//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - xenocross

Pages: [1] 2 3 4 5
1
Studi Sutta/Sutra / Sifat Arahat dalam pembukaan Prajna Paramita Sutra
« on: 10 January 2021, 07:37:52 AM »
Dalam pembukaan Sutra Prajna Paramita dalam 8000 baris, dikabarkan Buddha berada di puncak gunung Nasar disertai dengan kumpulan Sangha bhiksu, yang semuanya arahat. Mereka dikatakan:

teks sanskerta: sarvair arhadbhiḥ kṣīṇāsravair  niḥkleśair vaśībhūtaiḥ suvimuktacittaiḥ suvimuktaprajñair ājāneyair mahānāgaiḥ kṛtakṛtyaiḥ kṛtakaraṇīyair apahṛtabhārair  anuprāptasvakārthaiḥ parikṣīṇabhavasaṃyojanaiḥ  samyagājñāsuvimuktacittaiḥ sarvacetovaśiparamapāramiprāptair

terjemahan indonesia: semuanya adalah arahat yang telah mencapai penghancuran noda-noda batin dan tanpa klesha, sepenuhnya terkendali, batin mereka terbebaskan dengan tuntas, kebijaksanaan mereka terbebaskan, unggul, naga perkasa, tugas mereka telah dilaksanakan, pekerjaan mereka sudah selesai, beban mereka telah diturunkan, tujuan mereka telah dipenuhi, belenggu yang mengikat mereka ke siklus kelahiran kembali telah dipotong seluruhnya, batin mereka terbebaskan dengan tuntas melalui pemahaman sejati, setelah mencapai pengendalian sempurna tertinggi atas seluruh pikirannya.

Semua istilah ini dapat dilacak ke sutta dalam nikaya/agama. Mari kita bahas satu per satu.

1. Arahat.
Sudah jelas

2. kṣīṇāsrava
pali: Khīṇāsava
((khiṇa + āsava) adj.) whose mind is free from mental obsessions.
New Concise Pali English Dictionary
khīṇāsava
mfn.
(one) in whom the āsavas have perished; free from the āsavas, i.e. an arahant

Contoh: Idha, bhante, khīṇāsavassa bhikkhuno aniccato sabbe saṅkhārā yathābhūtaṃ sammappaññāya sudiṭṭhā honti.
“Di sini, Bhante, seorang bhikkhu dengan noda-noda yang telah dihancurkan telah dengan jelas melihat segala fenomena terkondisi sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai tidak kekal. (AN 10.90 Khīṇāsavabalasutta)

2. niḥkleśa
nih = tanpa. Klesa = noda batin.
Nihklesa = tanpa noda batin.

Contoh: Asaṅgacitto nikleso,
asaṃsaṭṭho kule gaṇe;
Mahākāruṇiko vīro,
vinayopāyakovido.

Heart Unattached, Defilement-Free,
Not Mixing in the clan and group,
Greatly Compassionate, Hero,
Skilled in means of disciplining,
(Theragatha Apadana 433)

3. vaśībhūta
pali: vasībhūta
having become a master over.

contoh: Anuccāvacasīlassa,
nipakassa ca jhāyino;
Cittaṃ yassa vasībhūtaṃ,
ekaggaṃ susamāhitaṃ.

“Ia yang moralitasnya tidak goyah,
yang waspada dan meditatif,
yang pikirannya telah dikuasai,
terpusat, terkonsentrasi baik;
(AN 3.58)

4. suvimuktacitta suvimuktaprajña
su = baik
vimukta = bebas
citta = batin, pikiran
prajna = kebijaksanaan.

 suvimuktacitta suvimuktaprajña = batin dan kebijaksanaan terbebaskan dengan baik

kemungkinan ini adalah perubahan dari frase pali yang lebih tua: cetovimuttiṃ paññāvimuttiṃ

“Catunnaṃ, bhikkhave, iddhipādānaṃ bhāvitattā bahulīkatattā bhikkhu āsavānaṃ khayā anāsavaṃ cetovimuttiṃ paññāvimuttiṃ diṭṭheva dhamme sayaṃ abhiññā sacchikatvā upasampajja viharati.
“Para bhikkhu, adalah karena ia telah mengembangkan dan melatih empat landasan kekuatan spiritual maka seorang bhikkhu, dengan hancurnya noda-noda, dalam kehidupan ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, dengan merealisasikannya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung. (SN 51.18)

5.ājāneya
pali: ājānīya  mfn. & masculine
well-bred; thoroughbred, noble (of animals, esp. horses; also of people); a thoroughbred.

contoh: Idha, bhikkhave, ekacco bhadro purisājānīyo suṇāti: ‘amukasmiṃ nāma gāme vā nigame vā itthī vā puriso vā dukkhito vā kālaṅkato vā’ti. So tena saṃvijjati, saṃvegaṃ āpajjati. Saṃviggo yoniso padahati. Pahitatto kāyena ceva paramasaccaṃ sacchikaroti, paññāya ca ativijjha passati. Seyyathāpi so, bhikkhave, bhadro assājānīyo patodacchāyaṃ disvā saṃvijjati saṃvegaṃ āpajjati; tathūpamāhaṃ, bhikkhave, imaṃ bhadraṃ purisājānīyaṃ vadāmi. Evarūpopi, bhikkhave, idhekacco bhadro purisājānīyo hoti. Ayaṃ, bhikkhave, paṭhamo bhadro purisājānīyo santo saṃvijjamāno lokasmiṃ.
“Di sini, para bhikkhu, satu jenis orang yang baik yang berdarah murni mendengar: ‘Di desa atau pemukiman itu seorang perempuan atau laki-laki telah jatuh sakit dan meninggal dunia.’ Ia tergerak oleh hal ini dan memperoleh rasa keterdesakan. Karena tergerak, ia berusaha dengan seksama. Dengan teguh, ia merealisasikan kebenaran tertinggi dengan tubuhnya dan, setelah menembusnya dengan kebijaksanaan, ia melihatnya. Aku katakan bahwa orang yang baik yang berdarah murni ini adalah serupa dengan kuda yang baik yang berdarah murni yang tergerak dan memperoleh rasa keterdesakan segera setelah ia melihat bayangan tongkat kendali. Demikianlah satu jenis orang yang baik yang berdarah murni. Ini adalah jenis pertama dari orang yang baik yang berdarah murni yang terdapat di dunia.

bersambung....

2
Merekonstruksi Konsep Ketuhanan Buddhis Indonesia

Konsep "Sang Hyang Adi Buddha" digali dari kitab-kitab kuno Nusantara oleh Y.M. Biksu Ashin Jinarakkhita dan menjadi salah satu penentu keberhasilan perjuangan Beliau menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi di Indonesia 55 tahun yang lalu.

Namun, setelah lebih dari setengah abad berlalu, umat Buddha sendiri masih memperdebatkan Ketuhanan dalam Buddhadharma. Tak sedikit yang dengan cepat menyangkal eksistensinya atau mati-matian membelanya tanpa dasar pemahaman yang kokoh maupun studi yang mendalam.

Apakah Sang Hyang Adi Buddha memang hanya prasyarat agar Buddhadharma diakui sebagai agama? Atau jangan-jangan ada makna terdalam dan tersembunyi yang belum kita pahami dari konsep keagungan tertinggi dalam agama Buddha?

Masih ada satu lagi pertanyaan yang lebih mendesak:
Apa gunanya pemahaman akan konsep Sang Hyang Adi Buddha bagi kehidupan kita?

Temukan jawabannya di
Webinar Sang Hyang Adi Buddha: Konsep Ketuhanan dan Transendensi dalam Ajaran Buddha
Sabtu, 26 September 2020
Pukul 14:00-17:00 WIB

Via Zoom

DAFTAR SEKARANG JUGA!
bit.ly/sanghyangadibuddhaKCI

Informasi lebih lanjut: Syariv (+62 812-2158-8023)

Buka hati dan pikiran untuk menemukan kembali Buddha yang hilang dari Buddhadharma Indonesia!

Lokāḥ Samastāḥ Sukhino Bhavantu,
Kadam Choeling Indonesia




3

Bunga Udumbara adalah bunga yang amat langka. Ia hanya muncul pada masa ketika seorang Sammasambuddha muncul di dunia. Setelah melewati puluhan ribu kalpa gelap, para Sammasambuddha hanya muncul di kalpa terang. Bahkan di kalpa terang ini, yang terdiri atas 80 kalpa perantara, Sammasambuddha tidak muncul selama 60 kalpa pertama dan di 20 kalpa berikutnya, Mereka hanya muncul sesaat, ketika umur manusia tidak terlalu panjang maupun pendek.

Akan tetapi, ajaran Vajrayana lebih langka daripada semua itu. Dari seribu Buddha yang muncul di kalpa terang saat ini, hanya beberapa saja yang mengajarkan Vajrayana. Salah satunya adalah Guru Agung kita, Buddha Shakyamuni. Berkat kebaikan hati-Nya yang besar, Beliau membabarkan Ajaran Vajrayana yang diperuntukkan bagi mereka yang ingin mencapai Kebuddhaan dengan cepat karena tak tahan lagi melihat penderitaan semua makhluk dan segera ingin menolong mereka semua. Dengan demikian, para makhluk yang mempraktikkan ajaran ini tidak lagi membutuhkan waktu lebih dari 4, 8 atau 16 asankhyeyya kalpa untuk mencapai Kebuddhaan.

Karena begitu berharga dan langkanya kemunculan Ajaran Vajrayana ini, pertemuan dengan ajaran ini sungguh merupakan suatu keberuntungan besar yang dihasilkan oleh karma bajik kita di masa lampau.

Dengan penuh suka cita, Sangha Vajrayana Indonesia turut serta membagikan ajaran yang sangat berharga dan langka ini melalui seminar online berjudul:

MENGUAK TABIR VAJRAYANA:

MENCAPAI KEBUDDHAAN DALAM 1 KEHIDUPAN


bersama Biksu Bhadra Ruci

21 - 30 Juni 2020
Pk 20.00 - 21.00 WIB

Poin bahasan:
1. Motivasi praktik Vajrayana,
2. Syarat memasuki Vajrayana,
3. Kriteria guru Vajrayana yang autentik & berkualitas,
4. Gambaran umum praktik Vajrayana, dan
5. Persiapan memasuki gerbang Vajrayana.
6. Tanya jawab seputar Vajrayana,
7. Dll.

Mengingat betapa berharga dan langkanya ajaran ini, jangan sampai Anda melewatkan kesempatan ini!

Daftarkan diri Anda sekarang juga melalui tautan: bit.ly/SV-SAGIN

Informasi lebih lanjut: Sandi - 085718041744

Jangan lupa ikuti FB dan IG Sangha Vajrayana Indonesia untuk mendapatkan informasi lainnya seputar pengajaran ini!

***

Biksu Bhadra Ruci merupakan Kepala Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya dan pendiri Kadam Choeling Indonesia (KCI). Beliau pernah menjabat sebagai Mahalekhanadikari Sangha Agung Indonesia (SAGIN) 2012-2017, Nayaka Sangha Vajrayana SAGIN 2012-2017, dan Plt. Maha Nayaka SAGIN 2012-2017.


4
Studi Sutta/Sutra / Catusparisat Sutra
« on: 15 August 2018, 06:58:06 PM »
Khotbah Mengenai Perkumpulan Rangkap Empat
Catuṣparisat Sūtra
The Discourse on the Fourfold Assembly


Keterangan Teks :
Sumber sansekerta:

Based on the edition by Waldschmidt, Ernst, 1952, 1956, 1960. Das Catuṣpariṣatsūtra, eine Kanonische Lehrschrift über die Begründung der Buddhistischen Gemeinde. Text in Sanskrit und Tibetisch, verglichen mit dem Pali nebst einer Übersetzung der chinesischen Entsprechung im Vinaya der Mūlasarvāstivādins. Auf Grund von Turfan-Handschriten herausgegeben und bearbeitet. Teil i–iii. Berlin 1962 (Abhandlungen der Deutschen Akademie der Wissenschaften zu Berlin, Klasse für Sprachen, Literatur und Kunst, 1960/1), pp. 432–457 (revidierter Text).
Catuṣpariṣat SF 259 Waldschmidt 1957d: 108–140

Sumber bahasa Inggris:
Terjemahan bahasa Inggris oleh Bhiksu Sujato. Diterbitkan di situs suttacentral. https://suttacentral.net/sf259/en/sujato

Terjemahan
Terjemahan dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Prajnadeva, dengan sesekali membandingkan dengan teks sansekerta.

Ringkasan
Petapa Gautama mencapai pencerahan dan menerima dana makanan pertama dari dua pedagang. Kemudian dewa Brahma datang memohon agar Buddha mengajarkan dharma yang ditemukanNya. Buddha pergi dari hutan Uruvela ke Benares untuk mengajarkan Dharma pada lima petapa yang semuanya mencapai tingkat arahat. Berikutnya Buddha mengajar pemuda Yasa dan teman-temannya sampai akhirnya ada 60 orang arahat di dunia. Kisah ditutup dengan instruksi untuk pergi berpencar menyebarkan Dharma, sementara Buddha pergi ke Uruvela

Perkenalan

Catuṣpariṣat Sūtra adalah sebuah teks kanonik mengenai pembentukan Perkumpulan Buddhis. Teks asli dalam bahasa sansekerta dan tibet, dibandingkan dengan teks pali dan terjemahan padanan chinese di dalam vinaya Mūlasarvāstivādin.

Teks ini menceritakan kisah yang sudah lama dikenal dalam legenda buddhis mengenai pencerahan Sang Buddha dan pembentukan Sangha. Kisah serupa dalam versi lain yang mirip dan bahkan hampir identik di beberapa bagian dapat ditemukan dalam Theravada Vinaya Khandaka Mahavagga, Lalitavistara Sutra, Mahavastu, Jataka- Nidanakatha, Ariyapariyesana Sutta, dan banyak lagi.

Apa yang membuat teks ini istimewa kalau cerita yang disajikan sudah lama kita kenal? Keistimewaan pertama adalah, teks ini termasuk ke dalam ‘teks buddhis awal’.

Dewasa ini ketika Ajaran Guru Buddha terpecah-pecah menjadi banyak sekte dan tradisi, ada orang yang kebingungan mengenai manakah dharma yang asli yang benar berasal dari Sang Buddha sendiri. Tentu saja semua sekte mengklaim bahwa dirinyalah yang mewarisi dharma sejati. Dilatarbelakangi hal ini, ada usaha dari sebagian orang memakai metode analisis sejarah dan pengelompokan teks untuk mencari dharma sejati.

Dengan asumsi bahwa Dharma yang diajarkan Buddha tentunya akan ditulis paling awal, dan penambahan-penambahan belakangan oleh murid-murid atau generasi berikutnya akan ditulis belakangan, sejarawan mencoba mencari teks mana yang muncul paling awal. Hal ini tidak terlalu sulit, karena semua sekte buddhis mengakui dan menyimpan sekelompok teks yang sama, yang sekarang disebut “teks buddhis awal”. Yaitu empat nikaya dalam tradisi pali, yang mempunyai padanan empat agama dalam kanon tiongkok, dan beberapa kumpulan dalam khuddaka nikaya pali yang juga mempunyai padanan dalam ksudraka agama kanon tiongkok.

Sehingga ‘teks buddhis awal’ biasanya mempunyai otoritas dan otentisitas yang lebih tinggi dibanding teks lain seperti teks abhidhamma atau teks komentar, karena diakui dan diterima oleh semua sekte sebagai kata-kata Buddha. Sebaliknya, teks abhidhamma, teks komentar, ataupun beberapa sutra Mahayana tidak diterima oleh semua buddhis sebagai kata-kata Buddha, tetapi hanya diterima sebagian kelompok.
Catuṣpariṣat Sūtra termasuk ke dalam kategori ‘teks buddhis awal’ dan cukup bernilai untuk dipelajari oleh siapa saja, apapun sekte anda, karena tingkat otentisitasnya sama dengan teks lain di ‘teks buddhis awal’ seperti kanon pali atau kanon agama. Teks ini adalah bagian dari kanon sansekerta dari sekte Sarvastivada.

Keistimewaaan kedua adalah dukungan yang teks ini berikan terhadap keberadaan Sangha bhikkhuni/ bhiksuni.
Jika kita lihat judulnya saja, Perkumpulan Empat Rangkap mempunyai makna bahwa Sangha baru lengkap jika ada empat kelompok: Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika. Jadi dari judulnya saja teks ini sudah menyatakan bahwa bhiksuni diperlukan. Walaupun di dalam isinya tidak ada satupun bhiksuni, tapi ada orang-orang dari tiga kelompok lain.

Poin lainnya adalah pernyataan Buddha di dalam teks ini yang menyatakan bahwa Beliau tidak akan parinirvana sebelum mempunyai siswa Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika yang cerdas dan terampil dalam mengajar. Bahwa Buddha sudah mempunyai rencana mendirikan Sangha Bhiksuni terpapar jelas disitu. Hal ini membantah anggapan bahwa Buddha dipaksa oleh Ananda untuk mendirikan Sangha Bhiksuni.
Keistimewaan ketiga dari teks ini adalah karena teks ini melengkapi teks Maha Parinibbana Sutta.

Seperti dikatakan Bhikkhu Sujato dalam bukunya ‘A History of Mindfulness’:
Quote
“Dua khotbah, Catuṣpariṣat Sūtra dan Mahā Parinibbāna Sutta, adalah sepasang yang saling melengkapi. Ini terbukti dari banyak kesejajaran dan kesamaan dalam rincian dan strukturnya.
Mahā Parinibbāna Sutta mengisahkan bagaimana Māra mendekati Sang Buddha, bersujud dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha (! hanya dalam versi Sanskrit), dan mengingatkan Beliau bahwa, ketika Sang Buddha berdiam di Uruvelā di tepi sungai Nerañjarā tak lama setelah Beliau tercerahkan, Māra telah mendatangi-Nya dan meminta agar Sang Buddha meninggal dunia. Kejadian ini kenyataannya ditemukan dalam Catuṣpariṣat Sūtra Sanskrit, tetapi tidak ada dari versi Pali yang sejajar dalam Vinaya Mahāvagga. Pada waktu itu, kedua versi Mahā Parinibbāna Sutta berlanjut mengatakan, Sang Buddha menjawab bahwa Beliau tidak akan meninggal dunia sampai empat perkumpulan dari para bhiksu, bhiksuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan telah berkembang dengan baik dan berlatih dengan baik dalam Dharma, dapat mengajarkan dan mempertahankan Dharma. (Bacaan ini, secara tidak sengaja, adalah salah satu dari banyak bacaan yang menunjukkan bahwa pendirian Sangha Bhiksunī tidak diadakan atas keengganan Sang Buddha, seperti yang muncul dalam kisah Vinaya, tetapi suatu bagian intrinsik dari misi Beliau dari awalnya.)

Keistimewaan keempat dari teks ini adalah karena menyiratkan bahwa tujuan Buddha dari awal adalah untuk mengajar, yang selaras dengan tema Mahayana yaitu bodhicitta. Berbeda dengan interpretasi yang dihasilkan oleh teks lain yang menggambarkan bahwa Buddha mempunyai keraguan dan enggan untuk mengajar.

Hal ini dapat dibaca dari struktur teks yang menempatkan pernyataan Buddha bahwa beliau tidak akan parinirvana sebelum mempunyai siswa-siswa, sebelum Brahma Sabhapati datang memohon agar Beliau mengajarkan dharma. Poin lain adalah pernyataan perlindungan dua pedagang Tripusa dan Bhallika yang berlindung pada ‘Sangha yang akan dibentuk di masa depan’.

Hal lainnya adalah ungkapan “welas asih agung” yang muncul ketika Buddha menerawang dunia untuk melihat apakah makhluk-makhluk dapat menerima ajaran. Teks ini memberi perspektif baru bahwa Buddha memang mempunyai misi untuk mengajarkan dharma kepada makhluk-makhluk di dunia ini.

Sumber utama terjemahan Bahasa Indonesia ini adalah terjemahan Bahasa Inggris yang tersedia di situs suttacentral oleh Bhikkhu Sujato. Dengan memeriksa teks asli sansekerta untuk kalimat yang membingungkan atau meragukan, dan membandingkan dengan padanan bahasa pali dan terjemahannya jika ditemukan, diharapkan terjemahan ini lebih akurat daripada hanya sekedar menerjemahkan dari terjemahan Bahasa Inggris.

Semoga terjemahan teks ini dapat membantu praktik spiritual pembaca.
Jasa kebajikan dari menerjemahkan teks ini didedikasikan untuk kelangsungan Ajaran, panjang usia dan kelangsungan aktivitas Guru Dharma, dan kebahagiaan kesejahteraan semua makhluk.

5
Kesempatan Berbuat Baik / Buku Baru Lamrimnesia : Catur Brahmavihara
« on: 11 December 2017, 07:54:12 PM »
*S* APA - *Sebar Dharma*

Bagaimana caranya mencintai dengan universal?
Bagaimana caranya berempati pada semua makhluk?
Bagaimana caranya mengembangkan welas asih?
Bagaimana caranya mencapai keseimbangan batin?

Temukan dalam buku Dharma *Catur Brahmavihara*
*tanpa dipungut biaya* dan bagikan juga ke keluarga, sahabat, vihara, atau komunitas Anda dengan *mengirim pesan ke Call Center Lamrimnesia (+62812 2281 6044)*.

Dapatkan juga buku *Nutrisi Hati*, kumpulan kisah menginspirasi terjemahan para Dharma Patriot Lamrimnesia yang mengikuti acara Dharmacamp 2017 dengan cara yang sama.

--
*Yuk Bergabung Jadi Dharma Patron!*

Mari menyokong pelestarian dan pengembangan Buddhadharma di Nusantara dengan menjadi Dharma Patron Lamrimnesia.

Salurkan dukungan Anda ke rekening:
BCA 0079 388 388
a.n. Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara

Dana yang Anda berikan akan disalurkan untuk:
35% Penerbitan dan Penyebaran Buku Dharma
35% Penyelenggaraan Kegiatan Dharma
30% Biaya Operasional dan Mobilisasi Dharma Patriot

Sarwa Manggalam,
Call Center Lamrimnesia
hp/wa: +62812 2281 6044
fb/ig: lamrimnesia
email: info [at] lamrimnesia.org





6
PERTANYAAN AVALOKITEŚVARA MENGENAI TUJUH KUALITAS
སྤྱན་རས་གཟིགས་དབང་ཕྱུག་གིས་ཞུས་པ་ཆོས་བདུན་པ།
The Inquiry of Avalokiteśvara
on the Seven Qualities
Avalokiteśvaraparipṛcchā
saptadharmaka
འཕགས་པ་སྤྱན་རས་གཟིགས་དབང་ཕྱུག་གིས་ཞུས་པ་ཆོས་བདུན་པ་ཞེས་བྱ་བ་
ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ།
’phags pa spyan ras gzigs dbang phyug gis zhus pa chos bdun
pa zhes bya ba theg pa chen po’i mdo




Sutra Mahayana  bernama Pertanyaan Avalokiteśvara Mengenai Tujuh Kualitas

Hormat kepada Begawan Manjusri Yang Selalu Muda

Demikian yang telah kudengar. Yang Terberkahi sedang berdiam di Rājagṛha di Puncak Gunung Nasar bersama dengan sekumpulan besar 1250 bhiksu dan sejumlah besar bodhisattva mahāsattva . Pada waktu itu, Yang Mulia Avalokiteśvara bodhisattva mahāsattva bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubah atasnya pada satu bahu, dan menempatkan lutut kanannya di tengah bunga teratai.

Merangkapkan tangan dengan hormat kepada Yang Terberkahi, dia bertanya kepada Buddha, “Yang Terberkahi, dalam berapa kualitas seharusnya bodhisattva berlatih, setelah dia membangkitkan bodhicitta (batin altruistik yang bertujuan mencapai pencerahan)?

Yang Terberkahi menjawab pertanyaan Yang Mulia Avalokiteśvara bodhisattva mahāsattva dengan kata-kata berikut.

“Putra dari Keluarga, bodhisattva seharusnya berlatih dalam tujuh kualitas setelah membangkitkan bodhicitta. Apakah tujuh itu? Mereka adalah sebagai berikut.

(1) Dia seharusnya tidak mengalami kenikmatan seksual bahkan dalam pikiran, apalagi bersatunya dua organ seksual

(2) Dia seharusnya tidak berteman dengan orang yang tidak bajik bahkan dalam mimpi.

(3) Dengan pikiran bebas seperti burung, dia seharusnya sepenuhnya tanpa menggenggam

(4) Dengan penguasaan dalam keahlian dan kebijaksanaan, dia seharusnya  tanpa kesombongan dan tanpa anggapan bahwa konsepsi “AKU” adalah nyata.

(5) Dia seharusnya meninggalkan konsepsi keberadaan dan tiada-keberadaan dan kokoh dalam pembebasan dari kekosongan

(6) Dia seharusnya tidak bersenang-senang dalam saṃsāra melalui pemahaman konseptual yang tidak otentik, [karena] saṃsāra adalah seperti ilusi magis atau mimpi

(7) Dan dia seharusnya menahan diri dari menyangkal hukum sebab dan akibat. “

“Putra dari Keluarga, seorang bodhisattva yang baru saja membangkitkan bodhicitta seharusnya  berlatih dalam tujuh kualitas ini.”
Ketika Yang Terberkahi telah bersabda, Yang Mulia Avalokiteśvara bodhisattva mahāsattva, bersama dengan para bhiksu dan bodhisattva, bersukacita dan memuji sabda Yang Terberkahi.

Demikianlah Sutra Mahayana bernama “Pertanyaan AvalokiteśvaraMengenai Tujuh Kualitas” telah selesai

=======00========
Diterjemahkan dan disunting [dari bahasa sanskerta ke bahasa tibet] oleh Guru India Dīpaṃkaraśrījñāna dan bhiksu penerjemah Gewai Lodrö

The Noble Mahāyāna Sūtra “The Inquiry of Avalokiteśvara on the Seven Qualities”
Āryāvalokiteśvaraparipṛcchāsaptadharmakanāmamahāyānasūtra

Sutra Mahayana bernama Pertanyaan Arya Avalokiteśvara Mengenai Tujuh Kualitas

Toh 150, Degé Kangyur, vol. 57 (mdo sde, ba), folios 331a–331

Diterjemahkan ke bahasa inggris oleh the University of Calgary
Buddhist Studies team
Published by 84000 (2014)
www.84000.co

Diterjemahkan ke bahasa indonesia oleh xenocross.

7
Sutra Mahayana / Sūtra Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan
« on: 05 November 2017, 03:53:06 PM »
Sūtra Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan
རྟེན་ཅིང་འབྲེལ་བར་འབྱུང་བའི་མདོ།
The Sūtra on Dependent Arising
Pratītyasamutpādasūtra

Sutra Mahayana berjudul Ajaran Mulia tentang Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan

འཕགས་པ་རྟེན་ཅིང་འབྲེལ་བར་འབྱུང་བ་ཞེས་བྱ་བའི་ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ།
ʼphags pa rten cing ʼbrel bar ʼbyung ba zhes bya ba theg pa chen poʼi mdo
The Noble Mahāyāna Sūtra on Dependent Arising
Āryapratītyasamutpādanāmamahāyānasūtra


Toh 212
Degé Kangyur vol. 62 (mdo sde, tsha), folios 125a–125b

Translated by the Buddhavacana Translation Group
under the patronage and supervision of 84000: Translating the Words of the Buddha.

Pendahuluan
Topik dari sūtra ini, seperti terlihat dari judulnya, adalah doktrin Buddhis mengenai ‘kemunculan bergantungan’ dari fenomena yang berkondisi. Konsep ini dianggap oleh banyak Buddhis sebagai esensi dari Ajaran, Dharma. Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan seringkali dijabarkan sebagai urutan dari dua belas mata rantai (nidāna) sebab dan akibat yang dimulai dari ketidaktahuan dan berakhir pada kematian. Skema ini ditemukan dalam banyak kitab suci, dan adalah topik utama dari dua kitab yang mendahului sūtra yang sekarang dibahas di dalam Degé Kangyur, Śālistambha¬sūtra (Sūtra  Batang Padi, Toh 210) , dan Pratītya¬samutpādādi¬vibhaṅga¬nirdeśa¬sūtra (Sūtra yang Mengajarkan Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan dengan Awalnya dan Pembagian, Toh 211).

Ajaran mengenai Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan diringkas oleh pernyataan (dhāraṇī)  yang terkenal dalam bentuk sajak, menyatakan bahwa Buddha mengajarkan sebab munculnya fenomena dan juga sebab lenyapnya. Formula sajak ini barangkali paling dikenal dari kisah dalam Vinaya yang menceritakan kisah hidup Śāriputra. Kisah tersebut menceritakan Upatiṣya (nama panggilan Śāriputra sebelum dia bertemu Buddha) pertama kali mendengar tentang Buddha dari Aśvajit, salah seorang dari lima petapa yang menemani Buddha  dan murid paling awal. Ketika Upatiṣya bertanya pada Aśvajit untuk meringkaskan esensi dari ajaran Buddha, Aśvajit menjawabnya dengan melafalkan sajak ini. Segera setelah ia mendengarnya, Upatiṣya langsung mencapai buah realisasi pemenang arus.

Tetapi di dalam sūtra yang diterjemahkan disini, sajak yang sama diajarkan kepada Avalokiteśvara oleh Buddha sendiri.  Sang Buddha kemudian mengajarkan pada para muridnya untuk memasukkannya ke dalam stūpa untuk menghasilkan kebajikan Brahmā, jenis kebajikan yang istimewa. Praktik memasukkan sajak ini, dan juga menulis atau mengukirkannya ke gambar-gambar religius, sepertinya menjadi populer di pertengahan kedua milenium pertama, dan dicatat oleh Xuanzang pada abad ke tujuh. Pernyataan ini dapat ditemukan terukir di, atau dimasukkan dalam, caitya atau stūpa miniatur di tempat-tempat suci di dunia Buddhis seperti Sarnath, Bodh Gaya, dan Rājagṛha, sejauh ke timur sampai Kedah dan Jawa, dan sejauh ke barat sampai ke Afghanistan. Praktik ini diteruskan oleh orang Tibet di milenium kedua dan sampai hari ini masih dianggap oleh Buddhis sebagai tindakan bajik.

Xuanzang mengatakan bahwa objek-objek ini dianggap relik Dharma (dharmaśarīra). Kitab suci Buddhis menjadi dikenali sebagai sebuah tipe relik Buddha dari masa penyebaran awal Mahāyāna, yang meyakini bahwa memuja kata-kata Buddha dianggap setara, jika tidak melebihi, memuja Buddha itu sendiri.  Sumber kitab suci, seperti misalnya Śālistambasūtra (Toh 210), lebih jauh menyamakan Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan dengan Dharma itu sendiri.  Maka, memasukkan atau mengukirkan sajak ‘kemunculan bergantungan’ memberi kekuatan pada sebuah objek seperti halnya potongan relik jasad Buddha memberi kekuatan.  Dimasukkan dalam terjemahan Tibet dari sūtra ini adalah transliterasi sanskerta dari sajak tersebut, yang menyiratkan bahwa sajak tersebut digunakan seperti mantra atau dhāraṇī, suku kata sanskerta dianggap ampuh sebagai manifestasi dari Dharma dan dari Buddha itu sendiri.

Sūtra ini ditemukan di tiga tempat dalam Kangyur , dan juga dalam versi singkat di dua lokasi lain. Sampai ini dituliskan, kita tidak mengetahui versi asli sanskerta, dan walaupun ada beberapa kesalahan pengejaan dan inkonsistensi yang ditemukan di beberapa versi, tidak ada variasi signifikan di antara kitab-kitab Tibet yang tersedia.

Terjemahan

Sutra Mahayana Mengenai Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan

Hormat kepada semua Buddha dan Bodhisattva!

Demikianlah yang telah kudengar. Yang Terberkahi sedang berada di alam Tiga Puluh Tiga Dewa, duduk di atas singasana Indra. Bersama beliau adalah para Siswa Sravaka seperti Yang Mulia Aśvajit; Para Bodhisattva Mahāsattva seperti Yang Mulia Maitreya, Yang Mulia Avalokiteśvara, dan Vajrapāṇi, yang dihiasi oleh kualitas berharga yang tak terukur; dan juga berbagai dewa seperti Brahmā yang agung, tuan dari dunia Sahā, Nārāyaṇa, Sang Īśvara agung, Śakra, raja para dewa, dan Pañcaśikha, raja para gandharva.
Pada saat itu, Sang Bodhisattva Mahāsattva Avalokiteśvara bangkit dari tempat duduknya dan, mengatur jubah atasnya pada satu bahu, berlutut dengan menempatkan lutut kanannya pada puncak Gunung Meru. Dengan kedua tangan dirangkapkan, ia memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan mengatakan kepada beliau kata-kata ini:

“Yang Terberkahi, para dewa ini semua berkeinginan untuk mendirikan sebuah stūpa. Sekarang karena mereka telah hadir di persamuan ini, mohon ajarkanlah mereka Dharma sehingga ‘kebajikan Brahmā’ mereka meningkat, dan semua kebajikan dari bhiksu, bhiksuni, upasaka, dan upasika akan jauh lebih meningkat dibandingkan semua jenis makhluk di dunia ini bersama dengan para dewa, Māra, dan Brahmā, termasuk para petapa dan brahmana.”
 
Menjawab hal ini, Yang Terberkahi mengucapkan bait-bait dari ‘kemunculan bergantungan’:
 
ye dharmā hetuprabhavā hetuṃ teṣāṃ tathāgato hy avadat
teṣāṃ ca yo nirodha evaṃvādī mahāśramaṇaḥ


“Semua fenomena yang muncul dari sebab,
Sang Tathāgata telah mengajarkan sebabnya,
Begitu juga kelenyapannya;
Demikianlah yang dinyatakan Sang Petapa Agung.

 “Avalokiteśvara, demikianlah adanya. Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan adalah Tubuh Dharma (dharmakāya) dari semua Tathāgata. Seseorang yang melihat ‘kemunculan bergantungan’ melihat Sang Tathāgata. Avalokiteśvara, jika seorang Putra atau Putri dari Keluarga Mulia  yang berkeyakinan mendirikan, di sebuah tempat terpencil, sebuah stūpa seukuran gooseberry, dengan pilar tengah seukuran jarum dan payung seukuran bunga pohon bakula, dan memasukkan bait ‘kemunculan bergantungan’ ini yang adalah dharmadhātu, dia akan menciptakan ‘kebajikan Brahmā’. Ketika orang-orang seperti itu meninggalkan dunia ini dan mati, mereka akan dilahirkan kembali di alam Brahmā. Ketika mereka meninggalkan dunia itu dan mati, mereka akan dilahirkan kembali dengan keberuntungan yang setara dengan para dewa di Alam Murni

Setelah Yang Terberkahi bersabda, para Sravaka, Bodhisattva, seluruh persamuan, dan seluruh alam bersama dengan para dewa, manusia, asura, dan gandharva bersukacita dan memuji ucapan Sang Bhagavā.


Kolofon

Demikianlah Sutra Mahayana Mengenai Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan telah selesai.
Diterjemahkan dan disunting oleh cendekiawan India Surendrabodhi dan penyunting utama dan penerjemah Yang Mulia Yeshe Dé.
Diterjemahkan ke Inggris oleh Buddhavacana Translation Group di bawah pengawasan 84000.co
http://read.84000.co/#UT22084-062-012/title
diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Xenocross. Semua kesalahan dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah tanggung jawab Xenocross.

Catatan Kaki


1. N. Ross Reat, The Śalistamba Sūtra (Dehli: Molital Baranasidas, 1993)

2.  Di dalam Mūlasarvāstivāda-vinaya, kisah ini ada di dalam Pravrajyavastu, bab pertama Vinayavastu (Toh 1) Degé Kangyur vol. 1 (’dul ba, ka), folios 32b et seq..
Di dalam Kanon Pali, cerita yang sama dikisahkan Vinayapiṭaka: Mahāvagga I.23.1-10). Lihat Oldenberg (1997, pp 39-41). Versi inggris dapat dibaca di https://suttacentral.net/en/pi-tv-kd1#on-the-going-forth-of-sariputta-and-moggallana

3.  Patut dicermati juga, merujuk pada cerita sebelumnya, nama Aśvajit disebutkan secara spesifik, dan namanya adalah yang satu-satunya disebut untuk mewakili sekelompok murid Sravaka di dalam persamuan, sesuatu yang tidak biasa.

4.  Bentor menyebutkan figur berpengaruh Buddhis Tibet seperti Jetsün Trakpa Gyaltsen (rje btsun grags pa rgyal mtshan), Dalai Lama ke-5 Ngawang Lobsang Gyatso (ngag dbang blo bzang rgya mtsho), dan Jamgön Kongtrül Lodrö Thayé (’jam mgon kong sprul blo gros mtha ’yas) semua menyebutkan sajak mengenai Ketersalingtergantungan (dependent arising /rten ’brel snying po) di antara Lima Dhāraṇī Besar (gzungs chen sde lnga) yang dimasukkan ke dalam stūpa. Lihat Bentor, Yael. “On The Indian Origins of the Tibetan Practice of Depositing Relics and Dharanis in Stupas and Images.” In Journal of the American Oriental Society 115.2 (1995), p 254.

5.  Identifikasi Dharma dengan Buddha sendiri sebenarnya sudah ada di kitab suci paling awal, misalnya dalam Samyutta Nikaya 22.87 Vakkali Sutta. “Vakkali, Seseorang yang melihat Dhamma, melihat Aku; seseorang yang melihat Aku, melihat Dhamma“ (yo kho vakkali dhammaṃ passati so maṃ passati, yo maṃ passati so dhammaṃ passati)

6.  “Bhikṣu, siapapun yang melihat Ketersalingtergantungan melihat Dharma. Siapapun yang melihat Dharma melihat Buddha.”
Variasi dalam kanon pali: “Seorang yang melihat kemunculan bergantungan melihat Dhamma; seorang yang melihat Dhamma melihat kemunculan bergantungan.” (Majjhima Nikaya 28: Mahāhatthipadopama Sutta)

7.  Persamaan ini dinyatakan secara eksplisit dalam Sutra Mengenai Jasa Pahala Membuat Stupa yang Disabdakan Buddha, Fo-shuo tsao t'a kung-te chingc; Taisho 699, vol. 16, p. 801.

8.  Koleksi kanonikal kitab suci buddhis yang ada di Tibet.

9.  Kulaputra dan Kuladhita secara literal berarti "putra / putri keluarga". Kula = keluarga.

Keluarga disini yang dimaksud adalah Keluarga Buddha. Terjemahan tibet memakai istilah "putra silsilah", yaitu silsilah Buddha. Artinya adalah para Bodhisattva atau mereka yang menempuh jalan Bodhisattva.

Kulaputra juga bisa diterjemahkan menjadi "putra / putri keluarga terhormat, putra /putri keluarga baik". Terjemahan chinese biasanya memakai istilah "putra /putri berbakti, putra / putri dari keluarga baik"

10.  Śuddhāvāsa, lima alam tertinggi di Alam Brahma Berbentuk, yang hanya dapat dicapai oleh Anagami.



8




    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN) kembali mengundang guru besar filsafat Buddhis Yang Mulia Drepung Tripa Khenzur untuk Rinpoche berbagi dharma di Indonesia dalam rangkaian acara Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017 sepanjang bulan April-Mei mendatang. Kegiatan ini terdiri atas empat mata acara berupa dhamma talk, kelas intensif, dan public teaching yang bertempat di Jakarta, serta tur candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berpuncak pada Upacara Waisak di Pusdiklat Indonesia Gaden Syeydrub Nampar Gyelwei Ling, Kabupaten Malang.
     
    Mata acara pertama, yaitu One Day Dhamma Talk dengan topik “Dhamma: Tak Bernilai atau Tidak Ternilai” akan dilangsungkan pada tanggal 22 April 2017 di The UBM Grand Auditorium, Universitas Bunda Mulia, Jakarta. Topik ini membahas tentang bagaimana menghargai dharma yang sejatinya dapat memberikan kebahagiaan tertinggi.
     
    Selanjutnya, pada tanggal 24 April – 28 April 2017 di daerah Kemang, Jakarta Selatan, Rinpoche akan membimbing kelas intensif dengan topik “Citta dan Cetasika: Batin dan Faktor-Faktor mental”. Pengajaran ini lebih ditujukan kepada para biksu dan umat awam yang serius dalam pembelajaran dharma karena akan secara detail mengupas fenomena psikologis yang dialami seseorang dalam sudut pandang Buddhis.
     
    Kemudian acara ketiga di Jakarta, Rinpoche kembali mengulas teks dharma “Dasar Semua Kebajikan” dalam public teaching selama tiga hari pada tanggal 29 April-01 Mei 2017 di  Prasadha Jinarakkhita, Jakarta.  Teks ini digubah oleh Je Tsongkhapa, filsuf Buddhis dari abad XIV, berisi bait-bait panduan praktik Buddhadharma yang menunjukkan titik temu mazhab-mazhab utama dalam Buddhisme.
     
    Selain menghadiri pembabaran dharma, ada juga kegiatan tur ke candi-candi dan situs Buddhis di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanggal 5-12 Mei 2017. Rangkaian acara ini akan ditutup dengan upacara Waisak pada tanggal 10-13 Mei 2017 di Pusdiklat Indonesia Gaden Syeydrub Nampar Gyelwei Ling di Kabupaten Malang, tempat yang akan menjadi institusi pendidikan pertama yang menyatukan ajaran sutra dan tantra di Asia Tenggara.
     
    YM Drepung Tripa. Khenzur Rinpoche lahir di Tibet pada tahun 1938 di Tibet dan mulai menempuh jalan spritual-Nya pada usia 11 tahun dengan mengikuti penahbisan biksu. Beliau menekuni studi tentang filsafat Buddhis dengan belajar pada banyak sekali guru, termasuk kedua tutor pribadi Yang Mulia Dalai Lama XIV. Beliau menyelesaikan studi dengan nilai terbaik dan mendapatkan gelar geshe lharampa, gelar yang diberikan untuk lulusan terbaik pendidikan filsafat Buddhis dengan tingkatan setara profesor. Saat ini, Rinpoche ditunjuk oleh His Holiness Dalai Lama XIV sebagai pemangku takhta Biara Drepung, satu dari tiga biara besar aliran Gelug dalam Buddhisme Tibet yang telah berdiri selama 600 tahun dan menampung sekitar 5000 Biksu.
     
    Info lengkap dan pendaftaran untuk mengikuti rangkaian kegiatan Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017 dapat diakses di lamrimnesia.org/KR2017
     
    Informasi tambahan:
    Situs: http://lamrimnesia.org/KR2017
    Informasi dan Permohonan Media: lamrimnesia.org]event [at] lamrimnesia.org
    Facebook: www.facebook.com/lamrimnesia
    Instagram: https://instagram.com/lamrimnesia
    Contact Person: Stiven | +62852-6401-4324 atau +62853-7403-7297
     
     
    Frequently Ask Questions
    [LIST=1]
       
    • Siapakah Drepung Tripa Khenzur Rinpoche?[/*]
    Khenzur Lobsang Tenpa dilahirkan dalam sebuah keluarga petani pengembara pada tahun 1938 di Amdo, sebuah propinsi di sebelah timur Tibet. Beliau ditahbiskan sebagai seorang biksu pada usia 11 tahun dan diberi nama Lobsang Tenpa di Biara Taktsang Lhamo di mana ia tinggal sampai usia 18 tahun.
    Beliau berkeinginan sangat kuat untuk mengejar studinya tentang filsafat Buddhis di biara besar Drepung Gomang di Tibet bagian tengah. Biara Drepung sering disebut sebagai Nalanda kedua, merupakan salah satu dari Tiga Biara Besar Gelug.
    Selengkapnya:
    [LIST=1]
       
    • Bagaimana cara mendaftar?[/*]
    Silahkan mengisi formulir di tautan ini
    Acara Jakarta: Dharma Talk / Public Teaching / Intensive Class (22 April – 01 Mei 2017)

    [LIST=1]
       
    • Siapa saja yang boleh mengikuti acara?[/*]
    Acara ini terbuka untuk umum.

    [LIST=1]
       
    • Berapakah biaya yang dikenakan bila mengikuti acara ini? [/*]
    Acara ini tidak dipungut biaya (Gratis). Apabila Anda ingin mendukung acara ini, donasi dapat dilakukan via transfer ke:
               Rek BCA 0077 1199 77
    KCU Tanjung Priok
    a.n. Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrin Nusantara (YPPLN)
    Konfirmasikan donasi Anda ke Fanny.A (+62821 1585 4052) dengan format:
    DONASI/nama paket/nominal/tanggal transfer/nama bank/nama rekening/nama donatur.
               Contoh: DONASI/Karuna/Rp1.000.000/21 Maret 2017/BCA/Cindy Budiman/Cindy Budiman.

    [LIST=1]
       
    • Kapan batas pendaftaran terakhir untuk acara? [/*]
    Sehubungan dengan kebutuhan untuk memperisiapkan kapasitas tempat duduk maka batas waktu pendaftaran adalah sebagai berikut:
    • Untuk Dharma Talk d. 20 April 2017[/*]
    • Untuk Intensive Class d. 22 April 2017[/*]
    • Untuk Public Teaching d. 27 April 2017[/*]
    Untuk peserta yang belum sempat mendaftar diperbolehkan untuk mendaftarkan diri di hari H selama tempat duduk masih tersedia.

    [LIST=1]
       
    • Apa bahasa yang digunakan selama acara?[/*]
    Pembicara menggunakan bahasa Tibet, diterjemahkan langsung ke Bahasa Indonesia. Tersedia juga terjemahan bahasa Inggris melalui radio FM. Untuk mendengarkan terjemahan Bahasa Inggris, mohon membawa Radio FM.
    *for English Translation, please bring your own Radio FM.

    [LIST=1]
       
    • Kapankah acara dimulai? [/*]
    • Dharma Talk dimulai pukul 13.00[/*]
    • Public Teaching dimulai pukul 09.00[/*]
    • Intensive Class dimulai pukul 09.00 (bisa berubah sewaktu-waktu)[/*]
    FAQ lain lain silahkan lihat di http://lamrimnesia.org/2017/03/24/faq/

    9
    [INDONESIA LAMRIM RETREAT]

    “Di satu sisi aspirasi kita adalah untuk mencapai Kebuddhaan, di sisi lain kita juga memikirkan kebahagiaan atau kesejahteraan makhluk lain. Metode yang paling baik bagi kita dalam rangka mencapai atau membangkitkan bodhicitta di dalam batin kita adalah membiasakan batin kita sedemikian rupa dengan instruksi yang disebut Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk ketiga jenis praktisi.” – Rasa Bakti Pada Guru Bagian I

    ************************

    Spiritual merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita yang sekarang maupun yang akan datang, tanpa spiritual kita tidak akan menemukan siapa jati diri kita dan juga apa tujuan dari hidup kita. Marilah kita bersama duduk merenung, belajar, dan membuat kebajikan di :

    INDONESIA LAMRIM RETREAT
    24 Desember 2016 – 01 Januari 2017

    Secara intensif dibimbing langsung oleh Biksu Bhadraruci. Beliau adalah murid dari YM Dagpo Rinpoche pemegang silsilah dari Biara Dagpo Shedrup Ling, satu-satunya Biara Lamrim yang telah melahirkan banyak guru-guru besar.

    Registrasi Online:
    www.ilr2016.eventbrite.com

    Pendaftaran EarlyBird:
    11 November 2016 -  3 Desember 2016

    Pendaftaran dan Informasi :
    - Sapta Hadi Kesuma: +6289 481 1450
    - Aprianti: +628537 524 2326

    Sarwa manggalam,
    Panitia Indonesia Lamrim Retreat (ILR) 2016

    10
    Diskusi Umum / Tragedi seorang gay
    « on: 08 March 2016, 06:58:28 PM »
    Tragedi seorang Gay
    (A Gay Tragedy)

    Oleh Shravasti Dhammika
     Minggu, 25 Mei 2008

    Terkadang seseorang, biasanya lelaki muda tetapi kadang-kadang wanita muda atau lelaki atau wanita tua, akan datang mendekatiku dan setelah beberapa menit keraguan atau basa basi, bertanya padaku tentang posisi buddhis mengenai Homoseksualitas. Ketika mereka bertanya, aku memberitahu bahwa perbuatan dengan niat (kamma/ karma) mengubah kesadaran kita, dan karma kita mengkondisikan masa depan kita. Perbuatan dengan niat positif mempunyai akibat positif dan perbuatan dengan niat negatif mempunyai akibat negatif. Perbuatan seksual yang dimotivasi dengan niat yang biasa, perasaan dan emosi yang ada diantara dua orang yang mencintai satu sama lain, akan mempunyai akibat positif dan tidak akan melanggar sila ke-3, apakah itu homoseksual ataukan heteroseksual. Saya menggarisbawahi poin ini dengan berkata bahwa etika buddhis mengenai seks adalah terutama berkaitan dengan motif di balik perilaku seksual, bukan gender dari pasangan. Maka dari itu, jika dua orang yang jenis kelaminnya sama mengekspresikan cinta mereka pada satu sama lain secara fisik, tidak ada alasan mengapa karma yang diciptakan dari perbuatan tersebut berbeda dari dua orang dengan jenis kelamin berbeda yang melakukan hal yang sama.

    Setelah aku mengatakan ini, aku kemudian mencoba mengubah topik, bukan karena aku malu berbicara mengenai homoseksualitas, tetapi karena aku tidak suka pendekatan "satu issue" dalam dharma. Tetapi, beberapa tahun lalu aku mengalami satu pertemuan yang membuatku menyadari bahwa pertanyaan mengenai homoseksualitas, apakah berasal dari gay sendiri atau keluarga mereka, seharusnya diberikan perhatian penuh. Bagaimanapun teoritisnya atau kecilnya issue ini buat saya, mungkin sangat penting untuk orang yang bertanya.

    Seorang pemuda bernama Julian Rung bertanya apakah dia boleh datang dan berbicara padaku tentang Buddhisme. Saya katakan ya, dan dia datang di hari yang dijanjikan. Julian berusia 20 tahun, berbadan tegap dan muka yang tampan. Dia rapih dan berpakaian bagus. Dia memulai dengan bertanya padaku beberapa aspek mengenai buddhisme, tetapi aku merasa bahwa hal-hal ini bukanlah apa yang ingin dia tanyakan. Akhirnya pertanyaan itu muncul: "Yang Mulia, apakah seorang gay dapat menjadi buddhis yang baik?" Aku memberi jawaban yang biasa tetapi dengan segera nampak bahwa jawaban itu tidak menyenangkannya. Dia terus memotong dan menyatakan keraguan tentang apa yang kukatakan. Aku menjawab semua keberatannya tetapi dia tetap tidak percaya. Setelah tiba pada jalan buntu dan tidak tahu apa yang harus kukatakan lagi, aku bertanya apakah dia gay.

    Dia tersipu malu, mendehem, dan berkata bahwa dia adalah gay. Kemudian dia menceritakan tentang dirinya. Sejak awal remaja dia menyadari bahwa dia tertarik pada lelaki lain dan dia punya ketertarikan khusus pada baju wanita. Takut pada hal ini dia mengendalikannya baik baik. Setahun yang lalu ketika dia wajib militer dia bertemu prajurit lain yang gay dan kemudian mereka menjalin hubungan, walaupun penuh dengan rasa bersalah. Sekali atau dua kali dalam sebulan mereka akan patungan dan menyewa kamar hotel untuk bermalam. Dia akan memakai baju perempuan, memakai riasan, dan bermalam bersama. Bagi Julian, ini akan diikuti dengan hari-hari dimana dia membenci diri sendiri dan tekad untuk tak pernah melakukannya lagi. Setelah memberitahuku semua ini dia kemudian memegang kepalanya dan berkata , "Ini pasti salah."

    Saya menjawab, "yah, sebagian orang akan menganggapnya sedikit aneh. Tetapi dari perspektif buddhis saya tak bisa melihat bahwa hal itu merugikan. Memuaskan nafsu seksual adalah hal yang alami dilakukan dan dapat diterima selama tidak melibatkan perselingkuhan atau melukai orang lain. Konflik yang kamu ciptakan di dalam dirimu sendiri dengan membenci apa yang sebenarnya adalah perasaan yang sama sekali tidak merugikan, melukaimu lebih daripada menjadi seorang gay. Tidak ada alasan mengapa kamu tidak dapat melatih sila - menghormati kehidupan, kepemilikan, dan perasaan seksual orang lain, hak mereka mengetahui kebenaran, dan menjaga pikiranmu dari zat memabukkan - ketika menjadi seorang gay." Julian diam tetapi aku dapat melihat bahwa aku belum dapat menghalau keraguannya. Julian mengunjungiku dua kali dalam dua bulan berikutnya dan percakapan kami adalah tentang dharma secara umum walaupun kami juga menyoal masalah homoseksualitas dengan hasil yang sama.

    Kemudian, setelah tidak bertemu atau mendengar dari Julian selama sekitar 6 bulan, dia menelepon. Dia mengatakan bahwa seorang bhiksu Taiwan terkenal datang ke kota dan berceramah dan dia dapat bertemu dengannya selama beberapa menit. Dia menanyakan pertanyaan yang sama dan bhiksu itu mengatakan padanya bahwa homosekssual adalah hal menjijikan dan jahat, orang-orang homoseksual akan dilahirkan kembali di neraka terendah dimana mereka akan direbus dalam nanah selama berkalpa-kalpa. Julian mengatakan ini dengan nada hampir menang, sepertinya senang bahwa dia telah membuktikan bahwa aku salah atau dia telah menemukan seseorang yang setuju dengannya. Aku bertanya apalagi yang dikatakan bhiksu agung ini. "Tak ada," dia menjawab. "Dia perlu pergi ke tempat lain dan kita hanya punya waktu beberapa menit."

    Seberapa sering ini telah terjadi padaku? Saya memberitahu pada penanya sesuatu mengenai Buddhisme yang aku tahu masuk akal, sesuai dengan Tripitaka, mereka pergi ke bhiksu lain yang mengatakan hal yang berlawanan dan kemudian mereka kembali padaku bertanya tentang keanehan ini. Lalu saya terjebak dengan masalah diantara mengatakan bahwa bhiksu lain tidak tahu apa yang dikatakan [mengenai topik tersebut] (yang seringkali demikian) dan terlihat seperti seorang arogan, atau menggigit bibir tak mengatakan apapun dan membiarkan orang itu pergi dengan kepercayaan bahwa suatu tahyul atau pemikiran dangkal sebagai dharma. Seberapa sering? Sangat sering! Dalam banyak kasus hal ini hanyalah hal yang membuat frustasi. Dalam kasus ini, konsekuensinya tragis.

    "Dengar Julian," saya berkata, "Kamu bertanya padaku tentang apa yang Buddhisme katakan mengenai homoseksualitas dan saya menjawabmu berdasarkan apa yang telah kupelajari dari kitab suci buddhis selama 20 tahun dan memikirkan berbagai issue di dalam cahaya Dharma Buddha. Aku tidak tahu lagi apa yang dapat kukatakan." Aku berkata padanya bahwa jika dia ingin berbicara padaku kapan saja, dia boleh melakukannya, lalu dia menutup telepon.

    Empat hari kemudian, aku membaca koran dan melihat sebuah artikel kecil di halaman 8, judulnya "mayat lelaki ditemukan di taman." Aku membaca artikel itu sekilas dan akan membaca artikel lain ketika nama Julian melompat ke mataku. Dalam sekejap perhatianku terfokuskan. Aku membaca mengenai namanya dan ya itu adalah Julian yang datang mengunjungiku. Saya kembali ke bagian awal artikel dan membaca semuanya. Empat hari sebelumnya, mungkin hanya beberapa jam setelah meneleponku, Julian telah pergi ke taman di tengah Singapura pada larut malam, meminum obat tidur dengan jumlah overdosis, dan ditemukan tewas pagi berikutnya. Catatan bunuh diri telah ditemukan di sakunya tapi koran tidak menyebutkan apa yang ditulisnya.

    Saya merasa sangat sedih. Pikiran bahwa dia berbaring disana sendirian sekali, membenci dirinya sendiri dan sangat putus asa sehingga dia membunuh dirinya sendiri membuatku ingin menangis. Tetapi segera kemarahan meluap menggantikan kesedihan. Saya membayangkan bhiksu Taiwan yang dengan ketidaktahuannya menyatakan opini beracun sebelum pergi bergegas memberi ceramah tentang welas asih atau dielu-elukan massa. Saya menjadi begitu marah hingga berkeinginan menulis surat padanya dan memberitahunya apa yang telah dia lakukan. Kemudian aku berpikir mungkin ini hanya akan jadi buang buang waktu saja. Dia bahkan mungkin tidak ingat berbicara pada Julian.

    Menurutku, kebanyakan orang yang berpikir akan setuju bahwa seks tanpa cinta adalah hal yang tak menarik. Secara fisik, itu hanyalah 'bertukar cairan' seperti yang digambarkan oleh buku tentang kesadaran AIDS. Apa yang menaikkan seks diatas tingkat 'bertukar cairan' adalah motif dan emosi di baliknya - rasa sayang, kelembutan, keinginan menerima dan berbagi, ikatan pendamping, bahkan kesenangan. Ini cocok dengan pernyataan Buddha yang terkenal, "Aku katakan niat adalah karma." Apakah menusukkan pisau ke tubuh seseorang adalah tindakan positif atau negatif? Tergantung! Jika pisau itu dipegang oleh orang yang marah mungkin itu adalah tindakan negatif. Jika pisau dipegang oleh dokter bedah yang melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tentu saja itu positif. Dari perspektif Buddhis, perilaku seksual tidaklah dinilai dari jenis kelamin orang-orang yang terlibat, atau oleh suatu aturan perilaku yang dirumuskan di zaman perunggu, atau oleh apakah dokumen hukum telah ditandatangani, tetapi ditentukan oleh komponen psikologisnya. Orang Homoseksual juga dapat merasakan cinta pada pasangannya sama seperti heteroseksual, dan jika kondisinya demikian, seks homoseksual sama dapat diterimanya dengan seks heteroseksual.

    Ini adalah kebenaran logis dan sederhana dan sesuai dengan ajaran Buddha, tetapi keadaan adalah dimana saya tidak dapat membantu Julian melihat kebenaran itu. Semua pengalaman dia memberitahu dia bahwa tertarik pada sesama jenis adalah salah. Mereka yang ada di sekitarnya selalu menyatakan ketidaksetujuan pada homoseksualitas dan mengejek gay. Hukum (di singapura) memberitahunya bahwa homoseksualitas sangatlah buruk dan harus dihukum 10 tahun penjara, lebih daripada pembunuhan. Dia tahu bahwa guru agama, kr****n, Muslim, dan bahkan sebagian Buddhis, menganggapnya sangat jahat dan akan mempunyai akibat sangat buruk di kehidupan berikut. Semua ejekan dan ketidaktahuan ini mencegahnya mendengar ucapan lembut yang masuk akal dan kata-kata baik dari Buddha. Itu memberinya penderitaan yang sangat, dan akhirnya membuat dia bunuh diri.

    Saya teringat pada Julian karena tiga minggu lalu saya mewakili Buddhisme dalam seminar mengenai agama dan homoseksualitas di Catholic Junior Collage. Dari 800 murid yang mendengar, saya berasumsi bahwa pasti ada homoseksual dan mungkin mereka sedang berjuang untuk mengerti perasaan mereka sendiri. Mengetahui bahwa apa yang kukatakan bisa saja berpengaruh pada apa yang terjadi selama mereka bertumbuh, apakah bahagia, atau dapat menyesuaikan diri, atau tersiksa dan membenci diri sendiri, saya dengan sangat hati-hati menerangkan posisi Buddhis mengenai homoseksualitas.


    Tentang penulis
    Shravasti   Dhammika  dilahirkan di Australia pada tahun 1951 dalam sebuah keluarga   kr****n  dan menjadi seorang Buddhis pada usia delapan belas tahun.  Pada  tahun  1973 beliau pergi ke Thailand dengan niat untuk menjadi  seorang   bhikkhu tetapi menjadi tidak tertarik dengan apa yang dilihat  di Vihara   disana beliau mengunjungi Laos, Burma dan India. Untuk tiga  tahun   berikutnya beliau mengunjungi seluruh India mempelajari yoga dan    meditasi dan akhirnya ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu oleh   Venerable  Matiwella Sangharatna, murid terakhir dari Anagarika   Dharmapala. Pada  tahun 1976 beliau pergi ke Sri Langka dan Singapore.   Bhante Dhammika,  demikian yang dikenal oleh murid-murid dan   teman-temannya, telah menulis  lebih dari dua puluh lima buku dan   artikel-artikel tentang Buddhisme  dan subjek-subjek yang berhubungan.   Beliau juga terkenal karena  ceramah-ceramahnya dan mewakili Buddhisme   Theravada pada Konferensi  Millenium Buddhis Eropa di Berlin pada tahun   2000. Sekarang beliau adalah penasihat spiritual untuk Buddha Dhamma Mandala Society di Singapura.

    http://sdhammika.blogspot.co.id/2008/05/gay-tragedy.html

    11
    [Ven Khenzur Rinpoche, Sang Pemegang Takhta Drepung Datang ke Indonesia]



    Kesempatan untuk dapat belajar langsung dari Guru yang memiliki realisasi dan menguasai seluruh tahapan ajaran Buddha tidaklah mudah didapat, membutuhkan kebajikan yang besar.

    Kebanyakan dari kita tidak dapat bertemu dengan para Guru tersebut, dikarenakan jarak atau kurang kesempatan yang ada.

    Gomang Khenzur Rinpoche Lobsang Tenpa, atau biasa disapa Khenzur Rinpoche merupakan Pemegang Tahta Silsilah Ajaran Gelug (Drepung Tripa).

    Terpilih menduduki jabatan tersebut berarti beliau sudah memahami dan bahkan merealisasikan seluruh ajaran dari biara tersebut dan juga telah melewati berbagai ujian dengan sukses.

    Drepung yang sering disebut sebagai Nalanda Kedua, merupakan salah satu dari Tiga Biara Besar Gelug.
    Didirikan pada tahun 1416 oleh salah satu murid utama Je Tsongkhapa.
    Kini telah terdapat sekitar bhiksu yang belajar di biara-biara Drepung.

    Jika anda memiliki kebajikan yang cukup untuk belajar Dharma dari Khenzur Rpc, tentunya anda tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengikuti rangkaian "Public Teaching bersama Ven. Khenzur Rinpoche" pada bulan Maret 2016 ini.

    Nantikan info-info berikutnya seputar pubtic ini.

    Info lebih lanjut:

    Call Center (+6281222816044)
    William Wijaya (+6285261067922)
    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara

    12
    MAHAPRANIDHANA PUJA 2 - PENUHI TAHUN BARU DENGAN KEBAJIKAN



    Kadam Choeling Indonesia mengundang Anda untuk melakukan suatu kegiatan yang luar biasa bermanfaat di akhir tahun 2015 ini. Mempertemukan dua tradisi Buddhis, yaitu Cina dan Tibet. Selama kurang lebih satu minggu, ratusan orang berkumpul dan bersama-sama melafalkan kitab Liang Huang Pao Can (Doa Pertobatan Kaisar Liang) serta puja Tibetan yang terdiri atas pujian kepada Arya Tara dan puja Enam Belas Arahat, ditutup dengan pelimpahan jasa kepada sanak keluarga baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Secara khusus, pelafalan Liang Huang Bao Can bermanfaat untuk mengikis tumpukan karma buruk yang akan menghambat kehidupan kita sekarang maupun kehidupan mendatang. Pujian kepada Arya Tara melindungi kita dari bahaya, menyembuhkan penyakit, dan memenuhi segala kebutuhan kita dalam perjalanan mencapai pencerahan. Puja Enam Belas Arahat mengingatkan kita pada kualitas keenambelas Arahat yang menerima instruksi Sang Buddha untuk meninggalkan sikap mementingkan diri sendiri dan menetap dalam samsara demi kebahagiaan semua makhluk.

    Jangan lewatkan kesempatan mengumpulkan kebajikan dan purifikasi yang ekstensif di Mahapranidhana Puja 2015, 23-31 Desember 2015 di Villa Istana Bunga, Lembang, Bandung.  Pendaftaran dapat dilakukan dengan melalui link: http://www.kadamchoeling.or.id/pray4rpc
    Info lebih lanjut:
    retret [at] kadamchoeling.or.id
    Frans (+62813 8008 8566)
    Afriyandi (+62897 8797 017)

    Sarwa Manggalam.

    =======================================================
    Tak terasa kini kita telah memasuki bulan Desember di tahun 2015. Kita akan segera meninggalkan tahun 2015 ini dan memulai tahun 2016 dengan segala semangat dan resolusi yang baru. Namun sebelum kita membuat resolusi kita harus melihat kembali apa saja yang telah dilakukan di tahun ini. Satu pertanyaan besar yang perlu benar-benar kita pikirkan adalah sudahkah saya melakukan hal yang bermakna di tahun ini?

    Kita dapat mengatakan ‘Saya mencapai naik jabatan di pekerjaan saya, mendapatkan pekerjaan, lulus kuliah, jalan-jalan ke luar negeri, dsb.’ Benar, itu sebuah pencapaian, secara duniawi. Akan tetapi, apakah kita sudah melakukan hal bermakna secara spiritual? Apakah kita sudah mengumpulkan karma baik atau menghindari melakukan karma buruk?

    Apakah saya melakukan donasi besar terhadap suatu vihara? Apakah saya membangun stupa? Apakah saya melakukan pengumpulan doa dan mantram? Apakah saya mengisi keseharian saya dengan aktivitas bajik?

    Kita perlu merenungkan dengan sungguh-sungguh hal ini. Kemanakah bekal yang kita kumpulkan akan membawa kita di kehidupan mendatang?

    Kita bisa mencoba melihat dari aktivitas keseharian kita di tahun 2015 ini. Apakah kita hanya melakukan aktivitas bajik yang menciptakan karma baik? Ataukah kita justru dipengaruhi kekotoran batin dan melakukan dalam karma buruk?

    Dipengaruhi keyakinan, kita melakukan puja bakti kepada Buddha. Dipengaruhi kesabaran, kita tidak marah ketika orang yang menghina kita. Dipengaruhi kemurahan hari, kita memberi makan pengemis yang kelaparan atau berdonasi terhadap Sangha. Dipengaruhi semangat, kita menjalankan komitmen pengumpulan doa dan mantram atau mengumpulkan paramita. Dipengaruhi cinta kasih kepada semua mahkluk, kita memanfaatkan setiap momen dalam hidup kita untuk berjuang dalam jalan menuju pencerahan.

    Dipengaruhi kebencian, kita mungkin membunuh nyamuk-nyamuk yang menggigit kita atau berniat menyakiti orang lain. Dipengaruhi keserakahan, kita mengambil tanpa ijin barang milik teman kita atau berniat mengambil uang orang tua kita. Dipengaruhi kemarahan, mengucapkan kata-kata kasar kepada orang tua atau orang yang memotong jalan kita ketika menyetir mobil. Dipengaruhi kemalasan, bergosip dan menghabiskan waktu untuk kata-kata tidak berguna atau menolak menolong orang yang meminta bantuan pada kita.

    Setelah perenungan yang sungguh-sungguh, apabila kita menemukan bahwa kita lebih banyak mengumpulkan karma baik dalam keseharian kita, kita harus bermudita dan bersemangat mengumpulkan kebajikan. Namun apabila kita cenderung menemukan bahwa kita lebih banyak mengumpulkan karma buruk, kita harus segera melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.

    “Jangan pikir bahwa perbuatan buruk
    Sekecil apapun tidak akan mengejarmu.
    Sama seperti bejana besar dipenuhi
    Oleh tetesan-tetesan air,
    Begitu pula orang bodoh dipenuhi kesalahan
    Yang dihimpun sedikit demi sedikit.”
    ~Udana-varga

    13
    Mahayana / Ratnāvalī Untaian Permata Nasehat kepada Raja
    « on: 07 November 2015, 03:07:24 PM »
    Untaian Permata Nasehat kepada Raja
    Oleh Nagarjuna


    judul sansekerta: Raja parikatha ratnāvalī
    judul tibet: rgyal po la gtam bya ba rin po che’i phreṅ ba


    Terjemahan Bahasa Indonesia terutama menggunakan terjemahan Inggris dari bahasa Tibet oleh Sonam Tsering Ngulphu, dalam "Precious Garland: Buddhist Approach to Life, Polity, and Liberation". Terjemahan lain dan versi sansekerta digunakan sebagai perbandingan
     Ratnāvalī dikarang oleh Nagarjuna untuk sahabatnya yang adalah seorang raja, Raja Gautamiputra Satakarni, raja ke-23 dari dinasti Satavahana yang memerintah di India Selatan sekitar abad pertama Common Era. Arya Nagarjuna menjabarkan nasihat mengenai bagaimana menjalani hidup. Beliau menguraikan tahapan bagaimana memperbaiki kondisi kita dari kehidupan ke kehidupan, terbebas dari semua penderitaan, meraih kebahagiaan sementara, hingga akhirnya memuncak pada pencerahan sempurna.
    24 bait pertama yang diterjemahkan disini, menguraikan praktik dharma untuk mencapai Status Tinggi, kebahagiaan duniawi, yang cocok untuk dipraktikkan para perumah tangga
    =========================================

    Hormat kepada Buddha dan Bodhisattva!

    (1) Secara lengkap terbebaskan dari semua kesalahan
    Dan dihiasi oleh semua kualitas baik,
    Kepada satu-satunya teman bagi semua makhluk,
    Sang Maha-tahu, aku memberi hormat

    (2) Oh Raja! Supaya engkau dapat mempraktikkan Dharma
    Aku akan mengajarkan yang sepenuhnya bajik,
    Karena di dalam bejana ajaran sempurna
    Praktik - praktik dharma dapat direalisasi

    (3) Pertama, latihlah faktor Status Tinggi (abhyudaya)
    Kemudian, faktor Kebaikan Tertinggi (naihsreyasa)
    Karena setelah taraf status hidupnya meningkat
    Secara bertahap Kebaikan Tertinggi akan diraih

    <abhyudaya = Meningkat, Yang Tinggi, Kesejahteraan; merujuk pada kelahiran di alam bahagia yaitu alam manusia, dewa, dan setengah-dewa.
    naihsreyasa = Yang Terbaik, Kebahagiaan tertinggi; merujuk pada pencapaian nirvana dan kemahatahuan>


    (4) Status Tinggi (abhyudaya) adalah kebahagiaan (sukha)
    Kebaikan Tertinggi (naihsreyasa)  adalah pembebasan (moksa)
    Sumber dari pencapaian kedua hal tersebut, singkatnya
    adalah keyakinan (sraddha) dan kebijaksanaan (prajna)

    (5) Mempunyai keyakinan, seseorang mengandalkan praktik Dharma,
    Mempunyai kebijaksanaan, seseorang mengetahui kebenaran
    Dari keduanya, kebijaksanaan adalah yang utama,
    tetapi keyakinan lebih dahulu datang [sebagai prasyarat]

    (6) Tidak melanggar Dharma Karena keinginan (chanda) ,
    kebencian (dvesa), ketakutan (bhaya), dan delusi (moha),
    Ia disebut sebagai seorang yang memiliki keyakinan
    wadah yang cocok bagi Kebaikan Tertinggi

    (7) Siapapun, yang setelah menganalisa dengan baik
    Semua perbuatan dari tubuh, ucapan, dan pikiran,
    Dengan sadar berbuat untuk manfaat diri sendiri dan orang lain
    demikian ini selalu dilakukan, adalah orang bijak

    (8) Menghindari pembunuhan; pencurian, dan tidak menginginkan
    pasangan orang lain; Tidak berbohong,
    tidak berkata memecah-belah, tidak berkata kasar menyakitkan,
    dan kata-kata tak bermanfaat

    (9) Meninggalkan seluruhnya ketamakan, niat menyakiti,
    dan pandangan salah [yang menyangkal hukum karma]
    Ini adalah sepuluh jalan perbuatan putih
    Sedangkan lawannya adalah sepuluh jalan perbuatan hitam

    (10) Menghindari minuman keras, menjalankan penghidupan baik,
    tidak menyakiti makhluk lain; memberi dana dengan hormat;
    Menghormati yang patut dihormati, dan memiliki cinta kasih (maitri)
    Secara singkat, itulah praktik Dharma

    (11) Tidak ada praktik dharma dari hanya menyiksa tubuh
    Karena metode itu tidaklah meninggalkan perbuatan menyakiti makhluk lain
    Dan juga tidak membantu makhluk lain

    (12) Tidak menghormati jalan dharma sejati yang agung
    Yang mengajarkan kemurahan hati (dana), moralitas (sila), dan kesabaran (ksama)
    Dan melakukan penyiksaan diri, mereka tersesat ke jalan salah
    dan mengikuti jalan binatang

    (13) Tubuh mereka dililit ular beracun klesha
    Memasuki hutan samsara yang menakutkan
    yang berisi pohon-pohon kelahiran kembali tak terbatas
    dan berdiam di dalamnya untuk waktu yang lama

    (14) Karena membunuh, usia seseorang menjadi pendek;
    Karena menyakiti orang lain, kamu akan menerima penderitaan;
    Karena mencuri, kamu akan kekurangan harta;
    Karena perilaku seks yang salah, kamu mendapat musuh

    (15) Karena berbohong, kamu akan difitnah;
    Karena ucapan memecah belah, kamu akan kehilangan teman;
    Karena ucapan menyakitkan, kamu akan mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan;
    Karena ucapan tidak bermanfaat, ucapanmu tidak dihargai

    (16) Ketamakan menghancurkan harapan-harapanmu;
    Niat jahat menyebabkan ketakutan;
    Pandangan salah membawa pada pikiran-pikiran destruktif;
    Mengkonsumsi minuman keras membingungkan pikiran

    (17) Karena tidak memberi, adalah sebab kemiskinan;
    Karena penghidupan yang salah, engkau akan ditipu;
    Kesombongan adalah sebab bagi kelahiran [berstatus] rendah
    Karena iri hati, menyebabkan kurangnya wibawa

    (18) Karena marah, engkau akan mempunyai raut muka yang buruk;
    Karena tidak bertanya pada orang bijaksana, engkau tetap bodoh;
    Semua akibat yang disebutkan ini muncul di kelahiran sebagai manusia;
    tetapi sebelumnya, mereka jatuh ke alam rendah

    (19) Hal-hal ini disebut ketidakbajikan (akusala)
    Buah akibatnya (vipaka) telah dijelaskan
    Sementara semua hal kebajikan (kusala)
    Akibatnya adalah kebalikan [dari akibat ketidakbajikan]

    (20) Kemelekatan (lobha), kebencian (dveṣā), delusi (moha),
    dan tindakan yang mereka hasilkan adalah tak-bajik
    Tidak melekat (alobha), tidak membenci (adveṣā), tanpa delusi (amoha),
     dan tindakan yang mereka hasilkan adalah bajik.

    (21) Dari ketidakbajikan muncul semua penderitaan 
    dan juga semua kelahiran di alam buruk
    Dari kebajikan muncul semua kelahiran di alam baik
    Dan semua kenikmatan dalam banyak kehidupan

    (22) Menghindari apapun ketidakbajikan,
    Selalu melakukan kebajikan,
    Melalui tubuh, ucapan, pikiran;
    Demikianlah dharma dijelaskan dalam dua aspek ini

    (23) Dengan Dharma ini kita terbebaskan sepenuhnya
    dari kelahiran di neraka, hantu kelaparan, dan binatang.
    Menganugerahkan kebahagiaan, kejayaan, dan kekuasaan
    di antara para dewa dan manusia

    (24) Melalui konsentrasi (dhyana), yang tak terbatas (apramana), dan tanpa-bentuk (arupa);
    Seseorang mendapatkan kesenangan sebagai brahma;
    Inilah uraian ringkas dari
    Dharma Status Tinggi (abhyudaya) dan buahnya

    <dhyana = merujuk pada empat dhyana/jhana

    apramana = merujuk pada empat tanpa-batas, yaitu

    1. cinta kasih / metta /maitri,
    2. welas asih /karuna,
    3. kesenangan simpatik /mudita,
    4. keseimbangan batin / upekkha/ upeksha
    arupa = merujuk pada empat tingkat meditasi tanpa bentuk,

    1. Ruang tanpa batas / Ākāsānañcāyatana,
    2. Kesadaran tanpa batas / Viññāṇañcāyatana,
    3. Kekosongan tanpa batas / Ākiñcaññāyatana,
    4. bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi / Nevasaññānāsaññāyatana >








    14


    Southeast Asia Lamrim Festival 2015 (Jakarta)
    Oleh Dagpo Rinpoche

     
    Public Teaching “Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan”
    12-13 Desember 2015
    Roemah Joglo
    Jl Taman Aries Raya No.9A Jakarta Barat

     
    Inisiasi Awalokiteswara
    Sebelas Muka Seribu Tangan
    19-20 Desember 2015

     
    Yang hendak mengikuti Inisiasi, dianjurkan mengikuti:
    Kelas Pembekalan Inisiasi
    14, 21 atau 28 November 2015 (pilih salah satu)
    10.00-15.00 WIB
    Prasadha Jinarakkhita
    Jl Kembangan Raya Blok JJ Jakarta 11610

     
    Ceramah tersedia dalam Bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, Hokkian, dan Perancis. Selain Bahasa Indonesia, silahkan bawa radio dan headset.

     
    Pendaftaran: kadamchoeling.or.id/sealf
    Tersedia Rupang Kwan Im bagi 100 pendaftar Inisiasi pertama

     
    Informasi lebih lanjut:
    www.kadamchoeling.or.id/sealf2015
    publicteaching [at] kadamchoeling.or.id
    Fanny Angreani +6282115854052
    Stepfina +628567554189

     
    TANPA BIAYA
    TEMPAT TERBATAS

    15
    Sutra Mahayana / Sutra Sutra Prajnaparamita
    « on: 02 July 2015, 10:53:47 PM »
    Sutra Prajñāpāramitā merujuk pada kelompok sutra yang membahas mengenai penyempurnaan kebijaksanaan. Berasal dari kata prajñā (kebijaksanaan) dan pāramitā (penyempurnaan); bisa juga diartikan kebijaksanaan transenden. Konsep utamanya adalah membahas śūnyatā (kekosongan).


    Prajñaparamita (Skt. prajñāpāramitā; Tib. ཤེར་ཕྱིན་, ཤེས་རབ་ཀྱི་ཕ་རོལ་ཏུ་ཕྱིན་པ་, sherchin; Wyl. sher phyin, shes rab kyi pha rol tu phyin pa) means 'Perfection of Wisdom'

    ===================================================


    1. PERFECT WISDOM: The Short Prajnaparamita Texts. Edward Conze. 1973. Buddhist Publishing Group.

        Sārdhadvisāhasrikā Prajñāpāramitā Sūtra / Sutra Prajnaparamita dalam 2500 sloka, atau nama lainnya: Sutra Pertanyaan Bodhisattva Suvikrāntavikrāmin.
        Saptaśatikā Prajñāpāramitā Sūtra / Sutra Prajnaparamita dalam 700 sloka, atau nama lainnya: Penjelasan Bodhisattva Mañjuśrī mengenai penyempurnaan kebijaksanaan.
        Pañcaśatikā Prajñāpāramitā Sūtra / Sutra Prajnaparamita dalam 500 sloka
        Vajracchedikā Prajñāpāramitā Sūtra
        Heart of Perfect Wisdom in 25 lines / Sutra Hati Prajnaparamita versi panjang
        Heart of Perfect Wisdom , shorter version / Sutra Hati Prajnaparamitaversi pendek
        Svalpaksara Prajnaparamita / Sutra Prajnaparamita dengan sedikit aksara
        Suryagarbha Prajnaparamita
        Candragarbha Prajnaparamita
        Samantabhadra Prajnaparamita
        Vajrapani Prajnaparamita
        Vajraketu Prajnaparamita
        Prajnaparamita in 50 lines / Prajnaparamita dalam 50 sloka
        Kausika Prajnaparamita / Prajnaparamita yang diajarkan untuk Sakka
        The Questions of Nagasri / Pertanyaan Nagasri (bagian pilihan)
        Prajnaparamita in 150 lines / Prajnaparamita dalam 150 sloka
        The 108 names of Holy Perfection of Wisdom
        The 25 doors to Perfect Wisdom
        The Blessed Perfection of Wisdom, The Mother of All Tathagatas, in One Letter

    http://www.mediafire.com/view/02v0tu2y5qxfetm/The_Short_Prajnaparamita_Texts,Conze,1973,1993.pdf


    =============================================================

    Saptaśatikā Prajñāpāramitā Sūtra: perfection of wisdom in 700 lines, the bodhisattva Mañjuśrī's exposition of Prajñāpāramitā.


    2. Mañjuśrīparivartāparaparyāyā Saptaśatikā Prajñāpāramitā :The Perfection of Wisdom in 700 Lines

    Translated from sanskrit by Edward Conze

    http://www.mediafire.com/view/cjjrfq58j4bwyft/SaptaSatika_Prajna_Paramita_Manjusri_Sutra_-_700_Lines_english_conze.pdf


    3. Mahāprajñāpāramitā Mañjuśrīparivarta Sūtra. Translated by Lapis Lazuli Texts; from Taishō Tripiṭaka 232.

    http://www.mediafire.com/download/44g86ozk24qp36q/T0232_LL_manjusri_prajnaparamita.pdf



    =============================================================


    Aṣṭasāhasrikā Prajñāpāramitā Sūtra


    4. The Prajna Paramita Sutra on the Buddha-Mother's Producing the Three Dharma Treasures, Spoken by the Buddha

    (Also know as:) The Perfection of Wisdom in 8000 Lines The Smaller Prajna Paramita Sutra (Tripitaka: 0227) (Taisho Tripitaka: 0228) Translated into Chinese during Song Dynasty by Tripitaka Master Danapala Translated into English by Richard Babcock (Copper)

    http://www.mediafire.com/view/lcbmtz7b64g50hn/the-prajna-paramita-8000-lines.pdf


    5. THE PERFECTION OF WISDOM IN EIGHT THOUSAND LINES & ITS VERSE SUMMARY

    Translated by Edward Conze. Termasuk Ratnagunasamcayagatha (bait-bait pengumpulan kualitas berharga), yang merupakan rangkuman dari astahasasrika.

    http://www.mediafire.com/view/kgmdh20gbupv9sc/Ratnagunasamcayagatha.pdf


    ==============================================

    Mahāprajñāpāramitā Sūtra

    Aṣṭadaśasāhasrikā Prajñāpāramitā Sūtra: The Perfection of Wisdom in 18,000 lines

    Pañcaviṃśatisāhasrikā Prajñāpāramitā Sūtra: The Perfection of Wisdom in 25,000 lines

    Śatasāhasrikā Prajñāpāramitā Sūtra: The Perfection of Wisdom in 100,000 lines



    6. The Large Sutra on Perfect Wisdom. Edward Conze. 1975. UNIVERSITY OF CALIFORNIA PRESS BERKELEY, LOS ANGELES, LONDON.

    Buku ini mencampurkan bagian - bagian dari tiga sutra , yaitu dari Aṣṭadaśasāhasrikā , Pañcaviṃśatisāhasrikā , dan Śatasāhasrikā.

    http://www.mediafire.com/view/7qkdw7lg00ox0tz/The_Large_Sutra_On_Perfect_Wisdom,Conze,1975a.pdf


    ================================================


    Svalpaksara Prajnaparamita / Sutra Prajnaparamita dengan sedikit aksara


    7. Ārya Bhagavati Svalpākṣarā Prajñāpāramitā Sūtra

    聖佛母小字般若波羅蜜多經  Shêng Fo-mu Hsiao-tzŭ Po-jo Po-lo-mi-to Ching

    Sūtra tentang Prajñāpāramitā, Bunda Para Buddha yang Suci, dalam Sedikit Aksara

    Versi Bahasa Indonesia dengan transliterasi mandarin

    http://www.mediafire.com/view/3mgu1oz20bg81av/Svalpaksara_Prajnaparamita.pdf


    ==================================================



    Pages: [1] 2 3 4 5
    anything