menyatakan, itulah sebabnya saya menanyakan, sekedar untuk mengetahui pendapat anda.

bukan mengenai selain atau kecuali, ini memang agak OOT dan anda boleh tidak menjawabnya. yg saya tanyakan adalah apakah menurut anda "samana" adalah sejenis profesi? karena saat ini memang banyak orang yg mencari nafkah dengan menjadi bhikkhu.
Ok. Biar lebih jelas, profesi A,B,C atau X,Y,Z memiliki potensi pelanggaran yang berbeda.

Jika menurut saya, maka samana bukan profesi.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #45 on: 17 July 2011, 09:56:48 AM »
Ok. Biar lebih jelas, profesi A,B,C atau X,Y,Z memiliki potensi pelanggaran yang berbeda.

ok biar lebih jelas lagi, menurut anda profesi pelacur juga bukan pelanggaran, hanya memiliki potensi pelanggaran sama halnya dengan profesi lainnya, begitukah?

Quote
Jika menurut saya, maka samana bukan profesi.

ini membantah pernyataan anda sendiri bahwa "Sang Buddha menyarankan profesi Samana". saya setuju di sini

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #46 on: 17 July 2011, 10:32:39 AM »
ok biar lebih jelas lagi, menurut anda profesi pelacur juga bukan pelanggaran, hanya memiliki potensi pelanggaran sama halnya dengan profesi lainnya, begitukah?

ini membantah pernyataan anda sendiri bahwa "Sang Buddha menyarankan profesi Samana". saya setuju di sini
Profesi pelacur bukan pelanggaran. Pelacuran berbeda dengan pelacur. Pelacur sebagai profesi, pelacuran sebagai aktivitas. Pelacur tidak melakukan pelanggaran selama tidak ada aktivitas pelacuran yang mendukung pelanggaran sila. Profesi lain juga tidak melakukan pelanggaran selama aktivitas itu tidak terjadi. Profesi hanya sebuah label. Aktivitas adalah perbuatan/ tindakan.
Potensi juga berbeda lagi. Ada profesi dengan potensi pelanggaran tidak ada hingga selalu ada.

Karena saya tidak menyatakan samana sebagai profesi, bagaimana bisa anda berkesimpulan saya membantah pernyataan sendiri? Kata profesi itu tambahan anda sendiri. Bukan saya. Tidak pernah terlintas dalam kepala saya untuk menganggap samana sebagai profesi.
Dan anda setuju atau tidak, tidak penting juga buat saya. Karena mereka yang tidak setuju juga tidak ada masalah bagi saya.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #47 on: 17 July 2011, 11:14:44 AM »
Profesi pelacur bukan pelanggaran. Pelacuran berbeda dengan pelacur. Pelacur sebagai profesi, pelacuran sebagai aktivitas. Pelacur tidak melakukan pelanggaran selama tidak ada aktivitas pelacuran yang mendukung pelanggaran sila. Profesi lain juga tidak melakukan pelanggaran selama aktivitas itu tidak terjadi. Profesi hanya sebuah label. Aktivitas adalah perbuatan/ tindakan.
Potensi juga berbeda lagi. Ada profesi dengan potensi pelanggaran tidak ada hingga selalu ada.


pelacur yg tidak melakukan aktivitas pelacuran apakah dapat disebut sbg pelacur?

Quote
Karena saya tidak menyatakan samana sebagai profesi, bagaimana bisa anda berkesimpulan saya membantah pernyataan sendiri? Kata profesi itu tambahan anda sendiri. Bukan saya. Tidak pernah terlintas dalam kepala saya untuk menganggap samana sebagai profesi.
Dan anda setuju atau tidak, tidak penting juga buat saya. Karena mereka yang tidak setuju juga tidak ada masalah bagi saya.


kalau bisakah anda menjelaskan kalimat anda "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?"

karena sebelumnya anda hanya menjelaskan
Quote
Begini, kata 'selain' itu tidak sama dengan 'kecuali'. Meskipun penggunaannya terlihat sama. 'selain' itu berarti lain dari/ berbeda dari. Dengan kata lain, "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?" bisa berarti, "Buddha hanya menyarankan seseorang menjadi samana."

"Buddha hanya menyarankan seseorang menjadi samana," yg mana kalimat ini adalah  bagian dari kalimat majemuk sebelumnya yg sedang membicarakan profesi, jadi masuk akal jika saya mengasumsikan bahwa anda menyiratkan samana sebagai profesi.

tambahan lagi, mungkin saya ingin memiinta referensi tentang pernyataan bahwa Buddha hanya menyarankan seseorang menjadi samana.

NB: saya mulai suka berdiskusi dengan anda
« Last Edit: 17 July 2011, 11:25:45 AM by Indra »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: sila ke 3
« Reply #48 on: 17 July 2011, 11:19:14 AM »
muter2 terus nih

sebaiknya disepakati dulu, pelanggaran apa dan bagaimana pelanggaran itu terjadi

seorang pelacur, biku dll semua juga bisa melanggar.

menjadi pelacur apakah melanggar sila ke3?

Menjadi Pelukis melanggar sila yang mana

jadi nya ke profesi.

mending larinya ke mata pecaharian benar, jangan ke sila.

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #49 on: 17 July 2011, 11:21:57 AM »
Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Ada yang bisa bantu Sutta lengkap yang berisi kalimat di atas?
yaa... gitu deh

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #50 on: 17 July 2011, 11:22:04 AM »
dari mana anda mengatakan tidak melanggar sila, tolong berikan referensi , faktor yang mempengaruhi yang dapat di pertanggung jawabkan, dan hal ini bagi saya bukan hal mudah yang di bikin susah , jika memang anda mampu jelaskan!

Pancasila :
1. ketuhan yang maha esa
2. kemanusiaan yang adil dn beradab
3. persatuan Indenesia.

trus, apa hubungannya pelacur dengan "persatuan Indonesia" ?  ;D  ^:)^

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #51 on: 17 July 2011, 11:28:55 AM »
Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Ada yang bisa bantu Sutta lengkap yang berisi kalimat di atas?

kalau melihat ini , bagaimana dengan murid sang buddha  kalau tidak salah uttara, yang menyewakan pelacur untuk suaminya , apakah dia juga terlahir di alam neraka? , di alam binatang dan setan?


« Last Edit: 17 July 2011, 11:36:19 AM by wang ai lie »
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #52 on: 17 July 2011, 11:31:38 AM »
muter2 terus nih

sebaiknya disepakati dulu, pelanggaran apa dan bagaimana pelanggaran itu terjadi

seorang pelacur, biku dll semua juga bisa melanggar.

menjadi pelacur apakah melanggar sila ke3?

Menjadi Pelukis melanggar sila yang mana

jadi nya ke profesi.

mending larinya ke mata pecaharian benar, jangan ke sila.

pelacur tidak melanggar sila kalau menurut saya , selama tidak di pengaruhi faktor dan obyek yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran sila ke 3 , tetapi pelacur bukanlah suatu profesi yang di anjurkan karena bisa membuat kemerosotan mental dan spritual , dan dengan mengatakan tidak melanggar bukannya mendukung adanya prostitusi ataupun melegalkan , mohon di koreksi jika salah ;D



Quote
SILA KETIGA PANCASILA BUDDHIS

Kamesumicchacara veramani sikkhapadam samadiyami. Kata “Kamesumicchacara” dalam bahasa Pali berasal dari tiga suku kata : Kama, miccha, dan cara.

“Kamesu” dalam bahasa Pali merupakan bentuk jamak dari kata “kama” yang berarti kesenangan indriya, atau nafsu-seksualitas. Hasrat indriya ini berlandaskan kelima indriya ( penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa ) dan satu indra pikiran.

“Miccha” artinya adalah : Salah , ini merupakan lawan dari kata “Samma” yang artinya : Benar.

“Cara” artinya adalah pelaksanaan atau tingkah-laku.

Sehingga, kamesumicchacara diartikan sebagai “perbuatan/perilaku sex yang tidak benar”.

Empat ( 4 ) keadaan diperlukan untuk terjadinya kejahatan pelanggaran susila :

   1. Pikiran untuk menikmati,
   2. Usaha ke arah itu,
   3. Cara untuk memuaskan,
   4. Pemuasan.

Buah karma buruk dari pelanggaran susila  yang tak dapat dielakkan yaitu :

   1. Mempunyai banyak musuh,
   2. Mendapat suami atau istri yang tidak diinginkan,
   3. Lahir sebagai perempuan; orang kasim ; banci atau /  waria.

Objek yang merupakan pelanggaran Sila III Pancasila Buddhist bagi seorang laki-laki adalah :

1. Wanita yang telah menikah atau akan menikah

Yang dimaksudkan adalah semua wanita yang telah menikah dan atau akan menikah dengan orang lain tanpa memandang latar belakang status sosial dan motivasi pernikahannya.

   1. Wanita yang sudah bertunangan
   2. Wanita yang sudah dibeli atau digadaikan oleh orang-tuanya
   3. Wanita yang tinggal dengan lelaki yang dicintainya
   4. Wanita yang sudah menikah menurut adat-istiadat dan tradisi agama tertentu
   5. Wanita yang dinikahi oleh laki-laki dalam jangka waktu tertentu ( misalnya dalam kasus kawin kontrak )

2. Wanita yang masih dalam Pengawasan Keluarga atau Asuhan Wali

Meliputi semua wanita yang belum menikah yang masih dalam pengawasan keluarga dan atau asuhan wali. Pelanggaran terhadap hal ini biasanya berupa kawin-lari.

3. Wanita yang dilarang untuk disetubuhi menurut adat-istiadat, aturan agama atau peraturan negara.

a. Wanita yang masih dalam satu garis keturunan ; artinya wanita yang masih dalam hubungan keluarga / kekerabatan. Contoh pelanggaran misalnya adalah seorang kakak laki-laki yang menyetubuhi adik perempuannya sendiri ; atau perkawinan inses. Hubungan sedarah telah terbukti menghasilkan keturunan yang lemah, baik secara biologis maupun mental, bahkan hingga bersifat mematikan.

b. Wanita yang dalam perlindungan Dhamma ; contohnya adalah para Upasika Atthasila ( Anagarini ), para Samaneri, dan para Bhikkhuni.

c. Wanita yang menjadi selir raja atau orang yang berkuasa ; ini menjadi terlarang karena adanya hukum kerajaan yang berlaku.

Objek yang merupakan pelanggaran Sila III Pancasila Buddhist bagi seorang perempuan adalah :

   1. Laki-laki yang telah menikah.
   2. Laki-laki yang dilarang untuk disetubuhi karena peraturan agama , misalnya : Upasaka Atthasila ( Anagarika ), Samanera, dan Bhikkhu.

Terjadinya pelanggaran Sila III Pancasila Buddhis adalah ketika :

   1. Seorang wanita/alki-laki yang berbuat asusila dengan laki-laki/wanita yang terlarang baginya, telah melakukan perzinahan
   2. Seorang wanita yg masih di bawah asuhan melakukan perbuatan asusila dengan laki-laki yang tidak merupakan objek terlarang baginya, tidak melanggar sila ini. Tetapi, wanita tersebut dapat dikatakan melanggar Dhamma karena menodai dirinya sendiri, dan menjatuhkan nama baiknya dalam masyarakat.

Hal-hal lain yang dikategorikan pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita hindari :

1.   Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami/istrinya)
2.   Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu birahi
3.   Menyenggol, mencolek & sejenisnya yang disertai nafsu birahi

Catatan :
Tujuan sila ketiga ini adalah untuk mencegah perceraian, dan membina keharmonisan serta kepercayaan timbale balik antara suami istri


http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=16883.0;message=270937
« Last Edit: 17 July 2011, 11:37:01 AM by wang ai lie »
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #53 on: 17 July 2011, 11:45:37 AM »
kalau melihat ini , bagaimana dengan murid sang buddha  kalau tidak salah uttara, yang menyewakan pelacur untuk suaminya , apakah dia juga terlahir di alam neraka? , di alam binatang dan setan?


Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

yaa... gitu deh

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #54 on: 17 July 2011, 11:54:53 AM »
Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Ada yang bisa bantu Sutta lengkap yang berisi kalimat di atas?

bisa bantu berikan contohnya bro, soalnya saya tidak melihat di musuhi lingkungannya? apa saya terlewat dalam membacanya?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #55 on: 17 July 2011, 12:03:18 PM »
pelacur yg tidak melakukan aktivitas pelacuran apakah dapat disebut sbg pelacur?

kalau bisakah anda menjelaskan kalimat anda "Apakah Buddha pernah menyarankan profesi apa pun selain samana?"

karena sebelumnya anda hanya menjelaskan
"Buddha hanya menyarankan seseorang menjadi samana," yg mana kalimat ini adalah  bagian dari kalimat majemuk sebelumnya yg sedang membicarakan profesi, jadi masuk akal jika saya mengasumsikan bahwa anda menyiratkan samana sebagai profesi.

tambahan lagi, mungkin saya ingin memiinta referensi tentang pernyataan bahwa Buddha hanya menyarankan seseorang menjadi samana.

NB: saya mulai suka berdiskusi dengan anda

Pelacur yang yang sedang tidak melakukan ativitas pelacuran, profesinya tetap pelacur. Sebab, menurut saya, tidak setiap hari pelacur melacurkan diri. Barangkali mereka ada istrahat juga. Dan banyak alasan. Setelah itu mereka kembali melacurkan diri lagi. Sama seperti profesi A, B atau x. Ada waktunya orang rehat. Pada waktu rehat kan aktivitas tidak terjadi. Itulah yang membuat pelanggaran tidak terjadi karena tidak ada aktivitas.

Ya, betul. Itu kalimat majemuk dan bernada ambigu. Dan kemampuan orang memahami suatu teks berbeda-beda. Pembaca bisa saja keliru menangkap maksud penulis. Dan penulis juga tidak selalu benar. Tapi, jika hanya satu pembaca saja yang berpendapat, maka tidak bisa dikatakan penulis membuat kesalahan dalam menulis. Apabila dari 10 pembaca semua pembaca mengatakan kalimat itu memiliki makna seperti pembaca 1, maka sudah pasti penulis yang salah. Tetapi jika ada 2 atau 3 pembaca yang mengerti maksud penulis, maka besar kemungkinan pembaca lainnya yang salah menangkap makna.

Terus terang saya bukan seorang penghapal referensi yang baik. Sesuatu yang menurut saya baik dan bermanfaat, hanya saya ingat intinya. Yang saya ingat kira-kira begini, "... jalanilah/ tempuhlah kehidupan tanpa rumah. Berlatihlah dengan tekun...."
Saya harap tidak ada yang bertanya apa maksudnya kehidupan tanpa rumah.

Profesi/ pekerjaan dalam hal ini adalah kegiatan/ usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup, mengumpulkan kekayaan dsb.
Istilah lainnya mata pencaharian. Samana tidak memiliki mata pencaharian (tidak bekerja/berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, mengumpulkan kekayaan dsb). Itulah sebabnya, menurut saya samana bukan profesi. Tapi jika ada yang berpendapat berbeda, tidak masalah juga.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #56 on: 17 July 2011, 12:14:42 PM »
Pelacur yang yang sedang tidak melakukan ativitas pelacuran, profesinya tetap pelacur. Sebab, menurut saya, tidak setiap hari pelacur melacurkan diri. Barangkali mereka ada istrahat juga. Dan banyak alasan. Setelah itu mereka kembali melacurkan diri lagi. Sama seperti profesi A, B atau x. Ada waktunya orang rehat. Pada waktu rehat kan aktivitas tidak terjadi. Itulah yang membuat pelanggaran tidak terjadi karena tidak ada aktivitas.


bagaimana menurut anda jika kasusnya sebaga berikut: seorang pembunuh melakukan pembunuhan, setelah membunuh orang itu tertidur, apakah menurut anda pembunuh itu melakukan pelanggaran atau tidak?

Quote
Ya, betul. Itu kalimat majemuk dan bernada ambigu. Dan kemampuan orang memahami suatu teks berbeda-beda. Pembaca bisa saja keliru menangkap maksud penulis. Dan penulis juga tidak selalu benar. Tapi, jika hanya satu pembaca saja yang berpendapat, maka tidak bisa dikatakan penulis membuat kesalahan dalam menulis. Apabila dari 10 pembaca semua pembaca mengatakan kalimat itu memiliki makna seperti pembaca 1, maka sudah pasti penulis yang salah. Tetapi jika ada 2 atau 3 pembaca yang mengerti maksud penulis, maka besar kemungkinan pembaca lainnya yang salah menangkap makna.

baiklah, saya terima fakta bahwa saya tidak mampu memahami teks anda. dan saya tidak tertarik untuk membuka polling untuk mengumpulkan 10 pembaca, mengingat tidak ada member lain yg tertarik pada diskusi kita.

Quote
Terus terang saya bukan seorang penghapal referensi yang baik. Sesuatu yang menurut saya baik dan bermanfaat, hanya saya ingat intinya. Yang saya ingat kira-kira begini, "... jalanilah/ tempuhlah kehidupan tanpa rumah. Berlatihlah dengan tekun...."
Saya harap tidak ada yang bertanya apa maksudnya kehidupan tanpa rumah.

Profesi/ pekerjaan dalam hal ini adalah kegiatan/ usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup, mengumpulkan kekayaan dsb.
Istilah lainnya mata pencaharian. Samana tidak memiliki mata pencaharian (tidak bekerja/berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, mengumpulkan kekayaan dsb). Itulah sebabnya, menurut saya samana bukan profesi. Tapi jika ada yang berpendapat berbeda, tidak masalah juga.


sayang sekali anda tidak bisa memberikan referensinya, karena kita harus melihat situasi dan lawan bicara pada saat Sang Buddha mengajarkan hal itu.

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #57 on: 17 July 2011, 12:34:09 PM »
bagaimana menurut anda jika kasusnya sebaga berikut: seorang pembunuh melakukan pembunuhan, setelah membunuh orang itu tertidur, apakah menurut anda pembunuh itu melakukan pelanggaran atau tidak?

Mungkin maksudnya: seorang pembunuh melakukan pembunuhan. Setelah membunuh, orang itu tertidur. Apakah menurut anda pembunuh itu melakukan pelanggaran atau tidak?

Apakab benar maksudnya seperti itu?
Jika iya, tentu saja (setelah) membunuh adalah pelanggaran sila ke-1. Dia tertidur setelah perbuatan membunuh. Bukan sebelum membunuh.

Btw, pembahasan jadi keluar dari topik pelacur, pelacuran dan sila-3.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: sila ke 3
« Reply #58 on: 17 July 2011, 12:36:33 PM »
btw bukannya topik ini sudah pernah di bahas?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #59 on: 17 July 2011, 12:41:49 PM »
btw bukannya topik ini sudah pernah di bahas?
Rasanya memang pernah.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #60 on: 17 July 2011, 12:48:06 PM »
Mungkin maksudnya: seorang pembunuh melakukan pembunuhan. Setelah membunuh, orang itu tertidur. Apakah menurut anda pembunuh itu melakukan pelanggaran atau tidak?

Apakab benar maksudnya seperti itu?
Jika iya, tentu saja (setelah) membunuh adalah pelanggaran sila ke-1. Dia tertidur setelah perbuatan membunuh. Bukan sebelum membunuh.

Btw, pembahasan jadi keluar dari topik pelacur, pelacuran dan sila-3.

benar itu yg saya maksudkan, sengaja saya bawa OOT sedikit untuk memberikan analogi lain yg nantinya akan saya kembalikan ke topik semula.

jika pembunuh itu melakukan pelanggaran karena tertidur setelah membunuh, bagaimana dengan pelacur yg berisitirahat setelah praktek? apakah pelacur itu melakukan pelanggaran atau tidak?

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #61 on: 17 July 2011, 12:54:57 PM »
bisa bantu berikan contohnya bro, soalnya saya tidak melihat di musuhi lingkungannya? apa saya terlewat dalam membacanya?

Kalo mau bukti konkrit:
Coba anda suruh istri anda menyewa pelacur buat anda (kalo perlu threesome), kalo bisa dipamerin biar orang2 pada tahu, trus liat reaksi keluarga dan masyarakat sekitar. Kalo banyak yang memuji atau minimal diam2 saja, berarti kalimat tersebut salah.
(jangankan menyewakan, mendengar permintaan untuk disewakan saja sudah menimbulkan permusuhan)

Saya tidak tahu soal Uttara, saya hanya merespon pertanyaan anda dengan kalimat yang saya temukan, mencari sutta yang mengandung kalimat yang saya kutip tersebut adalah usaha saya untuk mempelajari topik, karena saya tidak berhasil mendapatkan sutta lengkapnya sendiri maka saya meminta bantuan rekan2 yang mungkin bisa membantu mendapatkannya.

Apakah anda bisa bantu dengan sutta yang berisi kisah Uttara, keknya menarik tuh.


Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Ada yang bisa bantu Sutta lengkap yang berisi kalimat di atas?
yaa... gitu deh

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: sila ke 3
« Reply #62 on: 17 July 2011, 01:02:25 PM »
benar itu yg saya maksudkan, sengaja saya bawa OOT sedikit untuk memberikan analogi lain yg nantinya akan saya kembalikan ke topik semula.

jika pembunuh itu melakukan pelanggaran karena tertidur setelah membunuh, bagaimana dengan pelacur yg berisitirahat setelah praktek? apakah pelacur itu melakukan pelanggaran atau tidak?
Pelanggaran atau tidak, kondisi pendukungnya sudah di jelaskan Tuwino. Apabila si pelacur tahu: pelanggan berada di bawah perlindungan orang tua atau sudah menikah/ bertunangan. Maka pelacur itu telah melakukan pelanggaran. Tetapi jika kondisi pendukung itu tidak ada. Maka pelacur itu tidak melakukan pelanggaran. Begitu juga jika pelacur itu dibohongi oleh pelanggan bahwa pelanggan sudah mandiri, masih lajang, padahal kenyataannya tidak, maka pelacur itu tidak melakukan pelanggaran.

Benar kata Ryu. Diskusi ini hanya putar-putar di tempat. Jika anda hanya main-main, sebaiknya tidak usah dilanjutkan. Tetapi jika tujuan anda untuk mencari perspekstif lain, diskusi ini ada baiknya. Meski tidak sepenuhnya berguna.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #63 on: 17 July 2011, 01:15:20 PM »
Kalo mau bukti konkrit:
Coba anda suruh istri anda menyewa pelacur buat anda (kalo perlu threesome), kalo bisa dipamerin biar orang2 pada tahu, trus liat reaksi keluarga dan masyarakat sekitar. Kalo banyak yang memuji atau minimal diam2 saja, berarti kalimat tersebut salah.
(jangankan menyewakan, mendengar permintaan untuk disewakan saja sudah menimbulkan permusuhan)

Saya tidak tahu soal Uttara, saya hanya merespon pertanyaan anda dengan kalimat yang saya temukan, mencari sutta yang mengandung kalimat yang saya kutip tersebut adalah usaha saya untuk mempelajari topik, karena saya tidak berhasil mendapatkan sutta lengkapnya sendiri maka saya meminta bantuan rekan2 yang mungkin bisa membantu mendapatkannya.

Apakah anda bisa bantu dengan sutta yang berisi kisah Uttara, keknya menarik tuh.

 saya hanya melihat pada sutta itu bro, disitu tidak ada di jelaskan , coba bro lihat yang ini,
Quote
Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih
dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.
Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati,
dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran.

Kisah Uttara Seorang Umat Awam

Uttara adalah putri dari Punna, seorang buruh tani yang bekerja pada pria kaya bernama Sumana di Rajagaha. Suatu hari, Punna dan istrinya berdana makanan kepada Sariputta Thera di saat beliau baru saja mencapai keadaan pencerapan mental yang dalam (nirodha sampatti).
Sebagai akibat dari perbuatan baik itu, mereka mendadak menjadi kaya.
Punna menemukan emas di tanah yang ia bajak, dan secara resmi raja menyatakan Punna sebagai seorang bankir yang besar.

Pada suatu kesempatan, Punna sekeluarga berdana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh, setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka sekeluarga mencapai
tingkat kesucian sotapatti.

Kemudian Uttara, putri Punna menikah dengan anak Sumana. Keluarga Sumana bukan keluarga Buddhis, sehingga Uttara tidak merasa bahagia di rumah suaminya. Iapun bercerita kepada ayahnya, Punna, "Ayah, mengapa
ayah mengurung saya di kandang ini ? Di sini saya tidak melihat para bhikkhu dan saya tidak memiliki kesempatan berdana kepada para bhikkhu."

Punna menjadi menyesal dan ia segera memberi uang sebesar 15.000 kepada Uttara. Setelah mendapat ijin dari suaminya, Uttara menggunakan uangnya untuk menyewa seorang wanita untuk menggantikan dirinya memenuhi kebutuhan suaminya. Akhirnya ditetapkan bahwa Sirima, seorang pelacur yang sangat cantik dan terkenal, menggantikannya sebagai seorang istri selama 15 hari.

Selama waktu itu, Uttara memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu. Pada hari ke lima belas, saat ia sibuk menyiapkan makanan di dapur, suaminya melihat dari balik jendela kamar dan tersenyum seraya bergumam pada dirinya sendiri, "Betapa bodohnya ia.
Dia tak tahu cara bersenang-senang. Dia selalu menyibukkan diri dengan upacara pemberian dana."

Sirima melihat suami Uttara tersenyum pada Uttara, ia menjadi sangat cemburu pada Uttara, ia lupa bahwa dirinya hanya sebagai istri pengganti yang dibayar. Menjadi tak terkendali, segera Sirima pergi ke dapur dan mengambil sesendok besar mentega panas dengan maksud mengguyurkannya di kepala Uttara. Uttara melihatnya datang, namun ia tidak memiliki maksud buruk pada Sirima. Ia menyadari, berkat Sirimalah ia dapat mendengarkan Dhamma, berdana makanan, dan berbuat kebaikan lainnya, sehingga ia merasa berterima kasih pada Sirima.

Tiba-tiba ia menyadari bahwa Sirima datang mendekat dan hendak menuangkan mentega panas ke arahnya, iapun berseru, "Bila aku memiliki maksud buruk terhadap Sirima, biarlah mentega panas ini melukaiku, tapi bila aku tidak memiliki maksud buruk padanya, mentega panas ini tak akan melukaiku."

Karena Uttara tidak memiliki maksud buruk terhadap Sirima, mentega panas yang dituang di kepalanya hanya terasa bagai air dingin. Sirima berpikir pasti mentega itu telah menjadi dingin saat dituangkan, maka ia bermaksud mengambil mentega panas yang lain. Saat hendak menuangkan mentega panas tersebut, pelayan-pelayan Uttara menyerang dan memukulnya keras-keras. Uttara menghentikan para pelayannya dan menyuruh mereka mengobati luka Sirima dengan balsam.

Akhirnya Sirima teringat akan kedudukannya yang sebenarnya, dan ia menyesal bahwa ia telah melakukan kesalahan terhadap Uttara, dan meminta Uttara mengampuninya. Uttarapun menjawab, "Aku memiliki seorang ayah. Aku harus bertanya kepadanya apakah aku harus menerima permintaan maafmu." Sirima berkata bahwa ia siap pergi memohon pengampunan pada Punna, ayah Uttara.

Uttara menjelaskan padanya, "Sirima, saat aku mengatakan 'ayahku', maksud saya bukan ayahku yang sebenarnya, yang membawaku pada rantai kelahiran kembali ini. Yang kumaksud 'ayahku' adalah Sang Buddha, yang
telah menolongku memotong rantai kelahiran kembali, yang telah mengajariku Dhamma, kebenaran sejati."

Sirima pun memohon untuk bertemu dengan Sang Buddha. Sehingga pada hari berikutnya direncanakan Sirima akan menyerahkan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.

Setelah bersantap, Sang Buddha diberitahu perihal Sirima dan Uttara.
Kemudian Sirima mengakui bahwa ia telah berbuat kesalahan terhadap Uttara dan memohon Sang Buddha apakah ia dapat dimaafkan, karena jika tidak, Uttara tidak akan memaafkannya. Kemudian Sang Buddha bertanya
kepada Uttara bagaimana perasaannya saat Sirima menyiramkan mentega panas ke arahnya.

Uttara pun menjawab, "Bhante, karena saya telah berhutang budi pada Sirima, saya tetap tidak naik darah, tidak memiliki maksud buruk padanya. Saya selalu memancarkan cinta saya kepadanya."

Lalu Sang Buddha berkata "Bagus, bagus, Uttara! Dengan tidak memiliki maksud jahat, kau telah mengatasi mereka yang berbuat kesalahan padamu. Dengan tidak melukai, kau dapat mengatasi mereka yang melukaimu. Dengan bermurah hati kau dapat mengatasi orang kikir, dengan berbicara benar kau dapat mengatasi mereka yang berbohong."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 223 berikut :

Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih
dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.
Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati,
dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran.

Sirima dan lima ratus wanita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Source :

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=526
http://www.dhammapada.ws/
« Last Edit: 17 July 2011, 01:17:29 PM by wang ai lie »
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #64 on: 17 July 2011, 01:24:29 PM »
Kalo mau bukti konkrit:
Coba anda suruh istri anda menyewa pelacur buat anda (kalo perlu threesome), kalo bisa dipamerin biar orang2 pada tahu, trus liat reaksi keluarga dan masyarakat sekitar. Kalo banyak yang memuji atau minimal diam2 saja, berarti kalimat tersebut salah.
(jangankan menyewakan, mendengar permintaan untuk disewakan saja sudah menimbulkan permusuhan)

Saya tidak tahu soal Uttara, saya hanya merespon pertanyaan anda dengan kalimat yang saya temukan, mencari sutta yang mengandung kalimat yang saya kutip tersebut adalah usaha saya untuk mempelajari topik, karena saya tidak berhasil mendapatkan sutta lengkapnya sendiri maka saya meminta bantuan rekan2 yang mungkin bisa membantu mendapatkannya.

Apakah anda bisa bantu dengan sutta yang berisi kisah Uttara, keknya menarik tuh.
Quote
Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan
muncul nya kisah uttarapun setelah melihat bro hendrako , yang di situ tertulis ada kata menganjurkan , mengijikan, dan saya pun teringat sutta yang menceritakan soal itu. disitu tidak di jelaskan detail apa mendapat di musuhi oleh lingkungan.  oleh sebab itu saya bertanya.
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #65 on: 17 July 2011, 01:32:14 PM »
btw bukannya topik ini sudah pernah di bahas?

benar sudah sih bro, hasilnya kalau di sini tidak melanggar sila, tetapi entah pada saat di BS mengatakan tidak melanggar  malah mendapat pernyataan seperti di atas...  jadi saya tanyakan di sini , yang benar sebenarnya gimana , takutnya saya salah mengerti dan salah menafsirkan. di bs ada bhikku mengatakan tidak melanggar tapi di delete keliatannya postingan itu ... tau dah yang bener yang mana
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #66 on: 17 July 2011, 01:36:21 PM »
Ardi Cohara  [at] WAL: sy hrp anda buat wallpost baru yg khusus menanyakan perihal hal ini kpd para bhikkhu lainnya, selain samanera santacitto jk pendapat samanera santacitto masih blm dapat anda terima..Nmn sy harap anda tdk melegalkan praktek pelacuran dg pandangan/opini anda ini.. Ini menurut saya akan berdampak berbahaya bagi masa depan bangsa dan negara, dan generasi umat buddha pd khususnya..'Kita' juga akan mendapat 'malu'..
------------------------------​------------------------------​------------------------------​----------
untuk melanjutkan permintaan diatas , saya ingin bertanya kepada siapapun yang mengerti , memahami, mengetahui,mengenai sila3 yang berkaitan dengan "pelacur" .apakah pelacur melanggar sila ke 3. karena sebagian orang mengatakan melanggar dan sebagian lagi tidak, jadi yang benar yang mana. untuk para bhikku diharap berkenan memberikan petunjuknya. anumodana _/\_

selain menanyakan hal di atas , saya pun ingin bertanya kepada member DC , sebenarnya apa yang menentukan hal yang melanggar dengan sila ke 3 dan seperti pertanyaan di atas juga. lantas apakah (untuk yang saya bold) umat buddhis akan malu?


ikut nimbrung (pendapat pribadi):
- Ada kebenaran yang diakui oleh Negara
- Ada kebenaran yang diakui oleh adat isitiadat / budaya /lingkungan sekitar
- Ada kebenaran yang mengacu pada Dhamma

jadi 3 kondisi itu harus dipisahkan secara jelas.


dengan rujukan sila yang ditulis oleh Chloe Kwan di "Abhidhamma Study Group" http://www.facebook.com/groups/Abhidhammastudy?ap=1

C. Sila Ketiga : menahan diri dari pemuasan nafsu seks dengan cara yang salah


a. Ada empat faktor untuk dapat disebut berzinah

1) Ada obyek yang tidak patut digauli

2) Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi obyek tersebut

3) Berusaha menyetubuhi

4) Berhasil menyetubuhi, dalam arti berhasil memasukkan alat kemaluannya ke dalam salah satu dari tiga lubang (mulut, anus, atau liang peranakan) walau-pun hanya sedalam biji wijen



b. Obyek dari pelanggaran Sila Ketiga

1) Obyek yang menyebabkan pelanggaran Sila Ketiga oleh laki-laki

- Wanita yang telah menikah

- Wanita yang masih di bawah pengawasan atau asuhan keluarga

- Wanita yang menurut kebiasaan (adat istiadat) dilarang, yaitu :

    * Mereka dilarang karena tradisi keluarga, masih dalam satu garis keturun-an yang dekat

    * Mereka dilarang karena tradisi (peraturan) agama. Dalam tradisi Therava-da disebutkan : Upasika Atthasila, bhikkhuni di jaman dulu

    * Mereka dilarang karena hukum negara pada jaman dulu, misalnya selir raja

2) Obyek yang menyebabkan pelanggaran Sila Ketiga oleh wanita

- Laki-laki yang telah menikah

- Laki-laki yang berada di bawah peraturan agama, misalnya bhikkhu, sama-nera



c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Ketiga yang harus juga ki-ta hindari

1) Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami/isterinya)

2) Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu berahi

3) Menyenggol, mencolek, dan sejenisnya yang disertai dengan nafsu berahi



d. Akibat dari melanggar Sila Ketiga

1) Mempunyai banyak musuh

2) Dibenci banyak orang

3) Sering diancam dan dicelaka
i
4) Terlahirkan sebagai banci/waria atau wanita

5) Mempunyai kelainan jiwa

6) Diperkosa orang lain

7) Sering mendapat aib/malu

8) Tidur maupun bangun dalam keadaan gelisah

9) Tidak begitu disenangi oleh laki-laki maupun perempuan

10) Gagal dalam bercinta

11) Sukar mendapat jodoh

12) Tidak memperoleh kebahagiaan dalam hidup berumah-tangga

13) Terpisahkan dari orang yang dicintai


disini uraian diatas mempertentangkan point b.1 & b.2 kecuali Pria yg belum menikah. si Pria dan "Teman Kencan"-nya tidak melakukan pelanggaran Sila ke 3.



mohon koreksi-nya kalau ada yang kurang
salam,
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: sila ke 3
« Reply #67 on: 17 July 2011, 01:44:50 PM »
Ayo yg susah dapet jodo jangan2 akibat melanggar sila ke3 =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline tuwino gunawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 272
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #68 on: 17 July 2011, 02:21:49 PM »
kalau begitu, jika pelanggan lokalisasi diharuskan mengisi formulir yg berisi daftar pernyataan2 di atas, maka bisnis pelacuran menjadi sah menurut agama Buddha, begitukah?

pandangan pribadi saya : meskipun menurut dhamma pelacur tidak melanggar sila ke-3 (dengan syarat dan ketentuan yang berlaku), namun apabila melanggar hukum disuatu negara seyogyanya hukum negara dipatuhi.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #69 on: 17 July 2011, 03:57:28 PM »
muncul nya kisah uttarapun setelah melihat bro hendrako , yang di situ tertulis ada kata menganjurkan , mengijikan, dan saya pun teringat sutta yang menceritakan soal itu. disitu tidak di jelaskan detail apa mendapat di musuhi oleh lingkungan.  oleh sebab itu saya bertanya.

Pertama-tama, kisah ini berpusat pada tema penjelasan syair, bukan tentang pelacur:

Quote
Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Tapi jelas terlihat pada kisah ini bahwa sekurang-kurangnya, pelacur itu sendiri (Sirima) telah menjadi musuh Uttara.

Quote
Kisah Uttara Seorang Umat Awam

Uttara adalah putri dari Punna, seorang buruh tani yang bekerja pada pria kaya bernama Sumana di Rajagaha. Suatu hari, Punna dan istrinya berdana makanan kepada Sariputta Thera di saat beliau baru saja mencapai keadaan pencerapan mental yang dalam (nirodha sampatti).
Sebagai akibat dari perbuatan baik itu, mereka mendadak menjadi kaya.
Punna menemukan emas di tanah yang ia bajak, dan secara resmi raja menyatakan Punna sebagai seorang bankir yang besar.

Pada suatu kesempatan, Punna sekeluarga berdana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh, setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka sekeluarga mencapai
tingkat kesucian sotapatti.

Kemudian Uttara, putri Punna menikah dengan anak Sumana. Keluarga Sumana bukan keluarga Buddhis, sehingga Uttara tidak merasa bahagia di rumah suaminya. Iapun bercerita kepada ayahnya, Punna, "Ayah, mengapa
ayah mengurung saya di kandang ini ? Di sini saya tidak melihat para bhikkhu dan saya tidak memiliki kesempatan berdana kepada para bhikkhu."

Punna menjadi menyesal dan ia segera memberi uang sebesar 15.000 kepada Uttara. Setelah mendapat ijin dari suaminya, Uttara menggunakan uangnya untuk menyewa seorang wanita untuk menggantikan dirinya memenuhi kebutuhan suaminya. Akhirnya ditetapkan bahwa Sirima, seorang pelacur yang sangat cantik dan terkenal, menggantikannya sebagai seorang istri selama 15 hari.

Selama waktu itu, Uttara memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu. Pada hari ke lima belas, saat ia sibuk menyiapkan makanan di dapur, suaminya melihat dari balik jendela kamar dan tersenyum seraya bergumam pada dirinya sendiri, "Betapa bodohnya ia.
Dia tak tahu cara bersenang-senang. Dia selalu menyibukkan diri dengan upacara pemberian dana."

Sirima melihat suami Uttara tersenyum pada Uttara, ia menjadi sangat cemburu pada Uttara, ia lupa bahwa dirinya hanya sebagai istri pengganti yang dibayar. Menjadi tak terkendali, segera Sirima pergi ke dapur dan mengambil sesendok besar mentega panas dengan maksud mengguyurkannya di kepala Uttara. Uttara melihatnya datang, namun ia tidak memiliki maksud buruk pada Sirima. Ia menyadari, berkat Sirimalah ia dapat mendengarkan Dhamma, berdana makanan, dan berbuat kebaikan lainnya, sehingga ia merasa berterima kasih pada Sirima.

Tiba-tiba ia menyadari bahwa Sirima datang mendekat dan hendak menuangkan mentega panas ke arahnya, iapun berseru, "Bila aku memiliki maksud buruk terhadap Sirima, biarlah mentega panas ini melukaiku, tapi bila aku tidak memiliki maksud buruk padanya, mentega panas ini tak akan melukaiku."

Karena Uttara tidak memiliki maksud buruk terhadap Sirima, mentega panas yang dituang di kepalanya hanya terasa bagai air dingin. Sirima berpikir pasti mentega itu telah menjadi dingin saat dituangkan, maka ia bermaksud mengambil mentega panas yang lain. Saat hendak menuangkan mentega panas tersebut, pelayan-pelayan Uttara menyerang dan memukulnya keras-keras. Uttara menghentikan para pelayannya dan menyuruh mereka mengobati luka Sirima dengan balsam.

Akhirnya Sirima teringat akan kedudukannya yang sebenarnya, dan ia menyesal bahwa ia telah melakukan kesalahan terhadap Uttara, dan meminta Uttara mengampuninya. Uttarapun menjawab, "Aku memiliki seorang ayah. Aku harus bertanya kepadanya apakah aku harus menerima permintaan maafmu." Sirima berkata bahwa ia siap pergi memohon pengampunan pada Punna, ayah Uttara.

Uttara menjelaskan padanya, "Sirima, saat aku mengatakan 'ayahku', maksud saya bukan ayahku yang sebenarnya, yang membawaku pada rantai kelahiran kembali ini. Yang kumaksud 'ayahku' adalah Sang Buddha, yang
telah menolongku memotong rantai kelahiran kembali, yang telah mengajariku Dhamma, kebenaran sejati."

Sirima pun memohon untuk bertemu dengan Sang Buddha. Sehingga pada hari berikutnya direncanakan Sirima akan menyerahkan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.

Setelah bersantap, Sang Buddha diberitahu perihal Sirima dan Uttara.
Kemudian Sirima mengakui bahwa ia telah berbuat kesalahan terhadap Uttara dan memohon Sang Buddha apakah ia dapat dimaafkan, karena jika tidak, Uttara tidak akan memaafkannya. Kemudian Sang Buddha bertanya
kepada Uttara bagaimana perasaannya saat Sirima menyiramkan mentega panas ke arahnya.

Uttara pun menjawab, "Bhante, karena saya telah berhutang budi pada Sirima, saya tetap tidak naik darah, tidak memiliki maksud buruk padanya. Saya selalu memancarkan cinta saya kepadanya."

Lalu Sang Buddha berkata "Bagus, bagus, Uttara! Dengan tidak memiliki maksud jahat, kau telah mengatasi mereka yang berbuat kesalahan padamu. Dengan tidak melukai, kau dapat mengatasi mereka yang melukaimu. Dengan bermurah hati kau dapat mengatasi orang kikir, dengan berbicara benar kau dapat mengatasi mereka yang berbohong."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 223 berikut :

Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih
dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.
Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati,
dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran
.

Sirima dan lima ratus wanita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Source :

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=526
http://www.dhammapada.ws/
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #70 on: 17 July 2011, 04:54:20 PM »
Pelanggaran atau tidak, kondisi pendukungnya sudah di jelaskan Tuwino. Apabila si pelacur tahu: pelanggan berada di bawah perlindungan orang tua atau sudah menikah/ bertunangan. Maka pelacur itu telah melakukan pelanggaran. Tetapi jika kondisi pendukung itu tidak ada. Maka pelacur itu tidak melakukan pelanggaran. Begitu juga jika pelacur itu dibohongi oleh pelanggan bahwa pelanggan sudah mandiri, masih lajang, padahal kenyataannya tidak, maka pelacur itu tidak melakukan pelanggaran.

Benar kata Ryu. Diskusi ini hanya putar-putar di tempat. Jika anda hanya main-main, sebaiknya tidak usah dilanjutkan. Tetapi jika tujuan anda untuk mencari perspekstif lain, diskusi ini ada baiknya. Meski tidak sepenuhnya berguna.

mungkin saya yg memang sudah mulai pikun, kita memang sudah sepakat sejak kemarin ketika anda mengatakan bahwa "jikasudah diantisipasi maka bukan pelanggaran" tapi entah karena apa, anda seakan2 masih tidak puas, jadi saya hanya melayani anda. dan seingat saya blm ada aturan forum yg mengharuskan bahwa diskusi haruslah bertujuan untuk mencari perspektip atau harus berguna menurut acuan anda. jika anda merasa tidak berguna anda bebas untuk tidak merespon

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #71 on: 17 July 2011, 09:17:39 PM »
Pertama-tama, kisah ini berpusat pada tema penjelasan syair, bukan tentang pelacur:

Tapi jelas terlihat pada kisah ini bahwa sekurang-kurangnya, pelacur itu sendiri (Sirima) telah menjadi musuh Uttara.

ya memang benar bro itu penjelasan syair, hanya saja pertama lihat penjelasan itu teringat sutta yg pernah saya baca, bisa saya terima jika akibatnya langsung terjadi pada saat sirima menyiram mentega itu, hanya saja saya salah tangkap tentang lingkungannya , dalam pikiran saya lingkungan = warga sekitarnya

 back to topik : jadi menurut bro , jika saya mengatakan pelacur tidak melanggar sila selama faktor dan obyek tidak terpenuhi dan hal itu bukan berarti mendukung atau melegalkan pelacur . apakah jika saya berpendapat seperti itu salah ? karena member tersebut tetap mengatakan salah dan merembet kepada faktor "pencaharian salah" sedangkan dari segi it pun saya lihat tidak mempengaruhi. yang bener yang bijimana ya??
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline kuswanto

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 399
  • Reputasi: 16
  • kematian bisa saja menghampiriku hari ini..
Re: sila ke 3
« Reply #72 on: 18 July 2011, 11:48:54 AM »
maaf oot sedikit, jadi pengen tau terminologi pelanggaran sila itu sendiri..

jika seseorang tidak pernah bertekad untuk menjaga pancasila buddhist.. maka ketika dia melakukan kegiatan membunuh, mencuri, asusila, bohong, dan mabuk2an. apakah dia termasuk kategori melanggar? (baik dia seorang buddhist atau agama lain)

saya jadi sedikit bingung nih, soalnya bukankah kita melanggar sesuatu jika kita mengambil janji atau sumpah atau tekad untuk tidak melakukannya.
contoh ketika attasila saya bertekad ke diri sendiri untuk tidak melanggar.. 5 sila + 3 sila lainnya, nah ketika misalnya saya tidak tahan untuk nonton tv dan saya melakukan aktivitas nonton tv tsb barulah saya melanggar. namun di lain hari ketika tidak mengucapkan tekad attasila dan hanya 5 sila saja tiap harinya maka kl saya nonton bola, makan 4 kl sehari dll saya tidak melanggar apapun.

jujur saya jadi sedikit bingung ketika pembahasannya mengenai apakah seseorang tsb melanggar sila ke 3 jika menjadi pelacur dan beraktifitas seksual dll nya itu..
karena menurut saya mungkin jika pelacur tsb adalah Buddhist, bertekad menjaga pancasila (termasuk sila ke 3). kemudian dia melakukan aktifitas seksual dengan orang yg salah(beristri), maka baru termasuk melanggar dunk..

pointnya..
jika kita mengambil peraturan dan melanggarnya = pelanggaran
jika tidak ambil peraturan, lantas apa yang dilanggar..

saya bukan melihat dari benar tidaknya suatu kegiatan melacur.. tetapi hanya kata "langgar" doank hehehe   ^:)^

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #73 on: 18 July 2011, 01:07:57 PM »
Besi yang panas membara, buat orang dewasa yang tahu kalau di pegang juga bakalan melepuh.

Besi yang panas membara, buat anak kecil yang tidak tahu kalau di pegang juga bakalan melepuh.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #74 on: 18 July 2011, 01:13:36 PM »
Besi yang panas membara, buat orang dewasa yang tahu kalau di pegang juga bakalan melepuh.

Besi yang panas membara, buat anak kecil yang tidak tahu kalau di pegang juga bakalan melepuh.

translate please...  ;D

perumpamaan yang bagus bro, berkaitan dengan sila ke 3 kah?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #75 on: 18 July 2011, 02:07:01 PM »
orang yang berlatih mengambil sila atau tidak, kalau melakukan sesuatu perbuatan buruk yah tetap aja akan menerima karma buruk.

Bukan karena gak mengambil sila lantas merasa jadinya 'bebas' dari akibat karmanya.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #76 on: 18 July 2011, 02:12:42 PM »
orang yang berlatih mengambil sila atau tidak, kalau melakukan sesuatu perbuatan buruk yah tetap aja akan menerima karma buruk.

Bukan karena gak mengambil sila lantas merasa jadinya 'bebas' dari akibat karmanya.

kalau dalam konteks ini adalah yang menggunakan pelacur ya bro,dan memang walau pelacur tidak melanggar sila tetap akan menimbulkan kemerosotan spiritual baik untuk kita ataupun pribadi pelacur itu dan dengan mengatakan tidak melanggar sila ke 3 bukan berarti melegalkan hal tersebut ataupun mendukung . hal ini yang sering orang salah tangkap
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: sila ke 3
« Reply #77 on: 18 July 2011, 02:13:45 PM »
orang yang berlatih mengambil sila atau tidak, kalau melakukan sesuatu perbuatan buruk yah tetap aja akan menerima karma buruk.

Bukan karena gak mengambil sila lantas merasa jadinya 'bebas' dari akibat karmanya.
perbuatan buruknya menurut siapa?

seorang biku bermain gitar, dengan umat awam bermain gitar, ada perbedaan gak?

seorang biku menikah dengan seorang umat awam menikah ada perbedaan ga?

perbuatan buruk dan baik itu jadi relatif.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #78 on: 18 July 2011, 02:17:01 PM »
kalau dalam konteks ini adalah yang menggunakan pelacur ya bro,dan memang walau pelacur tidak melanggar sila tetap akan menimbulkan kemerosotan spiritual baik untuk kita ataupun pribadi pelacur itu dan dengan mengatakan tidak melanggar sila ke 3 bukan berarti melegalkan hal tersebut ataupun mendukung . hal ini yang sering orang salah tangkap

Saya juga pernah membahas hal ini dengan seorang bhante, menurut beliau kalau pelacur itu tidak melanggar syarat2 terjadi pelanggaran sila ke 3 yah jadinya tetap tidak melanggar sila 3, tetapi . . . . . . . . .

Walau dia tidak melanggar sila, tapi sudah pasti melanggar dhamma.  Demikianlah penjelasan yang saya dapatkan dari beliau.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #79 on: 18 July 2011, 02:19:49 PM »
perbuatan buruknya menurut siapa?

seorang biku bermain gitar, dengan umat awam bermain gitar, ada perbedaan gak?

seorang biku menikah dengan seorang umat awam menikah ada perbedaan ga?

perbuatan buruk dan baik itu jadi relatif.

Yah tahu sama tahulah mana yang buruk dan baik bro ryu.

Kalau menurut bro ryu bhikkhu bergitar itu baik yah monggo.
Kalau menurut bro ryu bhikkhu bergitar itu tidak baik yah monggo juga.

Toh perbuatan itu akibatnya baik atau buruk akan ditanggung oleh bhikkhu itu sendiri.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Sean

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #80 on: 18 July 2011, 02:22:53 PM »
Untuk apa membahas melanggar / tidak melanggar? Tapi renungkanlah bermanfaat / tidak bagi perkembangan batin?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #81 on: 18 July 2011, 02:34:35 PM »
Untuk apa membahas melanggar / tidak melanggar? Tapi renungkanlah bermanfaat / tidak bagi perkembangan batin?

sangat bermanfaat mengetahui hal ini. apa menurut anda hal ini tidak bermanfaat?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: sila ke 3
« Reply #82 on: 18 July 2011, 02:37:35 PM »
Untuk apa membahas melanggar / tidak melanggar? Tapi renungkanlah bermanfaat / tidak bagi perkembangan batin?

maaf, tapi pengalaman saya pribadi banyak orang yang menyepelekan masalah aturan dan definisi biasanya adalah orang-orang di awang-awang, yang merasa lebih tinggi.

tapi orang-orang yang berperilaku baik, pikiran dan batinnya baik biasanya dengan rendah hati gak masalah bila membahas hal ini.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: sila ke 3
« Reply #83 on: 18 July 2011, 02:53:21 PM »
Yah tahu sama tahulah mana yang buruk dan baik bro ryu.

Kalau menurut bro ryu bhikkhu bergitar itu baik yah monggo.
Kalau menurut bro ryu bhikkhu bergitar itu tidak baik yah monggo juga.

Toh perbuatan itu akibatnya baik atau buruk akan ditanggung oleh bhikkhu itu sendiri.
jadi kalau orang tidak mengambil sila bagaimana, pengaruh tidak? berbuat buruk tidak? karmanya gimana?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sean

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #84 on: 18 July 2011, 02:55:46 PM »
maaf, tapi pengalaman saya pribadi banyak orang yang menyepelekan masalah aturan dan definisi biasanya adalah orang-orang di awang-awang, yang merasa lebih tinggi.

tapi orang-orang yang berperilaku baik, pikiran dan batinnya baik biasanya dengan rendah hati gak masalah bila membahas hal ini.

Saya tidak menyepelekan tapi hanya ingin anda merenungkan membahas melanggar atau tidak sudah ada syarat2 yang mengaturnya... Jadi tentu saja bisa saja melanggar dan bisa saja tidak.... Trus kenapa seandainya melanggar atau seandainya tidak? Mengapa tidak membahas apa profesi ini dapat mendukung perkembangan batin / tidak dalam Buddhisme? Sebaiknya didukung atau dihindari? Itu lebih tepat pembahasannya menurut saya.

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: sila ke 3
« Reply #85 on: 18 July 2011, 03:17:33 PM »
jadi kalau orang tidak mengambil sila bagaimana, pengaruh tidak? berbuat buruk tidak? karmanya gimana?


Males ah bahas bhikkhu bergitar.  Di thread sebelah bahasnya berhalaman2 gak selesai2 juga.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #86 on: 18 July 2011, 03:19:14 PM »
Saya tidak menyepelekan tapi hanya ingin anda merenungkan membahas melanggar atau tidak sudah ada syarat2 yang mengaturnya... Jadi tentu saja bisa saja melanggar dan bisa saja tidak.... Trus kenapa seandainya melanggar atau seandainya tidak? Mengapa tidak membahas apa profesi ini dapat mendukung perkembangan batin / tidak dalam Buddhisme? Sebaiknya didukung atau dihindari? Itu lebih tepat pembahasannya menurut saya.

jika apa yang saya tanyakan adalah soal di dukung atau di hindari, maka saya akan menanyakan itu, tetapi hal tersebut tanpa di tanyakan anda pun bisa menilai nya sendiri. dan bagi saya adalah mengenai melanggar atau tidaknya terhadap sila ke 3
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: sila ke 3
« Reply #87 on: 18 July 2011, 03:19:37 PM »
Saya tidak menyepelekan tapi hanya ingin anda merenungkan membahas melanggar atau tidak sudah ada syarat2 yang mengaturnya... Jadi tentu saja bisa saja melanggar dan bisa saja tidak....

dibahas juga tidak masalah toh  :)

Quote
Trus kenapa seandainya melanggar atau seandainya tidak?
tidak kenapa2.  ;D
yang pasti tambah pengetahuan ! mana melanggar dan tidak melanggar !

Quote
Mengapa tidak membahas apa profesi ini dapat mendukung perkembangan batin / tidak dalam Buddhisme?
setahu saya dalam ajaran Buddha tidak pernah menutupi yang buruk atau hanya yang baik2 saja dibahas
jadinya baik dan buruk harus transparan supaya orang bisa membedakan.

suatu media kalau hanya menampikan berita2 baik melulu, saya yakin media itu tidak laku
karena sudah pasti berita baik tidak ada berita buruk {bosan ah}
  :))

menurut bro sean, profesi apa yang mendukung utk perkembangan batin ? pengin tahu juga !

Quote
Sebaiknya didukung atau dihindari? Itu lebih tepat pembahasannya menurut saya.

semua orang juga tahu baik pasti didukung, buruk pasti di hindari  ^-^

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline kuswanto

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 399
  • Reputasi: 16
  • kematian bisa saja menghampiriku hari ini..
Re: sila ke 3
« Reply #88 on: 18 July 2011, 03:24:20 PM »
Besi yang panas membara, buat orang dewasa yang tahu kalau di pegang juga bakalan melepuh.

Besi yang panas membara, buat anak kecil yang tidak tahu kalau di pegang juga bakalan melepuh.

orang yang berlatih mengambil sila atau tidak, kalau melakukan sesuatu perbuatan buruk yah tetap aja akan menerima karma buruk.

Bukan karena gak mengambil sila lantas merasa jadinya 'bebas' dari akibat karmanya.

nah masalahnya terkadang orang men judge seseorang melanggar atau tidak, tanpa melihat konteks nya sendiri..
untuk perumpamaan bro DH, wah ciamik sekali.. semua orang juga mengerti gak ada istilahnya bebas dari perbuatannya..
namun lebih parah lagi kalau ada yg langsung mengambil kesimpulan..
wah dia salah, wah dia telah berbuat buruk, wah wah wah..



Offline Sean

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #89 on: 18 July 2011, 03:33:09 PM »
dibahas juga tidak masalah toh  :)
tidak kenapa2.  ;D
yang pasti tambah pengetahuan ! mana melanggar dan tidak melanggar !
setahu saya dalam ajaran Buddha tidak pernah menutupi yang buruk atau hanya yang baik2 saja dibahas
jadinya baik dan buruk harus transparan supaya orang bisa membedakan.

suatu media kalau hanya menampikan berita2 baik melulu, saya yakin media itu tidak laku
karena sudah pasti berita baik tidak ada berita buruk {bosan ah}
  :))

menurut bro sean, profesi apa yang mendukung utk perkembangan batin ? pengin tahu juga !

semua orang juga tahu baik pasti didukung, buruk pasti di hindari  ^-^

Nah menurut anda profesi ini melanggar sila tidak?  Apakah hanya menambah pengetahuan saja ataukah jika melanggar maka sebaiknya dihindari dan jika tidak melanggar maka tidak apa2 dijadikan profesi? Profesi yang baik salah satunya dokter dan perawat yang tidak memilih2 dalam menolong pasien.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #90 on: 18 July 2011, 03:58:54 PM »
Nah menurut anda profesi ini melanggar sila tidak?  Apakah hanya menambah pengetahuan saja ataukah jika melanggar maka sebaiknya dihindari dan jika tidak melanggar maka tidak apa2 dijadikan profesi? Profesi yang baik salah satunya dokter dan perawat yang tidak memilih2 dalam menolong pasien.

 apakah kita menganjurkan atau menyarankan kalau tidak melanggar sila ke 3? dan kata siapa profesi dokter itu selalu baik? banyak dokter yang melegalkan aborsi, banyak dokter yang melakukan mal praktek dan kata siapa juga dokter tidak memilih2 dalam menolong pasien ?
apakah semua perawat baik? saya jawab tidak. banyak perawat yang cuek dan masa bodo terhadap pasien , yang penting mereka sudah di kasih obat ya sudah , alias masa bodo . apakah anda pernah melihat hal ini ?

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Sean

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #91 on: 18 July 2011, 04:22:16 PM »
apakah kita menganjurkan atau menyarankan kalau tidak melanggar sila ke 3? dan kata siapa profesi dokter itu selalu baik? banyak dokter yang melegalkan aborsi, banyak dokter yang melakukan mal praktek dan kata siapa juga dokter tidak memilih2 dalam menolong pasien ?
apakah semua perawat baik? saya jawab tidak. banyak perawat yang cuek dan masa bodo terhadap pasien , yang penting mereka sudah di kasih obat ya sudah , alias masa bodo . apakah anda pernah melihat hal ini ?

Jadi bila tidak melanggar maka bukan menganjurkan, tapi hanya pembenaran bagi seorang PSK? Silahkan saja... Selama anda bisa tetap menjaga untuk tidak melanggar sila ke 3...  (interview minta KTP calon pelanggan dulu kalau perlu survei dulu memastikan calon benar2 objek yang tidak melanggar) Ok lah, kalau begitu apakah profesi dokter melanggar sila 1? Bisa ya bisa tidak bukan.   _/\_

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #92 on: 18 July 2011, 05:45:13 PM »
Jadi bila tidak melanggar maka bukan menganjurkan, tapi hanya pembenaran bagi seorang PSK? Silahkan saja... Selama anda bisa tetap menjaga untuk tidak melanggar sila ke 3...  (interview minta KTP calon pelanggan dulu kalau perlu survei dulu memastikan calon benar2 objek yang tidak melanggar) Ok lah, kalau begitu apakah profesi dokter melanggar sila 1? Bisa ya bisa tidak bukan.   _/\_

jelas tidak menganjurkan, apa setiap kita bilang tidak salah adalah suatu anjuran untuk melakukan? dari mana saya melakukan pembenaran bagi seorang PSK ? di sini saya menanyakan kepada member yang tau melanggar atau tidak nya pelacur terhadap sila ke 3 , apakah itu di anggap suatu pembenaran jika hasil yang di peroleh dilihat dari faktor dan obyek ternyata tidak melanggar? dan apakah kita harus malu jika membahas soal ini tidak menambah pengetahuan dan perkembangan bathin dan hal ini adalah tabu juga memalukan?

seperti yang bro ryu bilang  ada bhikku bergitar ada bhikku suka melihat paha , apakah itu hal yang tidak boleh dibahas juga dan tidak ada manfaatnya untuk perkembangan bathin?

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #93 on: 18 July 2011, 08:27:20 PM »
kalo PSK nya tidak melanggar sila, maka pelanggannya melanggar sila atau tidak?

kalau PSK nya membuat pelanggan melanggar sila, bagaimana?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #94 on: 18 July 2011, 10:56:30 PM »
kalo PSK nya tidak melanggar sila, maka pelanggannya melanggar sila atau tidak?

kalau PSK nya membuat pelanggan melanggar sila, bagaimana?


baca dari atas baru komentar  :P
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Sean

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sila ke 3
« Reply #95 on: 19 July 2011, 01:22:12 PM »
jelas tidak menganjurkan, apa setiap kita bilang tidak salah adalah suatu anjuran untuk melakukan? dari mana saya melakukan pembenaran bagi seorang PSK ? di sini saya menanyakan kepada member yang tau melanggar atau tidak nya pelacur terhadap sila ke 3 , apakah itu di anggap suatu pembenaran jika hasil yang di peroleh dilihat dari faktor dan obyek ternyata tidak melanggar? dan apakah kita harus malu jika membahas soal ini tidak menambah pengetahuan dan perkembangan bathin dan hal ini adalah tabu juga memalukan?

seperti yang bro ryu bilang  ada bhikku bergitar ada bhikku suka melihat paha , apakah itu hal yang tidak boleh dibahas juga dan tidak ada manfaatnya untuk perkembangan bathin?

Maka sebaiknya anda jangan hanya melihat dari sisi sila saja. Buddhisme sangat luas... Renungkan dalam perspektif Dhamma, dalam hukum suatu negara, dan perkembangan batin... Seorang PSK mungkin saja dapat tidak melanggar sila, namun pekerjaan itu cenderung tidak mendukung perkembangan batin, ia akan hidup dalam pertentangan dan kegelisahan, dan  perlahan2 ia akan menjadi terbiasa dan akan lebih mudah tenggelam dalam kekotoran batin.
Niat saya bukan untuk mencela, hanya ingin menyadarkan lihatlah dari sisi yang lain agar seimbang. Tidak mencela, juga tidak mendukung.
Lebih baik menjadi guru atau menjadi PSK? _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: sila ke 3
« Reply #96 on: 19 July 2011, 04:06:45 PM »
Maka sebaiknya anda jangan hanya melihat dari sisi sila saja. Buddhisme sangat luas... Renungkan dalam perspektif Dhamma, dalam hukum suatu negara, dan perkembangan batin... Seorang PSK mungkin saja dapat tidak melanggar sila, namun pekerjaan itu cenderung tidak mendukung perkembangan batin, ia akan hidup dalam pertentangan dan kegelisahan, dan  perlahan2 ia akan menjadi terbiasa dan akan lebih mudah tenggelam dalam kekotoran batin.
bukankah budisme itu hanya segenggam daun? apakah segenggam daun itu luas?
Quote
Niat saya bukan untuk mencela, hanya ingin menyadarkan lihatlah dari sisi yang lain agar seimbang. Tidak mencela, juga tidak mendukung.
Lebih baik menjadi guru atau menjadi PSK? _/\_
ohhh gitu? anda mencela dan mendukung yang mana? guru atau PSK?

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: sila ke 3
« Reply #97 on: 19 July 2011, 05:06:33 PM »
Maka sebaiknya anda jangan hanya melihat dari sisi sila saja. Buddhisme sangat luas... Renungkan dalam perspektif Dhamma, dalam hukum suatu negara, dan perkembangan batin... Seorang PSK mungkin saja dapat tidak melanggar sila, namun pekerjaan itu cenderung tidak mendukung perkembangan batin, ia akan hidup dalam pertentangan dan kegelisahan, dan  perlahan2 ia akan menjadi terbiasa dan akan lebih mudah tenggelam dalam kekotoran batin.
Niat saya bukan untuk mencela, hanya ingin menyadarkan lihatlah dari sisi yang lain agar seimbang. Tidak mencela, juga tidak mendukung.
Lebih baik menjadi guru atau menjadi PSK? _/\_

dan menurut saya anda pun ada baiknya melihat judul tread ini, yang saya tulis ada lah "sila ke 3" , jadi pembahasannya pun mengenai sila ke 3 ini dan seperti yang saya tanyakan adalah melangar atau tidak dan membuat malu umat buddhis atau tidak jika membahas hal ini.

jika saya ingin membahas tentang perkembangan bathin maka saya akan membuka tread baru, dan jika saya ingin membahas soal perasaan pelacur maka saya pun akan membahas hal itu sesuai dengan judulnya dalam arti saya pun membuka tread baru lagi .

dan soal perasaan psk saya lumayan tahu sekali  :) bahkan mungkin lebih tau dari anda (...jadi sombong ini saya  :)) ) guru dan psk tidak dapat anda jadikan pembanding, coba cari pembanding yang sejajar. psk dan mucikari mungkin  ^-^

jadi saya mohon pembahasan sesuai yang ingin saya tanyakan , dan tidak keluar dari apa yang menjadi pertanyaan di atas , terima kasih  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma