//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?  (Read 44737 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
 :)) DC jadi ajang promosi Kaskus  :))
Ini termasuk spam bukan ya?? ^-^
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #1 on: 29 August 2008, 12:31:56 PM »
:)) DC jadi ajang promosi Kaskus  :))
Ini termasuk spam bukan ya?? ^-^

Saya kok melihat 'pola lama' kembali terulang ya?

Seakan2 Deja Vu....

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #2 on: 19 September 2008, 10:43:56 AM »
Menurut Pak Hud jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak? (cuma nanya, jadi mau tahu gimana pandangan Pak Hud mengenai jalan beruas 8 ) :))

Menurut hemat saya, kalau orang melekat pada Jalan Mulia Berunsur Delapan ia akan tetap terbelenggu.
Karena sesungguhnya tidak ada jalan ... tidak ada tujuan ... tidak ada pantai seberang.
Nibbana itu sendiri berarti padam.

Salam,
Hudoyo

Saya ulang, maaf.

Yang ditanya apa dan dijawab apa.  ;D
Kalau pembaca tidak kritis, Jawaban Pak Hud bisa ditelan sebagai,"
Jalan Mulia Berunsur Delapan tidak bisa membebaskan"

Cukup wajar Umat Buddha akan tersinggung dan bereaksi keras.
Coba dibalik, kalau ada yang bertanya,"Apakah MMD bisa membebaskan (membuat pikiran berhenti)?

Lalu dijawab,"Kalau orang MELEKAT pada--instruksi-- MMD, ia akan tetap terbelenggu."
Pernyataan itu benar, tapi bisa menyesatkan dan di luar konteks. Menurut saya, identik dengan jawaban Pak Hud.

Di kasus ini pointnya pada penambahan kata MELEKAT, yang sesungguhnya di luar konteks pertanyaan.

Nah, menurut hemat saya, tidak ada JALAN APA PUN bisa dipakai untuk mencapai pembebasan. ... Mengapa? ... Karena begitu orang berpikir tentang 'jalan' (apa pun), tentang 'latihan' (apa pun), si aku tidak mungkin diam! ...
Di sini point yang BISA menyesatkan adalah pada kata
Quote
Karena begitu orang berpikir
.

Karena begitu orang berpikir, ya SUDAH PASTI IA MUSTAHIL juga sedang BERADA DALAM SAMADHI, ATAU PIKIRAN BERHENTI, lah.  ;D  ;D  ;D
Entah ia penempuh Vipassana, MMD atau apapun.

Jadi masalahnya bukan pada JMB8 nya, tapi adanya kata kunci Karena begitu orang berpikir

Vipassana salah satu unsur JMB8, seperti juga MMD adalah PENGAMATAN, PENYAKSIAN 4 khanda. Bukan BERPIKIR-PIKIR. Tapi buat pemula, apakah awalnya penempuh baik Vipassana ataupun MMD benar2 TIDAK BERPIKIR SAMA SEKALI? Tidak, kan? Di sela2 latihan sekedar mengamati, menyaksikan, penempuhnya kadang perlu berpikir juga. Dengar Ceramah lah, diskusilah, mengingat petunjuk pembimbing atau instruksi Pak Hud, dlsb. 


***
Chyanmay Sayadaw bilang, orang yang sedang melatih Vipassana, adalah orang yang  sedang menempuh JMB8 secara komplit. Ketika retret Vipassana di vihara, kita kan juga melatih Sila dan Panna. Maksudnya, ketika kita retret Vipassana, kita juga sekaligus mengamalkan atau menjalankan SEMUA UNSUR/RUAS JMB8 itu.

Sedang BILA kita tidak sedang bervipassana, walaupun melatih, menjalankan unsur2 lainnya, kita tidak menjalankan JMB8 secara komplit.


Quote
OOT
Cuma pikiran monyet saya mencuat, ketika dijelaskan tentang BERMATA PENCAHARIAN YANG BENAR. bahwa kita hidup, makan maksudnya bukan dari hasil menipu atau mencuri atau bertentangan dengan sila. Pikiran saya kurang bisa menerima, karena saya makan bukan dari hasil bekerja sendiri, tapi dari DANA MAKANAN.

Apakah JMB8 itu? ... Itu adalah satu "jalan", suatu sistem latihan: sila, samadhi, panna. .
Bila dikaitkan dengan "Pathless land" nya K, menurut hemat saya, kita jangan terpaku pada istilah atau definisi saja.

Apakah kalau JMB8 dinamai INSTRUKSI BERUAS DELAPAN, akan memberi makna atau efek yang berbeda?

Dengan memakai MMD sebagai acuan pembanding, di MMD boleh tidak memakai istilan JALAN, MARGA, METHODE, tapi toh ada INSTRUKSI MMD. Ada petunjuknya. 

Menurut saya, Kata2/ceramah JK, instruksi MMD, Kotbah Sang Buddha, JMB8 semuanya adalah TELUNJUK.

BILA, SELAMA penempuh Vipassana atau MMD MELEKAT atau BERPIKIR-pikir (di sini maknanya berpikir yang berpusat pada AKU), sudah pasti ia TIDAK  BISA mencapai Nibbana atau berhentinya pikiran.

***
Kesimpulan saya,
Dalam retret Vipassana, JMB8 tentu bisa mengantarkan ke Nibbana atau pikiran berhenti.

Itu menurut pendapat saya, entah menurut Pak Hud dan rekan yang lain.

BILA pendapat saya keliru, saya mohon maaf, sekaligus mohon Pak Hud berkenan meluruskan, dimana kekeliruan pemikiran saya di atas.

BILA pendapat saya benar, semoga Pak Hud berkenan MEREVISI tulisan Bapak sehingga maknanya menjadi TEGAS dan LUGAS.

Terima kasih.

Quote

Seperti dua orang sahabat karib
yang duduk di satu forum diskusi
pada petang hari yang sejuk,
berbicara tentang berbagai telunjuk menuju pembebasan
secara terbuka tanpa keraguan dan kawatir.

Idealnya, angan-angan Kita, Kita bisa duduk berdiskusi atau berdialog sebagai SAHABAT SEPERJUANGAN dalam Dhamma. Dimana kita bisa berdialog, berdiskusi, secara terbuka tanpa keraguan dan kawatir. Karena bila sahabat kita salah ucap, salah mengutarakan maksud hatinya, ataupun telah melakukan kekilafan, tentu Kita siap memaafkan.

Kita tidak sedang jualan, memaksakan pendapat, kan?
Jadi mestinya kita bisa santai berdiskusi.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #3 on: 19 September 2008, 11:23:41 AM »
dear inJulia

saya bekerja di salah satu perusahaan pelayaran, tentunya saya akan merekomendasikan rekan/teman saya untuk menggunakan perusahaan tempat saya bekerja

demikian juga orang yang bekerja di perusahaan pelayaran lainnya.....

Ini adalah lumrah alias biasa terjadi di dunia........

namun hendaknya secara Buddhism, kita bisa menghindari kemelekatan seperti itu.

Disinilah kita bisa melihat bagaimana kualitas seseorang........

mengenai "pikiran terhenti" : maaf, saya sampai saat ini masih tidak sependapat dengan mereka yang mempunyai "paham terhentinya pikiran" karena semua mahluk itu selalu mempunyai pikiran/citta/kesadaran yang muncul setiap saat jadi dalam Buddhism bahkan pada mahluk Ariya/mereka yang sudah mencapai kesucian jadi tidak ada istilah "khilaf" karena sebenarnya selalu ada pikiran/citta/kesadaran

Itu kenapa ada Lokuttara Citta atau Citta yang terjadi pada para Ariya, yang detailnya bisa dibaca di :
http://www.buddhistonline.com/dsgb/ad14.shtml

semoga diskusi ini bisa bermanfaat yah  _/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #4 on: 07 October 2008, 02:36:25 PM »
dear inJulia

saya bekerja di salah satu perusahaan pelayaran, tentunya saya akan merekomendasikan rekan/teman saya untuk menggunakan perusahaan tempat saya bekerja
<del...>

Maaf, baru sempat merespon Bro Markos, :)


kalau buat kepentingan teman, Vihara, kan sebaiknya kita berdana, bukan malah mencari keuntungan pribadi. jadi biasanya kita akan jujur menyatakan kalau ditempat lain ada yg lebih baik kualitasnya.


[terus terang, saya kurang menangkap respon Bro ini. :) ]

Kalau maksudnya,  masalah kejujuran dalam membicarakan tentang kebenaran, Ajaran, wah ini soal REPUTASI.


***

Saya belum pernah belajar soal Citta. :)
Jadi ngga bisa nimbrung soal itu.


Tapi sepertinya ini masalah definisi yang perlu dicermati sekali.
Yang saya tangkap dari tulisan Pak Hud, bahwa:
- SADAR setiap saat
- Pikiran berhenti

Setahu saya Pak Hud tidak pernah menyatakan, "KESADARAN BERHENTI". Jadi tafsiran saya,
"PIKIRAN BERHENTI, bukan berarti KESADARAN BERHENTI.
jadi, mungkin saja saat PIKIRAN BERHENTI, KESADARAN-nya tetap eksis, tidak berhenti."

Dari pemahaman itu, maka "PIKIRAN" tidak bisa diidentikan dengan "KESADARAN".

***
Kilaf terjadi kan karena GERAK PIKIRAN, plus KESADARAN yang melemah. :)
Bukan karena PIKIRAN BERHENTI.


Thanks
 _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #5 on: 07 October 2008, 04:07:44 PM »
dear inJulia

saya bekerja di salah satu perusahaan pelayaran, tentunya saya akan merekomendasikan rekan/teman saya untuk menggunakan perusahaan tempat saya bekerja
<del...>

Maaf, baru sempat merespon Bro Markos, :)


kalau buat kepentingan teman, Vihara, kan sebaiknya kita berdana, bukan malah mencari keuntungan pribadi. jadi biasanya kita akan jujur menyatakan kalau ditempat lain ada yg lebih baik kualitasnya.


[terus terang, saya kurang menangkap respon Bro ini. :) ]

Kalau maksudnya,  masalah kejujuran dalam membicarakan tentang kebenaran, Ajaran, wah ini soal REPUTASI.

dear inJulia,

mengenai ini, sepertinya sudah lewat untuk dibahas.......  ;D


Saya belum pernah belajar soal Citta. :)
Jadi ngga bisa nimbrung soal itu.


Tapi sepertinya ini masalah definisi yang perlu dicermati sekali.
Yang saya tangkap dari tulisan Pak Hud, bahwa:
- SADAR setiap saat
- Pikiran berhenti

Setahu saya Pak Hud tidak pernah menyatakan, "KESADARAN BERHENTI". Jadi tafsiran saya,
"PIKIRAN BERHENTI, bukan berarti KESADARAN BERHENTI.
jadi, mungkin saja saat PIKIRAN BERHENTI, KESADARAN-nya tetap eksis, tidak berhenti."

Dari pemahaman itu, maka "PIKIRAN" tidak bisa diidentikan dengan "KESADARAN".

***
Kilaf terjadi kan karena GERAK PIKIRAN, plus KESADARAN yang melemah. :)
Bukan karena PIKIRAN BERHENTI.


Thanks
 _/\_

dear inJulia,

sekedar informasi, bahwa secara Buddhis sebagaimana tercantum dalam Tipitaka : citta = pikiran = kesadaran

pada paham tertentu, ada yang memisahkan antara pikiran dan batin.
Ini pun adalah suatu kekeliruan dimana batin/nama = citta/pikiran/kesadaran + cetasika/faktor2 batin

semoga ini bisa memperjelas mengenai proses Citta/pikiran/kesadaran secara Buddhism yah  _/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #6 on: 08 October 2008, 01:13:44 PM »
dear inJulia,

mengenai ini, sepertinya sudah lewat untuk dibahas.......  ;D



dear inJulia,

sekedar informasi, bahwa secara Buddhis sebagaimana tercantum dalam Tipitaka : citta = pikiran = kesadaran

pada paham tertentu, ada yang memisahkan antara pikiran dan batin.
Ini pun adalah suatu kekeliruan dimana batin/nama = citta/pikiran/kesadaran + cetasika/faktor2 batin

semoga ini bisa memperjelas mengenai proses Citta/pikiran/kesadaran secara Buddhism yah  _/\_
Ok Bro Markos, Thanks atas penjelasannya.
Saya coba pelajari.

_/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #7 on: 08 October 2008, 02:00:25 PM »
baik sis.......

anumodana juga........

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #8 on: 13 November 2008, 06:12:10 PM »
Kembali ke pertanyaan awal, menurut saya
Pada dasarnya memang hanya ada satu citarasa yakni pembebasan, sedangkan jalan mulia beruas 8 itu kan sekedar penjabarannya saja. Satu mencakup semua , semua mencakup satu.
Jadi bila mengatakan tidak bisa, itu juga terlalu melekat pada term itu sendiri.
Pak Hud berkapasitas mengajar dalam metode MMD, maka sah-sah saja mengatakan tidak bisa. Tapi diluar metode MMD, tentu ada metode lain yang bisa diarahkan utk mencapai pembebasan sejauh sesuai dengan metode lain yang diajarkan Buddha. Maka adalah memungkinkan jika jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa pembebasan.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #9 on: 14 November 2008, 09:09:45 AM »
dear ching ik

sebenarnya sudah jelas, bahwa jalan mulia beruas 8 itu, sudah PASTI akan membawa ke arah pembebasan atau nibbana

sudah pernah dibahas di : http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=691&multi=Y&hal=1

juga di : http://dhammacitta.org/forum/index.php?action=printpage;topic=730.0

semoga bisa lebih memperjelas yah........

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #10 on: 14 November 2008, 10:00:01 AM »
dear ching ik

sebenarnya sudah jelas, bahwa jalan mulia beruas 8 itu, sudah PASTI akan membawa ke arah pembebasan atau nibbana

sudah pernah dibahas di : http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=691&multi=Y&hal=1

juga di : http://dhammacitta.org/forum/index.php?action=printpage;topic=730.0

semoga bisa lebih memperjelas yah........

 ya, satu tarikan nafas bagi yang 'sadar' sudah mencakup 8 ruas itu. 8 hembusan nafas bagi yg 'sesat' tetap saja tidak akan bebas.
Mungkin itu yg ingin disampaikan pak Hud.  :-? :P
 

Offline Parami

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 43
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Keep aware....
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #11 on: 18 November 2008, 04:00:00 PM »
[at] Pak Hudoyo

Mohon maaf sebelumnya buat Bapak bila posting saya ini menyinggung Bapak.  ^:)^  ^:)^  ^:)^

Saya sudah lihat posting awal dari Bapak di DC dan kelihatannya Bapak berkeinginan untuk membantu saya atau rekan-rekan di DC untuk "SADAR" atau pembebasan (maaf lagi kalo salah), saya rasa itu sangat mulia sekali. Tetapi akan lebih mulia lagi kalau Bapak mempostingnya di bagian meditasi, jadi Bapak tidak perlu mempertanyakan segala sesuatu yang ada di Tipitaka yang menurut Bapak tidak benar --- Bukan berarti saya melekat sama TIPITAKA loh .....  ;D  .... Karena apa yang Bapak bahas itu menurut "PIKIRAN SADAR" Bapak. Lagi pula saya melihatnya dari beberapa posting Bapak di sini, seakan-akan Bapak lagi promosi MMD.... tidak memperjelas tidak benarnya di mana  :-?

Kalo Bapak jelaskan teknik MMD di bagian meditasi saya rasa itu lebih tepat. Karena jika ada rekan-rekan DC mencoba "CARA" Bapak ada kesulitan dapat Bapak bantu. Kalau Bapak taruh di bagian lain jadi perdebatan yang gak ada titik temunya.

 _/\_

mohon maaf lagi yah Pak.  ^:)^  ^:)^  ^:)^
Semoga saya sehat, berbahagia dan terbebas.
Semoga semua mahkluk sehat, berbahagia dan terbebas.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #12 on: 18 November 2008, 05:13:31 PM »
Sungguh benar kata salah seorang yang bijak...
"Air mata murni tidak mungkin mengeluarkan sungai yang keruh..." :)

_/\_

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #13 on: 18 November 2008, 05:43:48 PM »
Mata air...salah tulis...hehehe.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #14 on: 19 November 2008, 09:22:04 AM »
Sungguh benar kata salah seorang yang bijak...
"Air mata air murni tidak mungkin mengeluarkan sungai yang keruh..." :)

_/\_

Salam hangat,
Riky
Brti riki setuju yah kalo mata air ini gk murni  ;D

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #15 on: 23 November 2008, 01:36:09 PM »
Sungguh benar kata salah seorang yang bijak...
"Air mata air murni tidak mungkin mengeluarkan sungai yang keruh..." :)

_/\_

Salam hangat,
Riky
Brti riki setuju yah kalo mata air ini gk murni  ;D
hehehe,harusnya anda setuju dulu,apa pengertian kalimat saya... :)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #16 on: 26 November 2008, 10:54:56 PM »
Sungguh benar kata salah seorang yang bijak...
"Air mata murni tidak mungkin mengeluarkan sungai yang keruh..." :)

_/\_

Salam hangat,
Riky

Mata air murni memang mengeluarkan air jernih,
namun jika di dalam perjalanan alirannya melewati dasar berlumpur,
maka akan menghasilkan sungai yang keruh.
yaa... gitu deh

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #17 on: 14 December 2008, 11:50:08 AM »
salam bahagia..............

menurut sy pribadi sy sangat yakin jalan itu adalah satu2 nya untuk memadamkan keinginan dan bila sudah tidak punya keinginan berarti sudah bisa masuk nibbana

kata sederhanannya adalah:

hidup dengan sewajarnya tidak berlebihan dan tidak kekurangan dalam arti mengikuti kharma dan menyadari darimana itu kharma yg datang kepada kita diwaktu susah and senang

sebab dlm jln kebenaran berunsur 8 inti dari hidup manusia dan semua mahluk hidup di alam semesta

bila ada yg meragukan jalan tersebut berarti sungguh jauh untuk mencapai pantai seberang.....

terimakasih itu pendapat saya...............

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #18 on: 31 March 2009, 01:41:49 PM »
salam bahagia..............

menurut sy pribadi sy sangat yakin jalan itu adalah satu2 nya untuk memadamkan keinginan dan bila sudah tidak punya keinginan berarti sudah bisa masuk nibbana

kata sederhanannya adalah:

hidup dengan sewajarnya tidak berlebihan dan tidak kekurangan dalam arti mengikuti kharma dan menyadari darimana itu kharma yg datang kepada kita diwaktu susah and senang

sebab dlm jln kebenaran berunsur 8 inti dari hidup manusia dan semua mahluk hidup di alam semesta

bila ada yg meragukan jalan tersebut berarti sungguh jauh untuk mencapai pantai seberang.....

terimakasih itu pendapat saya...............

pantai seberang anda itu adalah bukan dan tidak sama sekali disebrang sana!

kebahagiaan itu tidak dan sama sekali tanpa syarat apapun.

jalan itu tidak harus 8 atau lainnya, karena jalan itu berasal dari yang tidak ada.

percuma saja anda mampu berdamai dgn alam semsta, maupun sosial kemasyarakatannmu, tanpa mampu berdamai dgn "kamu" sendiri.

ika. 

Offline qingsen

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 2
  • Reputasi: 1
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #19 on: 31 March 2009, 05:02:07 PM »
Apakah JMB8 itu? ... Itu adalah satu "jalan", suatu sistem latihan: sila, samadhi, panna. ...

Nah, menurut hemat saya, tidak ada JALAN APA PUN bisa dipakai untuk mencapai pembebasan. ... Mengapa? ... Karena begitu orang berpikir tentang 'jalan' (apa pun), tentang 'latihan' (apa pun), si aku tidak mungkin diam! ... Sedangkan pembebasan hanya tercapai bila si aku ini diam, tidak "berjalan" ke mana-mana. ... Seperti kata Sang Buddha: "Aku sudah lama berhenti. Kamulah yang terus berlari. Apakah yang kamu cari?"

kalau memang tidak ada JALAN  apapun yang bisa di pakai utk mencapai pembebasan, Forum DC sudah boleh di offlinekan...
Karena tidak ada yang perlu di bahas lagi...

Samatha dan Vipassana juga tidak perlu di latih lagi...





Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #20 on: 31 March 2009, 05:48:46 PM »
perbedaan perspektif bro...coba renungkan lebih dalam lagi maksudnya...justru batasan agama yang membuat orang keblinger dan ga bisa melihat true naturenya...tapi bukan berarti agama tidak harus ada namun agama harus sejalan dengan Dhamma Vinaya Buddha.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline sumana

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Limit by yourself
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #21 on: 07 July 2009, 07:49:33 PM »
Ketika Sang Buddha memutar Dhammacakkapavattana....Beliau menjelaskan 2 Ekstrim yang dihancurkan melalui Jalan Tengah apakah Jalan Tengah itu ya 8 Jalan Ariya sehingga membawa orang menuju Nibbana. Yang dimaksud mungkin ketika kamu sedang berjuang mencapai Nibbana. gunakan 8 Jalan itu dan ketika sudah sampai maka ibarat rakit dilepas,lagian orang yang telah mencapai Nibbana atau kepadaman, ia tidak lagi memerlukan kemelekatan akan 8 Jalan itu sendiri melainkan telah terintegrasi dalam setiap ucapan,perbuatan dan pikiran.
Ini saja yang saya tangkap ketika membaca Visuddhi Magga

Bagus-bagus saja umat Buddha berpendapat seperti Anda.
Yang saya katakan adalah umat non-Buddhis pun bisa saja mencapai pembebasan (nibbana) tanpa melalui JMB-8, tanpa melalui konsep "pantai seberang", tanpa melalui konsep "rakit".
Itulah yang saya pahami dari pengalaman sadar sampai sejauh ini.

hudoyo

JIka seperti yang bapak katakan, apakah selama 2500thn lebih ini sudah ada yang mencapai nibbana tanpa melalui ajaran Buddhis ?
mohon penjelasannya ? jika statement bapak, bahwa umat non-buddhis bisa mencapai pembebasan (nibbana) kenapa umat tersebut masih mengenal bergantung kepada kata TUHAN ? bukankah akan terjadi suatu hal yg luar biasa, bahwasannya ada yg mencapai ke-BUDDHA-an tanpa melalui ajaran BUDDHA ?
Kelahiran telah terjadi, sukha dan dukha silih berganti. Kehidupan tidak kekal, menggapai pembebasan terakhir (nibbana).

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #22 on: 07 July 2009, 10:11:43 PM »
^
^
gak bakal di jawab ... bro sumana
orangnya tau kemana, udah lama gak ol
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #23 on: 08 July 2009, 01:48:46 PM »
JIka seperti yang bapak katakan, apakah selama 2500thn lebih ini sudah ada yang mencapai nibbana tanpa melalui ajaran Buddhis ?
mohon penjelasannya ? jika statement bapak, bahwa umat non-buddhis bisa mencapai pembebasan (nibbana) kenapa umat tersebut masih mengenal bergantung kepada kata TUHAN ? bukankah akan terjadi suatu hal yg luar biasa, bahwasannya ada yg mencapai ke-BUDDHA-an tanpa melalui ajaran BUDDHA ?


Memangnya, anda sendiri sudah bertemu langsung dengan Buddhis yang sudah Arahat?
Kalau sudah, titip pertanyaan saya, "anda Buddhis atau bukan?"


Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #24 on: 08 July 2009, 02:05:04 PM »
JIka seperti yang bapak katakan, apakah selama 2500thn lebih ini sudah ada yang mencapai nibbana tanpa melalui ajaran Buddhis ?
mohon penjelasannya ? jika statement bapak, bahwa umat non-buddhis bisa mencapai pembebasan (nibbana) kenapa umat tersebut masih mengenal bergantung kepada kata TUHAN ? bukankah akan terjadi suatu hal yg luar biasa, bahwasannya ada yg mencapai ke-BUDDHA-an tanpa melalui ajaran BUDDHA ?


Memangnya, anda sendiri sudah bertemu langsung dengan Buddhis yang sudah Arahat?
Kalau sudah, titip pertanyaan saya, "anda Buddhis atau bukan?"


menurut saya ke-arahatan bisa dicapai tanpa 8 jalan utama,yaitu dg cara pencerahan yg bertumpu pd penembusan 12 sebab musabab saling bergantungan.
           saya pernah mendengar bahwa dhamma adalah milik semua orang bukan milik buddhis saja,sehingga bisa saja nibana dicapai oleh mereka yg bukan buddhis sebagai pacceka buddha.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

saya rasa demikian adanya
jika ada kesalahan mohon dikoreksi terutama tentang TAO karena saya juga tidak paham betul.

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #25 on: 08 July 2009, 02:11:57 PM »
Menurut Pak Hud jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak? (cuma nanya, jadi mau tahu gimana pandangan Pak Hud mengenai jalan beruas 8 ) :))

Menurut hemat saya, kalau orang melekat pada Jalan Mulia Berunsur Delapan ia akan tetap terbelenggu.
Karena sesungguhnya tidak ada jalan ... tidak ada tujuan ... tidak ada pantai seberang.
Nibbana itu sendiri berarti padam.

Salam,
Hudoyo

           klo tidak ada jalan bagaimana sampai ke tujuan???
           klo tidak ada tujuan bagaimana ada pencapaian???(nyasar donk)
           tidak ada komentar untuk pantai seberang

bagaimana memadamkan sesuatu tanpa usaha?

usaha menggunakan cara
cara=jalan

padam=tujuan dalam buddhis

kiranya menurut saya pernyataan bapak terdengar sangat kontradiktif dan saya kurang ngerti,mohon petunjuknya

klo yg bapak maksud adalah pencapaian nibana secara ZEN maka ZEN itu sendiri adalah jalan
yaitu jalan singkat"menembus tilakhana n menyadari kesunyaan"

kekosongan dalam ZEN hendaknya tidak ditafsirkan bahwa apapun itu bagaimanapun sesungguhnya tidak ada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #26 on: 08 July 2009, 02:50:14 PM »
menurut saya ke-arahatan bisa dicapai tanpa 8 jalan utama,yaitu dg cara pencerahan yg bertumpu pd penembusan 12 sebab musabab saling bergantungan.
           saya pernah mendengar bahwa dhamma adalah milik semua orang bukan milik buddhis saja,sehingga bisa saja nibana dicapai oleh mereka yg bukan buddhis sebagai pacceka buddha.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

saya rasa demikian adanya
jika ada kesalahan mohon dikoreksi terutama tentang TAO karena saya juga tidak paham betul.

Kalau bagi saya, melekati konsep Tuhan dan melekati konsep "Buddhisme adalah yang paling benar" sama saja. Intinya, hal-hal tersebut hanya menghalangi seseorang melihat kenyataan apa adanya.

Saya cenderung pada melihat pada hal-hal nyata yang wajar, bukan pada konsep macam "agama & kepercayaan seseorang" atau filosofi tingkat tinggi aneh2 yang merupakan faktor penentu seseorang bisa mencapai pembebasan. Berbeda dengan kesepakatan Buddhist pada umumnya yang memiliki kriterianya sendiri tentang pencapaian kesucian harus lewat JMB 8, harus tahu teori kamma, dlsb, saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 
Kembali kepada fakta, saya melihat orang seperti itu baik di kalangan umat Buddhis, juga di kalangan umat non-Buddhis. Sebaliknya juga, saya melihat orang-orang yang jauh dari kriteria tersebut di kalangan umat Buddhis, juga di kalangan umat non-Buddhis. Oleh sebab itu, saya katakan bahwa kepercayaan seseorang bukanlah yang utama.

Saya memiliki pandangan berbeda dengan Pak Hudoyo. Saya tidak menganut pandangannya, dan juga bukan praktisi MMD.
Tetapi walaupun demikian, ada banyak juga hal-hal di mana saya sepaham, bahkan lebih setuju dibandingkan dengan mayoritas kepercayaan umat Buddha.


Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #27 on: 08 July 2009, 03:23:07 PM »

[/quote]

Kalau bagi saya, melekati konsep Tuhan dan melekati konsep "Buddhisme adalah yang paling benar" sama saja. Intinya, hal-hal tersebut hanya menghalangi seseorang melihat kenyataan apa adanya.



[/quote]
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #28 on: 08 July 2009, 03:24:36 PM »
menurut saya ke-arahatan bisa dicapai tanpa 8 jalan utama,yaitu dg cara pencerahan yg bertumpu pd penembusan 12 sebab musabab saling bergantungan.
           saya pernah mendengar bahwa dhamma adalah milik semua orang bukan milik buddhis saja,sehingga bisa saja nibana dicapai oleh mereka yg bukan buddhis sebagai pacceka buddha.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

saya rasa demikian adanya
jika ada kesalahan mohon dikoreksi terutama tentang TAO karena saya juga tidak paham betul.

Kalau bagi saya, melekati konsep Tuhan dan melekati konsep "Buddhisme adalah yang paling benar" sama saja. Intinya, hal-hal tersebut hanya menghalangi seseorang melihat kenyataan apa adanya.

Saya cenderung pada melihat pada hal-hal nyata yang wajar, bukan pada konsep macam "agama & kepercayaan seseorang" atau filosofi tingkat tinggi aneh2 yang merupakan faktor penentu seseorang bisa mencapai pembebasan. Berbeda dengan kesepakatan Buddhist pada umumnya yang memiliki kriterianya sendiri tentang pencapaian kesucian harus lewat JMB 8, harus tahu teori kamma, dlsb, saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 
Kembali kepada fakta, saya melihat orang seperti itu baik di kalangan umat Buddhis, juga di kalangan umat non-Buddhis. Sebaliknya juga, saya melihat orang-orang yang jauh dari kriteria tersebut di kalangan umat Buddhis, juga di kalangan umat non-Buddhis. Oleh sebab itu, saya katakan bahwa kepercayaan seseorang bukanlah yang utama.

Saya memiliki pandangan berbeda dengan Pak Hudoyo. Saya tidak menganut pandangannya, dan juga bukan praktisi MMD.
Tetapi walaupun demikian, ada banyak juga hal-hal di mana saya sepaham, bahkan lebih setuju dibandingkan dengan mayoritas kepercayaan umat Buddha.


MDD itu apa?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #29 on: 08 July 2009, 03:28:42 PM »
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.

Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #30 on: 08 July 2009, 06:53:03 PM »
JIka seperti yang bapak katakan, apakah selama 2500thn lebih ini sudah ada yang mencapai nibbana tanpa melalui ajaran Buddhis ?
mohon penjelasannya ? jika statement bapak, bahwa umat non-buddhis bisa mencapai pembebasan (nibbana) kenapa umat tersebut masih mengenal bergantung kepada kata TUHAN ? bukankah akan terjadi suatu hal yg luar biasa, bahwasannya ada yg mencapai ke-BUDDHA-an tanpa melalui ajaran BUDDHA ?


Memangnya, anda sendiri sudah bertemu langsung dengan Buddhis yang sudah Arahat?
Kalau sudah, titip pertanyaan saya, "anda Buddhis atau bukan?"


menurut saya ke-arahatan bisa dicapai tanpa 8 jalan utama,yaitu dg cara pencerahan yg bertumpu pd penembusan 12 sebab musabab saling bergantungan.
           saya pernah mendengar bahwa dhamma adalah milik semua orang bukan milik buddhis saja,sehingga bisa saja nibana dicapai oleh mereka yg bukan buddhis sebagai pacceka buddha.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

saya rasa demikian adanya
jika ada kesalahan mohon dikoreksi terutama tentang TAO karena saya juga tidak paham betul.

Ini bro atau sis ya? ^-^ apa saja ya....:))

coba perhatikan yg saya bold biru penembusan kerahatan itu PASTI harus melalui  8 jalan utama. Pencerahan bertumpu pada paticasamupada juga landasan UTAMA nya adalah 8 jalan utama. Mengapa demikian?

1. Salah satu dari 8 jalan utama adalah pandangan benar , jika satu ini saja hilang maka semua latihan seseorang yg berlatih akan mengalami stagnasi.

2. Siapapun itu Buddhist atau bukan buddhist untuk mencapai kearahatan/Buddha harus menjalankan 8 jalan utama termasuk Pacceka Buddha . Yang tidak harus adalah adanya kemungkinan tidak mengetahuinya KONSEP 8 Jalan utama.
artinya menjalankan(praktek) 8 jalan utama adalah wajib, yang tidak wajib adalah mengetahui secara konsep. Tetapi kalau bisa keduanya ya lebih baik.

Jadi disini kita harus menyadari perlu dan tidak perlunya 8 jalan utama itu dalam hal apanya dulu. Prakteknya atau konsepnya. Nah smoga hal ini tidak menjadi rancu bagi kita semua.

Metta  _/\_
« Last Edit: 08 July 2009, 06:55:34 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #31 on: 09 July 2009, 08:22:09 AM »
JIka seperti yang bapak katakan, apakah selama 2500thn lebih ini sudah ada yang mencapai nibbana tanpa melalui ajaran Buddhis ?
mohon penjelasannya ? jika statement bapak, bahwa umat non-buddhis bisa mencapai pembebasan (nibbana) kenapa umat tersebut masih mengenal bergantung kepada kata TUHAN ? bukankah akan terjadi suatu hal yg luar biasa, bahwasannya ada yg mencapai ke-BUDDHA-an tanpa melalui ajaran BUDDHA ?


Memangnya, anda sendiri sudah bertemu langsung dengan Buddhis yang sudah Arahat?
Kalau sudah, titip pertanyaan saya, "anda Buddhis atau bukan?"


menurut saya ke-arahatan bisa dicapai tanpa 8 jalan utama,yaitu dg cara pencerahan yg bertumpu pd penembusan 12 sebab musabab saling bergantungan.
           saya pernah mendengar bahwa dhamma adalah milik semua orang bukan milik buddhis saja,sehingga bisa saja nibana dicapai oleh mereka yg bukan buddhis sebagai pacceka buddha.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

saya rasa demikian adanya
jika ada kesalahan mohon dikoreksi terutama tentang TAO karena saya juga tidak paham betul.

Ini bro atau sis ya? ^-^ apa saja ya....:))

coba perhatikan yg saya bold biru penembusan kerahatan itu PASTI harus melalui  8 jalan utama. Pencerahan bertumpu pada paticasamupada juga landasan UTAMA nya adalah 8 jalan utama. Mengapa demikian?

1. Salah satu dari 8 jalan utama adalah pandangan benar , jika satu ini saja hilang maka semua latihan seseorang yg berlatih akan mengalami stagnasi.

2. Siapapun itu Buddhist atau bukan buddhist untuk mencapai kearahatan/Buddha harus menjalankan 8 jalan utama termasuk Pacceka Buddha . Yang tidak harus adalah adanya kemungkinan tidak mengetahuinya KONSEP 8 Jalan utama.
artinya menjalankan(praktek) 8 jalan utama adalah wajib, yang tidak wajib adalah mengetahui secara konsep. Tetapi kalau bisa keduanya ya lebih baik.

Jadi disini kita harus menyadari perlu dan tidak perlunya 8 jalan utama itu dalam hal apanya dulu. Prakteknya atau konsepnya. Nah smoga hal ini tidak menjadi rancu bagi kita semua.

Metta  _/\_

sesuai yang sya pernah bahas bersama seorang bikkhu, memang dikatakannya seperti demikian 8 jalan utama itu adalah "WAJIB"....untuk menuju nibbana...

btw,masalah mempercayai konsep......atau ke-arahatan tetapi mempercayai Tuhan....
kalau tidak salah saya pernah membaca entah buku dari mana......sudah lupa
ketika seseorang mempratekkan vipassana, mereka telah melihat sebagaimana adanya nama-rupa kemudian timbul tenggelamnya sebuah proses......disitu mereka mampu melihat dengan jelas/sebagaimana adanya bahwa yang ada hanya proses tersebut,
tidak ada "aku" tidak ada campur tangan Maha-kuasa....semua begitu alamiah...

maka dari itulah timbul sebuah pemahaman dan pengertian bahwa dunia ini "tanpa aku" dan "tanpa Tuhan maha kuasa"..

dengan kata lain pemahaman seorang Arahat timbul dari "kenyataan/fakta yang mereka temukan"
bukan dari sebuah pemikiran semata seperti filosofi........
setahu saya demikian..


metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #32 on: 09 July 2009, 01:49:04 PM »
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.

Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.



dear bro

saya rasa sebaiknya melihat sebagai :
- Tidak membunuh selaras dengan Buddhisme
- Tidak mencuri selaras dengan Buddhisme
- Moralitas selaras dengan Buddhisme

Tolong kembali ke topik yaitu
Quote
umat non-Buddhis pun bisa saja mencapai pembebasan (nibbana) tanpa melalui JMB-8
1. umat non buddhis bisa dan sangat bisa mencapai pembebasan
2. umat non buddhis TIDAK BISA mencapai pembebasan tanpa melalui/melakukan JMB-8

dimana bro savana udah dengan jelas menyebutkan
Quote
konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Buddha pun mengajarkan JMB-8 bukan sebagai teori yg dilekati melainkan sebagai praktek utk mencapai nibbana

Jadi berdasar ajaran guru Buddham seyogyanya tidak muncul lagi pernyataan :
Quote
Berbeda dengan kesepakatan Buddhist pada umumnya yang memiliki kriterianya sendiri tentang pencapaian kesucian harus lewat JMB 8, harus tahu teori kamma, dlsb,
saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan.


semoga bs memperjelas krn sepertinya masalah "teori" terus bergaung walau sudah banyak penjelasan mengenai teori dan praktek

metta

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #33 on: 09 July 2009, 03:17:55 PM »
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.

Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.



dear bro

saya rasa sebaiknya melihat sebagai :
- Tidak membunuh selaras dengan Buddhisme
- Tidak mencuri selaras dengan Buddhisme
- Moralitas selaras dengan Buddhisme

Saya memang punya pandangan begitu.
Moralitas selaras dengan Buddhisme, namun bukan hanya Buddhis yang memiliki moralitas.
Demikian juga melihat kenyataan apa adanya adalah selaras dengan Buddhisme, namun bukan hanya Buddhis yang bisa melihat kenyataan apa adanya.



Quote
Tolong kembali ke topik yaitu
Quote
umat non-Buddhis pun bisa saja mencapai pembebasan (nibbana) tanpa melalui JMB-8
1. umat non buddhis bisa dan sangat bisa mencapai pembebasan
2. umat non buddhis TIDAK BISA mencapai pembebasan tanpa melalui/melakukan JMB-8

dimana bro savana udah dengan jelas menyebutkan
Quote
konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Dulu saya pernah bilang bahwa semua orang yang berlatih mengarah pada pembebasan, pasti selaras dengan JMB 8, tetapi belum tentu dia mengetahui format JMB 8 dalam doktrin Buddhisme.
Masalahnya adalah kembali lagi pada "apakah isi (bukan format) JMB 8 bisa dilakukan oleh orang yang bukan Buddhis?"
Saya bilang: bisa. Kalau Bro markos & savana_zhang bilang "pandangan benar hanya milik Buddhis, lainnya pandangan salah" ya sudah, terserah.



Quote
Buddha pun mengajarkan JMB-8 bukan sebagai teori yg dilekati melainkan sebagai praktek utk mencapai nibbana

Jadi berdasar ajaran guru Buddham seyogyanya tidak muncul lagi pernyataan :
Quote
Berbeda dengan kesepakatan Buddhist pada umumnya yang memiliki kriterianya sendiri tentang pencapaian kesucian harus lewat JMB 8, harus tahu teori kamma, dlsb,
saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan.


semoga bs memperjelas krn sepertinya masalah "teori" terus bergaung walau sudah banyak penjelasan mengenai teori dan praktek

metta

Memang apa yang salah dengan "teori"? Kalau saya bicara teori, berarti merujuk pada sebuah doktrin teoritikal, sama sekali bukan mengarah pada sikap mengecilkan dengan nada "ah, kalian baru sebatas teori". Tidak perlu bersikap defensif. Sudah saya bilang, saya bukan penganut pandangan Pak Hudoyo.

Lalu kalau memang konsisten mengacu pada ajaran Buddha, maka seharusnya pola pikir "Buddhis" dan "non-Buddhis" sudah tidak muncul. Karena itu tidak beda dengan pandangan Brahmana yang mengatakan hanya para Brahmana yang bisa kembali menyatu pada Brahma.

Nah, mengenai "pandangan benar", bagi saya tetap semua orang yang belum mencapai kesucian, semua masih memeluk "pandangan salah". Yang membedakan di antara puthujjana sebetulnya hanyalah ada orang-orang dengan "sedikit/banyak debu di mata (dhamma)-nya". Pandangan salah itu serta merta hancur ketika ia sendiri merealisasikan kebenaran (seperti dalam pencapaian sotapatti-phala).
Contohnya adalah para petapa dan Brahmana yang "memiliki sedikit debu di matanya" bisa merealisasi ajaran Buddha walaupun ia "berpandangan salah" (tentang pencipta/maha-brahma ataupun penyiksaan diri). Baru ketika ia merealisasikannya, maka pandangan salah itu sudah tidak lagi.

Pandangan benar dari sudut pandang saya, adalah realisasi kebenaran mutlak, bukan penggenggaman suatu ide. Definisi pandangan benar, saya pun tahu, bukan tidak tahu. Apakah sudah direalisasikan? Saya pribadi belum, maka saya masih belum menjadi seorang ariya.
Kalau Bro markos merasa sudah berpandangan benar, tinggal meneruskan 7 JMB lainnya sehingga tercapai tujuan, silahkan saja berpendapat seperti itu. Sepertinya selaras dengan Bro marcedes yang sudah merealisasikan kebenaran mutlak sebagian, dan tinggal melanjutkan pada kebenaran mutlak lainnya. Saya tidak bahas benar dan salah. Ini adalah pendapat.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #34 on: 09 July 2009, 04:14:17 PM »
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.

Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.



dear bro

saya rasa sebaiknya melihat sebagai :
- Tidak membunuh selaras dengan Buddhisme
- Tidak mencuri selaras dengan Buddhisme
- Moralitas selaras dengan Buddhisme

Saya memang punya pandangan begitu.
Moralitas selaras dengan Buddhisme, namun bukan hanya Buddhis yang memiliki moralitas.
Demikian juga melihat kenyataan apa adanya adalah selaras dengan Buddhisme, namun bukan hanya Buddhis yang bisa melihat kenyataan apa adanya.



Quote
Tolong kembali ke topik yaitu
Quote
umat non-Buddhis pun bisa saja mencapai pembebasan (nibbana) tanpa melalui JMB-8
1. umat non buddhis bisa dan sangat bisa mencapai pembebasan
2. umat non buddhis TIDAK BISA mencapai pembebasan tanpa melalui/melakukan JMB-8

dimana bro savana udah dengan jelas menyebutkan
Quote
konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Dulu saya pernah bilang bahwa semua orang yang berlatih mengarah pada pembebasan, pasti selaras dengan JMB 8, tetapi belum tentu dia mengetahui format JMB 8 dalam doktrin Buddhisme.
Masalahnya adalah kembali lagi pada "apakah isi (bukan format) JMB 8 bisa dilakukan oleh orang yang bukan Buddhis?"
Saya bilang: bisa. Kalau Bro markos & savana_zhang bilang "pandangan benar hanya milik Buddhis, lainnya pandangan salah" ya sudah, terserah.



Quote
Buddha pun mengajarkan JMB-8 bukan sebagai teori yg dilekati melainkan sebagai praktek utk mencapai nibbana

Jadi berdasar ajaran guru Buddham seyogyanya tidak muncul lagi pernyataan :
Quote
Berbeda dengan kesepakatan Buddhist pada umumnya yang memiliki kriterianya sendiri tentang pencapaian kesucian harus lewat JMB 8, harus tahu teori kamma, dlsb,
saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan.


semoga bs memperjelas krn sepertinya masalah "teori" terus bergaung walau sudah banyak penjelasan mengenai teori dan praktek

metta

Memang apa yang salah dengan "teori"? Kalau saya bicara teori, berarti merujuk pada sebuah doktrin teoritikal, sama sekali bukan mengarah pada sikap mengecilkan dengan nada "ah, kalian baru sebatas teori". Tidak perlu bersikap defensif. Sudah saya bilang, saya bukan penganut pandangan Pak Hudoyo.

Lalu kalau memang konsisten mengacu pada ajaran Buddha, maka seharusnya pola pikir "Buddhis" dan "non-Buddhis" sudah tidak muncul. Karena itu tidak beda dengan pandangan Brahmana yang mengatakan hanya para Brahmana yang bisa kembali menyatu pada Brahma.

Nah, mengenai "pandangan benar", bagi saya tetap semua orang yang belum mencapai kesucian, semua masih memeluk "pandangan salah". Yang membedakan di antara puthujjana sebetulnya hanyalah ada orang-orang dengan "sedikit/banyak debu di mata (dhamma)-nya". Pandangan salah itu serta merta hancur ketika ia sendiri merealisasikan kebenaran (seperti dalam pencapaian sotapatti-phala).
Contohnya adalah para petapa dan Brahmana yang "memiliki sedikit debu di matanya" bisa merealisasi ajaran Buddha walaupun ia "berpandangan salah" (tentang pencipta/maha-brahma ataupun penyiksaan diri). Baru ketika ia merealisasikannya, maka pandangan salah itu sudah tidak lagi.

Pandangan benar dari sudut pandang saya, adalah realisasi kebenaran mutlak, bukan penggenggaman suatu ide. Definisi pandangan benar, saya pun tahu, bukan tidak tahu. Apakah sudah direalisasikan? Saya pribadi belum, maka saya masih belum menjadi seorang ariya.
Kalau Bro markos merasa sudah berpandangan benar, tinggal meneruskan 7 JMB lainnya sehingga tercapai tujuan, silahkan saja berpendapat seperti itu. Sepertinya selaras dengan Bro marcedes yang sudah merealisasikan kebenaran mutlak sebagian, dan tinggal melanjutkan pada kebenaran mutlak lainnya. Saya tidak bahas benar dan salah. Ini adalah pendapat.


Dear Kai,

Tolong dibaca lagi pernyataan saya dengan teliti karena pertanyaan anda :

Quote
Masalahnya adalah kembali lagi pada "apakah isi (bukan format) JMB 8 bisa dilakukan oleh orang yang bukan Buddhis?"
Saya bilang: bisa. Kalau Bro markos & savana_zhang bilang "pandangan benar hanya milik Buddhis, lainnya pandangan salah" ya sudah, terserah.

Padahal saya sudah jelas menyatakan :
Quote
umat non buddhis TIDAK BISA mencapai pembebasan tanpa melalui/melakukan JMB-8

Disini jelas bhw non Buddhis pun BISA mencapai pembebasan asal melakukan JMB-8, mempraktekkan JMB-8, melaksanakan JMB-8

Dan pendapat berbeda justru diungkapkan oleh member lain yaitu :
Quote
umat non-Buddhis pun bisa saja mencapai pembebasan (nibbana) tanpa melalui JMB-8

TANPA melalui loh, alias tidak melakukan, tidak menjalankan, tidak melaksanakan......

hal serupa juga sudah ditekankan oleh bro bond diatas :

2. Siapapun itu Buddhist atau bukan buddhist untuk mencapai kearahatan/Buddha harus menjalankan 8 jalan utama termasuk Pacceka Buddha . Yang tidak harus adalah adanya kemungkinan tidak mengetahuinya KONSEP 8 Jalan utama.
artinya menjalankan(praktek) 8 jalan utama adalah wajib, yang tidak wajib adalah mengetahui secara konsep. Tetapi kalau bisa keduanya ya lebih baik.

Jadi disini kita harus menyadari perlu dan tidak perlunya 8 jalan utama itu dalam hal apanya dulu. Prakteknya atau konsepnya. Nah smoga hal ini tidak menjadi rancu bagi kita semua.

Metta  _/\_


Jadi tidak ada pernyataan apapun yg bilang bhw ""pandangan benar hanya milik Buddhis, lainnya pandangan salah"

Tolonglah utk membaca pernyataan secara lengkap dan teliti terlebih dahulu agar kita tidak mendiskusikan sesuatu yg sesungguhnya sudah dikatakan dengan jelas

metta

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #35 on: 09 July 2009, 05:15:43 PM »
Dear Kai,

Tolong dibaca lagi pernyataan saya dengan teliti karena pertanyaan anda :

Quote
Masalahnya adalah kembali lagi pada "apakah isi (bukan format) JMB 8 bisa dilakukan oleh orang yang bukan Buddhis?"
Saya bilang: bisa. Kalau Bro markos & savana_zhang bilang "pandangan benar hanya milik Buddhis, lainnya pandangan salah" ya sudah, terserah.

Padahal saya sudah jelas menyatakan :
Quote
umat non buddhis TIDAK BISA mencapai pembebasan tanpa melalui/melakukan JMB-8

Disini jelas bhw non Buddhis pun BISA mencapai pembebasan asal melakukan JMB-8, mempraktekkan JMB-8, melaksanakan JMB-8

Dan pendapat berbeda justru diungkapkan oleh member lain yaitu :
Quote
umat non-Buddhis pun bisa saja mencapai pembebasan (nibbana) tanpa melalui JMB-8

TANPA melalui loh, alias tidak melakukan, tidak menjalankan, tidak melaksanakan......
OK, berarti penjelasan saya kurang jelas. "Tanpa melalui" di sini, maksudnya adalah dalam cakupan teori dan konsep format JMB 8.


Quote
hal serupa juga sudah ditekankan oleh bro bond diatas :

2. Siapapun itu Buddhist atau bukan buddhist untuk mencapai kearahatan/Buddha harus menjalankan 8 jalan utama termasuk Pacceka Buddha . Yang tidak harus adalah adanya kemungkinan tidak mengetahuinya KONSEP 8 Jalan utama.
artinya menjalankan(praktek) 8 jalan utama adalah wajib, yang tidak wajib adalah mengetahui secara konsep. Tetapi kalau bisa keduanya ya lebih baik.

Jadi disini kita harus menyadari perlu dan tidak perlunya 8 jalan utama itu dalam hal apanya dulu. Prakteknya atau konsepnya. Nah smoga hal ini tidak menjadi rancu bagi kita semua.

Metta  _/\_

Saya memang setuju dengan pernyataan bond di atas.
Yang berbeda antara bond & savana_zhang adalah bond membaginya dengan aplikasi dan konsepnya, yang menurut saya, bond berpendapat bahwa selama aplikasinya sejalan, konsepnya belum tentu perlu. Berbeda dengan savana_zhang yang menganggap Konsep dan teori kepercayaan terhadap Tuhan adalah krusial.


Quote
Jadi tidak ada pernyataan apapun yg bilang bhw ""pandangan benar hanya milik Buddhis, lainnya pandangan salah"

Tolonglah utk membaca pernyataan secara lengkap dan teliti terlebih dahulu agar kita tidak mendiskusikan sesuatu yg sesungguhnya sudah dikatakan dengan jelas

metta
Saya melihat perbedaan antara pembahasan bond dan savana_zhang, maka saya bahas. Kalau bro Markos bilang kedua itu adalah sama dan sudah dikatakan dengan jelas, silahkan. Biarlah savana_zhang yang menjelaskan pandangannya kepada saya, tidak perlu bro repot2 menggurui saya, bukan?


Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #36 on: 09 July 2009, 07:43:21 PM »
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.

Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.


tidak juga,kebenaran adalah universal dan bukan milik agama buddha
jika ada yg lainnya yg mengajarkan kebanaran maka itu adalah kebenaran,dan mungkin kebenaran itu sejalan dg ajaran sang buddha atau mungkin tidak ada didalam ajaran buddha tapi bukan berarti itu salah.saya sangat tidak setuju dg pandangan bahwa hanya agama buddha saja yg baik,dan yang lain salah.

            saya setuju 100% dg anda mengenai ketidakmelekatan,tp setau saya kemelekatan itu adalah urutan ke-sekian dari patica samupada yg berarti masih diperlukan tindak lanjut dari hal ini

             saya pernah membaca bahwa ajaran sang buddha sebenarnya klo dirangkum akan menjadi 1 kata yaitu SUNYA(bhikku buddhadasa).yg artinya asalkan dapat memahami ke-sunya-an atau klo theravada adalah tilakhana maka ARAHAT tercapai.simple yg agak ribet adalah bagaimana caranya kesana,sehingga banyak sekali metode2 yg diajarkan

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #37 on: 09 July 2009, 07:47:09 PM »
JIka seperti yang bapak katakan, apakah selama 2500thn lebih ini sudah ada yang mencapai nibbana tanpa melalui ajaran Buddhis ?
mohon penjelasannya ? jika statement bapak, bahwa umat non-buddhis bisa mencapai pembebasan (nibbana) kenapa umat tersebut masih mengenal bergantung kepada kata TUHAN ? bukankah akan terjadi suatu hal yg luar biasa, bahwasannya ada yg mencapai ke-BUDDHA-an tanpa melalui ajaran BUDDHA ?


Memangnya, anda sendiri sudah bertemu langsung dengan Buddhis yang sudah Arahat?
Kalau sudah, titip pertanyaan saya, "anda Buddhis atau bukan?"


menurut saya ke-arahatan bisa dicapai tanpa 8 jalan utama,yaitu dg cara pencerahan yg bertumpu pd penembusan 12 sebab musabab saling bergantungan.
           saya pernah mendengar bahwa dhamma adalah milik semua orang bukan milik buddhis saja,sehingga bisa saja nibana dicapai oleh mereka yg bukan buddhis sebagai pacceka buddha.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

saya rasa demikian adanya
jika ada kesalahan mohon dikoreksi terutama tentang TAO karena saya juga tidak paham betul.

Ini bro atau sis ya? ^-^ apa saja ya....:))

coba perhatikan yg saya bold biru penembusan kerahatan itu PASTI harus melalui  8 jalan utama. Pencerahan bertumpu pada paticasamupada juga landasan UTAMA nya adalah 8 jalan utama. Mengapa demikian?

1. Salah satu dari 8 jalan utama adalah pandangan benar , jika satu ini saja hilang maka semua latihan seseorang yg berlatih akan mengalami stagnasi.

2. Siapapun itu Buddhist atau bukan buddhist untuk mencapai kearahatan/Buddha harus menjalankan 8 jalan utama termasuk Pacceka Buddha . Yang tidak harus adalah adanya kemungkinan tidak mengetahuinya KONSEP 8 Jalan utama.
artinya menjalankan(praktek) 8 jalan utama adalah wajib, yang tidak wajib adalah mengetahui secara konsep. Tetapi kalau bisa keduanya ya lebih baik.

Jadi disini kita harus menyadari perlu dan tidak perlunya 8 jalan utama itu dalam hal apanya dulu. Prakteknya atau konsepnya. Nah smoga hal ini tidak menjadi rancu bagi kita semua.

Metta  _/\_

sesuai yang sya pernah bahas bersama seorang bikkhu, memang dikatakannya seperti demikian 8 jalan utama itu adalah "WAJIB"....untuk menuju nibbana...

btw,masalah mempercayai konsep......atau ke-arahatan tetapi mempercayai Tuhan....
kalau tidak salah saya pernah membaca entah buku dari mana......sudah lupa
ketika seseorang mempratekkan vipassana, mereka telah melihat sebagaimana adanya nama-rupa kemudian timbul tenggelamnya sebuah proses......disitu mereka mampu melihat dengan jelas/sebagaimana adanya bahwa yang ada hanya proses tersebut,
tidak ada "aku" tidak ada campur tangan Maha-kuasa....semua begitu alamiah...

maka dari itulah timbul sebuah pemahaman dan pengertian bahwa dunia ini "tanpa aku" dan "tanpa Tuhan maha kuasa"..

dengan kata lain pemahaman seorang Arahat timbul dari "kenyataan/fakta yang mereka temukan"
bukan dari sebuah pemikiran semata seperti filosofi........
setahu saya demikian..


metta.
begitulah yg saya maksud,anda pandai menerangkan, good

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #38 on: 09 July 2009, 07:57:38 PM »
               pandangan saya sih sederhana saja.
kebebasan dapat dicapai baik buddhis atau non buddhis
kebanaran juga universal bukan milik buddhis saja
pembebasan juga bisa dicapai dg banyak cara
JMB 8 adalah salah satu jalan yg tidak bisa diragukan kebenarannya
tapi JMB 8 bukanlah satu2nya cara untuk mencapai pembebasan jika orang tersebut mempunyai tabungan PARAMI yg memadai
tapi jika tabungan paraminya tidak cukup,maka JMB 8 adalah mutlak adanya.karena JMB 8 adalah cara mengumpulkan parami

              saya rasa demikan. _/\_

saya berpandangan ada banyak jalan menuju nibana adalah dari sudut pandang kehidupan terakhir makluk tersebut dimana paraminya sudah cukup,bkan makluk yg ber karma sangat tidak memadai.


               jd sebetulnya saya mengerti dan setuju pandangan kalian semua hanya mungkin kita membahas dari sudut pandang yg berlainan tp menurut saya intinya sama

            thanks

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #39 on: 09 July 2009, 08:37:51 PM »
pariwara dikit bro.. ;D
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.


Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.


Kalo Sis Savana bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme" saya rasa memang tidak masalah, krn memang demikian adanya.. Atau seperti Om Markos yg mengganti dng tutur yg lebih halus bahwa "tdk membunuh selaras dg Buddhisme" sama saja tidak masalah..
Tapi kalo kemudian dari premis tsb lantas menarik kesimpulan atau mengatakan bahwa "semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis" maka itu jelas salah krn tdk nyambung.
Kenyataannya memang dlm jalan Buddhisme diajarkan tidak membunuh, tidak mencuri, moralitas kan? Begitu juga ttg ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, dan non-theisme, itu juga bagian dari Buddhisme. Jadi tidak salah koq pendapat Sis Savana. :)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline sumana

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Limit by yourself
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #40 on: 09 July 2009, 08:59:25 PM »
^
^
gak bakal di jawab ... bro sumana
orangnya tau kemana, udah lama gak ol

w nanya di blog nya decchhhh.
soalnya dia kan ada blog MMD .....
hehehehe2x,..... kayaknya dia melarikan diri dari kenyataan hidup, haha2x
Kelahiran telah terjadi, sukha dan dukha silih berganti. Kehidupan tidak kekal, menggapai pembebasan terakhir (nibbana).

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #41 on: 09 July 2009, 09:26:14 PM »
sesuai yang sya pernah bahas bersama seorang bikkhu, memang dikatakannya seperti demikian 8 jalan utama itu adalah "WAJIB"....untuk menuju nibbana...

metta.
Ada tertera di Samma Ditthi Sutta mengenai bahasan Anda bersama bhikkhu.

Menurut opini saya selama ada 'appamada' disana tindakan apapun baik pikiran, ucapan maupun perbuatan, akan terefleksi dalam moralitas sikap, batin yg terkultivasi dan kebijaksanaan yg membentuk Jalan Ariya Berunsur 8. Krn dasar dari menjalankan Jalan ini bukan dgn dasar kelengahan, melainkan kewaspadaan.

Mengenai apakah Jalan Ariya Berunsur 8 tsb bisa membawa kebebasan..
Coba ditelaah, jika dikatakan orang melaksanakan Jalan ini dng kondisi pikiran terikat/melekat pada Jalan ini, maka orang tsb pasti tidak akan terbebas. Maka jelas pernyataan ini sudah salah dan tidak valid. Karena dng pikiran yg melekat, bagaimana bisa memperoleh pandangan benar sbg dasar dari Jalan ini?
Sudah pasti syarat utk pandangan dan pikiran benar adl tidak melekat. Dan ketidakmelekatan ini dilatih-kembangkan melalui Jalan Ariya Berunsur 8 pula. Jadi saling sinergis dan mengondisikan.

Jika seorang non-buddhis dalam bertindak senantiasa 'appamada', niscaya tindakannya akan terefleksi secara otomatis dalam 8 aspek yang terdapat dlm Jalan Ariya Berunsur 8. Dan nibbana adalah mungkin baginya. Jadi tdk perlu mempermasalahkan buddhis dan non-buddhis di sini.

Soal pikiran yg bergerak = aku, sejauh ini saya belum menemukan sutta pernyataan dari Sang Buddha mengenai hal tsb dan melihat korelasi antara pikiran yg bergerak dengan ke-aku-an. Kalau dikatakan pikiran yg bergerak = aku, berarti itu membentuk sebuah kesimpulan kebalikan bahwa pikiran yg tidak bergerak = tiada aku. Padahal sebenarnya bisa saja pikiran yg tidak bergerak itu karena "aku"-nya sedang diam. Seperti genangan air keruh yg didiamkan, kotorannya akan turun kebawah dan air terlihat bening di atas, padahal kotoran tetap ada di bawah dan menunggu utk muncul ke permukaan lagi saat permukaan air kacau.
Tidak berarti kondisi pikiran yg tdk bergerak = pencerahan (tiada aku lagi).
Apa yg relevan untuk dihentikan adalah nafsu keinginan dan pikiran yg diliputi ketidaktahuan, bukan pikiran itu sendiri. Karena Sang Buddha mengatakan bahwa pikiran muncul karena ada kondisi2 yg menyusunnya dan setelah muncul, berkembang, dia pun lenyap.

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #42 on: 09 July 2009, 11:44:20 PM »
Saya ingin turut berpendapat...


Quote from: Kainyn_Kutho
Saya memang punya pandangan begitu.
Moralitas selaras dengan Buddhisme, namun bukan hanya Buddhis yang memiliki moralitas.
Demikian juga melihat kenyataan apa adanya adalah selaras dengan Buddhisme, namun bukan hanya Buddhis yang bisa melihat kenyataan apa adanya.

Moralitas adalah nilai universal. Dan ironisnya, nilai dari moralitas ini berbeda dalam konsep-konsepnya. Moralitas dalam Buddhisme tidak seratus persen selaras dengan moralitas dalam Non-Buddhisme. Di sini ada kontradiksi...

Jika seorang Buddhis, ia cenderung akan memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Buddhisme adalah moralitas yang 'benar'. Namun jika seorang Non-Buddhis, ia pun akan cenderung memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Non-Buddhisme itu yang benar.

Lantas kalau sudah begini, moralitas mana yang paling 'benar'...?
Ini sudah menunjukkan bahwa kesepakatan akan nilai sejati dari moralitas diwadahkan dalam konsep-konsep yang berbeda. Lantas, apakah mungkin kesepakatan moralitas yang saling bertentangan ini pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan?


Quote from: Kainyn_Kutho
Dulu saya pernah bilang bahwa semua orang yang berlatih mengarah pada pembebasan, pasti selaras dengan JMB 8, tetapi belum tentu dia mengetahui format JMB 8 dalam doktrin Buddhisme.
Masalahnya adalah kembali lagi pada "apakah isi (bukan format) JMB 8 bisa dilakukan oleh orang yang bukan Buddhis?"
Saya bilang: bisa. Kalau Bro markos & savana_zhang bilang "pandangan benar hanya milik Buddhis, lainnya pandangan salah" ya sudah, terserah.

JMB8 bisa dijalankan oleh semua orang, tanpa terikat oleh status agamanya. Sebelumnya... kalau kita semua yakin bahwa JMB8 adalah jalan universal, maka sudah seharusnya kita memandang bahwa JMB8 adalah jalan yang mampu mengantar kita mencapai "tujuan". Saya harap kita semua setuju dengan hal ini. Namun sayangnya, konsep-konsep di luar Buddhisme sering kali bertentangan dan tidak selaras dengan JMB8. Oleh karena itu, dengan sangat menyesal saya harus menyatakan bahwa "selama seseorang masih menjalankan konsep yang tidak sejalan dengan perbuatan, ucapan dan pikiran di Buddhisme, maka dengan sendirinya orang itu tidak menjalankan JMB8".

Misalnya : Dalam JMB8, perhatian benar adalah salah satu poin pentingnya. Perhatian benar ini berbicara mengenai meditasi, yang erat kaitannya dengan poin berikutnya, yaitu konsentrasi benar. Bagaimana mungkin seseorang yang menjalankan konsep Non-Buddhisme untuk mencapai "tujuan" (baca : menjalankan JMB8), jika ia tidak menjalankan perhatian benar dan konsentrasi benar?

JMB8 adalah panduan sistematis dari Sang Buddha untuk khalayak ramai. Tentunya semua orang juga bisa menjalankan JMB8 ini, meski ia sendiri tidak menyusun sistematikanya. Seorang Pacceka Buddha mungkin saja tidak bisa menyusun panduan sistematis ini. Atau seumpamanya beliau mampu, mungkin beliau tidak mampu menjelaskannya secara detil kepada khalayak ramai. Namun pada hakikatnya, Pencerahan itu bersifat universal. Orang yang belum mencapai Pencerahan sudah tentu adalah orang yang 'tersesat'. Ketika dia mampu merealisasi kenyataan, maka ia dikatakan telah mencapai Pencerahan. Dengan kata lain, orang yang mencapai Pencerahan pada akhirnya ia telah bertindak-tanduk selaras dengan Buddhisme.

Inilah pandangan yang saya jabarkan dari kacamata Buddhisme.


Quote from: Kainyn_Kutho
Memang apa yang salah dengan "teori"? Kalau saya bicara teori, berarti merujuk pada sebuah doktrin teoritikal, sama sekali bukan mengarah pada sikap mengecilkan dengan nada "ah, kalian baru sebatas teori". Tidak perlu bersikap defensif. Sudah saya bilang, saya bukan penganut pandangan Pak Hudoyo.

Lalu kalau memang konsisten mengacu pada ajaran Buddha, maka seharusnya pola pikir "Buddhis" dan "non-Buddhis" sudah tidak muncul. Karena itu tidak beda dengan pandangan Brahmana yang mengatakan hanya para Brahmana yang bisa kembali menyatu pada Brahma.

Nah, mengenai "pandangan benar", bagi saya tetap semua orang yang belum mencapai kesucian, semua masih memeluk "pandangan salah". Yang membedakan di antara puthujjana sebetulnya hanyalah ada orang-orang dengan "sedikit/banyak debu di mata (dhamma)-nya". Pandangan salah itu serta merta hancur ketika ia sendiri merealisasikan kebenaran (seperti dalam pencapaian sotapatti-phala).
Contohnya adalah para petapa dan Brahmana yang "memiliki sedikit debu di matanya" bisa merealisasi ajaran Buddha walaupun ia "berpandangan salah" (tentang pencipta/maha-brahma ataupun penyiksaan diri). Baru ketika ia merealisasikannya, maka pandangan salah itu sudah tidak lagi.

Pandangan benar dari sudut pandang saya, adalah realisasi kebenaran mutlak, bukan penggenggaman suatu ide. Definisi pandangan benar, saya pun tahu, bukan tidak tahu. Apakah sudah direalisasikan? Saya pribadi belum, maka saya masih belum menjadi seorang ariya.
Kalau Bro markos merasa sudah berpandangan benar, tinggal meneruskan 7 JMB lainnya sehingga tercapai tujuan, silahkan saja berpendapat seperti itu. Sepertinya selaras dengan Bro marcedes yang sudah merealisasikan kebenaran mutlak sebagian, dan tinggal melanjutkan pada kebenaran mutlak lainnya. Saya tidak bahas benar dan salah. Ini adalah pendapat.

Kalau menurut saya, jika mengacu pada Ajaran Sang Buddha, maka seharusnya pola pandang tentang adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis" itu justru akan bertambah kuat; namun tidak tepat apabila kita malah melekat dan menjadi fanatik padanya. Kenapa saya katakan justru akan bertambah kuat? Karena kita seharusnya menjadi semakin jeli tentang konsep dan perilaku dari orang lain; "apakah hal ini sesuai dengan Ajaran Sang Buddha", "apakah hal ini selaras dengan JMB8", "apakah dia berperangai sebagai seorang yang baik", dsb. Kepekaan akan berbagai perihal ini seharusnya akan tumbuh dengan sendirinya seiiring semakin kita mendalami Dhamma. Yang harus kita hindari, adalah kemelekatan dan kefanatikan akan status sebagai "Buddhis". Jadi, bukannya kepekaan untuk melihat adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis".

Misalnya : YA. Sariputta pasti melihat perbedaan perilaku antara seorang bhikkhu junior yang serius mendalami Dhamma dengan seorang bhikkhu junior yang kurang serius mendalami Dhamma. Terlebih lagi, membandingkan seorang siswa pengikut Sang Buddha yang baik dengan seorang siswa pengikut petapa lain.


Di sini muncul lagi mengenai nilai konsep yang ditawarkan oleh Buddhisme dengan Non-Buddhisme. Saya sungkan untuk menyatakan hal ini. Karena itu, jika ada rekan-rekan yang tersinggung, saya minta maaf sebelumnya...

Sudah saya katakan bahwa beberapa konsep antara Buddhisme dan Non-Buddhisme itu berseberangan, bahkan tidak jarang pula saling bertentangan. Karena itu, jika kita melihatnya dari kacamata Buddhisme, maka dapat kita simpulkan bahwa konsep di agama lain seringkali tidak membawa kita pada JMB8. Saya setuju dengan komentar Anda mengenai : "semua orang yang belum mencapai Pencerahan, pada dasarnya adalah sama-sama tersesat". Namun perbedaan mayornya terlihat : "bahwa Buddhisme membimbing kita untuk menyelami pemahaman benar, sehingga kita memiliki pola pandangan yang benar, untuk selanjutnya kita dapat berbuat dan berucap benar, menjalani penghidupan dengan benar, dan menumbuhkan kecenderungan untuk berdaya-upaya benar, sehingga mengkondisikan kita untuk memiliki perhatian benar yang juga ditunjang oleh konsentrasi benar". Delapan poin ini akan saling berkaitan dan menguatkan. Inilah yang ditawarkan dalam Buddhisme. Kita benar-benar diarahkan untuk masuk dengan mempraktikkan jalan ini. Dan hal ini tidak ditawarkan oleh konsep-konsep di agama lain.

Oleh karena itu, menurut saya orang Non-Buddhis yang bisa merealisasi Pencerahan adalah "para pemikir bebas" ataupun "orang Non-Buddhis yang tidak terstigma oleh konsep agamanya". Orang Non-Buddhis hanya sedikit kurang beruntung. Orang Buddhis lebih beruntung karena memiliki peta yang benar. Yang harus diwaspadai oleh seorang Buddhis adalah keakuannya (fanatisme pada Buddhisme).

« Last Edit: 10 July 2009, 12:08:25 AM by upasaka »

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #43 on: 09 July 2009, 11:57:14 PM »
saya rasa agama buddha adalah paling sederhana dan menuju point, cukup "sadar/mindfulness" dan "sabar/passion" maka jalan akan terbuka....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #44 on: 10 July 2009, 12:43:46 AM »
saya rasa agama buddha adalah paling sederhana dan menuju point, cukup "sadar/mindfulness" dan "sabar/passion" maka jalan akan terbuka....
sabar = patient. passion = gairah/semangat :)
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #45 on: 10 July 2009, 01:08:58 AM »
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.

Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.


tidak juga,kebenaran adalah universal dan bukan milik agama buddha
jika ada yg lainnya yg mengajarkan kebanaran maka itu adalah kebenaran,dan mungkin kebenaran itu sejalan dg ajaran sang buddha atau mungkin tidak ada didalam ajaran buddha tapi bukan berarti itu salah.saya sangat tidak setuju dg pandangan bahwa hanya agama buddha saja yg baik,dan yang lain salah.

            saya setuju 100% dg anda mengenai ketidakmelekatan,tp setau saya kemelekatan itu adalah urutan ke-sekian dari patica samupada yg berarti masih diperlukan tindak lanjut dari hal ini

             saya pernah membaca bahwa ajaran sang buddha sebenarnya klo dirangkum akan menjadi 1 kata yaitu SUNYA(bhikku buddhadasa).yg artinya asalkan dapat memahami ke-sunya-an atau klo theravada adalah tilakhana maka ARAHAT tercapai.simple yg agak ribet adalah bagaimana caranya kesana,sehingga banyak sekali metode2 yg diajarkan
upadana ada 4 setau saya:
- kamupadana: kemelekatan thdp nafsu indera
- ditthupadana: kemelekatan thdp pandangan salah
- silabbatupadana: kemelekatan thdp praktek ritual dan upacara yg dianggap bisa memberi keselamatan dll
- attavadupadana: kemelekatan thdp pandangan adanya diri

jadi jelas pandangan benar dkk dalam JMB8 bukan termasuk bagian kemelekatan, terlebih bila hal tsb dijalankan dg sungguh2. kemelekatan mungkin saja muncul pada tataran teori sebatas pandangan yg keliru yg belum dipahami, tapi tdk mungkin muncul pada tataran praktek. krn jika pandangan tsb keliru, bagaimana mungkin masih tergolong 1 aspek dari JMB8?
appamadena sampadetha

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #46 on: 10 July 2009, 09:49:41 AM »
dear xuvie,

betul sekali bhw kemelekatan itu bukanlah bagian namun kalau saya boleh bilang, pada awal kita melangkah, setidaknya tetap ada lobha, dosa dan/atau moha dalam setiap langkah

bukan berarti LDM merupakan bagian dari JMB-8 namun misal pandangan benar yang murni 100%, baru akan diperoleh saat kita sudah menjadi Arahat alias saat sudah mencapai "tujuan"

demikian juga dengan jalan2 lainnya misal ucapan benar dimana yang murni 100% baru ada saat sudah menjadi Arahat
Sampai tingkat Anagami saja, masih melakukan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã).

semoga bermanfaat

metta

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #47 on: 10 July 2009, 09:50:10 AM »
pariwara dikit bro.. ;D
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.


Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.


Kalo Sis Savana bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme" saya rasa memang tidak masalah, krn memang demikian adanya.. Atau seperti Om Markos yg mengganti dng tutur yg lebih halus bahwa "tdk membunuh selaras dg Buddhisme" sama saja tidak masalah..
Tapi kalo kemudian dari premis tsb lantas menarik kesimpulan atau mengatakan bahwa "semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis" maka itu jelas salah krn tdk nyambung.

Pernyataan "sekalian saja bilang yang baik-baik adalah Buddhis" adalah suatu sinisme.

Awalnya savana_zhang membahas bahwa umat lain tidak bisa mencapai pembebasan karena adanya konsep Ketuhanan yang berbeda.
          namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

Di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan.  


Saya tidak tahu persisnya apakah savana_zhang menyetujui pernyataan saya atau tidak, tetapi sepertinya ia setuju dengan perubahan pola pikir dan tingkah laku tersebut, namun menganggap pola pikir tersebut hanya ada pada Buddhisme. Maka ia menulis ini:
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme

ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan
Dalam tulisan ini, berarti "hanya Buddhisme yang mengajarkan tidak melekat, hanya Buddhisme yang mengajarkan melihat kenyataan apa adanya". Dengan demikian, orang yang tidak melekat, orang yang melihat kenyataan apa adanya, berarti di dalam jalan Buddhisme (baca: Buddhis). Maka saya menuliskan "sekalian bilang semua orang baik itu Buddhis, yang tidak baik berarti non-Buddhis". Itu bukan kesimpulan, bukan pula premis baru. Itu sebuah sinisme.


Quote
Kenyataannya memang dlm jalan Buddhisme diajarkan tidak membunuh, tidak mencuri, moralitas kan? Begitu juga ttg ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, dan non-theisme, itu juga bagian dari Buddhisme. Jadi tidak salah koq pendapat Sis Savana. :)

_/\_
1. Buddhisme mengajarkan tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya.
2. Tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, adalah jalan Buddhisme.

Bisa melihat perbedaannya?
Buddhisme atau ajaran apa pun, adalah suatu yang khusus, bukan umum. Sedangkan moralitas dan kebijaksanaan adalah suatu yang universal, bisa dilakukan oleh siapa pun juga. Kalau masih merasa sama, coba bandingkan dengan ini:
1. Sekolah saya mengajarkan baca tulis.
2. Baca tulis adalah ajaran sekolah saya.
Bagaimana? Sama?

Sedangkan pernyataan bro markos, menurut saya bukan lebih halus, tetapi memang tepat, yaitu: "ajaran baca tulis, selaras dengan ajaran sekolah saya".  


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #48 on: 10 July 2009, 10:05:09 AM »
tidak juga,kebenaran adalah universal dan bukan milik agama buddha
jika ada yg lainnya yg mengajarkan kebanaran maka itu adalah kebenaran,dan mungkin kebenaran itu sejalan dg ajaran sang buddha atau mungkin tidak ada didalam ajaran buddha tapi bukan berarti itu salah.saya sangat tidak setuju dg pandangan bahwa hanya agama buddha saja yg baik,dan yang lain salah.

            saya setuju 100% dg anda mengenai ketidakmelekatan,tp setau saya kemelekatan itu adalah urutan ke-sekian dari patica samupada yg berarti masih diperlukan tindak lanjut dari hal ini

             saya pernah membaca bahwa ajaran sang buddha sebenarnya klo dirangkum akan menjadi 1 kata yaitu SUNYA(bhikku buddhadasa).yg artinya asalkan dapat memahami ke-sunya-an atau klo theravada adalah tilakhana maka ARAHAT tercapai.simple yg agak ribet adalah bagaimana caranya kesana,sehingga banyak sekali metode2 yg diajarkan

Kembali ke kepercayaan terhadap Tuhan yang bro savana_zhang bilang menyebabkan seseorang tidak bisa mencapai pembebasan. Dalam sutta, banyak kisah-kisah di mana seseorang memeluk kepercayaan pencipta (Maha Brahma) ataupun percaya pada pemujaan api, tetapi ketika mendengarkan khotbah yang sesuai, bisa mencapai Sotapanna. Sebaliknya kita lihat banyak orang yang mengerti teori kamma, JMB 8, 4 KM, Tilakkhana, dan sebagainya, rajin ke vihara mendengarkan ceramah, tetap tidak bisa mencapai kesucian juga.

Menurut bro savana, mengapa demikian?

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #49 on: 10 July 2009, 12:53:34 PM »
dear all,

saat seseorang berpegang pada konsep adanya Tuhan sebagai pencipta, sebagai "sumber" dari segala sesuatu, tentunya org itu tidaklah bisa memahami kondisi anatta

tapi saat org itu siap mendengar dimana ini berarti dia bersedia membuka diri yg kemudian menjadi "tercerahkan" misal seperti 5 pertapa dicerahkan via anattalakkhana sutta, juga dhammacakkpavattana sutta, tentunya org itu sudah tidak memegang konsep "tuhan" sebagai pencipta lagi

Satu hal yg menjadi prinsip seseorang untuk bisa mencapai nibbana adalah karena dilahirkan sebagai mahluk tihetuka (mempunyai akar amoha/Panna)
Selama dia belum menjadi mahluk tihetuka maka dia tidak bisa mencapai kesucian pada kehidupan saat ini
namun jika dia berlatih terus sehingga pada kehidupan mendatang menjadi mahluk tihetuka, tentunya dia bisa menjadi ariya puggala

semoga ini bisa menjembatani diskusi yang ada diatas dan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

metta

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #50 on: 10 July 2009, 01:42:42 PM »
Moralitas adalah nilai universal. Dan ironisnya, nilai dari moralitas ini berbeda dalam konsep-konsepnya. Moralitas dalam Buddhisme tidak seratus persen selaras dengan moralitas dalam Non-Buddhisme. Di sini ada kontradiksi...

Jika seorang Buddhis, ia cenderung akan memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Buddhisme adalah moralitas yang 'benar'. Namun jika seorang Non-Buddhis, ia pun akan cenderung memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Non-Buddhisme itu yang benar.

Lantas kalau sudah begini, moralitas mana yang paling 'benar'...?
Ini sudah menunjukkan bahwa kesepakatan akan nilai sejati dari moralitas diwadahkan dalam konsep-konsep yang berbeda. Lantas, apakah mungkin kesepakatan moralitas yang saling bertentangan ini pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan?
Betul, memang ada kontradiksi. Bahkan sesama Buddhis pun, masih ada lain pendapat, bukan?
Bagi saya, asal moralitas bukanlah dari sebuah larangan dan anjuran yang diatur oleh ajaran agama, melainkan berasal dari sebuah kesadaran. Saya pernah diskusi dengan seorang Atheis yang mengatakan bahwa jika seseorang melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan hanya karena disuruh oleh agamanya, orang itu tidaklah menjalankan moralitas sesungguhnya, namun hanya anak-anak yang ditakut-takuti dengan neraka, dan diiming-imingi sorga. Saya langsung setuju dengannya. 
Semua kesadaran ini, secara umum, pasti bersesuaian satu dengan lainnya. Intinya adalah tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


Quote
JMB8 bisa dijalankan oleh semua orang, tanpa terikat oleh status agamanya. Sebelumnya... kalau kita semua yakin bahwa JMB8 adalah jalan universal, maka sudah seharusnya kita memandang bahwa JMB8 adalah jalan yang mampu mengantar kita mencapai "tujuan". Saya harap kita semua setuju dengan hal ini. Namun sayangnya, konsep-konsep di luar Buddhisme sering kali bertentangan dan tidak selaras dengan JMB8. Oleh karena itu, dengan sangat menyesal saya harus menyatakan bahwa "selama seseorang masih menjalankan konsep yang tidak sejalan dengan perbuatan, ucapan dan pikiran di Buddhisme, maka dengan sendirinya orang itu tidak menjalankan JMB8".
Ini saya setuju. Menghafalkan & mengerti secara teoritis dan realisasinya adalah hal yang sama sekali berbeda. Ini yang sepertinya tidak akan diakui oleh sebagian besar umat Buddha kalau sebenarnya kita masih "belum tahu apa2". Saya beri contoh yang sangat sederhana. Kita tahu bahwa semua keinginan indriah tidak mengantarkan kita pada pembebasan. Semua juga tahu teorinya. Lalu, mengapa masih sibuk mencari pasangan?

Namun, apakah berarti mengejar kenikmatan indriah secara benar tidak sesuai dengan Buddhisme? Tidak juga. Hanya saja itu sebenarnya membuktikan bahwa kita sendiri belum merealisasikan apa itu "pandangan benar/kebenaran mutlak" tersebut, maka kita masih berputar-putar dalam nafsu yang fana.


Quote
Misalnya : Dalam JMB8, perhatian benar adalah salah satu poin pentingnya. Perhatian benar ini berbicara mengenai meditasi, yang erat kaitannya dengan poin berikutnya, yaitu konsentrasi benar. Bagaimana mungkin seseorang yang menjalankan konsep Non-Buddhisme untuk mencapai "tujuan" (baca : menjalankan JMB8), jika ia tidak menjalankan perhatian benar dan konsentrasi benar?
Saya telah melakukan keempat Satipatthana sebelum saya mengenal Buddhisme sama sekali. Dengan begitu saya tidak akan mengklaim menjalankan dhamma harus mengenal Buddhisme terlebih dahulu. Dan saya pun sangat-sangat ragu kalau saya hanya satu-satunya yang demikian. Seperti saya bilang, "benar" atau tidaknya jalan seseorang, bukan dari agamanya, tetapi dari kecenderungan pola pikir dan perilakunya. Menurut saya, hal itulah yang dimaksud "sedikit/banyak debu di matanya".


Quote
JMB8 adalah panduan sistematis dari Sang Buddha untuk khalayak ramai. Tentunya semua orang juga bisa menjalankan JMB8 ini, meski ia sendiri tidak menyusun sistematikanya. Seorang Pacceka Buddha mungkin saja tidak bisa menyusun panduan sistematis ini. Atau seumpamanya beliau mampu, mungkin beliau tidak mampu menjelaskannya secara detil kepada khalayak ramai. Namun pada hakikatnya, Pencerahan itu bersifat universal. Orang yang belum mencapai Pencerahan sudah tentu adalah orang yang 'tersesat'. Ketika dia mampu merealisasi kenyataan, maka ia dikatakan telah mencapai Pencerahan. Dengan kata lain, orang yang mencapai Pencerahan pada akhirnya ia telah bertindak-tanduk selaras dengan Buddhisme.

Inilah pandangan yang saya jabarkan dari kacamata Buddhisme.
Ini juga saya setuju. Seperti saya katakan, (dari sudut pandang Buddhis,) semua yang melakukan kebenaran, pasti perilakunya bersesuaian dengan JMB 8, walaupun dia sendiri tidak tahu format ajaran JMB 8 atau Buddhisme. Dan kalaupun dia bertemu dengan ajaran itu, pasti akan menyetujuinya.


Quote
Kalau menurut saya, jika mengacu pada Ajaran Sang Buddha, maka seharusnya pola pandang tentang adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis" itu justru akan bertambah kuat; namun tidak tepat apabila kita malah melekat dan menjadi fanatik padanya. Kenapa saya katakan justru akan bertambah kuat? Karena kita seharusnya menjadi semakin jeli tentang konsep dan perilaku dari orang lain; "apakah hal ini sesuai dengan Ajaran Sang Buddha", "apakah hal ini selaras dengan JMB8", "apakah dia berperangai sebagai seorang yang baik", dsb. Kepekaan akan berbagai perihal ini seharusnya akan tumbuh dengan sendirinya seiiring semakin kita mendalami Dhamma. Yang harus kita hindari, adalah kemelekatan dan kefanatikan akan status sebagai "Buddhis". Jadi, bukannya kepekaan untuk melihat adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis".

Misalnya : YA. Sariputta pasti melihat perbedaan perilaku antara seorang bhikkhu junior yang serius mendalami Dhamma dengan seorang bhikkhu junior yang kurang serius mendalami Dhamma. Terlebih lagi, membandingkan seorang siswa pengikut Sang Buddha yang baik dengan seorang siswa pengikut petapa lain.
Membandingkan seseorang dengan objektif memang tidak bertentangan dengan Buddha-dhamma. Jika orang bodoh, ketahuilah dia sebagai bodoh; jika orang bijaksana, ketahuilah dia sebagai bijaksana. Sikap ini juga membantu kita agar jangan bergaul dengan orang bodoh dan sebaliknya, mendekati orang bijaksana. Tetapi kalau mendiskriminasikan seseorang karena kepercayaannya (karena Buddhis, baru bisa mencapai nibbana) saya rasa kurang tepat.



Quote
Di sini muncul lagi mengenai nilai konsep yang ditawarkan oleh Buddhisme dengan Non-Buddhisme. Saya sungkan untuk menyatakan hal ini. Karena itu, jika ada rekan-rekan yang tersinggung, saya minta maaf sebelumnya...

Sudah saya katakan bahwa beberapa konsep antara Buddhisme dan Non-Buddhisme itu berseberangan, bahkan tidak jarang pula saling bertentangan. Karena itu, jika kita melihatnya dari kacamata Buddhisme, maka dapat kita simpulkan bahwa konsep di agama lain seringkali tidak membawa kita pada JMB8. Saya setuju dengan komentar Anda mengenai : "semua orang yang belum mencapai Pencerahan, pada dasarnya adalah sama-sama tersesat". Namun perbedaan mayornya terlihat : "bahwa Buddhisme membimbing kita untuk menyelami pemahaman benar, sehingga kita memiliki pola pandangan yang benar, untuk selanjutnya kita dapat berbuat dan berucap benar, menjalani penghidupan dengan benar, dan menumbuhkan kecenderungan untuk berdaya-upaya benar, sehingga mengkondisikan kita untuk memiliki perhatian benar yang juga ditunjang oleh konsentrasi benar". Delapan poin ini akan saling berkaitan dan menguatkan. Inilah yang ditawarkan dalam Buddhisme. Kita benar-benar diarahkan untuk masuk dengan mempraktikkan jalan ini. Dan hal ini tidak ditawarkan oleh konsep-konsep di agama lain.

Oleh karena itu, menurut saya orang Non-Buddhis yang bisa merealisasi Pencerahan adalah "para pemikir bebas" ataupun "orang Non-Buddhis yang tidak terstigma oleh konsep agamanya". Orang Non-Buddhis hanya sedikit kurang beruntung. Orang Buddhis lebih beruntung karena memiliki peta yang benar. Yang harus diwaspadai oleh seorang Buddhis adalah keakuannya (fanatisme pada Buddhisme).

Saya tidak akan menyangkal kalau saya berpendapat "Buddhis memang cenderung lebih terbuka dan tidak dogmatis". Tetapi dari pengalaman saya, minoritas di agama lain juga rata-rata begitu. Karena biasanya mereka tidak terlalu mendapatkan tempat di komunitasnya (dikucilkan sebagai setengah sesat), maka kita jarang bertemu dengan mereka. Saya beruntung telah bertemu banyak dari mereka. Karena itu, walaupun hanya 1 di antara 1 juta, saya tetap menghitung itu "ada". Demikian juga mengapa saya katakan bahwa umat lain bisa mencapai kesucian.


Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #51 on: 10 July 2009, 03:46:37 PM »
tidak juga,kebenaran adalah universal dan bukan milik agama buddha
jika ada yg lainnya yg mengajarkan kebanaran maka itu adalah kebenaran,dan mungkin kebenaran itu sejalan dg ajaran sang buddha atau mungkin tidak ada didalam ajaran buddha tapi bukan berarti itu salah.saya sangat tidak setuju dg pandangan bahwa hanya agama buddha saja yg baik,dan yang lain salah.

            saya setuju 100% dg anda mengenai ketidakmelekatan,tp setau saya kemelekatan itu adalah urutan ke-sekian dari patica samupada yg berarti masih diperlukan tindak lanjut dari hal ini

             saya pernah membaca bahwa ajaran sang buddha sebenarnya klo dirangkum akan menjadi 1 kata yaitu SUNYA(bhikku buddhadasa).yg artinya asalkan dapat memahami ke-sunya-an atau klo theravada adalah tilakhana maka ARAHAT tercapai.simple yg agak ribet adalah bagaimana caranya kesana,sehingga banyak sekali metode2 yg diajarkan

Kembali ke kepercayaan terhadap Tuhan yang bro savana_zhang bilang menyebabkan seseorang tidak bisa mencapai pembebasan. Dalam sutta, banyak kisah-kisah di mana seseorang memeluk kepercayaan pencipta (Maha Brahma) ataupun percaya pada pemujaan api, tetapi ketika mendengarkan khotbah yang sesuai, bisa mencapai Sotapanna. Sebaliknya kita lihat banyak orang yang mengerti teori kamma, JMB 8, 4 KM, Tilakkhana, dan sebagainya, rajin ke vihara mendengarkan ceramah, tetap tidak bisa mencapai kesucian juga.

Menurut bro savana, mengapa demikian?

para pemuja api bisa mencapai tingkatan kesucian setelah mendengar ceramah yg sesuai untuk mereka dan mereka menerima kebenaran itu mampu menembus hakekat sejatinya dan setelah itu meninggalkan keyakinan lama mereka tentang keberadaan sesosok pencipta tunggal baru mereka mencapai kesucian karena didalam semua sutta dan abhidhamma tidak dapat ditemukan satupun yg mendukung teori pencipta tunggal yg menentangnya ada banyak.
           dan mereka yg mengetahui tentang JMB 8,patica samupada dll dan tidak dapat mencapai apa2 itu karena mereka kekurangan parami,tidak cukup ulet dalam samadhi,dan terpenting belum menembus hakekat sejati ajaran itu.

             keyakinan adanya pencipta tunggal sangatlah bertentangan dg patica samupada
tanpa penembusan sejati patica samupada yg intinya adalah avija maka tidak ada arahat.demikian yg saya dengar.semoga memuaskan

                disisi lain saya sangat senang karena kalian semua sangat bijak,pandai,dg komen yg berbobot.jika semua umat buddha bgt maka pasti TOP

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #52 on: 10 July 2009, 03:48:33 PM »
dear all,

saat seseorang berpegang pada konsep adanya Tuhan sebagai pencipta, sebagai "sumber" dari segala sesuatu, tentunya org itu tidaklah bisa memahami kondisi anatta

tapi saat org itu siap mendengar dimana ini berarti dia bersedia membuka diri yg kemudian menjadi "tercerahkan" misal seperti 5 pertapa dicerahkan via anattalakkhana sutta, juga dhammacakkpavattana sutta, tentunya org itu sudah tidak memegang konsep "tuhan" sebagai pencipta lagi

Satu hal yg menjadi prinsip seseorang untuk bisa mencapai nibbana adalah karena dilahirkan sebagai mahluk tihetuka (mempunyai akar amoha/Panna)
Selama dia belum menjadi mahluk tihetuka maka dia tidak bisa mencapai kesucian pada kehidupan saat ini
namun jika dia berlatih terus sehingga pada kehidupan mendatang menjadi mahluk tihetuka, tentunya dia bisa menjadi ariya puggala

semoga ini bisa menjembatani diskusi yang ada diatas dan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

metta
setuju 100%
dan sekali lagi saya tidak setuju bahwa yg benar2 saja adalah buddhis sedang yg lain salah
benar ya tetap benar tidak ada kaitan dg buddhis-NYA
salah ya salah apapun itu

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #53 on: 10 July 2009, 03:52:34 PM »
Moralitas adalah nilai universal. Dan ironisnya, nilai dari moralitas ini berbeda dalam konsep-konsepnya. Moralitas dalam Buddhisme tidak seratus persen selaras dengan moralitas dalam Non-Buddhisme. Di sini ada kontradiksi...

Jika seorang Buddhis, ia cenderung akan memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Buddhisme adalah moralitas yang 'benar'. Namun jika seorang Non-Buddhis, ia pun akan cenderung memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Non-Buddhisme itu yang benar.

Lantas kalau sudah begini, moralitas mana yang paling 'benar'...?
Ini sudah menunjukkan bahwa kesepakatan akan nilai sejati dari moralitas diwadahkan dalam konsep-konsep yang berbeda. Lantas, apakah mungkin kesepakatan moralitas yang saling bertentangan ini pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan?
Betul, memang ada kontradiksi. Bahkan sesama Buddhis pun, masih ada lain pendapat, bukan?
Bagi saya, asal moralitas bukanlah dari sebuah larangan dan anjuran yang diatur oleh ajaran agama, melainkan berasal dari sebuah kesadaran. Saya pernah diskusi dengan seorang Atheis yang mengatakan bahwa jika seseorang melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan hanya karena disuruh oleh agamanya, orang itu tidaklah menjalankan moralitas sesungguhnya, namun hanya anak-anak yang ditakut-takuti dengan neraka, dan diiming-imingi sorga. Saya langsung setuju dengannya. 
Semua kesadaran ini, secara umum, pasti bersesuaian satu dengan lainnya. Intinya adalah tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


Quote
JMB8 bisa dijalankan oleh semua orang, tanpa terikat oleh status agamanya. Sebelumnya... kalau kita semua yakin bahwa JMB8 adalah jalan universal, maka sudah seharusnya kita memandang bahwa JMB8 adalah jalan yang mampu mengantar kita mencapai "tujuan". Saya harap kita semua setuju dengan hal ini. Namun sayangnya, konsep-konsep di luar Buddhisme sering kali bertentangan dan tidak selaras dengan JMB8. Oleh karena itu, dengan sangat menyesal saya harus menyatakan bahwa "selama seseorang masih menjalankan konsep yang tidak sejalan dengan perbuatan, ucapan dan pikiran di Buddhisme, maka dengan sendirinya orang itu tidak menjalankan JMB8".
Ini saya setuju. Menghafalkan & mengerti secara teoritis dan realisasinya adalah hal yang sama sekali berbeda. Ini yang sepertinya tidak akan diakui oleh sebagian besar umat Buddha kalau sebenarnya kita masih "belum tahu apa2". Saya beri contoh yang sangat sederhana. Kita tahu bahwa semua keinginan indriah tidak mengantarkan kita pada pembebasan. Semua juga tahu teorinya. Lalu, mengapa masih sibuk mencari pasangan?

Namun, apakah berarti mengejar kenikmatan indriah secara benar tidak sesuai dengan Buddhisme? Tidak juga. Hanya saja itu sebenarnya membuktikan bahwa kita sendiri belum merealisasikan apa itu "pandangan benar/kebenaran mutlak" tersebut, maka kita masih berputar-putar dalam nafsu yang fana.


Quote
Misalnya : Dalam JMB8, perhatian benar adalah salah satu poin pentingnya. Perhatian benar ini berbicara mengenai meditasi, yang erat kaitannya dengan poin berikutnya, yaitu konsentrasi benar. Bagaimana mungkin seseorang yang menjalankan konsep Non-Buddhisme untuk mencapai "tujuan" (baca : menjalankan JMB8), jika ia tidak menjalankan perhatian benar dan konsentrasi benar?
Saya telah melakukan keempat Satipatthana sebelum saya mengenal Buddhisme sama sekali. Dengan begitu saya tidak akan mengklaim menjalankan dhamma harus mengenal Buddhisme terlebih dahulu. Dan saya pun sangat-sangat ragu kalau saya hanya satu-satunya yang demikian. Seperti saya bilang, "benar" atau tidaknya jalan seseorang, bukan dari agamanya, tetapi dari kecenderungan pola pikir dan perilakunya. Menurut saya, hal itulah yang dimaksud "sedikit/banyak debu di matanya".


Quote
JMB8 adalah panduan sistematis dari Sang Buddha untuk khalayak ramai. Tentunya semua orang juga bisa menjalankan JMB8 ini, meski ia sendiri tidak menyusun sistematikanya. Seorang Pacceka Buddha mungkin saja tidak bisa menyusun panduan sistematis ini. Atau seumpamanya beliau mampu, mungkin beliau tidak mampu menjelaskannya secara detil kepada khalayak ramai. Namun pada hakikatnya, Pencerahan itu bersifat universal. Orang yang belum mencapai Pencerahan sudah tentu adalah orang yang 'tersesat'. Ketika dia mampu merealisasi kenyataan, maka ia dikatakan telah mencapai Pencerahan. Dengan kata lain, orang yang mencapai Pencerahan pada akhirnya ia telah bertindak-tanduk selaras dengan Buddhisme.

Inilah pandangan yang saya jabarkan dari kacamata Buddhisme.
Ini juga saya setuju. Seperti saya katakan, (dari sudut pandang Buddhis,) semua yang melakukan kebenaran, pasti perilakunya bersesuaian dengan JMB 8, walaupun dia sendiri tidak tahu format ajaran JMB 8 atau Buddhisme. Dan kalaupun dia bertemu dengan ajaran itu, pasti akan menyetujuinya.


Quote
Kalau menurut saya, jika mengacu pada Ajaran Sang Buddha, maka seharusnya pola pandang tentang adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis" itu justru akan bertambah kuat; namun tidak tepat apabila kita malah melekat dan menjadi fanatik padanya. Kenapa saya katakan justru akan bertambah kuat? Karena kita seharusnya menjadi semakin jeli tentang konsep dan perilaku dari orang lain; "apakah hal ini sesuai dengan Ajaran Sang Buddha", "apakah hal ini selaras dengan JMB8", "apakah dia berperangai sebagai seorang yang baik", dsb. Kepekaan akan berbagai perihal ini seharusnya akan tumbuh dengan sendirinya seiiring semakin kita mendalami Dhamma. Yang harus kita hindari, adalah kemelekatan dan kefanatikan akan status sebagai "Buddhis". Jadi, bukannya kepekaan untuk melihat adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis".

Misalnya : YA. Sariputta pasti melihat perbedaan perilaku antara seorang bhikkhu junior yang serius mendalami Dhamma dengan seorang bhikkhu junior yang kurang serius mendalami Dhamma. Terlebih lagi, membandingkan seorang siswa pengikut Sang Buddha yang baik dengan seorang siswa pengikut petapa lain.
Membandingkan seseorang dengan objektif memang tidak bertentangan dengan Buddha-dhamma. Jika orang bodoh, ketahuilah dia sebagai bodoh; jika orang bijaksana, ketahuilah dia sebagai bijaksana. Sikap ini juga membantu kita agar jangan bergaul dengan orang bodoh dan sebaliknya, mendekati orang bijaksana. Tetapi kalau mendiskriminasikan seseorang karena kepercayaannya (karena Buddhis, baru bisa mencapai nibbana) saya rasa kurang tepat.



Quote
Di sini muncul lagi mengenai nilai konsep yang ditawarkan oleh Buddhisme dengan Non-Buddhisme. Saya sungkan untuk menyatakan hal ini. Karena itu, jika ada rekan-rekan yang tersinggung, saya minta maaf sebelumnya...

Sudah saya katakan bahwa beberapa konsep antara Buddhisme dan Non-Buddhisme itu berseberangan, bahkan tidak jarang pula saling bertentangan. Karena itu, jika kita melihatnya dari kacamata Buddhisme, maka dapat kita simpulkan bahwa konsep di agama lain seringkali tidak membawa kita pada JMB8. Saya setuju dengan komentar Anda mengenai : "semua orang yang belum mencapai Pencerahan, pada dasarnya adalah sama-sama tersesat". Namun perbedaan mayornya terlihat : "bahwa Buddhisme membimbing kita untuk menyelami pemahaman benar, sehingga kita memiliki pola pandangan yang benar, untuk selanjutnya kita dapat berbuat dan berucap benar, menjalani penghidupan dengan benar, dan menumbuhkan kecenderungan untuk berdaya-upaya benar, sehingga mengkondisikan kita untuk memiliki perhatian benar yang juga ditunjang oleh konsentrasi benar". Delapan poin ini akan saling berkaitan dan menguatkan. Inilah yang ditawarkan dalam Buddhisme. Kita benar-benar diarahkan untuk masuk dengan mempraktikkan jalan ini. Dan hal ini tidak ditawarkan oleh konsep-konsep di agama lain.

Oleh karena itu, menurut saya orang Non-Buddhis yang bisa merealisasi Pencerahan adalah "para pemikir bebas" ataupun "orang Non-Buddhis yang tidak terstigma oleh konsep agamanya". Orang Non-Buddhis hanya sedikit kurang beruntung. Orang Buddhis lebih beruntung karena memiliki peta yang benar. Yang harus diwaspadai oleh seorang Buddhis adalah keakuannya (fanatisme pada Buddhisme).

Saya tidak akan menyangkal kalau saya berpendapat "Buddhis memang cenderung lebih terbuka dan tidak dogmatis". Tetapi dari pengalaman saya, minoritas di agama lain juga rata-rata begitu. Karena biasanya mereka tidak terlalu mendapatkan tempat di komunitasnya (dikucilkan sebagai setengah sesat), maka kita jarang bertemu dengan mereka. Saya beruntung telah bertemu banyak dari mereka. Karena itu, walaupun hanya 1 di antara 1 juta, saya tetap menghitung itu "ada". Demikian juga mengapa saya katakan bahwa umat lain bisa mencapai kesucian.


saya mendapati bahwa maksud anda adalah bahwa bukan hanya buddhis yg bisa mencapai kesucian dan meng-klaim kebenaran.melainkan kesucian dan kebenaran adalah milik UMUM.apakah bgt?

                 Ya,klo bgt saya sangat setuju dg semua yg anda katakan diatas

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #54 on: 10 July 2009, 03:58:46 PM »
maaf,saya tidak tahu cara meng-quote


ini dr saudara kainyn-kutho

di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 July 2009, 02:50:14 PM
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 

maaf,saya tidak bermaksud menyinggung
tp klo cara2 diatas dalam agama buddha nampaknya bukan jalan akhir ke nibana deh,melainkan separuh jalan saja tp sudah berada dalam jalur yg benar.hal itu menurut sutta akan membawa inividu itu untuk mencapai jhana-jhana.

jhana-jhana adalah alat yg baik untuk melakukan analisa vipasanna yg akhirnya membawa orang menuju nibana.dalam sutta disebutkan adalah mutlak untuk menembus pengertian dari tilakhana untuk mencapai nibana

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #55 on: 10 July 2009, 04:02:23 PM »
kasih grp ah buat savana

yg laen nyusul aja yah....... kalo inget :P
i'm just a mammal with troubled soul



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #56 on: 10 July 2009, 04:13:32 PM »
para pemuja api bisa mencapai tingkatan kesucian setelah mendengar ceramah yg sesuai untuk mereka dan mereka menerima kebenaran itu mampu menembus hakekat sejatinya dan setelah itu meninggalkan keyakinan lama mereka [...]
dan mereka yg mengetahui tentang JMB 8,patica samupada dll dan tidak dapat mencapai apa2 itu karena mereka kekurangan parami,tidak cukup ulet dalam samadhi,dan terpenting belum menembus hakekat sejati ajaran itu.

Jika demikian, berarti seseorang dengan parami yang cukup, tekun dalam samadhi, ketika mendengarkan dhamma yang sesuai, dapat menembus hakikat dhamma sejati, dan meninggalkan kepercayaan lama mereka (apa pun kepercayaannya, termasuk Tuhan/pencipta, pemujaan api, ataupun teori Buddhisme yang salah tafsir) dan mencapai kesucian, betul?
Maka kita lihat di sini, ketika seseorang telah matang bathinnya, ia tetap akan melihat kebenaran walau apa pun pandangan salah yang dianutnya, dan pada saat itu juga, barulah semua pandangan salah akan dilepaskan dengan sendirinya.
Bukanlah kepercayaan seseorang (apakah Tuhan ada/tidak ada) yang menentukan kematangan bathin, melainkan bagaimana seseorang melatih pikiran dan perbuatannya. Begitu maksud saya.


saya mendapati bahwa maksud anda adalah bahwa bukan hanya buddhis yg bisa mencapai kesucian dan meng-klaim kebenaran.melainkan kesucian dan kebenaran adalah milik UMUM.apakah bgt?

                 Ya,klo bgt saya sangat setuju dg semua yg anda katakan diatas
Ya, menurut saya begitu.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #57 on: 10 July 2009, 04:25:39 PM »
maaf,saya tidak tahu cara meng-quote


ini dr saudara kainyn-kutho

di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 July 2009, 02:50:14 PM
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 

maaf,saya tidak bermaksud menyinggung
tp klo cara2 diatas dalam agama buddha nampaknya bukan jalan akhir ke nibana deh,melainkan separuh jalan saja tp sudah berada dalam jalur yg benar.hal itu menurut sutta akan membawa inividu itu untuk mencapai jhana-jhana.

jhana-jhana adalah alat yg baik untuk melakukan analisa vipasanna yg akhirnya membawa orang menuju nibana.dalam sutta disebutkan adalah mutlak untuk menembus pengertian dari tilakhana untuk mencapai nibana

Bagi saya, memang tidak ada satu jalan pintas menuju nibbana yang berlaku bagi semua orang.
Cara-cara tersebut adalah perilaku umum yang mendukung kematangan bathin, mendukung realisasi dhamma, bukan hanya pemahaman teori dhamma secara verbal.

Mengenai penembusan dalam vipassana, itu sudah subjektif. Misalnya Patacara melihat air dan menembus dhamma, channa melihat ketakutan dalam kematian dan menembus dhamma.



Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #58 on: 10 July 2009, 04:32:01 PM »
para pemuja api bisa mencapai tingkatan kesucian setelah mendengar ceramah yg sesuai untuk mereka dan mereka menerima kebenaran itu mampu menembus hakekat sejatinya dan setelah itu meninggalkan keyakinan lama mereka [...]
dan mereka yg mengetahui tentang JMB 8,patica samupada dll dan tidak dapat mencapai apa2 itu karena mereka kekurangan parami,tidak cukup ulet dalam samadhi,dan terpenting belum menembus hakekat sejati ajaran itu.

Jika demikian, berarti seseorang dengan parami yang cukup, tekun dalam samadhi, ketika mendengarkan dhamma yang sesuai, dapat menembus hakikat dhamma sejati, dan meninggalkan kepercayaan lama mereka (apa pun kepercayaannya, termasuk Tuhan/pencipta, pemujaan api, ataupun teori Buddhisme yang salah tafsir) dan mencapai kesucian, betul?
Maka kita lihat di sini, ketika seseorang telah matang bathinnya, ia tetap akan melihat kebenaran walau apa pun pandangan salah yang dianutnya, dan pada saat itu juga, barulah semua pandangan salah akan dilepaskan dengan sendirinya.
Bukanlah kepercayaan seseorang (apakah Tuhan ada/tidak ada) yang menentukan kematangan bathin, melainkan bagaimana seseorang melatih pikiran dan perbuatannya. Begitu maksud saya.


saya mendapati bahwa maksud anda adalah bahwa bukan hanya buddhis yg bisa mencapai kesucian dan meng-klaim kebenaran.melainkan kesucian dan kebenaran adalah milik UMUM.apakah bgt?

                 Ya,klo bgt saya sangat setuju dg semua yg anda katakan diatas
Ya, menurut saya begitu.


masalahnya ketuhanan adalah termasuk pandangan yg salah yg harus ditanggalkan
masalah dia menanggalkan karena ajaran buddhisme atau tidak.tidak masalah asalkan ditanggalkan.

coba kita liat ciri2 seorang ariya yg diantaranya adalah sudah tidak meyakini adanya pencipta yg tunggal,referensi suttanya saya sudah lupa.ha ha ha

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #59 on: 10 July 2009, 04:43:55 PM »
Udah clear deh........  ;)

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #60 on: 10 July 2009, 04:52:48 PM »
saya rasa agama buddha adalah paling sederhana dan menuju point, cukup "sadar/mindfulness" dan "sabar/passion" maka jalan akan terbuka....
sabar = patient. passion = gairah/semangat :)
oh ia, bahasa inggris saya buruk habis...tq
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #61 on: 10 July 2009, 04:58:57 PM »
pernah ssekali bikkhuni Ayya bercemah,
Berlian kecil jika dimakan oleh ayam, maka tetap keluar berlian,
sedangkan jagung dimakan oleh ayam, maka keluar nya akan menjadi kotoran.

seperti kebenaran/kenyataan, baik itu dinyatakan oleh orang bodoh, dungu atau seorang professor....tetap lah benar....

tetapi kalau sebalik-nya, baik dinyatakan oleh seorang professor punya professor punya guru....tetap saja sebuah kebohongan.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #62 on: 10 July 2009, 05:24:08 PM »
masalahnya ketuhanan adalah termasuk pandangan yg salah yg harus ditanggalkan
masalah dia menanggalkan karena ajaran buddhisme atau tidak.tidak masalah asalkan ditanggalkan.

coba kita liat ciri2 seorang ariya yg diantaranya adalah sudah tidak meyakini adanya pencipta yg tunggal,referensi suttanya saya sudah lupa.ha ha ha

Bukan hanya kepercayaan itu saja yang ditinggalkan, melainkan semua spekulasi (yang tertera dalam brahmajala sutta) ajaran juga ditinggalkan. Saya tidak mengatakan percaya Tuhan personal bisa membawa orang pada realisasi kebenaran sejati, namun seseorang yang percaya pada Tuhan personal, tetap bisa merealisasikan kebenaran sejati.

Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

Pertanyaan saya adalah: apakah anda mengaku bahwa sebenarnya anda sama "sesat"-nya dengan penganut Ketuhanan personal?
Jika ya, berarti sama dengan saya yang juga masih "sesat". Sama "sesat"-nya dengan penganut keabadian, pemusnahan, atta, dan lainnya.
Jika tidak, pastinya anda sudah terbebas dari Jala Brahma dan terlepas lingkaran kelahiran kembali. Jika begitu, saya tidak berani sama sekali membantah argumen anda lagi.
 :)

 _/\_

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #63 on: 10 July 2009, 06:23:38 PM »
numpang lewat bro Kainyn,

merealisasikan Dhamma bro maksud itu sotapanna atau arahant ?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #64 on: 10 July 2009, 07:38:47 PM »
 [at] Om Markos
Makasih atas koreksinya, penjelasan saya sebelumnya tidak cukup lengkap memang. Yang saya maksudkan sebelumnya adalah bahwa kemelekatan dilatih untuk disingkirkan, dihilangkan sedikit demi sedikit, dihentikan, diserahkan, dilepaskan, dibiarkan pergi dan ditolak dengan menjalankan JMB8, dimulai dari melatih pandangan benar. Jadi bukan kejadian yg instan memang, melainkan melewati proses. Karena itu yang lupa saya bedakan sebelumnya adalah saat awal memulai dng saat akhir, dimana kita telah selaras dg sang jalan. Sehingga dari kalimat saya terkesan instan. Makasih sekali lagi. :)
Misalnya dalam Samma Ditthi Sutta, dikatakan kemelekatan timbul disebabkan oleh nafsu keinginan. Dan kemelekatan dihilangkan dng melatih-kembangkan JMB8 secara progresif. Seperti sedikit kutipan dari Sutta tsb:
Apakah yang dimaksud lenyapnya penderitaan? Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang dinamakan lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha).
Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan? Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.

Dan, memang kita memiliki LDM, tapi harap diingat pula bahwa manusia normal memiliki tihetu AL, AD, dan AM pula. Dan karena memiliki tihetu ini pula, mengembangkan hal2 yang kusala adalah mungkin dan dg demikian pembebasan jg adalah mungkin.
Selain itu, statemen [pandangan benar yang murni 100%, baru akan diperoleh saat kita sudah menjadi Arahat alias saat sudah mencapai "tujuan"] saya kurang setuju karena menyiratkan bahwa kita harus menjadi Arahat dulu baru pandangan kita benar dan murni 100%.
Seharusnya adalah saat dimana kita melenyapkan pandangan keliru 100%, disitulah ada pandangan benar yg murni 100% dan disitulah dikatakan tujuan tercapai, alias menjadi Arahat. Singkatnya, bukan karena menjadi Arahat, maka pandangan benar yg murni 100% tercapai. Melainkan karena pandangan benar 100% murni tercapai maka <dng sendirinya> disebut Arahat.

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #65 on: 11 July 2009, 08:37:08 AM »
numpang lewat bro Kainyn,

merealisasikan Dhamma bro maksud itu sotapanna atau arahant ?

Menurut saya, dikatakan merealisasi Buddha-Dhamma, sedikitnya telah mencapai Sotapatti-Magga di mana terhentinya kelahiran kembali sudah menjadi kepastian. 

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #66 on: 11 July 2009, 09:08:32 AM »
akur bro :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #67 on: 11 July 2009, 10:51:07 AM »
masalahnya ketuhanan adalah termasuk pandangan yg salah yg harus ditanggalkan
masalah dia menanggalkan karena ajaran buddhisme atau tidak.tidak masalah asalkan ditanggalkan.

coba kita liat ciri2 seorang ariya yg diantaranya adalah sudah tidak meyakini adanya pencipta yg tunggal,referensi suttanya saya sudah lupa.ha ha ha

Bukan hanya kepercayaan itu saja yang ditinggalkan, melainkan semua spekulasi (yang tertera dalam brahmajala sutta) ajaran juga ditinggalkan. Saya tidak mengatakan percaya Tuhan personal bisa membawa orang pada realisasi kebenaran sejati, namun seseorang yang percaya pada Tuhan personal, tetap bisa merealisasikan kebenaran sejati.

Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

Pertanyaan saya adalah: apakah anda mengaku bahwa sebenarnya anda sama "sesat"-nya dengan penganut Ketuhanan personal?
Jika ya, berarti sama dengan saya yang juga masih "sesat". Sama "sesat"-nya dengan penganut keabadian, pemusnahan, atta, dan lainnya.
Jika tidak, pastinya anda sudah terbebas dari Jala Brahma dan terlepas lingkaran kelahiran kembali. Jika begitu, saya tidak berani sama sekali membantah argumen anda lagi.
 :)

 _/\_

saya mengakui bahwa saya belum mencapai apa2,namun dalam hal pandangan akan ketuhanan saya jelas tidak sesat.dalam buddhisme saya tidak sesesat mereka,namun dipaham mereka ya saya yg lebih sesat.
            orang yg tidak sesat belum tentu merealisasikan nibana
            orang yg merealisaikan nibana pasti tidak sesat

             sebelum mencapai ke-arahata-an kita tidak akan tahu secara 100% apa yg sesat dan apa yg tidak sesat,saya sementara ini menilainya berdasarkan sutta yg dibabarkan oleh seorang yg 100% tidak sesat dan juga melalui pemahaman analistis(yg mungkin keliru).

              tp sangat jelas didalam sutta bahwa tanpa menanggalkan pahan atta yg = etenitas diri yg kekal = ketuhanan maka tidak ada nibana,mengenai apakah sutta ini diterima oleh anda ya itu hak pribadi anda,namun dalam kontrks buddhisme ya bgtlah adanya.orang boleh menerima juga boleh tidak.

               jika anda berbicara dalam konteks umum maka saya tidak dapat berkata apa2 karena setiap pandangan dan agama lain harus dihormati tanpa syarat baik yg sepaham atau bertentangan dg buddhisme.ajaran buddha selalu mengundang orang untuk mencoba dan membuktikan tidak pernah memaksa orang untuk ikut dan asal percaya saja.

itulah posisi agama buddha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #68 on: 11 July 2009, 11:02:39 AM »
saya mengakui bahwa saya belum mencapai apa2,namun dalam hal pandangan akan ketuhanan saya jelas tidak sesat.dalam buddhisme saya tidak sesesat mereka,namun dipaham mereka ya saya yg lebih sesat.
            orang yg tidak sesat belum tentu merealisasikan nibana
            orang yg merealisaikan nibana pasti tidak sesat

             sebelum mencapai ke-arahata-an kita tidak akan tahu secara 100% apa yg sesat dan apa yg tidak sesat,saya sementara ini menilainya berdasarkan sutta yg dibabarkan oleh seorang yg 100% tidak sesat dan juga melalui pemahaman analistis(yg mungkin keliru).

              tp sangat jelas didalam sutta bahwa tanpa menanggalkan pahan atta yg = etenitas diri yg kekal = ketuhanan maka tidak ada nibana,mengenai apakah sutta ini diterima oleh anda ya itu hak pribadi anda,namun dalam kontrks buddhisme ya bgtlah adanya.orang boleh menerima juga boleh tidak.

               jika anda berbicara dalam konteks umum maka saya tidak dapat berkata apa2 karena setiap pandangan dan agama lain harus dihormati tanpa syarat baik yg sepaham atau bertentangan dg buddhisme.ajaran buddha selalu mengundang orang untuk mencoba dan membuktikan tidak pernah memaksa orang untuk ikut dan asal percaya saja.

itulah posisi agama buddha

Kalau begitu, saya tidak akan berani mengomentari anda lagi, karena anda jelas sudah lebih maju dalam dhamma ketimbang saya yang masih jauh tersesat dalam pandangan atta.
Terima kasih atas diskusinya.

 _/\_

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #69 on: 11 July 2009, 11:15:25 PM »
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #70 on: 12 July 2009, 07:49:50 PM »
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.
appamadena sampadetha

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #71 on: 12 July 2009, 08:56:49 PM »
 [at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #72 on: 12 July 2009, 08:58:31 PM »
maaf,saya tidak tahu cara meng-quote


Rumusnya
Quote
exp,
Quote
..teks"semoga semua makhluk berbahagia[/quote ]
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #74 on: 13 July 2009, 10:19:39 AM »
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.

[at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Betul. Bro xuvie menjelaskan pendapat saya dengan tepat.

 _/\_


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #75 on: 13 July 2009, 10:36:17 AM »
Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia semasa jaman Sang Buddha adalah karena Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap. Kisahnya adalah sebagai berikut:

Sang Buddha saat itu sedang berdiam di vihara Veluvanna di negara bagian Rajagaha. Dekat pintu gerbang kota Rajagaha tinggal seorang Brahmana yang bernama Dhananjhāni. Kata Brahmana berkonotasi sebagai seseorang yang berlindung pada Brahma, Ditthi Vāda atau Pandangan Salah.

Suatu hari, Y.M. Sariputta dan Brahmana Dhananjhāni saling berpapasan dalam perjalanan mereka masing-masing. Sebenarnya, Y.M. Sariputta juga berasal dari keluarga keturunan Brahmana seperti Brahmana Dhananjhāni. Walaupun, cara berpakaian dan ideologi merereka berbeda, karena masih satu golongan, mereka seperti mengembangkan suatu rasa persahabatan dan merasa perlu saling berkomunikasi. Kemudian, sang Brahmana mendekati Y.M. Sariputta dan memberikan salam.

Y.M. Sariputta telah diberikan gelar ”Etadagga (tertinggi diantara para murid yang lainnya) dalam kebijaksanaan,” oleh Sang Buddha. Cara beliau berprilaku juga sempurna. Melihat Y.M. Sariputta berjalan dengan penuh karisma dan mata mengarah ke bawah, Brahmana Dhananjhāni merasa sangat kagum. Sang Brahmana menanyakan berbagai macam pertanyaan baik mengenai hal yang dia kuasai maupun yang tidak. Jawaban yang diberikan oleh Y.M. Sariputta lebih dari memuasakan dan jauh melebihi dari yang ia harapkan. Oleh karena itu, Brahmana Dhananjhāni merasa puas sekali dan diliputi rasa kagum yang sangat besar pada Y.M. Sariputta.

Ketika Y.M. Sariputta memberitahukan bahwa Sang Buddha adalah gurunya, sang Brahmana juga menjadi kagum dan menghormati Sang Buddha. Dia meninggalkan pandagan salahnya dan menerima ideologi Sang Buddha. Dengan bertambah usia, suatu hari ia menderita sakit yang serius. Dia mengeluh dan merintih di ranjangnya, penyakitnya menjadi semakin parah dan dia telah mendekati ajalnya.

Dia, kemudian, ingat Sang Buddha dan terutama Y.M. Sariputta. Kemudian, dia memanggil salah satu asistennya dan menyuruhnya pergi menghadap Sang Buddha dan untuk mengatakan ”Brahmana Dhananjhāni memberi hormat dengan menunduk dengan kerendahan hati dan menyentuh kaki Sang Buddha.” Dia juga menyuruh asistennya untuk pergi menghadap Y.M. Sariputta setelah mengahadap Sang Buddha dan mengatakan ”Brahmana Dhananjhāni sekarang sedang terbaring di ranjangnya dan sangat menderita akibat sakitnya. Sang Brahmana memberi hormat dengan menunduk dengan kerendahan hati dan menyentuh kaki Y.M. Sariputta.” Dia juga meminta Y.M. Sariputta untuk mengunjunginya saat beliau mempunyai waktu.

Y.M. Sariputta kemudian pergi ke rumah Brahmana Dhananjhāni seperti yang diminta. Setelah duduk di tempat yang khusus dibuat untuknya di tepi ranjang sang Brahmana, Y.M. Sariputta melihatnya dan mengetahui bahwa Brahmana Dhananjhāni akan segera meninggal. Maka, Y.M. Sariputta memberinya sebuah ceramah. Y.M. Sariputta menjelaskan dan membandingkan kehidupan-kehidupan yang berada dalam ajaran Buddha, mulai dari penderitaan di alam rendah sampai dengan kehidupan yang lebih baik dan lebih baik lagi di alam Dewa dan Brahma. Y.M. Sariputta mengarahkan pikiran sang Brahmana untuk condong ke alam Brahma. Karena terlahir di kasta Brahmana, pikiran sang Brahmana telah mengarah ke sana sejak lama dan dia merasa sangat senang.

Kemudian, Y.M. Sariputta melanjutkan ceramahnya tentang latihan mengembangkan empat kediaman luhur (Brahmavihāra) yaitu: Mettā (cinta kasih), Karunā (belas kasihan), Muditā (simpati/turut berbahagia), dan Uppekkhā (perasaan seimbang/netral), yang dpat membawa seseorang terlahir di alam Brahma. Kemudian, Y.M. Sariputta mengajarkan sang Brahmana bagaimana untuk mengembangkan dan memancarkan 4 kualitas ini.

Latihan dan pengembangan Mettā:
Mengembangkan Mettā kepada semua makhluk contohnya:
Semoga semua makhluk di dunia ini dalam keadaan baik (sehat) dan bahagia jasmani maupun mental. Baik mental dan jasmani dalam kemudahan, kedamaian, dan kebahagiaan. Semoga mereka dapat menahan beban kehidupan.

Latihan dan pengembangan Karunā:
Semoga semua makhluk di dunia, yang menderita (dukkhita) dan yang bersedih, terbebas dari semua penderitaan.

Latihan dan pengembangan Muditā:
Semoga semua makhluk di dunia, yang bersuka cita (sukhita) dan semua yang sedang menikmati kesenangan dalam hidupnya, semoga kehidupan mereka yang menyenangkan tidak berakhir, semoga mereka dapat melanjutkan kehidupan mereka yang menyenangkan.

Latihan dan pengembangan Uppekkhā:
Mengembangkan pandangan bahwa semua makhluk di dunia, yang mengalami penderitaan dan kebagiaan dalam hidupnya, penderitaan dan kebahagiaan tersebut terjadi berdasarkan kamma mereka masing-masing.

Brahmana Dhananjhāni merasa sangat senang mendengar semua ini. Tidak lama setelah mengajari cara berlatih dan mengembangkan 4 Brahmavihāra, Y.M. Sariputta merasa yakin sang Brahmana dapat melakukannya, kemudian beliau meninggalkan rumahnya. Sang Brahmana meninggal ketika sedang mengembangkan dan memancarkan 4 Brahmavihāra, ketika Y.M. Sariputta baru menempuh kira-kira setengah dari perjalanannya. Sang Brahmana terlahir dengan spontan di alam Brahma.

Sang Buddha mengetahui semua yang terjadi dari tempat kediaman Beliau. Sang Buddha memberitahu para bhikkhu yang berada di dekatnya bahwa Y.M. Sariputta tidak membabarkan Dhamma dengan lengkap, bahkan sebelum Y.M. Sariputta tiba. Sang Buddha kemudian memberitahu para bhikkhu bahwa dikarenakan Y.M. Sariputta tidak membabarkan Dhamma dengan lengkap, Brahmana Dhananjhāni sekarang terlahir di alam Brahma dalam keadaan yang rendah (tidak mulia) dengan syair sebagai berikut:
Hīne Brahmā Loke Nibbittati
Hīne = rendah, Brahmā Loke = alam Brahma, Nibbittati = terlahir

Sebenarnya, alam Brahma adalah sebuah alam di mana hanya orang-orang yang mempunyai moralitas tinggi yang terlahir di sana. Brahma adalah makhluk-makhluk yang menghabiskan waktunya untuk mengembangkan dan memancarkan empat kediaman luhur (Brahmavihāra) yaitu: Mettā (cinta kasih), Karunā (belas kasihan), Muditā (simpati/turut berbahagia), dan Uppekkhā (perasaan seimbang/netral).

Mereka terbebas dari pendambaan/keinginan/nafsu akan 5 kesenagan indera (kāma-tanhā). Ketika tidak ada kāma-tanhā, tidakkah hidup ini menjadi menyenangkan? (Ya, akan menjadi menyenangkan, bhante). Berdasarkan sifat alami dari alam kehidupan Brahma, mereka tidak bersekutu dengan kebencian atau kemarahan (dosa). Tidakkah hidup menjadi menyenangkan bila demikian? (Ya, hidup akan menyenangkan, bhante).

Mereka bahkan tidak perlu mengkonsumsi makanan, karena mereka telah merasa kenyang oleh kegiuran (pīti pekkhe) hasil dari pemancarkan Mettā (cinta kasih), Karunā (belas kasihan), Muditā (simpati/turut berbahagia), dan Uppekkhā (perasaan seimbang/netral). Oleh karena itu, kehidupan di alam Brahma adalah hidup yang lengkap dan memuaskan. Mereka mempunyai usia yang panjang juga, berlangsung sampai beberapa (banyak) siklus dunia. Tetapi, Sang Buddha mengatakannya sebagai makhluk Brahma yang ’rendah.’

Mengapa Sang Buddha mengatakan demikian? Hal itu dikarenakan, walaupun seseorang terlahir di alam Brahma, dia belum terbebas dari Apāya Samsarā (lingkaran kehidupan dari 4 alam rendah). Jika seseorang belum meralisasi Dhamma Mulia, apakah dia akan bebas dari Apāya Samsarā? (Tidak, dia tidak akan terbebas, bhante). Jika seseorang belum merealisasi Dhamma Mulia dan menjadi Sotāpanna, Sakadāgāmi, dan Anāgāmi, walaupun dia terlahir di alam Brahma, itu masih merupakan sebuah kehidupan yang rendah. Itu belum terbebas dari Apāya Samsarā.

Pernahkah anda mendengar peribahasa: Terang dan berkilauan di alam Brahma, menyeruput di kandang babi? (Ya, kami pernah, bhante). Ketika berada di alam Brahma, seluruh tubuh mereka terlihat terang dan bersinar-sinar, juga berumur panjang sampai beberapa siklus dunia. Akan tetapi, ketika akibat dari kekuatan jhāna dan perbuatan baik (kusala) mereka habis, ke mana mereka akan datang? (ke kandang babi, bhante). Itulah sebabnya Sang Buddha mengatakan bahwa mereka terlahir di alam Brahma yang rendah.

Ketika Y.M. Sariputta menemui Sang Buddha, Beliau menegurnya dengan berkata, ”Anakku terkasih Sariputta, karena kamu tidak membabarkan Dhamma dengan lengkap (sampai selesai), sang Brahmana sekerang terlahir di alam Brahma yang rendah.” Y.M. Sariputta kemudian menjawab, ”Y.M., dalam kasus ini, saya akan menyusulnya ke alam Brahma dan memberinya nasihat. Saya juga akan membabarkan Dhamma sampai selesai di masa yang akan datang.” Y.M. Sariputta kemudian pergi ke alam Brahma dan menasihatinya lebih jauh. Sang Brahmana akhirnya merealisasi Dhamma Mulia.

Apakah sang Brahmana merealisasi Dhamma Mulia ketika berada di alam manusia? (No, dia tidak, bhante). Hal apa yang kurang? (Pembabaran Dhamma yang kurang, bhante). Ceramah Dhamma apa yang beliau babarkan? (4 Brahmavihāra, bhante). Empat Brahmavihāra adalah Dhamma untuk kesejahteraan duniawi (lokiya). Itu bukan untuk kesejahteraan adi duniawi (lokuttara).

Itu tidak menuntun seseorang pada Jalan (Magga) dan Buah (Phala) Kesucian. Karena Empat Satippathāna Dhamma tidak diterangkan sewaktu pembabaran, maka pengembangan Empat Kesunyataan Mulia juga tak ada. Oleh karena itu, tidak ada realisasi Dhamma Mulia. Ini adalah contoh tentang Brahmana Dhananjhāni yang tidak merealisasi Dhamma Mulia karena Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap.

Dikutip dari "Sharpening The Controlling Faculties" by Sayadaw U Kundala.
=======================================================
Semoga setelah membaca atau mendengar hal ini, semua makhluk dapat mengikuti, berlatih, dan berkembang sesuai parami (kesempurnaan) masing-masing. Semoga semua makhluk dapat merealisasi Dhamma Mulia dan kedamaian serta kebahagiaan Nibbāna, padamnya semua penderitaan, yang telah semua makhluk cita-citakan dengan latihan yang mudah dan cepat. Sādhu! Sādhu! Sādhu!

Metta untuk semua….
Tangerang, 11 Mei, 2009
Andi Kusnadi
Andinadi [at] hotmail.com
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #76 on: 13 July 2009, 12:22:37 PM »
[at] Om Markos
Makasih atas koreksinya, penjelasan saya sebelumnya tidak cukup lengkap memang. Yang saya maksudkan sebelumnya adalah bahwa kemelekatan dilatih untuk disingkirkan, dihilangkan sedikit demi sedikit, dihentikan, diserahkan, dilepaskan, dibiarkan pergi dan ditolak dengan menjalankan JMB8, dimulai dari melatih pandangan benar. Jadi bukan kejadian yg instan memang, melainkan melewati proses. Karena itu yang lupa saya bedakan sebelumnya adalah saat awal memulai dng saat akhir, dimana kita telah selaras dg sang jalan. Sehingga dari kalimat saya terkesan instan. Makasih sekali lagi. :)
Misalnya dalam Samma Ditthi Sutta, dikatakan kemelekatan timbul disebabkan oleh nafsu keinginan. Dan kemelekatan dihilangkan dng melatih-kembangkan JMB8 secara progresif. Seperti sedikit kutipan dari Sutta tsb:
Apakah yang dimaksud lenyapnya penderitaan? Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang dinamakan lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha).
Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan? Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.

anumodana utk koreksi dibawah juga bro

Selain itu, statemen [pandangan benar yang murni 100%, baru akan diperoleh saat kita sudah menjadi Arahat alias saat sudah mencapai "tujuan"] saya kurang setuju karena menyiratkan bahwa kita harus menjadi Arahat dulu baru pandangan kita benar dan murni 100%.
Seharusnya adalah saat dimana kita melenyapkan pandangan keliru 100%, disitulah ada pandangan benar yg murni 100% dan disitulah dikatakan tujuan tercapai, alias menjadi Arahat. Singkatnya, bukan karena menjadi Arahat, maka pandangan benar yg murni 100% tercapai. Melainkan karena pandangan benar 100% murni tercapai maka <dng sendirinya> disebut Arahat.




Dan, memang kita memiliki LDM, tapi harap diingat pula bahwa manusia normal memiliki tihetu AL, AD, dan AM pula. Dan karena memiliki tihetu ini pula, mengembangkan hal2 yang kusala adalah mungkin dan dg demikian pembebasan jg adalah mungkin.


mettacittena
_/\_

Betul.... betul sekali bro........

Mengenai hetu, sharing sedikit apa yg dibawakan di kelas abhidhamma di Gn Sahari tgl 11 Julki kemarin
Quote
Hendaknya kita tidak kebablasan dgn pernyataan mengenai hetu yg ada di setiap mahluk, dengan hetu yg menjadi  dasar patisandhi (mahluk dugati, sugati ahetuka, dvihetuka dan tihetuka)
Setiap mahluk yg masih berkelana di 31 alam, pasti mempunyai 6 hetu
dasar hetu yg menjadi patisandhi, hanyalah "dominan" yg mendorong terlahir di alam tertentu

Mahluk yg lahir dengan patisandhi dvihetuka, tidak bisa mencapai kesucian dalam kehidupan saat ini karena utk menjadi suci, dibutuhkan faktor AM yg dominan juga alias harus menjadi Tihetuka terlebih dahulu
Ini bukan diskriminasi atau pembedaan namun lebih ke arah pengertian agar kita bisa belajar utk mulai yonisomanasikara (memperhatikan segala sesuatu dgn seksama) dimana ini yg menjadi dasar bagi terbentuknya Panna

semoga bs bermanfaat

metta  _/\_

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #77 on: 13 July 2009, 07:59:07 PM »
Mengenai hetu, sharing sedikit apa yg dibawakan di kelas abhidhamma di Gn Sahari tgl 11 Juli kemarin
Quote
Hendaknya kita tidak kebablasan dgn pernyataan mengenai hetu yg ada di setiap mahluk, dengan hetu yg menjadi  dasar patisandhi (mahluk dugati, sugati ahetuka, dvihetuka dan tihetuka)
Setiap mahluk yg masih berkelana di 31 alam, pasti mempunyai 6 hetu
dasar hetu yg menjadi patisandhi, hanyalah "dominan" yg mendorong terlahir di alam tertentu

Mahluk yg lahir dengan patisandhi dvihetuka, tidak bisa mencapai kesucian dalam kehidupan saat ini karena utk menjadi suci, dibutuhkan faktor AM yg dominan juga alias harus menjadi Tihetuka terlebih dahulu
Ini bukan diskriminasi atau pembedaan namun lebih ke arah pengertian agar kita bisa belajar utk mulai yonisomanasikara (memperhatikan segala sesuatu dgn seksama) dimana ini yg menjadi dasar bagi terbentuknya Panna

semoga bs bermanfaat

metta  _/\_
bermanfaat banget koq.. Makasih infonya Om :)

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #78 on: 13 July 2009, 11:18:10 PM »
Maaf lama baru membalas krn bbrp hal :)
Pernyataan "sekalian saja bilang yang baik-baik adalah Buddhis" adalah suatu sinisme.

Awalnya savana_zhang membahas bahwa umat lain tidak bisa mencapai pembebasan karena adanya konsep Ketuhanan yang berbeda.
           namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.
Menurut Bro Kain, nibbana bisa dicapai ngga dengan mempercayai adanya Tuhan?

Di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 


Saya tidak tahu persisnya apakah savana_zhang menyetujui pernyataan saya atau tidak, tetapi sepertinya ia setuju dengan perubahan pola pikir dan tingkah laku tersebut, namun menganggap pola pikir tersebut hanya ada pada Buddhisme. Maka ia menulis ini:
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme

ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan
Dalam tulisan ini, berarti "hanya Buddhisme yang mengajarkan tidak melekat, hanya Buddhisme yang mengajarkan melihat kenyataan apa adanya". Dengan demikian, orang yang tidak melekat, orang yang melihat kenyataan apa adanya, berarti di dalam jalan Buddhisme (baca: Buddhis). Maka saya menuliskan "sekalian bilang semua orang baik itu Buddhis, yang tidak baik berarti non-Buddhis". Itu bukan kesimpulan, bukan pula premis baru. Itu sebuah sinisme.
Sebelumnya saya hanya membaca kalimat tsb sebatas yg ada, tanpa menghubungkan dg yg sebelumnya, jadi saya tidak melihat siratan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Sekarang setelah saya membacapun, tetap saja saya tdk dapat melihat hubungan kalimat sebelumnya dg berikutnya yg menyiratkan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Mungkin juga saya yg kurang bisa menghubung-hubungkan.

Yg underline, sebuah asumsi, dan karena ga ada jawaban lebih lanjut dari Bro/Sis savana_zhang, mari lewatkan saja drpd kita menduga-duga apa yg ada di balik pikiran ybs.


Quote
Kenyataannya memang dlm jalan Buddhisme diajarkan tidak membunuh, tidak mencuri, moralitas kan? Begitu juga ttg ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, dan non-theisme, itu juga bagian dari Buddhisme. Jadi tidak salah koq pendapat Sis Savana. :)

_/\_
1. Buddhisme mengajarkan tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya.
2. Tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, adalah jalan Buddhisme.

Bisa melihat perbedaannya?
Buddhisme atau ajaran apa pun, adalah suatu yang khusus, bukan umum. Sedangkan moralitas dan kebijaksanaan adalah suatu yang universal, bisa dilakukan oleh siapa pun juga. Kalau masih merasa sama, coba bandingkan dengan ini:
1. Sekolah saya mengajarkan baca tulis.
2. Baca tulis adalah ajaran sekolah saya.
Bagaimana? Sama?

Sedangkan pernyataan bro markos, menurut saya bukan lebih halus, tetapi memang tepat, yaitu: "ajaran baca tulis, selaras dengan ajaran sekolah saya".
Saya cukup mengerti tentang perbedaan umum dg khusus. Tapi dr analogi Bro Kain memang tidak terlalu banyak perbedaan yg ada meskipun kalimat tsb dibalik.
Kalau dicari pun, menurut saya perbedaan arti timbul karena analogi yg sedikit ambigu akibat kurang spesifik dan pemilihan kalimat yg mungkin kurang tepat sehingga bs timbul 2 pengertian:
Pertama, Baca tulis adalah ajaran [khusus] sekolah saya - seolah2 eksklusif hanya di sekolah saya diajarkan baca tulis.
Kedua, Baca tulis adalah ajaran sekolah saya. Bahwa di sekolah saya memang diajarkan Baca tulis.
Di sini, tergantung pilihan orang dlm mengartikannya dan saya memilih utk arti ke-2 karena dari pemikiran rasional yg sehat pasti kita tahu tdk mungkin hanya di sekolah saya saja yg diajarkan baca tulis.
Yup.. Pernyataan Om Markos memang tepat. :)
Bahasa memang merepotkan kadang kala, apalagi keterbatasan bahasa dlm menyampaikan maksud pun ikut berperan andil. Karena itu mari coba utk melihat maknanya.

Btw sekalian bertanya, dr sebuah buku, dikatakan hal ini pun dinyatakan oleh Sang Buddha bahwa 'kata-kata tdklah berharga, cobalah utk melihat makna yg ada dibalik kata2.' Sampai skrg blom ketemu Sutta Sang Buddha menyatakan demikian, ada petunjuk? :)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #79 on: 14 July 2009, 07:19:04 AM »
3. SUBHASITA SUTTA

Kata-kata yang Baik

Demikian yang telah saya dengar: suatu ketika Sang Buddha tinggal di hutan Jeta, di dekat Savatthi. Beliau berkata kepada para bhikkhu:

'Ucapan yang memiliki empat ciri adalah ucapan yang disampaikan dengan baik, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana; yaitu ucapan seorang bhikkhu yang berbicara hanya yang bermanfaat dan bukan yang tidak bermanfaat, yang berbicara hanya yang berharga dan bukan yang tidak berharga, yang berbicara hanya yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan, yang berbicara hanya yang benar dan bukan yang tidak benar. Ucapan yang bercirikan empat faktor ini adalah ucapan benar dan bukan ucapan buruk, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana.' Demikianlah sabda Sang Penguasa, dan setelah itu, sebagai Guru, Beliau melanjutkan dengan mengatakan ini:
1.    'Ucapan yang bermanfaat adalah yang paling utama, kata orang-orang suci.
Orang harus berbicara apa yang berharga dan bukan yang tidak berharga. Inilah yang kedua.
Orang harus berbicara apa yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan. Inilah yang ketiga.
Orang harus berbicara apa yang benar dan bukan apa yang salah. Dan inilah yang keempat.'

   Kemudian seorang bhikkhu bernama Vangisa bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Sang Buddha. Dengan penuh hormat dia menaruhkan jubahnya di satu bahu, dan dengan tangan yang disatukan dia minta izin kepada Sang Buddha untuk berbicara. Setelah memperoleh izin, dia mengatakan kata-kata pujian ini:    

2.    'Marilah kita menggunakan kata-kata yang tidak menyakitkan kita.
Marilah kita menggunakan kata-kata yang tidak saling menyakiti.
Itulah kata-kata yang sungguh-sungguh bermanfaat.    

3.    Marilah kita berucap yang menyenangkan, yang kata-katanya membuat orang-orang gembira. Karena memilih tidak berucap jahat, marilah kita berucap yang menyenangkan untuk orang lain.

4.    Kata-kata tentang kebenaran adalah kekal. Demikianlah sifatnya yang abadi. Seperti kata pepatah, kata-kata tentang kebenaran tidak dapat mati. Dan dikatakan bahwa orang-orang yang baik sangat kokoh dalam kebenaran, kesejahteraan, dan keluhuran.

5.    Dan kata-kata yang diucapkan oleh Sang Buddha, kata-kata yang membuat padamnya penderitaan, menuju akhir penderitaan, merupakan kata-kata yang paling berharga.'    
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #80 on: 14 July 2009, 11:34:10 AM »
Maaf lama baru membalas krn bbrp hal :)

Menurut Bro Kain, nibbana bisa dicapai ngga dengan mempercayai adanya Tuhan?
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.


Quote
Sebelumnya saya hanya membaca kalimat tsb sebatas yg ada, tanpa menghubungkan dg yg sebelumnya, jadi saya tidak melihat siratan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Sekarang setelah saya membacapun, tetap saja saya tdk dapat melihat hubungan kalimat sebelumnya dg berikutnya yg menyiratkan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Mungkin juga saya yg kurang bisa menghubung-hubungkan.

Yg underline, sebuah asumsi, dan karena ga ada jawaban lebih lanjut dari Bro/Sis savana_zhang, mari lewatkan saja drpd kita menduga-duga apa yg ada di balik pikiran ybs.

Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Baik, saya ulangi.

Awalnya savana_zhang katakan, "nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan."
Lalu saya katakan, "nibbana dicapai dengan perubahan pola pikir dan perilaku (yaitu tidak melekat & melihat keadaan apa adanya)."
Kemudian dikatakan savana_zhang "tidak melekat dan melihat keadaan apa adanya adalah ajaran Buddha."

Jika savana_zhang tidak menyetujui premis saya, maka berarti nibbana dicapai dengan kepercayaan tidak adanya Tuhan. Yang berarti, seorang yang melekat dan tidak melihat apa adanya, tetap mencapai nibbana, asalkan tidak percaya Tuhan.
Kesimpulannya adalah valid, tapi saya rasa savana_zhang tidak sebodoh itu, maka saya asumsikan ia menyetujui premis saya.

Jika savana_zhang menyetujui premis saya, maka kesimpulannya seperti ini:
-nibbana dicapai dengan tidak melekat & melihat apa adanya
-nibbana tidak bisa dicapai oleh mereka yang mempercayai adanya Tuhan
-> Yang percaya pada Tuhan, adalah melekat dan tidak melihat apa adanya.


Quote
Saya cukup mengerti tentang perbedaan umum dg khusus. Tapi dr analogi Bro Kain memang tidak terlalu banyak perbedaan yg ada meskipun kalimat tsb dibalik.
Kalau dicari pun, menurut saya perbedaan arti timbul karena analogi yg sedikit ambigu akibat kurang spesifik dan pemilihan kalimat yg mungkin kurang tepat sehingga bs timbul 2 pengertian:
Pertama, Baca tulis adalah ajaran [khusus] sekolah saya - seolah2 eksklusif hanya di sekolah saya diajarkan baca tulis.
Kedua, Baca tulis adalah ajaran sekolah saya. Bahwa di sekolah saya memang diajarkan Baca tulis.

Itu terserah anda. Bagi saya "apel adalah buah" dan "buah adalah apel", bukanlah sesuatu yang "tidak banyak perbedaan". Dan menurut saya, justru pikiran rasional yang sehat langsung menangkap bedanya.

Berarti secara dhamma, anda juga setuju dengan tulisan ini:
1. Tidak percaya Tuhan tidak akan merealisasi nibbana.
2. Realisasi nibbana adalah dengan tidak melekat dan melihat apa adanya.
3. Tidak melekat dan melihat apa adanya adalah ajaran Tuhan.


Quote
Di sini, tergantung pilihan orang dlm mengartikannya dan saya memilih utk arti ke-2 karena dari pemikiran rasional yg sehat pasti kita tahu tdk mungkin hanya di sekolah saya saja yg diajarkan baca tulis.

A: Untuk keluar kota, hanya bisa dengan naik kuda, naik keledai tidak bisa.
B: Untuk sampai keluar kota, harus melewati gerbang A, apapun kendaraannya.
A: Gerbang A adalah jalan Kuda.

Saya mau tanya, bagaimana pendapat anda tentang percakapan ini?

« Last Edit: 14 July 2009, 11:38:00 AM by Kainyn_Kutho »

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #81 on: 14 July 2009, 12:28:16 PM »
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.

[at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Betul. Bro xuvie menjelaskan pendapat saya dengan tepat.

 _/\_


saya juga setuju

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #82 on: 14 July 2009, 12:44:26 PM »
Maaf lama baru membalas krn bbrp hal :)

Menurut Bro Kain, nibbana bisa dicapai ngga dengan mempercayai adanya Tuhan?
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.


Quote
Sebelumnya saya hanya membaca kalimat tsb sebatas yg ada, tanpa menghubungkan dg yg sebelumnya, jadi saya tidak melihat siratan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Sekarang setelah saya membacapun, tetap saja saya tdk dapat melihat hubungan kalimat sebelumnya dg berikutnya yg menyiratkan bahwa "hanya Buddhisme yg mengajarkan tdk melekat". Mungkin juga saya yg kurang bisa menghubung-hubungkan.

Yg underline, sebuah asumsi, dan karena ga ada jawaban lebih lanjut dari Bro/Sis savana_zhang, mari lewatkan saja drpd kita menduga-duga apa yg ada di balik pikiran ybs.

Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Baik, saya ulangi.

Awalnya savana_zhang katakan, "nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan."
Lalu saya katakan, "nibbana dicapai dengan perubahan pola pikir dan perilaku (yaitu tidak melekat & melihat keadaan apa adanya)."
Kemudian dikatakan savana_zhang "tidak melekat dan melihat keadaan apa adanya adalah ajaran Buddha."

Jika savana_zhang tidak menyetujui premis saya, maka berarti nibbana dicapai dengan kepercayaan tidak adanya Tuhan. Yang berarti, seorang yang melekat dan tidak melihat apa adanya, tetap mencapai nibbana, asalkan tidak percaya Tuhan.
Kesimpulannya adalah valid, tapi saya rasa savana_zhang tidak sebodoh itu, maka saya asumsikan ia menyetujui premis saya.

Jika savana_zhang menyetujui premis saya, maka kesimpulannya seperti ini:
-nibbana dicapai dengan tidak melekat & melihat apa adanya
-nibbana tidak bisa dicapai oleh mereka yang mempercayai adanya Tuhan
-> Yang percaya pada Tuhan, adalah melekat dan tidak melihat apa adanya.


Quote
Saya cukup mengerti tentang perbedaan umum dg khusus. Tapi dr analogi Bro Kain memang tidak terlalu banyak perbedaan yg ada meskipun kalimat tsb dibalik.
Kalau dicari pun, menurut saya perbedaan arti timbul karena analogi yg sedikit ambigu akibat kurang spesifik dan pemilihan kalimat yg mungkin kurang tepat sehingga bs timbul 2 pengertian:
Pertama, Baca tulis adalah ajaran [khusus] sekolah saya - seolah2 eksklusif hanya di sekolah saya diajarkan baca tulis.
Kedua, Baca tulis adalah ajaran sekolah saya. Bahwa di sekolah saya memang diajarkan Baca tulis.

Itu terserah anda. Bagi saya "apel adalah buah" dan "buah adalah apel", bukanlah sesuatu yang "tidak banyak perbedaan". Dan menurut saya, justru pikiran rasional yang sehat langsung menangkap bedanya.

Berarti secara dhamma, anda juga setuju dengan tulisan ini:
1. Tidak percaya Tuhan tidak akan merealisasi nibbana.
2. Realisasi nibbana adalah dengan tidak melekat dan melihat apa adanya.
3. Tidak melekat dan melihat apa adanya adalah ajaran Tuhan.


Quote
Di sini, tergantung pilihan orang dlm mengartikannya dan saya memilih utk arti ke-2 karena dari pemikiran rasional yg sehat pasti kita tahu tdk mungkin hanya di sekolah saya saja yg diajarkan baca tulis.

A: Untuk keluar kota, hanya bisa dengan naik kuda, naik keledai tidak bisa.
B: Untuk sampai keluar kota, harus melewati gerbang A, apapun kendaraannya.
A: Gerbang A adalah jalan Kuda.

Saya mau tanya, bagaimana pendapat anda tentang percakapan ini?


iya...iya betul...
saya memang beranggapan seperti itu...

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #83 on: 14 July 2009, 02:14:47 PM »
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.

[at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Betul. Bro xuvie menjelaskan pendapat saya dengan tepat.

 _/\_



akhirnya isa reply setelah kena badai internet ancur beberapa hari  ....

SIP kalo begitu  :) (uda kawatir ada salah pemahaman lagi ....)

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #84 on: 14 July 2009, 06:47:53 PM »
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.
Jika dikatakan Nibbana dicapai bukan dg percaya/tidak adanya Tuhan, berarti pencapaian nibbana berada di luar kepercayaan atau ketidakpercayaan pada Tuhan. Begitukah maksud Bro Kain?
Ya saya setuju, Upatissa (seorg yg menganut pandangan berbelit) bisa merealisasi nibbana. Tetapi jelas pandangan berbelit hanya ada pada fase sebelum dia merealisasi. Pandangan berbelit tdk mungkin masih ada saat realisasi dan setelah realisasi. Ketika dia telah merealisasi nibbana, tdk ada lagi pandangan keliru yg masih digenggam olehnya. Sederhananya, tidak mungkin pandangan benar dan pandangan keliru eksis secara bersamaan pada Upatissa.

Mengenai yg underlined dlm quote, itu pertanyaan saya, mohon penjelasan dari Bro Kain bahwa bait dari Y.A Assaji pada Sariputta tidak berhubungan dgn pandangan benar/salah.


Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Tidak, saya menyebutkan secara jelas sebelumnya bahwa mungkin sayalah yg kurang bisa menduga. Tdk mengatakan Anda pun tidak ada maksud mengatakan Anda. :)

Mengenai yg lain2nya, saya merasa cukup sekian dan tidak perlu dilanjutkan. Beberapa hal saya setuju dan beberapa lagi tidak. Barusan sudah nulis tapi setelah dipertimbangin, selain SZ sendiri tdk turut memberikan klarifikasi yg jelas atas pernyataan dia sebelumnya, pun ini cm akan membuang terlalu banyak waktu, energi dan page.
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #85 on: 15 July 2009, 09:23:31 AM »
Menurut saya, nibbana dicapai bukan dengan mempercayai ada/tidak adanya Tuhan, juga kepercayaan lainnya, seperti yang sudah disebutkan dalam Brahmajala Sutta. Namun, seseorang yang memeluk salah satu dari 62 pandangan salah tersebut, tetap dapat merealisasikan nibbana, jika kondisinya sesuai.

Saya sederhanakan begini. Apakah nibbana bisa dicapai dengan menganut pandangan berbelit-belit? Saya katakan tidak.
Apakah seorang berpandangan berbelit-belit, bisa merealisasi nibbana? Saya katakan bisa.

Upatissa, murid dari Sanjaya Belatthiputta, penganut pandangan berbelit-belit, tidak belajar teori dhamma dan 62 pandangan salah, namun ketika bertemu kondisi sesuai, yaitu mendengar sebuah bait (yang juga tidak ada hubungannya dengan pandangan salah/benar) dari Thera Assaji, dapat merealisasikan Sotapatti-phala. Seketika ia merealisasi Sotapatti-phala, maka dengan itu pula semua pandangan salah tidak ada lagi dalam dirinya.
Jika dikatakan Nibbana dicapai bukan dg percaya/tidak adanya Tuhan, berarti pencapaian nibbana berada di luar kepercayaan atau ketidakpercayaan pada Tuhan. Begitukah maksud Bro Kain?
Ya saya setuju, Upatissa (seorg yg menganut pandangan berbelit) bisa merealisasi nibbana. Tetapi jelas pandangan berbelit hanya ada pada fase sebelum dia merealisasi. Pandangan berbelit tdk mungkin masih ada saat realisasi dan setelah realisasi. Ketika dia telah merealisasi nibbana, tdk ada lagi pandangan keliru yg masih digenggam olehnya. Sederhananya, tidak mungkin pandangan benar dan pandangan keliru eksis secara bersamaan pada Upatissa.
Ya, kalau menurut pendapat saya, sesaat orang merealisasi dhamma, saat itu juga semua pandangan kelirunya hancur.


Quote
Mengenai yg underlined dlm quote, itu pertanyaan saya, mohon penjelasan dari Bro Kain bahwa bait dari Y.A Assaji pada Sariputta tidak berhubungan dgn pandangan benar/salah.
Pandangan benar/salah di sini, maksud saya adalah konsep pandangan benar/salah yang diklaim sebagian Buddhis sebagai "wajib diketahui untuk mencapai kesucian", di antaranya: 62 pandangan salah dari Brahmajala Sutta, Karma, Paticca Samuppada, 4 satipatthana, tumimbal lahir, 31 alam dan sebagainya.
Sering saya katakan, dalam pikiran ariya, kita sudah tidak mungkin lagi menebak-nebak "apa yang direalisasikan". Kita hanya bisa melihat teorinya saja (dalam hal Sariputta, teorinya kita tahu adalah tilakkhana, tetapi entah apa yang direalisasikan dalam bathinnya).


Quote
Jadi maksudnya saya menduga-duga?
Tidak, saya menyebutkan secara jelas sebelumnya bahwa mungkin sayalah yg kurang bisa menduga. Tdk mengatakan Anda pun tidak ada maksud mengatakan Anda. :)
Terima kasih tidak berpikir negatif terhadap saya.


Quote
Mengenai yg lain2nya, saya merasa cukup sekian dan tidak perlu dilanjutkan. Beberapa hal saya setuju dan beberapa lagi tidak. Barusan sudah nulis tapi setelah dipertimbangin, selain SZ sendiri tdk turut memberikan klarifikasi yg jelas atas pernyataan dia sebelumnya, pun ini cm akan membuang terlalu banyak waktu, energi dan page.
_/\_

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #86 on: 15 July 2009, 02:59:35 PM »
tetep ga bisa nge quote

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #87 on: 15 July 2009, 03:03:20 PM »
mungkin saya sebagai orang numpang lewat ikutan,

merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah hilang.  (bro kainyn)

pandangan salah hilang [itulah] merealisasikan dhamma. (bro xuvie)

ini bukan maksudnya?

There is no place like 127.0.0.1

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #88 on: 15 July 2009, 03:14:19 PM »
mungkin saya sebagai orang numpang lewat ikutan,

merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah hilang.  (bro kainyn)

pandangan salah hilang [itulah] merealisasikan dhamma. (bro xuvie)

ini bukan maksudnya?


saya melihat juga demikian
kayaknya bhasa mereka ber-2 aja yg berbeda tp maksudnya sama aja
ato mungkin saya salah ngerti kali ya,karena tulisannya panjang ha ha ha

just kidding

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #89 on: 15 July 2009, 03:15:34 PM »
karena belum merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah masih ada

karena sudah merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah tidak ada/hilang
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #90 on: 15 July 2009, 03:27:37 PM »
               ok,sudah clear
akhirnya diskusi membawa kita pd sebuah kesimpulan mengenai pandangan benar
dan menyatukan kita dalam  dhamma

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #91 on: 15 July 2009, 03:49:22 PM »
mungkin saya sebagai orang numpang lewat ikutan,

merealisasikan dhamma [maka] pandangan salah hilang.  (bro kainyn)

pandangan salah hilang [itulah] merealisasikan dhamma. (bro xuvie)

ini bukan maksudnya?



Mengenai hal ini, sepertinya dari awal saya sepaham dengan bro xuvie.
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.

Yang tidak sepaham hanya tafsiran tulisan bro savana_zhang, tetapi sekarang juga sudah tidak dibahas lagi. 

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #92 on: 15 July 2009, 05:35:32 PM »
terus ... apakah ada yg berpandangan salah tp menuju benar ? ada yg berpandangan salah .. dan semakin salah ? ada yg berpandangan menuju benar ... jadi makin salah ? ada yg pandangannya tetep salah ? ada yg ga berpandangan (buta kali ye) ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #93 on: 15 July 2009, 05:54:20 PM »
terus ... apakah ada yg berpandangan salah tp menuju benar ? ada yg berpandangan salah .. dan semakin salah ? ada yg berpandangan menuju benar ... jadi makin salah ? ada yg pandangannya tetep salah ? ada yg ga berpandangan (buta kali ye) ?

Mungkin saya lebih memilih istilah "pandangan" saja, bukan "pandangan benar/salah".
Ada pandangan yang membuat orang semakin menderita.
Ada juga pandangan yang membuat orang semakin bahagia.

Masing-masing pandangan tersebut, bisa dibagi lagi jadi dua:
-berdasarkan kenyataan
-berdasarkan kepercayaan

Pilihlah yang berdasarkan kenyataan dan membuat anda bahagia.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #94 on: 15 July 2009, 06:44:46 PM »
Sebenernya daripada dikatakan pandangan salah saya pribadi lebih 'sreg' dg pandangan keliru yah.. :)

Ya, kalau menurut pendapat saya, sesaat orang merealisasi dhamma, saat itu juga semua pandangan kelirunya hancur.
Yup berarti saya dan Bro Kain sepaham soal pandangan benar dan salah tdk mungkin digenggam secara bersamaan.
Selanjutnya jika saya katakan begini:
Nibbana tidak direalisasi dalam kepercayaan thdp Tuhan. Meski seorang yg theist berpotensi utk mencapai nibbana. Tetapi pandangan "theist"nya akan, mau tak mau, harus dia lepaskan - istilahnya 'mengosongkan cangkir' - saat dia mengembangkan pandangan benar dan merealisasi Nibbana.
Apakah Bro Kain sependapat juga? Sekadar catatan, semoga kalimat di atas tdk mengimplikasikan bahwa bila tidak percaya Tuhan pastilah berpandangan benar dan akan merealisasi nibbana.

Pandangan benar/salah di sini, maksud saya adalah konsep pandangan benar/salah yang diklaim sebagian Buddhis sebagai "wajib diketahui untuk mencapai kesucian", di antaranya: 62 pandangan salah dari Brahmajala Sutta, Karma, Paticca Samuppada, 4 satipatthana, tumimbal lahir, 31 alam dan sebagainya.
Sering saya katakan, dalam pikiran ariya, kita sudah tidak mungkin lagi menebak-nebak "apa yang direalisasikan". Kita hanya bisa melihat teorinya saja (dalam hal Sariputta, teorinya kita tahu adalah tilakkhana, tetapi entah apa yang direalisasikan dalam bathinnya).
Dalam kasus Sariputta, yang dikatakan Y.A Assaji padanya hanya 'Segala sesuatu ada karena ada sebabnya' (ye dhamma hetuppabhava). Kasus2 yg lain misalnya seorang thera merealisasi kesucian saat melihat hutan yg terbakar. Atau seorang thera yg mendengar nyanyian seorang anak kecil. Dan masih banyak contoh yg dpt ditemukan lagi.
Dalam Anguttara Nikaya Ghosa Sutta, dikatakan oleh Sang Buddha bahwa pandangan benar timbul karena 2 hal: perkataan orang lain, dan perenungan yg seksama (yoniso manasikara).
Jadi tidak ada syarat dan relevansi utk mengetahui dan menghapal Hukum Karma, Paticca Samuppada, Satipatthana, punabbhava dsb. Tapi saat pandangan benar timbul, pengertian yg sejalan dg Hukum Karma, Paticca Samuppada, Tilakkhana muncul dng sendirinya jika pikiran dan perenungan diarahkan ke arah sana.

_/\_
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #95 on: 15 July 2009, 06:51:46 PM »
terus ... apakah ada yg berpandangan salah tp menuju benar ? ada yg berpandangan salah .. dan semakin salah ? ada yg berpandangan menuju benar ... jadi makin salah ? ada yg pandangannya tetep salah ? ada yg ga berpandangan (buta kali ye) ?
Masing-masing pandangan tersebut, bisa dibagi lagi jadi dua:
-berdasarkan kenyataan
-berdasarkan kepercayaan

Pilihlah yang berdasarkan kenyataan dan membuat anda bahagia.

Setuju, membantu menyederhanakan, intinya yg ke-2 adalah secara idealnya berdasarkan ide-ide, angan dan pikiran kita. Sedangkan yg pertama adalah secara realitas. Mau terima atau tidak, kita tetap harus menerima realita juga pada akhirnya.

_/\_
appamadena sampadetha

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #96 on: 15 July 2009, 07:06:41 PM »
Quote from: Kainyn_Kutho
Betul, memang ada kontradiksi. Bahkan sesama Buddhis pun, masih ada lain pendapat, bukan?
Bagi saya, asal moralitas bukanlah dari sebuah larangan dan anjuran yang diatur oleh ajaran agama, melainkan berasal dari sebuah kesadaran. Saya pernah diskusi dengan seorang Atheis yang mengatakan bahwa jika seseorang melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan hanya karena disuruh oleh agamanya, orang itu tidaklah menjalankan moralitas sesungguhnya, namun hanya anak-anak yang ditakut-takuti dengan neraka, dan diiming-imingi sorga. Saya langsung setuju dengannya. 
Semua kesadaran ini, secara umum, pasti bersesuaian satu dengan lainnya. Intinya adalah tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Benar. Moralitas yang sering ditawarkan oleh banyak aliran dan agama lain adalah moralitas dalam konsep. Oleh karenanya banyak konsep moralitas antaragama yang berseberangan maupun bertentangan. Dalam Ajaran Sang Buddha, moralitas ditekankan pada awal pemahaman benar dan pandangan benar terlebih dahulu. Makanya moralitas dalam Buddhadhamma bukanlah suatu konsep yang ditulis dengan harga mati di Tipitaka. Moralitas yang dianjurkan untuk perumah-tangga adalah Pancasila. Dan bila seorang perumah-tangga memiliki kesadaran moral yang baik di dalam Dhamma, dia bisa menjalankan moralitas itu tanpa dipaksa-paksa maupun dianjurkan oleh orang lain. Moralitas adalah tindakan susila yang membedakan antara seorang yang benar-benar hidup atau seorang yang hanya pernah ada.

Kalimat yang cetak tebal itu sudah saya setujui sejak saya pertama kali membaca Pancasila Buddhis. :)


Quote from: Kainyn_Kutho
Ini saya setuju. Menghafalkan & mengerti secara teoritis dan realisasinya adalah hal yang sama sekali berbeda. Ini yang sepertinya tidak akan diakui oleh sebagian besar umat Buddha kalau sebenarnya kita masih "belum tahu apa2". Saya beri contoh yang sangat sederhana. Kita tahu bahwa semua keinginan indriah tidak mengantarkan kita pada pembebasan. Semua juga tahu teorinya. Lalu, mengapa masih sibuk mencari pasangan?

Namun, apakah berarti mengejar kenikmatan indriah secara benar tidak sesuai dengan Buddhisme? Tidak juga. Hanya saja itu sebenarnya membuktikan bahwa kita sendiri belum merealisasikan apa itu "pandangan benar/kebenaran mutlak" tersebut, maka kita masih berputar-putar dalam nafsu yang fana.

Tentu saja. Sebenarnya JMB8 yang diajarkan Sang Buddha adalah Jalan Tengah untuk mencapai Pembebasan. Dalam konteksnya, Jalan ini sebenarnya panduan sistematis untuk orang-orang yang ingin menjalankan kehidupan suci. Namun aplikasinya dapat pula dijalankan oleh para perumah-tangga yang masih ingin menikmati kepuasan indria. Bagi perumah-tangga, JMB8 ini juga menjadi panduan dasar untuk menjalani kehidupan sebagai umat awam, di samping juga melatih diri dalam praktik "Jalan Tengah yang sebenarnya".


Quote from: Kainyn_Kutho
Saya telah melakukan keempat Satipatthana sebelum saya mengenal Buddhisme sama sekali. Dengan begitu saya tidak akan mengklaim menjalankan dhamma harus mengenal Buddhisme terlebih dahulu. Dan saya pun sangat-sangat ragu kalau saya hanya satu-satunya yang demikian. Seperti saya bilang, "benar" atau tidaknya jalan seseorang, bukan dari agamanya, tetapi dari kecenderungan pola pikir dan perilakunya. Menurut saya, hal itulah yang dimaksud "sedikit/banyak debu di matanya".

Jika kita yakin bahwa Buddhisme (baca : Buddhadhamma) adalah Ajaran yang mampu mengantar pada Pembebasan Sejati, maka saya bisa menyatakan bahwa Buddhisme adalah peta. Orang yang membaca peta ini (mengenal Buddhisme), adalah lebih beruntung. Orang yang tidak pernah membaca peta ini bukan berarti tidak bisa mencapai Pembebasan. Dia hanyalah orang yang kurang beruntung karena belum mendapatkan peta ini. Hanya itu saja.

Membaca sekilas kisah Anda, saya berani mendiagnosa bahwa Anda adalah seorang pemikir bebas. Oleh karena itu, saya tentu saja tidak meragukan orang-orang seperti ini bisa mencapai Pembebasan Sejati dengan atau tanpa mengenal Buddhadhamma sekalipun.


Quote from: Kainyn_Kutho
Ini juga saya setuju. Seperti saya katakan, (dari sudut pandang Buddhis,) semua yang melakukan kebenaran, pasti perilakunya bersesuaian dengan JMB 8, walaupun dia sendiri tidak tahu format ajaran JMB 8 atau Buddhisme. Dan kalaupun dia bertemu dengan ajaran itu, pasti akan menyetujuinya.

Betul.


Quote from: Kainyn_Kutho
Membandingkan seseorang dengan objektif memang tidak bertentangan dengan Buddha-dhamma. Jika orang bodoh, ketahuilah dia sebagai bodoh; jika orang bijaksana, ketahuilah dia sebagai bijaksana. Sikap ini juga membantu kita agar jangan bergaul dengan orang bodoh dan sebaliknya, mendekati orang bijaksana. Tetapi kalau mendiskriminasikan seseorang karena kepercayaannya (karena Buddhis, baru bisa mencapai nibbana) saya rasa kurang tepat.

Saya tidak mendiskriminasi seseorang dengan status agamanya; apakah bisa atau tidak mencapai Nibbana. Bahkan menurut saya, saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan bernada seperti itu.

Kembali lagi, jika kita memakai kacamata Buddhisme, jika kita yakin bahwa Pembebasan Sejati hanya bisa direalisasi dengan JMB8, maka kita harus mengacu pada Jalan ini. Saya akan menyatakan hal ini dengan tegas, bahwa agama lain di luar Buddhisme tidak mengajarkan "jalan tengah" sebagaimana Jalan Mulia Beruas 8 versi Sang Buddha. Oleh karena itu bagaimana mungkin orang yang masih mempraktikkan ajaran agama lain bisa merealisasi Pembebasan. Ini logikanya. Dan sekali lagi, ini pernyataan yang saya keluarkan dari kacamata Buddhis.

Bisa saja seorang dari agama lain merealisasi Pembebasan. Asalkan dia tidak terdogma oleh agamanya untuk: memercayai surga-neraka saja, meyakini bahwa tujuan hidupnya hanyalah berbuat baik untuk kelak menghuni kediaman indah nun jauh di sana, menganggap filsafat-teoritis adalah sesat karena mempertanyakan Tuhan, menggenggam pandangan bahwa kehidupan suci adalah berbuat baik di dalam agamanya, ataupun mempelajari Ilmu Psikologi dan mengobservasi batinnya secara tendensius (namun terkungkung oleh teoritis semata).

Karena... Orang yang masih menggenggam pandangan-pandangan seperti itu jelas sudah berjalan ke arah 180° dari "tujuan". Kecuali orang-orang itu mampu melepaskan pandangannya dan mulai menapaki JMB8; meski dia tahu atau tidak tentang sistematikanya. Nah kalau sudah begini, orang itu jelas sudah tidak bisa disebut sebagai "umat" dari agamanya. Saya lebih suka menyebut kelompok orang seperti itu sebagai "pemikir bebas".


Quote from: Kainyn_Kutho
Saya tidak akan menyangkal kalau saya berpendapat "Buddhis memang cenderung lebih terbuka dan tidak dogmatis". Tetapi dari pengalaman saya, minoritas di agama lain juga rata-rata begitu. Karena biasanya mereka tidak terlalu mendapatkan tempat di komunitasnya (dikucilkan sebagai setengah sesat), maka kita jarang bertemu dengan mereka. Saya beruntung telah bertemu banyak dari mereka. Karena itu, walaupun hanya 1 di antara 1 juta, saya tetap menghitung itu "ada". Demikian juga mengapa saya katakan bahwa umat lain bisa mencapai kesucian.

Ya, seperti yang sudah saya jelaskan di atas. Jika mereka sampai disebut "setengah sesat", artinya mereka butuh "setengah" lagi untuk benar-benar "sesat" dari agamanya. Setelah itu, mereka bisa berjalan sebagai "pemikir bebas". Dan saya tidak meragukan orang itu kalau dia bisa merealisasi Pembebasan.


Maaf kepada semuanya jika ada kata-kata yang kurang sopan.
« Last Edit: 15 July 2009, 07:28:39 PM by upasaka »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #97 on: 15 July 2009, 07:53:36 PM »
Nibbana tidak direalisasi dalam kepercayaan thdp Tuhan. Meski seorang yg theist berpotensi utk mencapai nibbana. Tetapi pandangan "theist"nya akan, mau tak mau, harus dia lepaskan - istilahnya 'mengosongkan cangkir' - saat dia mengembangkan pandangan benar dan merealisasi Nibbana. Apakah Bro Kain sependapat juga?
Ya, saya sependapat. Nibbana tidak terealisasi dalam pandangan theis/atheis, juga tidak dalam pandangan atta/anatta, tetapi ketika dia sendiri merealisasi anatta itu sendiri. Ketika ia merealisasinya, maka tanpa perlu menggenggam, juga "mengosongkan cangkir", semua pandangan salah akan menjadi tidak relevan.
Sikap "mengosongkan cangkir" ini biasanya diperlukan pada awal penerimaan "pelajaran". Jika seseorang tidak "mengosongkan cangkir", otomatis ajaran paling berharga juga hanya jadi polusi suara.

Quote
Sekadar catatan, semoga kalimat di atas tdk mengimplikasikan bahwa bila tidak percaya Tuhan pastilah berpandangan benar dan akan merealisasi nibbana.
Kalimat di atas, menurut saya pribadi adalah jelas. Tidak ada implikasi "tidak percaya Tuhan = berpandangan benar".


Quote
Dalam kasus Sariputta, yang dikatakan Y.A Assaji padanya hanya 'Segala sesuatu ada karena ada sebabnya' (ye dhamma hetuppabhava). Kasus2 yg lain misalnya seorang thera merealisasi kesucian saat melihat hutan yg terbakar. Atau seorang thera yg mendengar nyanyian seorang anak kecil. Dan masih banyak contoh yg dpt ditemukan lagi.
Ya, dari yang "normal" sampai yang "abnormal" juga ada. Dari cerita-cerita demikian, saya simpulkan bahwa ajaran yang baik bukanlah yang tanpa cela secara konsep (walaupun menurut saya ajaran Buddhisme juga susah dicari celanya secara konsep), tetapi yang sesuai bagi perkembangan bathin seseorang.


Quote
Dalam Anguttara Nikaya Ghosa Sutta, dikatakan oleh Sang Buddha bahwa pandangan benar timbul karena 2 hal: perkataan orang lain, dan perenungan yg seksama (yoniso manasikara).
Jadi tidak ada syarat dan relevansi utk mengetahui dan menghapal Hukum Karma, Paticca Samuppada, Satipatthana, punabbhava dsb. Tapi saat pandangan benar timbul, pengertian yg sejalan dg Hukum Karma, Paticca Samuppada, Tilakkhana muncul dng sendirinya jika pikiran dan perenungan diarahkan ke arah sana.

Menurut saya, yang dimaksud dalam Ghosa Sutta adalah bahwa dua syarat itu adalah:
-"suara dari luar dunia" (parato Ghoso), yang berarti nasihat dari seorang yang telah "meninggalkan" samsara, atau pengertian yang berhubungan dengan adi-duniawi (Lokuttara)
-perenungan yang seksama, yaitu merealisasi sendiri kebenaran tersebut

Namun terlepas dari tafsiran Ghosa Sutta tersebut, saya mengerti maksudnya bahwa memang tidak ada keharusan pandangan benar harus timbul lewat suatu teori tertentu.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #98 on: 15 July 2009, 08:51:21 PM »
Saya tidak mendiskriminasi seseorang dengan status agamanya; apakah bisa atau tidak mencapai Nibbana. Bahkan menurut saya, saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan bernada seperti itu.

Ini bukan ditujukan kepada siapapun. Hanya saja maksud saya mendiskriminasikan orang berdasarkan moralitas dan kebijaksanaan, justru diperlukan.
Kalau seseorang menilai orang lain "Buddhist" dan "non-Buddhist" dari moralitas dan kebijaksanaan, itu adalah hal yang bermanfaat. Dengan begitu, bisa bergaul dan belajar dari yang bijaksana dan menghindari perbuatan bodoh. Sebaliknya kalau orang menilai dari seberapa banyaknya teori Buddhisme (atau agama lain apapun) yang dikuasai, maka itu kurang tepat.


Quote
Kembali lagi, jika kita memakai kacamata Buddhisme, jika kita yakin bahwa Pembebasan Sejati hanya bisa direalisasi dengan JMB8, maka kita harus mengacu pada Jalan ini. Saya akan menyatakan hal ini dengan tegas, bahwa agama lain di luar Buddhisme tidak mengajarkan "jalan tengah" sebagaimana Jalan Mulia Beruas 8 versi Sang Buddha. Oleh karena itu bagaimana mungkin orang yang masih mempraktikkan ajaran agama lain bisa merealisasi Pembebasan. Ini logikanya. Dan sekali lagi, ini pernyataan yang saya keluarkan dari kacamata Buddhis.
Sepanjang yang saya temukan sih, memang belum ada yang selaras sepenuhnya dengan JMB 8. Paling-paling "nyerempet2" sebagian saja.


Quote
Bisa saja seorang dari agama lain merealisasi Pembebasan. Asalkan dia tidak terdogma oleh agamanya untuk: memercayai surga-neraka saja, meyakini bahwa tujuan hidupnya hanyalah berbuat baik untuk kelak menghuni kediaman indah nun jauh di sana, menganggap filsafat-teoritis adalah sesat karena mempertanyakan Tuhan, menggenggam pandangan bahwa kehidupan suci adalah berbuat baik di dalam agamanya, ataupun mempelajari Ilmu Psikologi dan mengobservasi batinnya secara tendensius (namun terkungkung oleh teoritis semata).

Karena... Orang yang masih menggenggam pandangan-pandangan seperti itu jelas sudah berjalan ke arah 180° dari "tujuan". Kecuali orang-orang itu mampu melepaskan pandangannya dan mulai menapaki JMB8; meski dia tahu atau tidak tentang sistematikanya. Nah kalau sudah begini, orang itu jelas sudah tidak bisa disebut sebagai "umat" dari agamanya. Saya lebih suka menyebut kelompok orang seperti itu sebagai "pemikir bebas".

Kalau menurut saya, yang "berjalan ke arah 180° dari nibbana" adalah yang melanggar moralitas. Kalau untuk ide-ide dan kepercayaan doktriniah yang tidak melanggar sila, saya rasa tidak terlalu masalah.
Misalnya jika menahan diri dari pembunuhan, nanti dapet sorga, itu sama saja dengan mengharapkan kamma baik. Yang masalah adalah jika ia memang menganut pembunuhan itu tidak apa-apa atau bahkan perlu.

Ya, pemikir bebas (free thinker) ini biasa dikenali dari pengetahuan spiritual-religius yang lumayan, namun hidupnya sekuler dan bermoral.


Untuk hal-hal lainnya, saya setuju dengan pendapat Bro Upasaka.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #99 on: 15 July 2009, 10:59:31 PM »
Ya, saya sependapat. Nibbana tidak terealisasi dalam pandangan theis/atheis, juga tidak dalam pandangan atta/anatta, tetapi ketika dia sendiri merealisasi anatta itu sendiri. Ketika ia merealisasinya, maka tanpa perlu menggenggam, juga "mengosongkan cangkir", semua pandangan salah akan menjadi tidak relevan.
Sikap "mengosongkan cangkir" ini biasanya diperlukan pada awal penerimaan "pelajaran". Jika seseorang tidak "mengosongkan cangkir", otomatis ajaran paling berharga juga hanya jadi polusi suara.
Sekarang lebih lanjut lagi, menurut Bro Kain apakah setelah merealisasi dhamma, anatta, bahkan lebih jauh lagi, nibbana, apakah orang tersebut masih memercayai adanya Tuhan?

Menurut saya, yang dimaksud dalam Ghosa Sutta adalah bahwa dua syarat itu adalah:
-"suara dari luar dunia" (parato Ghoso), yang berarti nasihat dari seorang yang telah "meninggalkan" samsara, atau pengertian yang berhubungan dengan adi-duniawi (Lokuttara)
-perenungan yang seksama, yaitu merealisasi sendiri kebenaran tersebut

Namun terlepas dari tafsiran Ghosa Sutta tersebut, saya mengerti maksudnya bahwa memang tidak ada keharusan pandangan benar harus timbul lewat suatu teori tertentu.
Soal suara dari luar dunia, itu pun masih belum jelas yah. Masing2 pihak punya interpretasi tersendiri. Argumen seperti pendapat Bro Kain dan counter-argumennya sendiri ada di accesstoinsight di bagian sutta tsb. Tapi dari cerita ttg Thera yg mencapai Arahat mendengar nyanyian seorang anak kecil seperti kejadian petapa Gotama yg mendengar nyanyian dari pemetik kecapi, saya kira cukup jelas hanya ada 'suara' anak kecil tsb pada waktu itu. :)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #100 on: 16 July 2009, 08:31:12 AM »
terus ... apakah ada yg berpandangan salah tp menuju benar ? ada yg berpandangan salah .. dan semakin salah ? ada yg berpandangan menuju benar ... jadi makin salah ? ada yg pandangannya tetep salah ? ada yg ga berpandangan (buta kali ye) ?

dear tula

sebenarnya di DC udah pernah ada artikel mengenai Miccha Ditthi (pandangan salah/keliru) di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1281.0;wap2

berikut saya quote :

Quote
MICCHA DITTHI
By : Selamat Rodjali

ARTI
Miccha = salah, keliru, menyesatkan ke jalan yang salah.
Ditthi = pandangan.

KARAKTERISTIK
Melakukan interpretasi terhadap sesuatu secara tidak bijaksana / tidak adil.

FUNGSI
Melakukan pra-anggap.

MANIFESTASI
Interpretasi atau kepercayaan yang salah / keliru / menyesatkan ke jalan yang salah.

SEBAB TERDEKAT
Ketidakmauan untuk mengunjungi para suciwan, karena mengunjungi para suciwan
mengkondisikan untuk mendengarkan Dhamma yang mencegah bercokolnya
pandangan keliru di dalam batin.

PENGERTIAN UMUM
Pandangan keliru yang muncul dalam bentuk kekeliruan dalam memahami, yaitu
menginterpretasikan sesuatu dalam cara yang bertentangan dengan kenyataan.
Di dalam konteks hal yang tidak baik / tidak benar (akusala dhamma), istilah
miccha ditthi seringkali hanya disebutkan sebagai ditthi.

PENGELOMPOKAN PANDANGAN DALAM PIKIRAN
1. Pikiran yang bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatasampayutta)
2. Pikiran yang tidak bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatavippayutta)
3. Pikiran yang bersekutu dengan pandangan benar (nanasampayutta)
4. Pikiran yang tidak bersekutu dengan pandangan benar (nanavippayutta)

SEBAB TERPERINCI YANG MENIMBULKAN MICCHA DITTHI
1. Mempunyai kebiasaan berpandangan salah (ditthijjhasayata)
2. Suka bergaul dengan orang yang mempunyai pandangan salah (ditthi
vippannapuggalasevanata)
3. Tidak suka belajar Dhamma (saddhammavimukhata)
4. Suka berpikir pada hal-hal yang salah (micchavitakkabahulata)
5. Tidak mempertimbangkan secara adil / bijaksana (ayoniso ummujjanam)

Tiga pandangan salah yang seringkali disinggung di dalam Sutta Pitaka, adalah:
1. Natthika ditthi = pandangan nihilisme, yang menolak kehidupan setelah kematian.
2. Akiriya ditthi = pandangan yang menolak manfaat perbuatan, yang mengklaim
bahwa perbuatan-perbuatan tidak akan berpengaruh.
3. Ahetuka ditthi = pandangan yang menolak penyebab sesuatu, mengklaim bahwa tidak ada sebab / kondisi yang menyebabkan kekotoran / kesucian mahluk. Mahluk-mahluk kotor ataupun suci karena nasib, kebetulan atau kebutuhan.

Di dalam Anguttara Nikaya, Tikanipata, dinyatakan ada 3 jenis akiriya ditthi yang berbahaya, yaitu:
1. Pubbekata-hetu ditthi, yang berpandangan bahwa segala sesuatu yang dialami
sekarang ini disebabkan hanya oleh perbuatan lampau.
2. Issaranimmana-hetu-ditthi, yang berpandangan bahwa segala sesuatu yang
dialami sekarang ini disebabkan oleh ciptaan mahluk adi-kodrati tertentu.
3. Ahetu-appaccaya-ditthi, yang berpandangan bahwa segala sesuatu yang dialami sekarang ini tidak disebabkan atau dikondisikan, melainkan ada dengan sendirinya.

Di dalam sutta yang sama, Sang Buddha menyatakan bahwa pandangan di atas tidak benar, dengan cara memberikan argumen sebagai berikut:

Bagi siapa saja yang berpandangan bahwa :
1. dikarenakan perbuatan lampau, atau
2. karena ciptaan mahluk adi kodrati tertentu atau
3. tidak disebabkan oleh perbuatan,
seseorang menjadi
a) pembunuh
b) pencuri,
c) pelaku perzinahan,
d) pendusta,
e) pemfitnah,
f) penguncar kata kasar,
g) penguncar pembicaraan yang tak bermanfaat,
h) serakah,
i) berniat jahat dan
j) berpandangan salah
maka tidak akan ada manfaatnya lagi keinginan untuk berbuat, upaya untuk berbuat, tidak diperlukan lagi melakukan ini atau itu, atau menghindari diri dari berbuat sesuatu.
Oleh karena itu kebutuhan untuk berbuat atau tidak berbuat tidak ditemukan lagi
eksistensinya di dalam kebenaran, hidup tidak berumah tangga menjadi tidak ada
artinya lagi.

Pandangan salah selalu berhubungan dengan pikiran yang terikat (pikiran lobha).

Beberapa contoh nyata yang umum dijumpai, antara lain:

1. kemelekatan terhadap upacara dan ritual yang dianggap membawa ke kesucian
(silabataparamasa). Misalnya pandangan bahwa cukup dengan sembahyang bisa menjadi suci.

2. kemelekatan terhadap konsep aku / kepemilikan / inti kekal (sakkayaditthi), misalnya pandangan bahwa “Ini milikku”, “Ini aku”, “Hanya ajaran ini yang benar dan kekal”

3. kemelekatan terhadap pandangan kekekalan (sassataditthi), misalnya pandangan bahwa setelah mati akan tetap sama atau bersatu secara kekal dengan mahluk agung tertentu yang dipraanggap kekal / abadi di alam tertentu atau

4. kemelekatan terhadap pandangan kemusnahan (ucchedaditthi), misalnya pandangan bahwa setelah kematian ini tidak ada apa-apa lagi (pandangan kaum materialis).

 _/\_  :lotus:

Hal yg harus dipahami mengenai miccha ditthi ini adalah :
Quote
Pandangan salah selalu berhubungan dengan pikiran yang terikat (pikiran lobha)

Berdasar pernyataan diatas, mari dilihat pertanyaan anda satu persatu :
1. apakah ada yg berpandangan salah tp menuju benar ? BISA, kalau dia mau belajar utk mengurangi kemelekatannya terlebih dahulu

2. ada yg berpandangan salah .. dan semakin salah ? Ini yg paling banyak karena sifat dari miccha ditthi adalah melekat pada moha, jadi kalau dia ga mau menyadari kemelekatannya itu, dia akan makin salah

3. ada yg berpandangan menuju benar ... jadi makin salah ? BISA, kalau pandangan benarnya itu dilekati. Ini pernah dibahas mengenai scholar yg meremehkan praktisi krn dianggap tidak tahu teori, dan sebaliknya praktisi yg merendahkan scholar krn dianggap cuma teoritis thok

4. ada yg pandangannya tetep salah ? Ada, yaitu mereka yg ga makin fanatik, pun ga berusaha utk mengurangi kemelekatan

5. ada yg ga berpandangan : sayangnya ga ada, bro...... pandangan salah mengenai atta ini mempengaruhi sangat banyak hal dalam kehidupan kita

Semoga bs bermanfaat

metta  _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #101 on: 16 July 2009, 11:52:39 AM »
Sekarang lebih lanjut lagi, menurut Bro Kain apakah setelah merealisasi dhamma, anatta, bahkan lebih jauh lagi, nibbana, apakah orang tersebut masih memercayai adanya Tuhan?
:) Pendapat saya pribadi, kalau orang yang sudah merealisasi dhamma ditanya begitu, maka seperti saya ditanya orang "Percaya ama Batman ga?"


Quote
Soal suara dari luar dunia, itu pun masih belum jelas yah. Masing2 pihak punya interpretasi tersendiri. Argumen seperti pendapat Bro Kain dan counter-argumennya sendiri ada di accesstoinsight di bagian sutta tsb. Tapi dari cerita ttg Thera yg mencapai Arahat mendengar nyanyian seorang anak kecil seperti kejadian petapa Gotama yg mendengar nyanyian dari pemetik kecapi, saya kira cukup jelas hanya ada 'suara' anak kecil tsb pada waktu itu. :)

Ya, karena ini sutta pendek (yang tidak ada konteksnya), sangat susah mencari interpretasi yang tepat.
Mengapa saya tidak setuju itu sebagai "suara dari luar" secara sederhana? Karena jika memang demikian tafsirannya, maka orang tuli tidak bisa merealisasi dhamma. Menurut saya tidak begitu. Dalam Milinda Panha, ada 15 kondisi mahluk tidak bisa merealisasi dhamma, tetapi ketulian bukan salah satunya.

Saya belum menemukan kisah orang tuli yang mencapai magga-phala, tetapi saya pernah menemukan kisah seseorang menembus dhamma dengan bantuan Buddha tanpa pembicaraan sama sekali. Kisahnya di Tittha Jataka, seorang bhikkhu yang diberikan gambaran bunga indah yang perlahan-lahan layu, ia mengembangkan pandangan terang dan mencapai Arahatta. (Berbeda dengan Ratu Khema yang setelah melihat gambaran wanita perlahan menjadi tua dan mati, ia kemudian diberikan petunjuk oleh Buddha. Tetapi bhikkhu dalam kisah ini, "ditinggalkan" sendirian oleh Buddha dan ia sendiri mengembangkan pandangan terang.) Dengan demikian, saya menafsirkan bahwa "suara dari luar" itu adalah panduan/nasihat yang berhubungan dengan lokuttara, bukan suara sebagai objek pendengaran.


Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #102 on: 16 July 2009, 12:31:58 PM »
Kondisi penembusan hakekat yg sesungguhnya hanya bisa dicapai oleh mahluk tihetuka yaitu mahluk yg terlahir dengan akar/hetu aLobha, aDosa dan aMoha

Jika dari "patisandhi" sudah ada 10 cacat yaitu 1 - 5 cacat pada panca indera, sisanya adalah kelainan pada intelektual dan kelainan seksual
Salah satu cacat dari ke-10 cacat diatas saja, sudah membuat mahluk itu sebagai ahetuka sugati puggala dan tentunya tidak bisa mencapai penembusan hakekat yg sesungguhnya

Demikian juga dengan mahluk dvihetuka dimana mahluk ini kekurangan akar aMoha sehingga tidak memungkinkan utk dapat merealisasi nibbana dalam kehidupan ini
Namun jika terus berlatih dan setelah meninggal, dia patisandhi sebagai tihetuka puggala, tentunya dia bisa merealisasi nibbana

semoga bermanfaat

metta

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #103 on: 16 July 2009, 06:39:27 PM »
:) Pendapat saya pribadi, kalau orang yang sudah merealisasi dhamma ditanya begitu, maka seperti saya ditanya orang "Percaya ama Batman ga?"
Ok. Berarti saya menyimpulkan kita sependapat mengenai ini. :)

Ya, karena ini sutta pendek (yang tidak ada konteksnya), sangat susah mencari interpretasi yang tepat.
Mengapa saya tidak setuju itu sebagai "suara dari luar" secara sederhana? Karena jika memang demikian tafsirannya, maka orang tuli tidak bisa merealisasi dhamma. Menurut saya tidak begitu. Dalam Milinda Panha, ada 15 kondisi mahluk tidak bisa merealisasi dhamma, tetapi ketulian bukan salah satunya.

Saya belum menemukan kisah orang tuli yang mencapai magga-phala, tetapi saya pernah menemukan kisah seseorang menembus dhamma dengan bantuan Buddha tanpa pembicaraan sama sekali. Kisahnya di Tittha Jataka, seorang bhikkhu yang diberikan gambaran bunga indah yang perlahan-lahan layu, ia mengembangkan pandangan terang dan mencapai Arahatta. (Berbeda dengan Ratu Khema yang setelah melihat gambaran wanita perlahan menjadi tua dan mati, ia kemudian diberikan petunjuk oleh Buddha. Tetapi bhikkhu dalam kisah ini, "ditinggalkan" sendirian oleh Buddha dan ia sendiri mengembangkan pandangan terang.) Dengan demikian, saya menafsirkan bahwa "suara dari luar" itu adalah panduan/nasihat yang berhubungan dengan lokuttara, bukan suara sebagai objek pendengaran.
Yup, pernah baca cerita tsb. Yah memang susah dicari padanan tepat dari 'parato ghoso' tapi interpetasi saya ttg 2 kondisi tsb adlh:
1. objek. Entah gambaran visual, suara, ide atau apapun itu.
2. perenungan yg seksama. Yg paling punya andil. Sedikit yg saya tahu tentang Zen Buddhism yg sejalan dg hal ini adl bahwa dlm Zen kondisi tercapainya satori sangat terbantu dng ditunjang meditasi yg konsisten. Tetapi tercapainya satori bukan saat bermeditasi melainkan kapan saja seperti saat menulis kaligrafi, menuangkan teh, singkatnya, menjalankan aktivitas sehari-hari (objek apapun). Sehingga ketika seorang Guru Zen ditanya, 'apakah sang jalan itu?' Guru Zen tsb menjawab 'pikiran sehari-hari.' (perenungan seksama oleh pikiran atas objek apapun tsb)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #104 on: 17 July 2009, 08:52:44 AM »
:) Pendapat saya pribadi, kalau orang yang sudah merealisasi dhamma ditanya begitu, maka seperti saya ditanya orang "Percaya ama Batman ga?"
Ok. Berarti saya menyimpulkan kita sependapat mengenai ini. :)
Tambahan. Bukan berarti jawabannya "tidak ada" (ataupun "ada"), tetapi itu sudah menjadi pertanyaan yang tidak relevan dan hanya bisa dijawab masing-masing orang, sesuai dengan keterkondisiannya. Tetapi kalau anda tanyakan ke saya kira-kira apakah seorang yang merealisasi dhamma masih menyertakan "Tuhan" dalam segala perilakunya, seperti berdoa, bersyukur, minta pertolongan/petunjuk, dan lain-lain, menurut saya adalah "tidak".



Quote
Yup, pernah baca cerita tsb. Yah memang susah dicari padanan tepat dari 'parato ghoso' tapi interpetasi saya ttg 2 kondisi tsb adlh:
1. objek. Entah gambaran visual, suara, ide atau apapun itu.
2. perenungan yg seksama. Yg paling punya andil. Sedikit yg saya tahu tentang Zen Buddhism yg sejalan dg hal ini adl bahwa dlm Zen kondisi tercapainya satori sangat terbantu dng ditunjang meditasi yg konsisten. Tetapi tercapainya satori bukan saat bermeditasi melainkan kapan saja seperti saat menulis kaligrafi, menuangkan teh, singkatnya, menjalankan aktivitas sehari-hari (objek apapun). Sehingga ketika seorang Guru Zen ditanya, 'apakah sang jalan itu?' Guru Zen tsb menjawab 'pikiran sehari-hari.' (perenungan seksama oleh pikiran atas objek apapun tsb)
Ya, kurang lebih selaras dengan Zen & satori ini. JMB 8 (termasuk di dalamnya perhatian & konsentrasi/samadhi) adalah yang membantu mengkondisikan seseorang mencapai pembebasan. Tetapi pembebasan itu sendiri tidaklah "terletak" di suatu paham atau konsep, termasuk JMB 8 itu sendiri.
Ada beberapa pihak yang merasa telah "praktik" setelah mengikuti meditasi tertentu, dan orang lain hanya teori.
Bagi saya, seseorang berpraktik dhamma adalah dalam kehidupan sehari-hari, momen demi momen. Itulah dhamma yang universal; bukan jika pernah meditasi tertentu, atau mahir teori agama tertentu, seseorang dikatakan mempraktikkan "sang jalan". Lalu apakah berarti meditasi dan teori tidak perlu? Tentu saja perlu. Namun hendaknya bermeditasi dan berteori sewajarnya, jangan sampai berlebihan. 

Jadi kembali ke topik utama, JMB 8 itu mendukung seseorang mencapai kebebasan, tetapi "letak" kebebasan itu sendiri adalah tergantung keterkondisian masing-masing individu, dan bisa di mana pun juga, tidak selalu di JMB 8.


Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #105 on: 17 July 2009, 12:59:46 PM »
terus ... apakah ada yg berpandangan salah tp menuju benar ? ada yg berpandangan salah .. dan semakin salah ? ada yg berpandangan menuju benar ... jadi makin salah ? ada yg pandangannya tetep salah ? ada yg ga berpandangan (buta kali ye) ?

dear tula

sebenarnya di DC udah pernah ada artikel mengenai Miccha Ditthi (pandangan salah/keliru) di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1281.0;wap2

Hal yg harus dipahami mengenai miccha ditthi ini adalah :
Quote
Pandangan salah selalu berhubungan dengan pikiran yang terikat (pikiran lobha)

Berdasar pernyataan diatas, mari dilihat pertanyaan anda satu persatu :
1. apakah ada yg berpandangan salah tp menuju benar ? BISA, kalau dia mau belajar utk mengurangi kemelekatannya terlebih dahulu
gimana utk belajar mengurangi kemelekatan ya ? kalao selama ini tidak tau bahwa "jalan yg bener itu" mengenai mengurangi kemelekatan, bukannya mengikuti perintah.

2. ada yg berpandangan salah .. dan semakin salah ? Ini yg paling banyak karena sifat dari miccha ditthi adalah melekat pada moha, jadi kalau dia ga mau menyadari kemelekatannya itu, dia akan makin salah

3. ada yg berpandangan menuju benar ... jadi makin salah ? BISA, kalau pandangan benarnya itu dilekati. Ini pernah dibahas mengenai scholar yg meremehkan praktisi krn dianggap tidak tahu teori, dan sebaliknya praktisi yg merendahkan scholar krn dianggap cuma teoritis thok

4. ada yg pandangannya tetep salah ? Ada, yaitu mereka yg ga makin fanatik, pun ga berusaha utk mengurangi kemelekatan

5. ada yg ga berpandangan : sayangnya ga ada, bro...... pandangan salah mengenai atta ini mempengaruhi sangat banyak hal dalam kehidupan kita

Semoga bs bermanfaat

metta  _/\_

makasi om :)

Sekarang lebih lanjut lagi, menurut Bro Kain apakah setelah merealisasi dhamma, anatta, bahkan lebih jauh lagi, nibbana, apakah orang tersebut masih memercayai adanya Tuhan?
:) Pendapat saya pribadi, kalau orang yang sudah merealisasi dhamma ditanya begitu, maka seperti saya ditanya orang "Percaya ama Batman ga?"


Quote
Saya belum menemukan kisah orang tuli yang mencapai magga-phala, tetapi saya pernah menemukan kisah seseorang menembus dhamma dengan bantuan Buddha tanpa pembicaraan sama sekali. Kisahnya di Tittha Jataka, seorang bhikkhu yang diberikan gambaran bunga indah yang perlahan-lahan layu, ia mengembangkan pandangan terang dan mencapai Arahatta. (Berbeda dengan Ratu Khema yang setelah melihat gambaran wanita perlahan menjadi tua dan mati, ia kemudian diberikan petunjuk oleh Buddha. Tetapi bhikkhu dalam kisah ini, "ditinggalkan" sendirian oleh Buddha dan ia sendiri mengembangkan pandangan terang.) Dengan demikian, saya menafsirkan bahwa "suara dari luar" itu adalah panduan/nasihat yang berhubungan dengan lokuttara, bukan suara sebagai objek pendengaran.


kondisi seperti ini agak unik ....
bukankah kita semua dan semua  yg lain2 jg tau .. kalo siklus kita itu idup tua mate (diluar masup surga dll) dan bahkan di masyarakat banyak kata2 yg menyebutkan ...
contoh : ada artis perempuan yg kulit2 nya mengendur pake pakaian seksi, terus surat kabar mem foto nya dan memberikan komentar, bukti bahwa waktu tidak bisa di lawan, artis xyz yg terkenal memiliki tubuh yg paling ideal, akhirnya jg harus kalah oleh sang waktu.

bukan kah hal ini sama saja seperti sang bhikkhu yg diberi gambaran bunga yg layu tsb ? tp knp sang bhikkhu bisa tercerahkan, sedangkan yg lain, yg mungkin memperhatikan yg lebih jelas (meliat perubahan manusia dari muda ke tua renta n kendur2 ;D) tp koq ga cerah ?
« Last Edit: 17 July 2009, 01:01:30 PM by tula »

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #106 on: 17 July 2009, 01:28:42 PM »
Sekarang lebih lanjut lagi, menurut Bro Kain apakah setelah merealisasi dhamma, anatta, bahkan lebih jauh lagi, nibbana, apakah orang tersebut masih memercayai adanya Tuhan?
:) Pendapat saya pribadi, kalau orang yang sudah merealisasi dhamma ditanya begitu, maka seperti saya ditanya orang "Percaya ama Batman ga?"


Quote
Saya belum menemukan kisah orang tuli yang mencapai magga-phala, tetapi saya pernah menemukan kisah seseorang menembus dhamma dengan bantuan Buddha tanpa pembicaraan sama sekali. Kisahnya di Tittha Jataka, seorang bhikkhu yang diberikan gambaran bunga indah yang perlahan-lahan layu, ia mengembangkan pandangan terang dan mencapai Arahatta. (Berbeda dengan Ratu Khema yang setelah melihat gambaran wanita perlahan menjadi tua dan mati, ia kemudian diberikan petunjuk oleh Buddha. Tetapi bhikkhu dalam kisah ini, "ditinggalkan" sendirian oleh Buddha dan ia sendiri mengembangkan pandangan terang.) Dengan demikian, saya menafsirkan bahwa "suara dari luar" itu adalah panduan/nasihat yang berhubungan dengan lokuttara, bukan suara sebagai objek pendengaran.


kondisi seperti ini agak unik ....
bukankah kita semua dan semua  yg lain2 jg tau .. kalo siklus kita itu idup tua mate (diluar masup surga dll) dan bahkan di masyarakat banyak kata2 yg menyebutkan ...
contoh : ada artis perempuan yg kulit2 nya mengendur pake pakaian seksi, terus surat kabar mem foto nya dan memberikan komentar, bukti bahwa waktu tidak bisa di lawan, artis xyz yg terkenal memiliki tubuh yg paling ideal, akhirnya jg harus kalah oleh sang waktu.

bukan kah hal ini sama saja seperti sang bhikkhu yg diberi gambaran bunga yg layu tsb ? tp knp sang bhikkhu bisa tercerahkan, sedangkan yg lain, yg mungkin memperhatikan yg lebih jelas (meliat perubahan manusia dari muda ke tua renta n kendur2 ;D) tp koq ga cerah ?


dear tula,

saya coba bantu dari apa yg bro kai pernah jawab yaitu :

Quote
"letak" kebebasan itu sendiri adalah tergantung keterkondisian masing-masing individu

Disinilah sesungguhnya hasil dari "parami" yang sudah dikumpulkan.......

 [at] Kai : kalau saya salah, tolong dikoreksi.......  _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #107 on: 17 July 2009, 02:32:36 PM »
kondisi seperti ini agak unik ....
bukankah kita semua dan semua  yg lain2 jg tau .. kalo siklus kita itu idup tua mate (diluar masup surga dll) dan bahkan di masyarakat banyak kata2 yg menyebutkan ...
contoh : ada artis perempuan yg kulit2 nya mengendur pake pakaian seksi, terus surat kabar mem foto nya dan memberikan komentar, bukti bahwa waktu tidak bisa di lawan, artis xyz yg terkenal memiliki tubuh yg paling ideal, akhirnya jg harus kalah oleh sang waktu.

bukan kah hal ini sama saja seperti sang bhikkhu yg diberi gambaran bunga yg layu tsb ? tp knp sang bhikkhu bisa tercerahkan, sedangkan yg lain, yg mungkin memperhatikan yg lebih jelas (meliat perubahan manusia dari muda ke tua renta n kendur2 ;D) tp koq ga cerah ?

Itu dia yang saya katakan sebelumnya tentang kisah Kisa Gotami. Kadang kala, yang diajarkan Buddha (atau murid-murid lain) dan dapat membimbing orang pada kebebasan, adalah hal-hal umum yang "semua orang juga tahu". Ya, semua orang juga tahu (teorinya), tetapi apakah semua orang menyadari realitanya? Nah, mengapa bisa berbeda-beda antar setiap orang? Seperti yang Bro Markos bilang:

Disinilah sesungguhnya hasil dari "parami" yang sudah dikumpulkan.......

Parami ini bukannya untuk keren-kerenan "saya punya lebih banyak dari kamu punya" tetapi demi manfaat kita sendiri. Susah bagi orang yang serakah menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang dimiliki juga pada saatnya berpisah dengan kita. Serakah ini sedikit demi sedikit dikikis oleh parami "dana". Demikian juga susah mengerti Buddha dhamma (dukkha & lenyapnya dukkha) jika tidak mengembangkan samadhi dan kebijaksanaan.


 [at]  Bro Markos
Menurut pendapat saya, memang begitu. Terima kasih sudah bantu menjelaskan.
 _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #108 on: 17 July 2009, 04:54:08 PM »
Senang bisa membantu, bro  _/\_

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #109 on: 17 July 2009, 08:48:47 PM »
Tambahan. Bukan berarti jawabannya "tidak ada" (ataupun "ada"), tetapi itu sudah menjadi pertanyaan yang tidak relevan dan hanya bisa dijawab masing-masing orang, sesuai dengan keterkondisiannya. Tetapi kalau anda tanyakan ke saya kira-kira apakah seorang yang merealisasi dhamma masih menyertakan "Tuhan" dalam segala perilakunya, seperti berdoa, bersyukur, minta pertolongan/petunjuk, dan lain-lain, menurut saya adalah "tidak".
Hmm..  :-?


Ya, kurang lebih selaras dengan Zen & satori ini. JMB 8 (termasuk di dalamnya perhatian & konsentrasi/samadhi) adalah yang membantu mengkondisikan seseorang mencapai pembebasan. Tetapi pembebasan itu sendiri tidaklah "terletak" di suatu paham atau konsep, termasuk JMB 8 itu sendiri.
Ada beberapa pihak yang merasa telah "praktik" setelah mengikuti meditasi tertentu, dan orang lain hanya teori.
Bagi saya, seseorang berpraktik dhamma adalah dalam kehidupan sehari-hari, momen demi momen. Itulah dhamma yang universal; bukan jika pernah meditasi tertentu, atau mahir teori agama tertentu, seseorang dikatakan mempraktikkan "sang jalan". Lalu apakah berarti meditasi dan teori tidak perlu? Tentu saja perlu. Namun hendaknya bermeditasi dan berteori sewajarnya, jangan sampai berlebihan. 

Jadi kembali ke topik utama, JMB 8 itu mendukung seseorang mencapai kebebasan, tetapi "letak" kebebasan itu sendiri adalah tergantung keterkondisian masing-masing individu, dan bisa di mana pun juga, tidak selalu di JMB 8.
Hmm.. Yap, makasih atas diskusinya yg bermanfaat Bro.

mettacittena
 _/\_
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #110 on: 18 July 2009, 08:45:18 AM »
Tambahan. Bukan berarti jawabannya "tidak ada" (ataupun "ada"), tetapi itu sudah menjadi pertanyaan yang tidak relevan dan hanya bisa dijawab masing-masing orang, sesuai dengan keterkondisiannya. Tetapi kalau anda tanyakan ke saya kira-kira apakah seorang yang merealisasi dhamma masih menyertakan "Tuhan" dalam segala perilakunya, seperti berdoa, bersyukur, minta pertolongan/petunjuk, dan lain-lain, menurut saya adalah "tidak".
Hmm..  :-?


Ya, kurang lebih selaras dengan Zen & satori ini. JMB 8 (termasuk di dalamnya perhatian & konsentrasi/samadhi) adalah yang membantu mengkondisikan seseorang mencapai pembebasan. Tetapi pembebasan itu sendiri tidaklah "terletak" di suatu paham atau konsep, termasuk JMB 8 itu sendiri.
Ada beberapa pihak yang merasa telah "praktik" setelah mengikuti meditasi tertentu, dan orang lain hanya teori.
Bagi saya, seseorang berpraktik dhamma adalah dalam kehidupan sehari-hari, momen demi momen. Itulah dhamma yang universal; bukan jika pernah meditasi tertentu, atau mahir teori agama tertentu, seseorang dikatakan mempraktikkan "sang jalan". Lalu apakah berarti meditasi dan teori tidak perlu? Tentu saja perlu. Namun hendaknya bermeditasi dan berteori sewajarnya, jangan sampai berlebihan. 

Jadi kembali ke topik utama, JMB 8 itu mendukung seseorang mencapai kebebasan, tetapi "letak" kebebasan itu sendiri adalah tergantung keterkondisian masing-masing individu, dan bisa di mana pun juga, tidak selalu di JMB 8.
Hmm.. Yap, makasih atas diskusinya yg bermanfaat Bro.

mettacittena
 _/\_


Sama-sama, Bro xuvie.

 _/\_

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #111 on: 19 July 2009, 07:04:51 PM »
Quote from: Kainyn_Kutho
Ini bukan ditujukan kepada siapapun. Hanya saja maksud saya mendiskriminasikan orang berdasarkan moralitas dan kebijaksanaan, justru diperlukan.
Kalau seseorang menilai orang lain "Buddhist" dan "non-Buddhist" dari moralitas dan kebijaksanaan, itu adalah hal yang bermanfaat. Dengan begitu, bisa bergaul dan belajar dari yang bijaksana dan menghindari perbuatan bodoh. Sebaliknya kalau orang menilai dari seberapa banyaknya teori Buddhisme (atau agama lain apapun) yang dikuasai, maka itu kurang tepat.

Yang perlu dilakukan adalah mengenali seseorang dari tindak-tanduknya. :)


Quote from: Kainyn_Kutho
Sepanjang yang saya temukan sih, memang belum ada yang selaras sepenuhnya dengan JMB 8. Paling-paling "nyerempet2" sebagian saja.

Saya juga melihat demikian. Itulah sebabnya Sang Buddha menyatakan bahwa sungguh sulit berjumpa dengan seorang Sammsambuddha; sungguh sulit terlahir menjadi manusia; dan sungguh sulit untuk bisa mengenal Dhamma.


Quote from: Kainyn_Kutho
Kalau menurut saya, yang "berjalan ke arah 180° dari nibbana" adalah yang melanggar moralitas. Kalau untuk ide-ide dan kepercayaan doktriniah yang tidak melanggar sila, saya rasa tidak terlalu masalah.
Misalnya jika menahan diri dari pembunuhan, nanti dapet sorga, itu sama saja dengan mengharapkan kamma baik. Yang masalah adalah jika ia memang menganut pembunuhan itu tidak apa-apa atau bahkan perlu.

Ya, pemikir bebas (free thinker) ini biasa dikenali dari pengetahuan spiritual-religius yang lumayan, namun hidupnya sekuler dan bermoral.


Untuk hal-hal lainnya, saya setuju dengan pendapat Bro Upasaka.

OK. Mungkin terlalu digeneralisasi juga seh tentang pernyataan 180° itu... ;D

Secara garis besar, memang pelanggaran pada moralitas itu tidak sejalan dengan Jalan untuk merealisasi Nibbana. Namun tidak hanya itu saja. Praktik ritual dan tata ibadah yang bukan untuk memberi manfaat / menyelami hakikat dunia juga tidak akan menyokong perealisasian Nibbana.


Saya pikir juga demikian.

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #112 on: 20 July 2009, 02:38:45 PM »
Parami ini bukannya untuk keren-kerenan "saya punya lebih banyak dari kamu punya" tetapi demi manfaat kita sendiri. Susah bagi orang yang serakah menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang dimiliki juga pada saatnya berpisah dengan kita. Serakah ini sedikit demi sedikit dikikis oleh parami "dana". Demikian juga susah mengerti Buddha dhamma (dukkha & lenyapnya dukkha) jika tidak mengembangkan samadhi dan kebijaksanaan.


 [at]  Bro Markos
Menurut pendapat saya, memang begitu. Terima kasih sudah bantu menjelaskan.
 _/\_

 :) tengkyu very muach utk kainyn, markos dan yg lain2 :)
nambah nanya :)
bearti disinilah letak kegunaan dari usaha penyempurnaan parami, seperti yg di ceritakan di rapb ?  jadi sang Bhikkhu tersebut pas melihat gambaran bunga layu tsb, dia telah memiliki salah satu parami yg sempurna ya ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #113 on: 21 July 2009, 09:49:47 AM »
nambah nanya :)
bearti disinilah letak kegunaan dari usaha penyempurnaan parami, seperti yg di ceritakan di rapb ?  jadi sang Bhikkhu tersebut pas melihat gambaran bunga layu tsb, dia telah memiliki salah satu parami yg sempurna ya ?

Menurut saya begitu. Dalam Dhammapada, ada disinggung mengenai dhamma seperti sup dan ada dua jenis manusia: seperti lidah dan seperti sendok. Lidah bersentuhan dengan sup, langsung tahu rasanya, tahu enak dan tidak enak. Sedangkan sendok direndam dalam sup sampai lama juga tetap tidak mengetahui rasanya.
Nah, menurut saya, parami seseoranglah yang menentukan pembentukan bathin seseorang, apakah "lidah" atau "sendok".


Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #114 on: 21 July 2009, 01:11:08 PM »
Parami ini bukannya untuk keren-kerenan "saya punya lebih banyak dari kamu punya" tetapi demi manfaat kita sendiri. Susah bagi orang yang serakah menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang dimiliki juga pada saatnya berpisah dengan kita. Serakah ini sedikit demi sedikit dikikis oleh parami "dana". Demikian juga susah mengerti Buddha dhamma (dukkha & lenyapnya dukkha) jika tidak mengembangkan samadhi dan kebijaksanaan.


 [at]  Bro Markos
Menurut pendapat saya, memang begitu. Terima kasih sudah bantu menjelaskan.
 _/\_

 :) tengkyu very muach utk kainyn, markos dan yg lain2 :)
nambah nanya :)
bearti disinilah letak kegunaan dari usaha penyempurnaan parami, seperti yg di ceritakan di rapb ?  jadi sang Bhikkhu tersebut pas melihat gambaran bunga layu tsb, dia telah memiliki salah satu parami yg sempurna ya ?

dear tula,

saya cm mo memperjelas aja, bhw mempunyai salah satu parami yg sempurna, bukan berarti dengan mengabaikan/tidak menjalankan parami2 lainnya......

sama seperti sewkt kita kuliah, ada yg disebut dengan "konsentrasi" misal utk akuntansi ada konsentrasi akuntansi keuangan, akuntansi perpajakan, akuntansi biaya, dsbnya

namun sebelum mencapai "konsentrasi"/penjurusan itu, semua mahasiswa tetap melalui jenjang yg sama yaitu jurusan akuntansi secara umum

semoga bs bermanfaat

metta

Offline sumana

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Limit by yourself
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #115 on: 25 July 2009, 09:34:24 PM »
 _/\_
well, topik pembahasannya kadang entah kemana2.

jd intinya, Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?

untuk mengetahui apakah 8 Jalan utama bisa membawa kebebasan atau tidak, hal ini dalam pelaksanaannya bukan hanya dalam 1 atau 2 hari. tetapi seumur hidup.

bukankah dalam VIPASSANA kita diajarkan 8 jalan utama secara langsung dan tidak langsung.
yg melaksanakan/mengamalkan yg mendapatkan hasilnya.

kalo dalam kehidupan sehari-2 kita mampu melaksanakan secara penuh perhatian maka hal ini tentunya bukan mustahil tidak memberikan kebahagiaan yang mana pada akhirnya membawa pada kebebasan (tanpa adanya ganjalan).

Kelahiran telah terjadi, sukha dan dukha silih berganti. Kehidupan tidak kekal, menggapai pembebasan terakhir (nibbana).

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #116 on: 25 July 2009, 10:33:34 PM »
Rada kemana2 krn udah berkembang brur.. Tapi sebenernya meski terlihat kemana2 semua masih ada dalam cakupan topik bahasan koq.. Sesekali emang ada juga pariwara dikit, biasa.. kalo ngga maw dapet bayaran dr mana? ;D
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #117 on: 27 July 2009, 09:18:28 AM »
_/\_
well, topik pembahasannya kadang entah kemana2.

jd intinya, Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?

Kalau saya tanya "apakah chemotherapy bisa menyembuhkan kanker?", memangnya ada jawaban langsung "ya" atau "tidak"?


Quote
untuk mengetahui apakah 8 Jalan utama bisa membawa kebebasan atau tidak, hal ini dalam pelaksanaannya bukan hanya dalam 1 atau 2 hari. tetapi seumur hidup.

bukankah dalam VIPASSANA kita diajarkan 8 jalan utama secara langsung dan tidak langsung.
yg melaksanakan/mengamalkan yg mendapatkan hasilnya.

kalo dalam kehidupan sehari-2 kita mampu melaksanakan secara penuh perhatian maka hal ini tentunya bukan mustahil tidak memberikan kebahagiaan yang mana pada akhirnya membawa pada kebebasan (tanpa adanya ganjalan).

Maksudnya tulisan anda ini apa? 8 Jalan Utama PASTI bisa membebaskan? Vipassana PASTI bisa membebaskan?
Kalau gitu anda dan umat lain yang tahu 8 Jalan Utama dan juga bervipassana, sudah mencapai kesucian?

1-2 harinya siapa? Seumur hidupnya siapa?
Kalau selalu perlu seumur hidup, apa bedanya dengan janji-janji setelah kematian? Toh semua tidak akan tahu sebelum "seumur hidup" itu berlalu. Kalau selalu perlu kurang dari seumur hidup, berarti yang vipassana & kenal 8 Jalan Utama, sudah pasti Sotapanna.

Kembali lagi, anda punya jawaban langsung mengenai hal ini?


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #118 on: 27 July 2009, 10:20:39 AM »

Maksudnya tulisan anda ini apa? 8 Jalan Utama PASTI bisa membebaskan? Vipassana PASTI bisa membebaskan?
Kalau gitu anda dan umat lain yang tahu 8 Jalan Utama dan juga bervipassana, sudah mencapai kesucian?

1-2 harinya siapa? Seumur hidupnya siapa?
Kalau selalu perlu seumur hidup, apa bedanya dengan janji-janji setelah kematian? Toh semua tidak akan tahu sebelum "seumur hidup" itu berlalu. Kalau selalu perlu kurang dari seumur hidup, berarti yang vipassana & kenal 8 Jalan Utama, sudah pasti Sotapanna.

Kembali lagi, anda punya jawaban langsung mengenai hal ini?



numpang lewat...

Bagaimana menurut Bro Kainyn, mengenai Mahasatipatthana Sutta yang menjanjikan pencerahan dalam 7 hari?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #119 on: 27 July 2009, 05:02:49 PM »

Maksudnya tulisan anda ini apa? 8 Jalan Utama PASTI bisa membebaskan? Vipassana PASTI bisa membebaskan?
Kalau gitu anda dan umat lain yang tahu 8 Jalan Utama dan juga bervipassana, sudah mencapai kesucian?

1-2 harinya siapa? Seumur hidupnya siapa?
Kalau selalu perlu seumur hidup, apa bedanya dengan janji-janji setelah kematian? Toh semua tidak akan tahu sebelum "seumur hidup" itu berlalu. Kalau selalu perlu kurang dari seumur hidup, berarti yang vipassana & kenal 8 Jalan Utama, sudah pasti Sotapanna.

Kembali lagi, anda punya jawaban langsung mengenai hal ini?



numpang lewat...

Bagaimana menurut Bro Kainyn, mengenai Mahasatipatthana Sutta yang menjanjikan pencerahan dalam 7 hari?
Apakah siapapun menjalankan Satipatthana selama 7 hari PASTI mencapai pencerahan?

Tentang Mahasatipatthana Sutta, saya punya 2 point:

-Yang dimaksud bisa dilakukan siapa pun adalah siapa pun juga terlepas dari statusnya, kepercayaannya, dan lain-lain, selama ia melakukan pengamatan pada 4 objek tersebut. Keempat objek tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan satu teori agama tertentu, tidak terikat dengan adat-istiadat atau pengetahuan baku tertentu, namun bisa dilakukan semua orang.

-Kebebasan itu adalah perjuangan, bukan hal menunggu waktu semacam "time release". Jika kita melihat sutta-sutta, adalah umum "tawar-menawar" dari tujuh tahun, turun ke 6 tahun ... tujuh minggu ... tujuh hari. Saya lihat itu bukanlah semacam indikator waktu yang pasti, namun sebagai metafora saja (seperti halnya angka 84.000).
Apakah perlu minimal 7 hari? Rasanya tidak. Bahiya Daruciriya, Kundalakesa, Uggasena, dan banyak Thera/Theri lain, merealisasikannya bahkan tidak sampai 7 jam. Apakah maksimal 7 tahun? Tidak juga. Dikatakan orang melakukan garuka kamma (misalnya Ajatasattu), tidak bisa merealisasikannya dalam kehidupan sekarang.

Jadi kembali lagi, sama juga seperti jawaban sebelumnya, tergantung siapa dan bagaimana menjalankannya. 

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #120 on: 28 July 2009, 01:05:04 PM »
Bro kainyn +1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #121 on: 28 July 2009, 04:06:13 PM »
Bro kainyn +1

Thanx, Bro Indra.

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #126 on: 29 July 2009, 09:37:14 AM »
???
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #127 on: 29 July 2009, 01:24:46 PM »
???

udah pake bahasa isyarat masih aja tercium sama ryu :))

 

anything