//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?  (Read 44740 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #75 on: 13 July 2009, 10:36:17 AM »
Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia semasa jaman Sang Buddha adalah karena Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap. Kisahnya adalah sebagai berikut:

Sang Buddha saat itu sedang berdiam di vihara Veluvanna di negara bagian Rajagaha. Dekat pintu gerbang kota Rajagaha tinggal seorang Brahmana yang bernama Dhananjhāni. Kata Brahmana berkonotasi sebagai seseorang yang berlindung pada Brahma, Ditthi Vāda atau Pandangan Salah.

Suatu hari, Y.M. Sariputta dan Brahmana Dhananjhāni saling berpapasan dalam perjalanan mereka masing-masing. Sebenarnya, Y.M. Sariputta juga berasal dari keluarga keturunan Brahmana seperti Brahmana Dhananjhāni. Walaupun, cara berpakaian dan ideologi merereka berbeda, karena masih satu golongan, mereka seperti mengembangkan suatu rasa persahabatan dan merasa perlu saling berkomunikasi. Kemudian, sang Brahmana mendekati Y.M. Sariputta dan memberikan salam.

Y.M. Sariputta telah diberikan gelar ”Etadagga (tertinggi diantara para murid yang lainnya) dalam kebijaksanaan,” oleh Sang Buddha. Cara beliau berprilaku juga sempurna. Melihat Y.M. Sariputta berjalan dengan penuh karisma dan mata mengarah ke bawah, Brahmana Dhananjhāni merasa sangat kagum. Sang Brahmana menanyakan berbagai macam pertanyaan baik mengenai hal yang dia kuasai maupun yang tidak. Jawaban yang diberikan oleh Y.M. Sariputta lebih dari memuasakan dan jauh melebihi dari yang ia harapkan. Oleh karena itu, Brahmana Dhananjhāni merasa puas sekali dan diliputi rasa kagum yang sangat besar pada Y.M. Sariputta.

Ketika Y.M. Sariputta memberitahukan bahwa Sang Buddha adalah gurunya, sang Brahmana juga menjadi kagum dan menghormati Sang Buddha. Dia meninggalkan pandagan salahnya dan menerima ideologi Sang Buddha. Dengan bertambah usia, suatu hari ia menderita sakit yang serius. Dia mengeluh dan merintih di ranjangnya, penyakitnya menjadi semakin parah dan dia telah mendekati ajalnya.

Dia, kemudian, ingat Sang Buddha dan terutama Y.M. Sariputta. Kemudian, dia memanggil salah satu asistennya dan menyuruhnya pergi menghadap Sang Buddha dan untuk mengatakan ”Brahmana Dhananjhāni memberi hormat dengan menunduk dengan kerendahan hati dan menyentuh kaki Sang Buddha.” Dia juga menyuruh asistennya untuk pergi menghadap Y.M. Sariputta setelah mengahadap Sang Buddha dan mengatakan ”Brahmana Dhananjhāni sekarang sedang terbaring di ranjangnya dan sangat menderita akibat sakitnya. Sang Brahmana memberi hormat dengan menunduk dengan kerendahan hati dan menyentuh kaki Y.M. Sariputta.” Dia juga meminta Y.M. Sariputta untuk mengunjunginya saat beliau mempunyai waktu.

Y.M. Sariputta kemudian pergi ke rumah Brahmana Dhananjhāni seperti yang diminta. Setelah duduk di tempat yang khusus dibuat untuknya di tepi ranjang sang Brahmana, Y.M. Sariputta melihatnya dan mengetahui bahwa Brahmana Dhananjhāni akan segera meninggal. Maka, Y.M. Sariputta memberinya sebuah ceramah. Y.M. Sariputta menjelaskan dan membandingkan kehidupan-kehidupan yang berada dalam ajaran Buddha, mulai dari penderitaan di alam rendah sampai dengan kehidupan yang lebih baik dan lebih baik lagi di alam Dewa dan Brahma. Y.M. Sariputta mengarahkan pikiran sang Brahmana untuk condong ke alam Brahma. Karena terlahir di kasta Brahmana, pikiran sang Brahmana telah mengarah ke sana sejak lama dan dia merasa sangat senang.

Kemudian, Y.M. Sariputta melanjutkan ceramahnya tentang latihan mengembangkan empat kediaman luhur (Brahmavihāra) yaitu: Mettā (cinta kasih), Karunā (belas kasihan), Muditā (simpati/turut berbahagia), dan Uppekkhā (perasaan seimbang/netral), yang dpat membawa seseorang terlahir di alam Brahma. Kemudian, Y.M. Sariputta mengajarkan sang Brahmana bagaimana untuk mengembangkan dan memancarkan 4 kualitas ini.

Latihan dan pengembangan Mettā:
Mengembangkan Mettā kepada semua makhluk contohnya:
Semoga semua makhluk di dunia ini dalam keadaan baik (sehat) dan bahagia jasmani maupun mental. Baik mental dan jasmani dalam kemudahan, kedamaian, dan kebahagiaan. Semoga mereka dapat menahan beban kehidupan.

Latihan dan pengembangan Karunā:
Semoga semua makhluk di dunia, yang menderita (dukkhita) dan yang bersedih, terbebas dari semua penderitaan.

Latihan dan pengembangan Muditā:
Semoga semua makhluk di dunia, yang bersuka cita (sukhita) dan semua yang sedang menikmati kesenangan dalam hidupnya, semoga kehidupan mereka yang menyenangkan tidak berakhir, semoga mereka dapat melanjutkan kehidupan mereka yang menyenangkan.

Latihan dan pengembangan Uppekkhā:
Mengembangkan pandangan bahwa semua makhluk di dunia, yang mengalami penderitaan dan kebagiaan dalam hidupnya, penderitaan dan kebahagiaan tersebut terjadi berdasarkan kamma mereka masing-masing.

Brahmana Dhananjhāni merasa sangat senang mendengar semua ini. Tidak lama setelah mengajari cara berlatih dan mengembangkan 4 Brahmavihāra, Y.M. Sariputta merasa yakin sang Brahmana dapat melakukannya, kemudian beliau meninggalkan rumahnya. Sang Brahmana meninggal ketika sedang mengembangkan dan memancarkan 4 Brahmavihāra, ketika Y.M. Sariputta baru menempuh kira-kira setengah dari perjalanannya. Sang Brahmana terlahir dengan spontan di alam Brahma.

Sang Buddha mengetahui semua yang terjadi dari tempat kediaman Beliau. Sang Buddha memberitahu para bhikkhu yang berada di dekatnya bahwa Y.M. Sariputta tidak membabarkan Dhamma dengan lengkap, bahkan sebelum Y.M. Sariputta tiba. Sang Buddha kemudian memberitahu para bhikkhu bahwa dikarenakan Y.M. Sariputta tidak membabarkan Dhamma dengan lengkap, Brahmana Dhananjhāni sekarang terlahir di alam Brahma dalam keadaan yang rendah (tidak mulia) dengan syair sebagai berikut:
Hīne Brahmā Loke Nibbittati
Hīne = rendah, Brahmā Loke = alam Brahma, Nibbittati = terlahir

Sebenarnya, alam Brahma adalah sebuah alam di mana hanya orang-orang yang mempunyai moralitas tinggi yang terlahir di sana. Brahma adalah makhluk-makhluk yang menghabiskan waktunya untuk mengembangkan dan memancarkan empat kediaman luhur (Brahmavihāra) yaitu: Mettā (cinta kasih), Karunā (belas kasihan), Muditā (simpati/turut berbahagia), dan Uppekkhā (perasaan seimbang/netral).

Mereka terbebas dari pendambaan/keinginan/nafsu akan 5 kesenagan indera (kāma-tanhā). Ketika tidak ada kāma-tanhā, tidakkah hidup ini menjadi menyenangkan? (Ya, akan menjadi menyenangkan, bhante). Berdasarkan sifat alami dari alam kehidupan Brahma, mereka tidak bersekutu dengan kebencian atau kemarahan (dosa). Tidakkah hidup menjadi menyenangkan bila demikian? (Ya, hidup akan menyenangkan, bhante).

Mereka bahkan tidak perlu mengkonsumsi makanan, karena mereka telah merasa kenyang oleh kegiuran (pīti pekkhe) hasil dari pemancarkan Mettā (cinta kasih), Karunā (belas kasihan), Muditā (simpati/turut berbahagia), dan Uppekkhā (perasaan seimbang/netral). Oleh karena itu, kehidupan di alam Brahma adalah hidup yang lengkap dan memuaskan. Mereka mempunyai usia yang panjang juga, berlangsung sampai beberapa (banyak) siklus dunia. Tetapi, Sang Buddha mengatakannya sebagai makhluk Brahma yang ’rendah.’

Mengapa Sang Buddha mengatakan demikian? Hal itu dikarenakan, walaupun seseorang terlahir di alam Brahma, dia belum terbebas dari Apāya Samsarā (lingkaran kehidupan dari 4 alam rendah). Jika seseorang belum meralisasi Dhamma Mulia, apakah dia akan bebas dari Apāya Samsarā? (Tidak, dia tidak akan terbebas, bhante). Jika seseorang belum merealisasi Dhamma Mulia dan menjadi Sotāpanna, Sakadāgāmi, dan Anāgāmi, walaupun dia terlahir di alam Brahma, itu masih merupakan sebuah kehidupan yang rendah. Itu belum terbebas dari Apāya Samsarā.

Pernahkah anda mendengar peribahasa: Terang dan berkilauan di alam Brahma, menyeruput di kandang babi? (Ya, kami pernah, bhante). Ketika berada di alam Brahma, seluruh tubuh mereka terlihat terang dan bersinar-sinar, juga berumur panjang sampai beberapa siklus dunia. Akan tetapi, ketika akibat dari kekuatan jhāna dan perbuatan baik (kusala) mereka habis, ke mana mereka akan datang? (ke kandang babi, bhante). Itulah sebabnya Sang Buddha mengatakan bahwa mereka terlahir di alam Brahma yang rendah.

Ketika Y.M. Sariputta menemui Sang Buddha, Beliau menegurnya dengan berkata, ”Anakku terkasih Sariputta, karena kamu tidak membabarkan Dhamma dengan lengkap (sampai selesai), sang Brahmana sekerang terlahir di alam Brahma yang rendah.” Y.M. Sariputta kemudian menjawab, ”Y.M., dalam kasus ini, saya akan menyusulnya ke alam Brahma dan memberinya nasihat. Saya juga akan membabarkan Dhamma sampai selesai di masa yang akan datang.” Y.M. Sariputta kemudian pergi ke alam Brahma dan menasihatinya lebih jauh. Sang Brahmana akhirnya merealisasi Dhamma Mulia.

Apakah sang Brahmana merealisasi Dhamma Mulia ketika berada di alam manusia? (No, dia tidak, bhante). Hal apa yang kurang? (Pembabaran Dhamma yang kurang, bhante). Ceramah Dhamma apa yang beliau babarkan? (4 Brahmavihāra, bhante). Empat Brahmavihāra adalah Dhamma untuk kesejahteraan duniawi (lokiya). Itu bukan untuk kesejahteraan adi duniawi (lokuttara).

Itu tidak menuntun seseorang pada Jalan (Magga) dan Buah (Phala) Kesucian. Karena Empat Satippathāna Dhamma tidak diterangkan sewaktu pembabaran, maka pengembangan Empat Kesunyataan Mulia juga tak ada. Oleh karena itu, tidak ada realisasi Dhamma Mulia. Ini adalah contoh tentang Brahmana Dhananjhāni yang tidak merealisasi Dhamma Mulia karena Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap.

Dikutip dari "Sharpening The Controlling Faculties" by Sayadaw U Kundala.
=======================================================
Semoga setelah membaca atau mendengar hal ini, semua makhluk dapat mengikuti, berlatih, dan berkembang sesuai parami (kesempurnaan) masing-masing. Semoga semua makhluk dapat merealisasi Dhamma Mulia dan kedamaian serta kebahagiaan Nibbāna, padamnya semua penderitaan, yang telah semua makhluk cita-citakan dengan latihan yang mudah dan cepat. Sādhu! Sādhu! Sādhu!

Metta untuk semua….
Tangerang, 11 Mei, 2009
Andi Kusnadi
Andinadi [at] hotmail.com
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #76 on: 13 July 2009, 12:22:37 PM »
[at] Om Markos
Makasih atas koreksinya, penjelasan saya sebelumnya tidak cukup lengkap memang. Yang saya maksudkan sebelumnya adalah bahwa kemelekatan dilatih untuk disingkirkan, dihilangkan sedikit demi sedikit, dihentikan, diserahkan, dilepaskan, dibiarkan pergi dan ditolak dengan menjalankan JMB8, dimulai dari melatih pandangan benar. Jadi bukan kejadian yg instan memang, melainkan melewati proses. Karena itu yang lupa saya bedakan sebelumnya adalah saat awal memulai dng saat akhir, dimana kita telah selaras dg sang jalan. Sehingga dari kalimat saya terkesan instan. Makasih sekali lagi. :)
Misalnya dalam Samma Ditthi Sutta, dikatakan kemelekatan timbul disebabkan oleh nafsu keinginan. Dan kemelekatan dihilangkan dng melatih-kembangkan JMB8 secara progresif. Seperti sedikit kutipan dari Sutta tsb:
Apakah yang dimaksud lenyapnya penderitaan? Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang dinamakan lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha).
Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan? Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.

anumodana utk koreksi dibawah juga bro

Selain itu, statemen [pandangan benar yang murni 100%, baru akan diperoleh saat kita sudah menjadi Arahat alias saat sudah mencapai "tujuan"] saya kurang setuju karena menyiratkan bahwa kita harus menjadi Arahat dulu baru pandangan kita benar dan murni 100%.
Seharusnya adalah saat dimana kita melenyapkan pandangan keliru 100%, disitulah ada pandangan benar yg murni 100% dan disitulah dikatakan tujuan tercapai, alias menjadi Arahat. Singkatnya, bukan karena menjadi Arahat, maka pandangan benar yg murni 100% tercapai. Melainkan karena pandangan benar 100% murni tercapai maka <dng sendirinya> disebut Arahat.




Dan, memang kita memiliki LDM, tapi harap diingat pula bahwa manusia normal memiliki tihetu AL, AD, dan AM pula. Dan karena memiliki tihetu ini pula, mengembangkan hal2 yang kusala adalah mungkin dan dg demikian pembebasan jg adalah mungkin.


mettacittena
_/\_

Betul.... betul sekali bro........

Mengenai hetu, sharing sedikit apa yg dibawakan di kelas abhidhamma di Gn Sahari tgl 11 Julki kemarin
Quote
Hendaknya kita tidak kebablasan dgn pernyataan mengenai hetu yg ada di setiap mahluk, dengan hetu yg menjadi  dasar patisandhi (mahluk dugati, sugati ahetuka, dvihetuka dan tihetuka)
Setiap mahluk yg masih berkelana di 31 alam, pasti mempunyai 6 hetu
dasar hetu yg menjadi patisandhi, hanyalah "dominan" yg mendorong terlahir di alam tertentu

Mahluk yg lahir dengan patisandhi dvihetuka, tidak bisa mencapai kesucian dalam kehidupan saat ini karena utk menjadi suci, dibutuhkan faktor AM yg dominan juga alias harus menjadi Tihetuka terlebih dahulu
Ini bukan diskriminasi atau pembedaan namun lebih ke arah pengertian agar kita bisa belajar utk mulai yonisomanasikara (memperhatikan segala sesuatu dgn seksama) dimana ini yg menjadi dasar bagi terbentuknya Panna

semoga bs bermanfaat

metta  _/\_

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #77 on: 13 July 2009, 07:59:07 PM »
Mengenai hetu, sharing sedikit apa yg dibawakan di kelas abhidhamma di Gn Sahari tgl 11 Juli kemarin
Quote
Hendaknya kita tidak kebablasan dgn pernyataan mengenai hetu yg ada di setiap mahluk, dengan hetu yg menjadi  dasar patisandhi (mahluk dugati, sugati ahetuka, dvihetuka dan tihetuka)
Setiap mahluk yg masih berkelana di 31 alam, pasti mempunyai 6 hetu
dasar hetu yg menjadi patisandhi, hanyalah "dominan" yg mendorong terlahir di alam tertentu

Mahluk yg lahir dengan patisandhi dvihetuka, tidak bisa mencapai kesucian dalam kehidupan saat ini karena utk menjadi suci, dibutuhkan faktor AM yg dominan juga alias harus menjadi Tihetuka terlebih dahulu
Ini bukan diskriminasi atau pembedaan namun lebih ke arah pengertian agar kita bisa belajar utk mulai yonisomanasikara (memperhatikan segala sesuatu dgn seksama) dimana ini yg menjadi dasar bagi terbentuknya Panna

semoga bs bermanfaat

metta  _/\_
bermanfaat banget koq.. Makasih infonya Om :)

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #78 on: 13 July 2009, 11:18:10 PM »
Maaf lama baru membalas krn bbrp hal :)
Pernyataan "sekalian saja bilang yang baik-baik adalah Buddhis" adalah suatu sinisme.

Awalnya savana_zhang membahas bahwa umat lain tidak bisa mencapai pembebasan karena adanya konsep Ketuhanan yang berbeda.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.
Menurut Bro Kain, nibbana bisa dicapai ngga dengan mempercayai adanya Tuhan?

Di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 


Saya tidak tahu persisnya apakah savana_zhang menyetujui pernyataan saya atau tidak, tetapi sepertinya ia setuju dengan perubahan pola pikir dan tingkah laku tersebut, namun menganggap pola pikir tersebut hanya ada pada Buddhisme. Maka ia menulis ini:
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme

ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan
Dalam tulisan ini, berarti "hanya Buddhisme yang mengajarkan tidak melekat, hanya Buddhisme yang mengajarkan melihat kenyataan apa adanya". Dengan demikian, orang yang tidak melekat, orang yang melihat kenyataan apa adanya, berarti di dalam jalan Buddhisme (baca: Buddhis). Maka saya menuliskan "sekalian bilang semua orang baik itu Buddhis, yang tidak baik berarti non-Buddhis". Itu bukan kesimpulan, bukan pula premis baru. Itu sebuah sinisme.
Sebelumnya saya hanya membaca kalimat tsb sebatas yg ada, tanpa menghubungkan dg yg sebelumnya, jadi saya tidak melihat siratan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Sekarang setelah saya membacapun, tetap saja saya tdk dapat melihat hubungan kalimat sebelumnya dg berikutnya yg menyiratkan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Mungkin juga saya yg kurang bisa menghubung-hubungkan.

Yg underline, sebuah asumsi, dan karena ga ada jawaban lebih lanjut dari Bro/Sis savana_zhang, mari lewatkan saja drpd kita menduga-duga apa yg ada di balik pikiran ybs.


Quote
Kenyataannya memang dlm jalan Buddhisme diajarkan tidak membunuh, tidak mencuri, moralitas kan? Begitu juga ttg ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, dan non-theisme, itu juga bagian dari Buddhisme. Jadi tidak salah koq pendapat Sis Savana. :)

_/\_
1. Buddhisme mengajarkan tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya.
2. Tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, adalah jalan Buddhisme.

Bisa melihat perbedaannya?
Buddhisme atau ajaran apa pun, adalah suatu yang khusus, bukan umum. Sedangkan moralitas dan kebijaksanaan adalah suatu yang universal, bisa dilakukan oleh siapa pun juga. Kalau masih merasa sama, coba bandingkan dengan ini:
1. Sekolah saya mengajarkan baca tulis.
2. Baca tulis adalah ajaran sekolah saya.
Bagaimana? Sama?

Sedangkan pernyataan bro markos, menurut saya bukan lebih halus, tetapi memang tepat, yaitu: "ajaran baca tulis, selaras dengan ajaran sekolah saya".
Saya cukup mengerti tentang perbedaan umum dg khusus. Tapi dr analogi Bro Kain memang tidak terlalu banyak perbedaan yg ada meskipun kalimat tsb dibalik.
Kalau dicari pun, menurut saya perbedaan arti timbul karena analogi yg sedikit ambigu akibat kurang spesifik dan pemilihan kalimat yg mungkin kurang tepat sehingga bs timbul 2 pengertian:
Pertama, Baca tulis adalah ajaran [khusus] sekolah saya - seolah2 eksklusif hanya di sekolah saya diajarkan baca tulis.
Kedua, Baca tulis adalah ajaran sekolah saya. Bahwa di sekolah saya memang diajarkan Baca tulis.
Di sini, tergantung pilihan orang dlm mengartikannya dan saya memilih utk arti ke-2 karena dari pemikiran rasional yg sehat pasti kita tahu tdk mungkin hanya di sekolah saya saja yg diajarkan baca tulis.
Yup.. Pernyataan Om Markos memang tepat. :)
Bahasa memang merepotkan kadang kala, apalagi keterbatasan bahasa dlm menyampaikan maksud pun ikut berperan andil. Karena itu mari coba utk melihat maknanya.

Btw sekalian bertanya, dr sebuah buku, dikatakan hal ini pun dinyatakan oleh Sang Buddha bahwa 'kata-kata tdklah berharga, cobalah utk melihat makna yg ada dibalik kata2.' Sampai skrg blom ketemu Sutta Sang Buddha menyatakan demikian, ada petunjuk? :)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #79 on: 14 July 2009, 07:19:04 AM »
3. SUBHASITA SUTTA

Kata-kata yang Baik

Demikian yang telah saya dengar: suatu ketika Sang Buddha tinggal di hutan Jeta, di dekat Savatthi. Beliau berkata kepada para bhikkhu:

'Ucapan yang memiliki empat ciri adalah ucapan yang disampaikan dengan baik, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana; yaitu ucapan seorang bhikkhu yang berbicara hanya yang bermanfaat dan bukan yang tidak bermanfaat, yang berbicara hanya yang berharga dan bukan yang tidak berharga, yang berbicara hanya yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan, yang berbicara hanya yang benar dan bukan yang tidak benar. Ucapan yang bercirikan empat faktor ini adalah ucapan benar dan bukan ucapan buruk, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana.' Demikianlah sabda Sang Penguasa, dan setelah itu, sebagai Guru, Beliau melanjutkan dengan mengatakan ini:
1.    'Ucapan yang bermanfaat adalah yang paling utama, kata orang-orang suci.
Orang harus berbicara apa yang berharga dan bukan yang tidak berharga. Inilah yang kedua.
Orang harus berbicara apa yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan. Inilah yang ketiga.
Orang harus berbicara apa yang benar dan bukan apa yang salah. Dan inilah yang keempat.'

   Kemudian seorang bhikkhu bernama Vangisa bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Sang Buddha. Dengan penuh hormat dia menaruhkan jubahnya di satu bahu, dan dengan tangan yang disatukan dia minta izin kepada Sang Buddha untuk berbicara. Setelah memperoleh izin, dia mengatakan kata-kata pujian ini:    

2.    'Marilah kita menggunakan kata-kata yang tidak menyakitkan kita.
Marilah kita menggunakan kata-kata yang tidak saling menyakiti.
Itulah kata-kata yang sungguh-sungguh bermanfaat.    

3.    Marilah kita berucap yang menyenangkan, yang kata-katanya membuat orang-orang gembira. Karena memilih tidak berucap jahat, marilah kita berucap yang menyenangkan untuk orang lain.

4.    Kata-kata tentang kebenaran adalah kekal. Demikianlah sifatnya yang abadi. Seperti kata pepatah, kata-kata tentang kebenaran tidak dapat mati. Dan dikatakan bahwa orang-orang yang baik sangat kokoh dalam kebenaran, kesejahteraan, dan keluhuran.

5.    Dan kata-kata yang diucapkan oleh Sang Buddha, kata-kata yang membuat padamnya penderitaan, menuju akhir penderitaan, merupakan kata-kata yang paling berharga.'    
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #80 on: 14 July 2009, 11:34:10 AM »
Maaf lama baru membalas krn bbrp hal :)

Menurut Bro Kain, nibbana bisa dicapai ngga dengan mempercayai adanya Tuhan?
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.


Quote
Sebelumnya saya hanya membaca kalimat tsb sebatas yg ada, tanpa menghubungkan dg yg sebelumnya, jadi saya tidak melihat siratan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Sekarang setelah saya membacapun, tetap saja saya tdk dapat melihat hubungan kalimat sebelumnya dg berikutnya yg menyiratkan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Mungkin juga saya yg kurang bisa menghubung-hubungkan.

Yg underline, sebuah asumsi, dan karena ga ada jawaban lebih lanjut dari Bro/Sis savana_zhang, mari lewatkan saja drpd kita menduga-duga apa yg ada di balik pikiran ybs.

Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Baik, saya ulangi.

Awalnya savana_zhang katakan, "nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan."
Lalu saya katakan, "nibbana dicapai dengan perubahan pola pikir dan perilaku (yaitu tidak melekat & melihat keadaan apa adanya)."
Kemudian dikatakan savana_zhang "tidak melekat dan melihat keadaan apa adanya adalah ajaran Buddha."

Jika savana_zhang tidak menyetujui premis saya, maka berarti nibbana dicapai dengan kepercayaan tidak adanya Tuhan. Yang berarti, seorang yang melekat dan tidak melihat apa adanya, tetap mencapai nibbana, asalkan tidak percaya Tuhan.
Kesimpulannya adalah valid, tapi saya rasa savana_zhang tidak sebodoh itu, maka saya asumsikan ia menyetujui premis saya.

Jika savana_zhang menyetujui premis saya, maka kesimpulannya seperti ini:
-nibbana dicapai dengan tidak melekat & melihat apa adanya
-nibbana tidak bisa dicapai oleh mereka yang mempercayai adanya Tuhan
-> Yang percaya pada Tuhan, adalah melekat dan tidak melihat apa adanya.


Quote
Saya cukup mengerti tentang perbedaan umum dg khusus. Tapi dr analogi Bro Kain memang tidak terlalu banyak perbedaan yg ada meskipun kalimat tsb dibalik.
Kalau dicari pun, menurut saya perbedaan arti timbul karena analogi yg sedikit ambigu akibat kurang spesifik dan pemilihan kalimat yg mungkin kurang tepat sehingga bs timbul 2 pengertian:
Pertama, Baca tulis adalah ajaran [khusus] sekolah saya - seolah2 eksklusif hanya di sekolah saya diajarkan baca tulis.
Kedua, Baca tulis adalah ajaran sekolah saya. Bahwa di sekolah saya memang diajarkan Baca tulis.

Itu terserah anda. Bagi saya "apel adalah buah" dan "buah adalah apel", bukanlah sesuatu yang "tidak banyak perbedaan". Dan menurut saya, justru pikiran rasional yang sehat langsung menangkap bedanya.

Berarti secara dhamma, anda juga setuju dengan tulisan ini:
1. Tidak percaya Tuhan tidak akan merealisasi nibbana.
2. Realisasi nibbana adalah dengan tidak melekat dan melihat apa adanya.
3. Tidak melekat dan melihat apa adanya adalah ajaran Tuhan.


Quote
Di sini, tergantung pilihan orang dlm mengartikannya dan saya memilih utk arti ke-2 karena dari pemikiran rasional yg sehat pasti kita tahu tdk mungkin hanya di sekolah saya saja yg diajarkan baca tulis.

A: Untuk keluar kota, hanya bisa dengan naik kuda, naik keledai tidak bisa.
B: Untuk sampai keluar kota, harus melewati gerbang A, apapun kendaraannya.
A: Gerbang A adalah jalan Kuda.

Saya mau tanya, bagaimana pendapat anda tentang percakapan ini?

« Last Edit: 14 July 2009, 11:38:00 AM by Kainyn_Kutho »

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #81 on: 14 July 2009, 12:28:16 PM »
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.

[at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Betul. Bro xuvie menjelaskan pendapat saya dengan tepat.

 _/\_


saya juga setuju

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #82 on: 14 July 2009, 12:44:26 PM »
Maaf lama baru membalas krn bbrp hal :)

Menurut Bro Kain, nibbana bisa dicapai ngga dengan mempercayai adanya Tuhan?
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.


Quote
Sebelumnya saya hanya membaca kalimat tsb sebatas yg ada, tanpa menghubungkan dg yg sebelumnya, jadi saya tidak melihat siratan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Sekarang setelah saya membacapun, tetap saja saya tdk dapat melihat hubungan kalimat sebelumnya dg berikutnya yg menyiratkan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Mungkin juga saya yg kurang bisa menghubung-hubungkan.

Yg underline, sebuah asumsi, dan karena ga ada jawaban lebih lanjut dari Bro/Sis savana_zhang, mari lewatkan saja drpd kita menduga-duga apa yg ada di balik pikiran ybs.

Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Baik, saya ulangi.

Awalnya savana_zhang katakan, "nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan."
Lalu saya katakan, "nibbana dicapai dengan perubahan pola pikir dan perilaku (yaitu tidak melekat & melihat keadaan apa adanya)."
Kemudian dikatakan savana_zhang "tidak melekat dan melihat keadaan apa adanya adalah ajaran Buddha."

Jika savana_zhang tidak menyetujui premis saya, maka berarti nibbana dicapai dengan kepercayaan tidak adanya Tuhan. Yang berarti, seorang yang melekat dan tidak melihat apa adanya, tetap mencapai nibbana, asalkan tidak percaya Tuhan.
Kesimpulannya adalah valid, tapi saya rasa savana_zhang tidak sebodoh itu, maka saya asumsikan ia menyetujui premis saya.

Jika savana_zhang menyetujui premis saya, maka kesimpulannya seperti ini:
-nibbana dicapai dengan tidak melekat & melihat apa adanya
-nibbana tidak bisa dicapai oleh mereka yang mempercayai adanya Tuhan
-> Yang percaya pada Tuhan, adalah melekat dan tidak melihat apa adanya.


Quote
Saya cukup mengerti tentang perbedaan umum dg khusus. Tapi dr analogi Bro Kain memang tidak terlalu banyak perbedaan yg ada meskipun kalimat tsb dibalik.
Kalau dicari pun, menurut saya perbedaan arti timbul karena analogi yg sedikit ambigu akibat kurang spesifik dan pemilihan kalimat yg mungkin kurang tepat sehingga bs timbul 2 pengertian:
Pertama, Baca tulis adalah ajaran [khusus] sekolah saya - seolah2 eksklusif hanya di sekolah saya diajarkan baca tulis.
Kedua, Baca tulis adalah ajaran sekolah saya. Bahwa di sekolah saya memang diajarkan Baca tulis.

Itu terserah anda. Bagi saya "apel adalah buah" dan "buah adalah apel", bukanlah sesuatu yang "tidak banyak perbedaan". Dan menurut saya, justru pikiran rasional yang sehat langsung menangkap bedanya.

Berarti secara dhamma, anda juga setuju dengan tulisan ini:
1. Tidak percaya Tuhan tidak akan merealisasi nibbana.
2. Realisasi nibbana adalah dengan tidak melekat dan melihat apa adanya.
3. Tidak melekat dan melihat apa adanya adalah ajaran Tuhan.


Quote
Di sini, tergantung pilihan orang dlm mengartikannya dan saya memilih utk arti ke-2 karena dari pemikiran rasional yg sehat pasti kita tahu tdk mungkin hanya di sekolah saya saja yg diajarkan baca tulis.

A: Untuk keluar kota, hanya bisa dengan naik kuda, naik keledai tidak bisa.
B: Untuk sampai keluar kota, harus melewati gerbang A, apapun kendaraannya.
A: Gerbang A adalah jalan Kuda.

Saya mau tanya, bagaimana pendapat anda tentang percakapan ini?


iya...iya betul...
saya memang beranggapan seperti itu...

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #83 on: 14 July 2009, 02:14:47 PM »
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.

[at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Betul. Bro xuvie menjelaskan pendapat saya dengan tepat.

 _/\_



akhirnya isa reply setelah kena badai internet ancur beberapa hari  ....

SIP kalo begitu  :) (uda kawatir ada salah pemahaman lagi ....)

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #84 on: 14 July 2009, 06:47:53 PM »
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.
Jika dikatakan Nibbana dicapai bukan dg percaya/tidak adanya Tuhan, berarti pencapaian nibbana berada di luar kepercayaan atau ketidakpercayaan pada Tuhan. Begitukah maksud Bro Kain?
Ya saya setuju, Upatissa (seorg yg menganut pandangan berbelit) bisa merealisasi nibbana. Tetapi jelas pandangan berbelit hanya ada pada fase sebelum dia merealisasi. Pandangan berbelit tdk mungkin masih ada saat realisasi dan setelah realisasi. Ketika dia telah merealisasi nibbana, tdk ada lagi pandangan keliru yg masih digenggam olehnya. Sederhananya, tidak mungkin pandangan benar dan pandangan keliru eksis secara bersamaan pada Upatissa.

Mengenai yg underlined dlm quote, itu pertanyaan saya, mohon penjelasan dari Bro Kain bahwa bait dari Y.A Assaji pada Sariputta tidak berhubungan dgn pandangan benar/salah.


Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Tidak, saya menyebutkan secara jelas sebelumnya bahwa mungkin sayalah yg kurang bisa menduga. Tdk mengatakan Anda pun tidak ada maksud mengatakan Anda. :)

Mengenai yg lain2nya, saya merasa cukup sekian dan tidak perlu dilanjutkan. Beberapa hal saya setuju dan beberapa lagi tidak. Barusan sudah nulis tapi setelah dipertimbangin, selain SZ sendiri tdk turut memberikan klarifikasi yg jelas atas pernyataan dia sebelumnya, pun ini cm akan membuang terlalu banyak waktu, energi dan page.
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #85 on: 15 July 2009, 09:23:31 AM »
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.
Jika dikatakan Nibbana dicapai bukan dg percaya/tidak adanya Tuhan, berarti pencapaian nibbana berada di luar kepercayaan atau ketidakpercayaan pada Tuhan. Begitukah maksud Bro Kain?
Ya saya setuju, Upatissa (seorg yg menganut pandangan berbelit) bisa merealisasi nibbana. Tetapi jelas pandangan berbelit hanya ada pada fase sebelum dia merealisasi. Pandangan berbelit tdk mungkin masih ada saat realisasi dan setelah realisasi. Ketika dia telah merealisasi nibbana, tdk ada lagi pandangan keliru yg masih digenggam olehnya. Sederhananya, tidak mungkin pandangan benar dan pandangan keliru eksis secara bersamaan pada Upatissa.
Ya, kalau menurut pendapat saya, sesaat orang merealisasi dhamma, saat itu juga semua pandangan kelirunya hancur.


Quote
Mengenai yg underlined dlm quote, itu pertanyaan saya, mohon penjelasan dari Bro Kain bahwa bait dari Y.A Assaji pada Sariputta tidak berhubungan dgn pandangan benar/salah.
Pandangan benar/salah di sini, maksud saya adalah konsep pandangan benar/salah yang diklaim sebagian Buddhis sebagai "wajib diketahui untuk mencapai kesucian", di antaranya: 62 pandangan salah dari Brahmajala Sutta, Karma, Paticca Samuppada, 4 satipatthana, tumimbal lahir, 31 alam dan sebagainya.
Sering saya katakan, dalam pikiran ariya, kita sudah tidak mungkin lagi menebak-nebak "apa yang direalisasikan". Kita hanya bisa melihat teorinya saja (dalam hal Sariputta, teorinya kita tahu adalah tilakkhana, tetapi entah apa yang direalisasikan dalam bathinnya).


Quote
Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Tidak, saya menyebutkan secara jelas sebelumnya bahwa mungkin sayalah yg kurang bisa menduga. Tdk mengatakan Anda pun tidak ada maksud mengatakan Anda. :)
Terima kasih tidak berpikir negatif terhadap saya.


Quote
Mengenai yg lain2nya, saya merasa cukup sekian dan tidak perlu dilanjutkan. Beberapa hal saya setuju dan beberapa lagi tidak. Barusan sudah nulis tapi setelah dipertimbangin, selain SZ sendiri tdk turut memberikan klarifikasi yg jelas atas pernyataan dia sebelumnya, pun ini cm akan membuang terlalu banyak waktu, energi dan page.
_/\_

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #86 on: 15 July 2009, 02:59:35 PM »
tetep ga bisa nge quote

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #87 on: 15 July 2009, 03:03:20 PM »
mungkin saya sebagai orang numpang lewat ikutan,

merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah hilang.  (bro kainyn)

pandangan salah hilang [itulah] merealisasikan dhamma. (bro xuvie)

ini bukan maksudnya?

There is no place like 127.0.0.1

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #88 on: 15 July 2009, 03:14:19 PM »
mungkin saya sebagai orang numpang lewat ikutan,

merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah hilang.  (bro kainyn)

pandangan salah hilang [itulah] merealisasikan dhamma. (bro xuvie)

ini bukan maksudnya?


saya melihat juga demikian
kayaknya bhasa mereka ber-2 aja yg berbeda tp maksudnya sama aja
ato mungkin saya salah ngerti kali ya,karena tulisannya panjang ha ha ha

just kidding

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #89 on: 15 July 2009, 03:15:34 PM »
karena belum merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah masih ada

karena sudah merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah tidak ada/hilang
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything