Bro Fabian yang baik,
Kalau saya mengutip dari wikipedia mengenai meditasi Vipassana /Pandangan Terang maka saya sebenarnya melihat kemiripan meditasi Vipassana dengan meditasi Zen. Hanya saja Zen mungkin lebih to the point menunjuk pada PIKIRAN sebagai subjek sekaligus objek meditasinya dan tidak mau melekat pada konsep apapun. Dapat dikatakan meditasi Zen adalah meditasi yang bertujuan menenangkan dan menyucikan pikiran. Tujuannya sederhana dan jelas.
Vipassanā (Pāli) or vipaśyanā (Sanskrit) means "insight". While it is often referred to as Buddhist meditation, the practice taught by the Buddha was non-sectarian, and has universal application. It does not require conversion to Buddhism. While the meditation practices themselves vary from school to school, the underlying principle is the investigation of phenomena as they manifest in the five aggregates (skandhas) namely, matter or form (rupa), sensation or feelings (vedana), perception (samjna, Pāli sanna), mental formations (samskara, Pāli sankhara) and consciousness (vijnana, Pāli vinnana). This process leads to direct experiential perception, vipassanā
Vipassanā is a Pali word from the Sanskrit prefix "vi-" and verbal root √drś. It is often translated as "insight" or "clear-seeing," though, the "in-" prefix may be misleading; "vi" in Indo-Aryan languages is cognate to our "dis." The "vi" in vipassanā may then mean to see apart, or discern. Alternatively, the "vi" can function as an intensive, and thus vipassanā may mean "seeing deeply". In any case, this is used metaphorically for a particularly powerful mental self-perception.
Vipassanā meditation is a very simple, logical technique which depends on direct experience, observation, rather than belief. It has three parts - adherence to a sīla (Sanskrit: śīla) (abstinence from killing, stealing, lying, sexual misconduct and intoxication), which is not an end in itself but a requirement for the second part, concentration of the mind (samādhi). With this concentrated mind, the third part of the technique (paññā, Sanskrit prajñā) is detached observation of the reality of the mind and body from moment to moment.
Kemiripan itu adalah tiga tahap (dalam tradisi Zen):
Dalam meditasi Zen, tahap pertama sebelum melangkah menuju meditasi/Zen, seseorang harus mematuhi Panca Sila Buddhist untuk mengendalikan
tindakan dan ucapan. Khusus sila pertama, Zen memiliki tradisi ‘vegetarian’ yang mungkin tidak ‘wajib’ dalam tradisi Theravada.
Tahap kedua adalah samadhi/meditasi/Zen itu sendiri atau konsentrasi pikiran dari waktu ke waktu / mindfulness.
Pikiran adalah yang terpenting dalam tradisi Zen, karena pikiran adalah sumber dari tindakan dan ucapan. Ini terkait dengan karma yang terdiri dari tindakan, ucapan, pikiran. Ini seperti mencabut rumput (tindakan & ucapan) yang harus sampai ke akar (pikiran).
Di dalam tradisi Zen, teknik bernapas yang baik memerankan peran sangat penting dalam konsentrasi pikiran dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.
Hasil tahap kedua adalah mindfulness / eling/ hidup sadar yang ditandai dengan pikiran-ucapan-tindakan praktisi meditasi yang menjadi ‘tenang’ atau ‘terkendali dengan baik’ (kalau Anda tidak menyukai kata ‘tenang’).
Namun yang perlu dicatat adalah sampai pada tahap kedua ini (mindfulness/ eling/ sadar) pikiran buruk/jahat masih dapat timbul dan belum dapat dihancurkan.
Pada tahap ketiga atau terakhir, kita harus menggunakan perhatian penuh kesadaran/ eling/ mindfulness yang sudah diperoleh pada tahap kedua tersebut ditambah dengan
wisdom/prajna/panna kita sendiri yang diperoleh dari pengalaman HIDUP sehari-hari yang memungkinkan kita menghancurkan semua pikiran jahat/buruk.
Wisdom/Prajna yang dimaksud adalah wisdom/prajna seorang Bodhisattva.
Di dalam tradisi Zen, orang yang berhasil pada tahap ketiga ini telah menjadi seorang Bodhisattva atau minimal seorang Master Zen.
Biasanya sebelum menjadi Master Zen, seorang praktisi Zen mengalami apa yang biasa disebut beberapa
pencerahan mendadak/seketika. Diperlukan latihan eling/mindfulness yang kontinyu dan satu atau beberapa pengalaman hidup ‘pencerahan seketika’ yang tak disangka-sangka datangnya itu untuk menjadi seorang Master Zen.
Namun karena pencerahan seketika itu bersifat pribadi maka seringkali Master Zen enggan menceritakan pengalaman pencerahan seketika itu atau enggan mengaku sebagai Master Zen.
Dalam sejarah Zen, seringkali cerita pencerahan seorang Master Zen itu diperoleh dari teman seperguruan sang Master Zen itu yang menyaksikan sendiri bagaimana temannya mencapai pencerahan mendadak berkat petunjuk Gurunya.
Saya yakin saat ini di dunia ini banyak Master Zen yang menyembunyikan identitasnya dan pencerahannya sehingga tidak diketahui khalayak umum. Master Zen Thich Nhat Hanh termasuk yang diketahui umum, yang tersembunyi mungkin ratusan bahkan ribuan Master.
Yang lain mungkin boleh saja mempromosikan teh, kopi, soft drink dll yang memiliki aroma dan cita rasa yang menggoda lidah, tapi lidah saya tetap menyukai air minum biasa yang bening, jernih, dan menyehatkan. Itulah Zen dan meditasinya yang unik dan simple. Saya tetap menyukai (meditasi) Zen yang menurut saya simple, alamiah, menyegarkan dan menenangkan pikiran saya.
Pepatah Zen: Sebagai manusia biasa, pikiran tak berkurang. Sebagai Buddha, pikiran tak berlebih.
(Meditasi) Zen adalah semacam pendekatan etika dan psikologis yang sesungguhnya diperlukan oleh semua orang di dunia ini, tak melihat status sosial, etnis, bahkan agama, untuk mencapai ketenangan dan kedamaian individual yang pada akhirnya ‘cahaya’ ketenangan dan kedamaian itu ‘menyebar’ ke seluruh dunia. Sebagaimana meditasi Vipassana itu sendiri yang bersifat lintas agama dan berusaha agar semua orang yang mengikutinya mencapai 'Pandangan Terang'. Correct me if I'm wrong.