//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!  (Read 46929 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« on: 06 May 2008, 08:30:05 AM »
 Dalam bukunya "Mindfulness, Bliss & Beyond" maupun dalam ceramah-ceramahnya, Ajahn Brahm mengemukakan rumusan Empat Kebenaran Luhur yang dibolak-balik. Misalnya, pada ceramah "Growth of Buddhism in the West", Speech by Venerable Ajahn Brahmavamso, Third Buddhist Summit -- Phnom Penh, Cambodia, December 2002, beliau berkata:

Quote
"We all know that the Lord Buddha said to teach the Dharma in ordinary language (e.g. Aranavibhanga Sutra). Let me give an example of what I think this means. Last century, Western priests and scholars dismissed Buddhism as pessimistic, saying that it only focuses on suffering. This was even repeated by Pope John Paul II in his controversial book on world religions. To avoid this misunderstanding one may rearrange the central Dharma Teaching of the Four Noble Truths as Happiness (Dukkhanirodho); the Cause of Happiness (the Eight-Fold Path); the Absence of Happiness (Dukkha); and the Cause for the Absence of Happiness (Craving). This shifts the focus onto happiness.

This is a simple re-packaging of the Dharma that retains the essence while being more attractive to modern audiences. It is justified by the Lord Buddha's statement that "Nirvana is the highest happiness" (Dhammapada 203, 204). When I present the Four Noble Truths in such a way, I find all generations listen and come back for more."

Jadi, Sang Buddha mengajarkan:
(1) Dukkha
(2) Penyebab Dukkha
(3) Lenyapnya Dukkha
(4) Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha

dan Ajahn Brahm mengajarkan:
(1) Kebahagiaan (Lenyapnya Dukkha)
(2) Jalan Menuju Kebahagiaan (Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha)
(3) Tidak adanya Kebahagiaan (Dukkha)
(4) Penyebab tidak adanya Kebahagiaan (Penyebab Dukkha).

Alasan beliau, ini adalah siasat bagi promosi Buddhisme di Barat, karena orang Barat sering bilang Buddhisme itu agama pesimistik.

Bagaimana pendapat teman-teman?

Salam,
Hudoyo

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #1 on: 06 May 2008, 08:35:59 AM »
Review :
1. Yang menganggap pesimistik itu siapa? Apakah dari perasaaan pikiran sendiri? atau terpengaruh gosip luar yang mengatakan hal itu?
2. menurut gw,selama tidak keluar dari batas konstrain yang diajarkan Sang Buddha mengenai Empat Kebenaran Mulia dalam arti tidak mengganti isi, silahkan,yang akan dipertanyakan mungkin jika isinya diganti contoh Triratna Buddhism oleh aliran antah berantah diganti isinya menjadi versi mereka sendiri.
3. Selama kita punya pemikiran positif dalam mengajarkan,no problemo awalnya Sang Buddha juga mengajarkan hal yang berbeda dengan Brahmanism dan Hinduism masyarakat India waktu itu. tapi Sang Buddha tetap positif dan akhirnya menjadi agama yang bertahan sampai saat ini.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #2 on: 06 May 2008, 09:14:07 AM »
mengakhiri penderitaan itu "mudah" xiixiiixii....  ^-^ ^-^
mengakhiri kebahagiaan itu "sulit"

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #3 on: 06 May 2008, 09:55:55 AM »
permainan kata2x  :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #4 on: 06 May 2008, 10:47:46 AM »
Orang mencari kebahagiaan bukan hanya di Barat. Sepanjang zaman, di mana saja, orang mencari kebahagiaan. Di zaman SB pun orang mencari kebahagiaan.

Mengapa Sang Buddha tidak mengajarkan ajaran beliau sebagai "ajaran kebahagiaan" sejak 2500 tahun lalu, sebagaimana Ajahn Brahm mengajarkannya pada abad ke-21 ini?

Mengapa SB berkata bahwa Dhamma itu "sangat dalam dan sukar dipahami" oleh manusia kebanyakan? Mengapa SB berkata bahwa "sangat sedikit manusia yang sudah tipis debu yang menutupi matanya"?

Mengapa SB tidak menggunakan cara-cara promosi modern untuk mengajarkan Dhamma sebagaimana dilakukan oleh Ajahn Brahm? Bukankah dengan demikian Agama Buddha akan lebih mudah menyebar ke segala penjuru dunia? Apakah pannya SB kurang dibandingkan Ajahn Brahm?

Manakah di antara kedua pernyataan ini yang LEBIH MENGGAMBARKAN BUDDHA DHARMA: "SB mengajarkan pembebasan dari dukkha" atau "SB mengajarkan orang meraih kebahagiaan tertinggi." - Ataukah kedua pernyataan itu identik, sama & sebangun?


Quote from: Hendra Susanto
mengakhiri penderitaan itu "mudah" xiixiiixii....   
mengakhiri kebahagiaan itu "sulit"

Pernyataan ini cukup mendalam:
- mengakhiri penderitaan itu "mudah", karena SB sudah menunjukkan dukkha kepada kita ...
- mengakhiri kebahagiaan itu "sulit", karena kebanyakan si aku tidak melihat dirinya terbelenggu di dalam kebahagiaan.

Saya berpendapat, ajaran Sang Buddha hanya dapat diselami sedalam-dalamnya oleh orang yang benar-benar merasakan/menghayati dukkha di dalam batinnya sendiri. Kalau orang cuma "mencari kebahagiaan", saya khawatir ia akan mengalami kemacetan dalam merealisasikan ajaran Sang Buddha.

Bukan "mencapai kebahagiaan" berarti "penderitaan lenyap", melainkan "lenyapnya penderitaan" adalah "kebahagiaan tertinggi". Di sini tidak berlaku logika sederhana: kalau A = B, maka B = A. Kita tidak tahu "kebahagiaan tertinggi" itu seperti apa; tetapi kita tahu "dukkha" itu seperti apa.

Kesimpulan: Rumusan 4KM yang telah diajarkan oleh Sang Buddha janganlah dibolak-balik.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 06 May 2008, 10:58:35 AM by hudoyo »

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #5 on: 06 May 2008, 11:00:24 AM »
Orang mencari kebahagiaan bukan hanya di Barat. Sepanjang zaman, di mana saja, orang mencari kebahagiaan. Di zaman SB pun orang mencari kebahagiaan.

Mengapa Sang Buddha tidak mengajarkan ajaran beliau sebagai "ajaran kebahagiaan" sejak 2500 tahun lalu, sebagaimana Ajahn Brahm mengajarkannya pada abad ke-21 ini?

Mengapa SB berkata bahwa Dhamma itu "sangat dalam dan sukar dipahami" oleh manusia kebanyakan? Mengapa SB berkata bahwa "sangat sedikit manusia yang sudah tipis debu yang menutupi matanya"?

Mengapa SB tidak menggunakan cara-cara promosi modern untuk mengajarkan Dhamma sebagaimana dilakukan oleh Ajahn Brahm? Bukankah dengan demikian Agama Buddha akan lebih mudah menyebar ke segala penjuru dunia? Apakah pannya SB kurang dibandingkan Ajahn Brahm?

Manakah di antara kedua pernyataan ini yang LEBIH MENGGAMBARKAN BUDDHA DHARMA: "SB mengajarkan pembebasan dari dukkha" atau "SB mengajarkan orang meraih kebahagiaan tertinggi." - Ataukah kedua pernyataan itu identik, sama & sebangun?


Quote from: Hendra Susanto
mengakhiri penderitaan itu "mudah" xiixiiixii....   
mengakhiri kebahagiaan itu "sulit"

Pernyataan ini cukup mendalam:
- mengakhiri penderitaan itu "mudah", karena SB sudah menunjukkan dukkha kepada kita ...
- mengakhiri kebahagiaan itu "sulit", karena kebanyakan si aku tidak melihat dirinya terbelenggu di dalam kebahagiaan.

Saya berpendapat, ajaran Sang Buddha hanya dapat diselami sedalam-dalamnya oleh orang yang benar-benar merasakan/menghayati dukkha di dalam batinnya sendiri. Kalau orang cuma "mencari kebahagiaan", saya khawatir ia akan mengalami kemacetan dalam merealisasikan ajaran Sang Buddha.

Bukan "mencapai kebahagiaan" berarti "penderitaan lenyap", melainkan "lenyapnya penderitaan" adalah "kebahagiaan tertinggi". Di sini tidak berlaku logika sederhana: kalau A = B, maka B = A. Kita tidak tahu "kebahagiaan tertinggi" itu seperti apa; tetapi kita tahu "dukkha" ada.

Kesimpulan: Rumusan 4KM yang telah diajarkan oleh Sang Buddha janganlah dibolak-balik.

Salam,
hudoyo
kesimpulan saya dari pernyataan di atas, pak hud mau bilang, 4KM yg diajarkan oleh Ajahn Brahm kurang tepat?
CMIIW, maklum masih pemula, pak hud.  _/\_
masih jenis uler makan linggis.  ;D


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #6 on: 06 May 2008, 11:27:06 AM »
Menurut saya, yang kurang tepat adalah penggunaan kata "Happiness" yang menggantikan kata "dukkha", bukan masalah dibolak balik susunannya yang tadinya no.1 menjadi no.4. Kalau hanya dibolak balik susunannya, saya rasa tidak masalah... Sorry Ajahn :)
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #7 on: 06 May 2008, 11:41:47 AM »
kesimpulan saya dari pernyataan di atas, pak hud mau bilang, 4KM yg diajarkan oleh Ajahn Brahm kurang tepat?
CMIIW, maklum masih pemula, pak hud.  _/\_
masih jenis uler makan linggis.  ;D

By : Zen

Kembali kepada pengalaman kita masing-masinglah, bagaimana kita mengenal dan mempelajari Dhamma.
Apakah saya mempelajari Dhamma untuk memahami dukkha dalam batin saya, ataukah saya mempelajari Dhamma untuk memperoleh suatu "kebahagiaan tertinggi" (entah apa itu)?  _/\_

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #8 on: 06 May 2008, 01:00:57 PM »
O ya, ada tambahan pertimbangan lagi:

Kalau orang menggantikan 'lenyapnya dukkha' dengan 'kebahagiaan' seperti dilakukan Ajahn Brahm, maka hal itu akan sangat merintangi persepsi yang benar tentang Tilakkhana (aniccam, dukkham, anatta); padahal persepsi ini sangat perlu untuk mengembangkan pannya yang membebaskan.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #9 on: 06 May 2008, 01:10:04 PM »
Barusan saya sudah menerjemahkan posting yang di atas dan mengirimkannya ke situs Ajahn Brahm (Buddhist Society of Western Australia) dengan permintaan agar diteruskan kepada beliau. Kita tunggu saja respons beliau.

Dear Ajahn Brahm,

There has been a lively discussion among meditators here about your promotional tactics in spreading the Buddha’s teachings to Westerners.

Ajahn Brahm:

"We all know that the Lord Buddha said to teach the Dharma in ordinary language (e.g. Aranavibhanga Sutra). Let me give an example of what I think this means. Last century, Western priests and scholars dismissed Buddhism as pessimistic, saying that it only focuses on suffering. This was even repeated by Pope John Paul II in his controversial book on world religions. To avoid this misunderstanding one may rearrange the central Dharma Teaching of the Four Noble Truths as Happiness (Dukkhanirodho); the Cause of Happiness (the Eight-Fold Path); the Absence of Happiness (Dukkha); and the Cause for the Absence of Happiness (Craving). This shifts the focus onto happiness.

This is a simple re-packaging of the Dharma that retains the essence while being more attractive to modern audiences. It is justified by the Lord Buddha's statement that "Nirvana is the highest happiness" (Dhammapada 203, 204). When I present the Four Noble Truths in such a way, I find all generations listen and come back for more."


COMMENT:

It is not only in the West that human beings have been searching for happiness since time immemorial. Human beings have been doing that at all times, in all places.

Why did the Buddha not teach his spiritual findings as a "teaching of happiness" during his lifetime, as was done by Ajahn Brahm in the 21-st century CE?

Why did the Buddha say that his teachings are very deep and difficult to comprehend by ordinary human beings? Why did he say that only a handful of people are with very little dust covering their eyes?

Why did the Buddha not utilize modern promotional tactics to spread the Dhamma? Does it mean that the Buddha has less wisdom than Ajahn Brahm?

Which of these two statements describes the Buddha's teachings better: "The Buddha taught the cessation of dukkha", or, "The Buddha taught the attainment of supreme happiness"? Or, are the two statements completely identical with each other?

Response from an astute reader:
"to end suffering is easy ...
but to end happiness is difficult ..."

Yes, to end suffering is "easy" because the Buddha has revealed dukkha to us.
But to understand happiness is "difficult" because most people are unable to discern the me being imprisoned behind the happiness.

In my opinion, the Buddha's teachings can only be realized by one who starts to understand dukkha experientially in his/her own mind. If one is only enticed by the promise of happiness, he/she will get bogged down in the realization of the Buddha's teachings.

It is not necessarily so that "attaining highest happiness (whatever it is)" implies "cessation of suffering", but "cessation of suffering" itself IS "attainment of highest happiness". Simple logics does not apply here, like if A = B, then B = A.

WE DO NOT KNOW WHAT 'SUPREME HAPPINESS' IS, BUT WE DO KNOW EXPERIENTIALLY WHAT 'DUKKHA' IS. It is better to beat the me with the stick of dukkha, here and now, rather than enticing it with the carrot of an unknown happiness in the future. That is my understanding of the Buddha’s way.

Substituting ‘happiness’ for ‘cessation of dukkha’ in the Four Noble Truths greatly hinders the perception of the Three Universal Characteristics of aniccam, dukkham & anatta, which are indispensable in the development of a liberating insight.

Conclusion: do not change the sequence of the Four Noble Truths and do not substitute 'happiness' for 'cessation of dukkha'.

Hudoyo Hupudio
From: Indonesia
<hudoyo [at] cbn.net.id>

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #10 on: 06 May 2008, 01:10:39 PM »
Saya rasa kita harus pahami dulu...hakikat sesungguhnya 'DUKKHA" itu apa?

Yang saya tahu... hakikat sesungguhnya DUKKHA adalah lima kelompok perpaduan yg menimbulkan kemelekatan (Panca Upadana Khanda).

Mari kita renungkan masing-masing... ^:)^ ^:)^ ^:)^

 _/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #11 on: 06 May 2008, 01:35:56 PM »
Setuju sekali. Jadi inilah yang pertama-tama harus dipahami, ditembus: menyadari bahwa tubuh ini, perasaan ini, segala sesuatu yang kita cerap, kesadaran kita, semua bentuk-bentuk batin yang muncul ini adalah dukkha, dan oleh karena itu kelekatan (upadana) terhadap badan & batin ini (nama-rupa) harus lepas. - Jadi bukan mencari kebahagiaan, sekalipun dinamakan "kebahagiaan tertinggi".

Itulah sebabnya saya menulis kepada beliau: menggantikan 'lenyapnya dukkha' dengan 'kebahagiaan' akan sangat merintangi pemahaman (persepsi) dari Tiga Sifat Universal (aniccam, dukkham, anatta); padahal pemahaman Tilakkhana itulah landasan dari pencerahan & pembebasan.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 06 May 2008, 06:41:17 PM by hudoyo »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #12 on: 06 May 2008, 02:03:27 PM »
Quote
(1) Kebahagiaan (Lenyapnya Dukkha)
(2) Jalan Menuju Kebahagiaan (Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha)
(3) Tidak adanya Kebahagiaan (Dukkha)
(4) Penyebab tidak adanya Kebahagiaan (Penyebab Dukkha).

Kurang tepat, karena yang utama harus disadari manusia adalah kenyataan 'dukkha'. Definisi 'Kebahagiaan' justru selalu berbeda bagi setiap orang. Orang justru berilusi 'kebahagiaan' adalah begini begitu, menurut idealisme dan keserakahan masing2. Ajaran Buddha seharusnya bukan membawa orang pada ilusi kebahagiaan lebih jauh, tapi untuk melihat sumber kesusahan dan menghilangkannya.

Penggunaan sebagai siasat menarik perhatian pun sepertinya kurang tepat, karena memang Buddha mengajarkan kebenaran, bukan MLM atau banyak2an umat. Terlebih lagi, orang yang memang sudah melihat hidup ini dukkha, melihat promosi 'kebahagiaan' sebagai suatu omong kosong, yang juga banyak ditawarkan di mana2.

Yang menganggap pengenalan 'dukkha' itu sifat 'pesimis', mungkin sedikit bodoh. Seharusnya dipikirkan, jika memang hidup manusia itu hakekatnya sudah 'sukha', ngapain semua setengah mati mencari kebahagiaan?

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #13 on: 06 May 2008, 02:08:33 PM »
pak sebenarnya saya cuma mao sharing pengalaman saya,

mengakhiri penderitaan itu "mudah" ==> berpisah dgn org yg dibenci itu gampang... tinggal aja beres dach

mengakhiri kebahagiaan itu "sulit" =>> meninggalkan orang yang disukai/disayangi itu sulit (kebahagiaan)

inilah pengalaman batin saya yg berhubungan dengan dukkha dan kebahagiaan.

« Last Edit: 06 May 2008, 02:10:38 PM by Hendra Susanto »

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #14 on: 06 May 2008, 02:20:36 PM »

Saya berpendapat, ajaran Sang Buddha hanya dapat diselami sedalam-dalamnya oleh orang yang benar-benar merasakan/menghayati dukkha di dalam batinnya sendiri. Kalau orang cuma "mencari kebahagiaan", saya khawatir ia akan mengalami kemacetan dalam merealisasikan ajaran Sang Buddha.


Saya telah ber-ehipassiko dengan pernyataan diatas.

Dan setelah merasakannya pada diri sendiri dan melihat kenyataan perjodohan Dhamma pada orang2 disekitar saya, saya masih berpendapat sama:
~ Dhamma hanya dapat benar2 diselami oleh orang yang sedang / pernah mengalami Dukkha.
~ Dhamma tidak akan dapat benar2 dipahami oleh orang yg sedang dalam zona nyaman

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)