//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian  (Read 14105 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #15 on: 10 April 2008, 01:05:12 PM »
informasinya salah tuh, kain sutra boleh lagi, juga serat dari ganja (hemp)

Quote
According to the Pali tradition, six kinds of cloth are allowed for making the upper and outer robes: plant fibres, cotton, silk, animal hair (e.g. wool, but not human), hemp, and a mixture of some or all of them. The Buddha recommended that the robe design should be cut in the pattern of the Magadha padi-fields.

http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/robe_txt.htm


"I allow a cloak ... I allow a silk cloak ... I allow a woolen shawl (§)." — Mv.VIII.1.36

"I allow woolen cloth." — Mv.VIII.2.1

"I allow six kinds of robe-cloth: linen, cotton, silk, wool, jute (§), and hemp (§)." — Mv.VIII.3.1
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #16 on: 10 April 2008, 01:11:22 PM »
 _/\_ hm aku jelasinnya gimana yah, begini aja deh awalnya kain yang menjadi bahan jubah berasal dari kain yang sudah tidak terpakai lagi. yang biasanya diambil dari kain penutup jenazah.

Bro karuna,silahkan meilhat zaman sekarang dimana proses produksi dan cara umat bisa berdana menjadi gampang. berbeda dengan bhikkhu hutan,umat-umat yang semakin banyak akan berpikir sutralah yang terbaik karena harganya mahal,makin bagus untuk berdana,so makin hebatlah ternak ulat-ulat yang akhirnya mati untuk dijadikan jubah bhikkhu.
Saya pernah melihat seorang biksu yang karena mengutip tulisan ini akhirnya menjadi tergila-gila akan kemewahan jubah sutra,dipakai dan dipamerkan,lupa pada tujuan awalnya bahwa jubah adalah sederhana.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #17 on: 10 April 2008, 01:15:50 PM »
A bhikkhu may obtain cloth by collecting cast-off cloth, accepting gifts of cloth from householders, or both. The Buddha commended being content with either.

ini adalah term dimana bhikkhu mendapatkan material jubahnya jadi bukan atas kesengajaan yang dibuatkan sehingga terjadinya pembunuhan,ia akan berhubungan dengan Nissagiya Pacittiya bila dia berkehendak akan materi penyusun jubah. jadi umat harus mengerti.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #18 on: 10 April 2008, 01:21:09 PM »
Anda yang bilang sendiri kan kalau Sang Buddha tidak mengijinkan hal itu?  ;D boleh atau tidak itu beda

Saya kenal dengan seorang Bhikkhu, dia pernah dikasih kain Sutra, tetapi ada kesempatan untuk ganti langsung diganti, karena licin, panas, dan kulit susah bernafas.

Kalau jubahnya mewah tetapi yang bersangkutan tidak melekat? Kadang-kadang kita suka menilai baik dan buruk, tetapi yang bersangkutan yang tahu sendiri bagaimana kondisi batinnya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #19 on: 10 April 2008, 01:27:22 PM »
 _/\_ ayng saya lihat malah bhikkhu itu menunjukkan koleksi jubah sutranya yang bisa diganti setiap harinya.Senin pake warna orange,Selasa kuning cerah,Rabu pake warna kuning agak gelap. Dan itu yang saya sayangkan dalam hal menegakkan Vinaya.
Bro Karuna,saya akan merevisi tulisan saya,terima kasih atas penjelasannya tapi jujur soal Vinaya,saya tidak akan main2 dengan pemikiran yang macem2
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #20 on: 28 August 2008, 08:40:34 PM »
_/\_ ayng saya lihat malah bhikkhu itu menunjukkan koleksi jubah sutranya yang bisa diganti setiap harinya.Senin pake warna orange,Selasa kuning cerah,Rabu pake warna kuning agak gelap. Dan itu yang saya sayangkan dalam hal menegakkan Vinaya.
Bro Karuna,saya akan merevisi tulisan saya,terima kasih atas penjelasannya tapi jujur soal Vinaya,saya tidak akan main2 dengan pemikiran yang macem2

Namaste

Apakah seorang bhikkhu boleh menukar jubahnya dengan pakaian umat awam biasa, atau ganti-ganti jubah?
Bolehkan seorang samanera pakai jubahnya cuma sabtu dan minggu?

Ada yang bisa menjelaskan?

sukhi hotu

Andi
Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #21 on: 28 August 2008, 08:52:07 PM »
Ada sebuah pertanyaan:
Kenapa Sang Buddha menetapkan aturan pakaian? Kenapa tidak pakaian bebas? Yang lebih ekstem lagi, kenapa sih Sang Buddha masih mengenakan pakaian? Kenapa Ia tidak bertelanjang bulat saja? Bukankah jika sudah tercerahkan pikirannya maka sudah tidak terganggu dengan apa yang ada di luar, misalnya hujan panas, cemohoan orang dll? 

Ada yang mau berpendapat?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #22 on: 28 August 2008, 09:06:18 PM »
Namaste

Apakah seorang bhikkhu boleh menukar jubahnya dengan pakaian umat awam biasa, atau ganti-ganti jubah?
Bolehkan seorang samanera pakai jubahnya cuma sabtu dan minggu?

Ada yang bisa menjelaskan?

Dalam Vinaya theravada saya pernah membaca bahwa seorang bhikkhu tidak boleh berpisah dari jubahnya dalam jarak tertentu.
Dalam Vinaya juga dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan jubah, yang jelas t-shirt, jeans, bahkan underwear tidak termasuk dalam "jubah".

 _/\_

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #23 on: 28 August 2008, 09:10:14 PM »
Ada sebuah pertanyaan:
Kenapa Sang Buddha menetapkan aturan pakaian? Kenapa tidak pakaian bebas? Yang lebih ekstem lagi, kenapa sih Sang Buddha masih mengenakan pakaian? Kenapa Ia tidak bertelanjang bulat saja? Bukankah jika sudah tercerahkan pikirannya maka sudah tidak terganggu dengan apa yang ada di luar, misalnya hujan panas, cemohoan orang dll? 

Ada yang mau berpendapat?

1. pakaian/jubah berfungsi sebagai pelindung dari panas, dingin, serangga, dll.
2.  pakaian/jubah berfungsi sebagai penutup bagian tubuh yang dapat menimbulkan rasa malu.
3. untuk membedakan bhikkhu dari para pertapa telanjang (yg ini dugaan).
 _/\_
« Last Edit: 28 August 2008, 09:20:35 PM by Semit »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #24 on: 29 August 2008, 01:02:53 PM »
Ada sebuah pertanyaan:
Kenapa Sang Buddha menetapkan aturan pakaian? Kenapa tidak pakaian bebas? Yang lebih ekstem lagi, kenapa sih Sang Buddha masih mengenakan pakaian? Kenapa Ia tidak bertelanjang bulat saja? Bukankah jika sudah tercerahkan pikirannya maka sudah tidak terganggu dengan apa yang ada di luar, misalnya hujan panas, cemohoan orang dll? 

Ada yang mau berpendapat?

1. pakaian/jubah berfungsi sebagai pelindung dari panas, dingin, serangga, dll.
2.  pakaian/jubah berfungsi sebagai penutup bagian tubuh yang dapat menimbulkan rasa malu.
3. untuk membedakan bhikkhu dari para pertapa telanjang (yg ini dugaan).
 _/\_

Bukankah seseorang Yang Tercerahkan sudah tidak menganut konsep diri, dualisme (termasuk panas dingin) ? Bukankah seharusnya Ia tidak lagi mempermasalahkan cemoohan orang yang akan membuat Ia malu?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline san

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 475
  • Reputasi: 35
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #25 on: 29 August 2008, 01:10:55 PM »
Just sharing:
Bagi sebagian orang, melihat orang yang telanjang bulat akan memicu nafsu keinginan yang rendah (seks).
Seseorang yang bijak saya rasa melakukan sesuatu dengan tidak menyebabkan dirinya maupun orang lain hanyut dalam nafsu keinginan.

CMIIW
be happy ^^

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #26 on: 29 August 2008, 01:13:57 PM »
Bukankah seseorang Yang Tercerahkan sudah tidak menganut konsep diri, dualisme (termasuk panas dingin) ? Bukankah seharusnya Ia tidak lagi mempermasalahkan cemoohan orang yang akan membuat Ia malu?

Yang tidak menganut konsep diri adalah Pikiran bukan Tubuh, kalo pernyataan anda begitu,semua orang yang tecerahkan buat apa makan lagi,ga ada guna betul?makan atau tidak makan masuk dalam dualisme seperti halnya vege dan makan daging.

Mengenai telanjang....bro san sudah memberi penjelasan yang bagus, Sang Buddha sendiri tidak setuju dengan petapa telanjang bukan?kalo Sang Buddha melihat pakaian tak lebih dari kosnep adanya diri mendingan ia juga telanjang sekalian,ga usah pake apa2 atau lebih parah langsung bunuh diri karena tubuh adalah jubah pikiran,bukankah begitu?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #27 on: 29 August 2008, 01:33:02 PM »

Yang tidak menganut konsep diri adalah Pikiran bukan Tubuh, kalo pernyataan anda begitu,semua orang yang tecerahkan buat apa makan lagi,ga ada guna betul?makan atau tidak makan masuk dalam dualisme seperti halnya vege dan makan daging.

Sdr. Nyana, Sdr. San, bukankah dengan adanya konsep tanpa diri dalam pikiran maka ia akan bisa mengabaikan rasa sakit pada tubuh yang terserang melalui panas dan dingin?


Quote
San:
Bagi sebagian orang, melihat orang yang telanjang bulat akan memicu nafsu keinginan yang rendah (seks).
Seseorang yang bijak saya rasa melakukan sesuatu dengan tidak menyebabkan dirinya maupun orang lain hanyut dalam nafsu keinginan.

Nyana:
Mengenai telanjang....bro san sudah memberi penjelasan yang bagus, Sang Buddha sendiri tidak setuju dengan petapa telanjang bukan?kalo Sang Buddha melihat pakaian tak lebih dari kosnep adanya diri mendingan ia juga telanjang sekalian,ga usah pake apa2 atau lebih parah langsung bunuh diri karena tubuh adalah jubah pikiran,bukankah begitu?

Jadi apakah ini bisa dikatakan bahwa, Orang yang tercerahkan juga masih memperdulikan hal-hal eksternal, di luar dirinya? Dapatkah dikatakan bahwa Pencerahan, Kebijaksnaan Tertinggi tetap menudukung kebijaksanaan duniawi seperti nilai-nilai kesopanan?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline san

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 475
  • Reputasi: 35
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #28 on: 29 August 2008, 01:53:16 PM »
Saya rasa:
Orang yang bijak memiliki pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dapat dikenali secara mudah oleh umat awam sebagai orang bijak. Salah satunya kita dapat melihatnya dalam cara mereka berpakaian (meskipun kita tidak menggunakan ini sebagai satu2nya kriteria orang bijak).

Mengenai peraturan kebikkhuan mengenai berpakaian, no comment.
« Last Edit: 29 August 2008, 02:01:24 PM by san »
be happy ^^

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
« Reply #29 on: 29 August 2008, 02:00:47 PM »
Sdr. Nyana, Sdr. San, bukankah dengan adanya konsep tanpa diri dalam pikiran maka ia akan bisa mengabaikan rasa sakit pada tubuh yang terserang melalui panas dan dingin?

Maaf saya hanya bisa menjawab dari catatan Sutta karena batin saya belum melampaui mereka. Begini, saat Sang Buddha sakit dan akan wafat , Beliau mengatakan pikiran berada dalam kondisi yang tenang namun tubuh ini mengikuti perputaran waktu sehingga ia akan menua dan membusuk dan akhirnya tidak dapat menahan / menopang aktifitas normal.

aku pernah mendengar ceramah seorang bhikkhu mengenai hal yang sama , beliau mengatakan adalah tindakan yang tidak bijaksana bahwa orang berpikir bahwa orang yang tercerahkan tidak akan membutuhkan apa-apa lagi. iya di level pikiran tapi di level tubuh harap mengingat bahwa tubuh ini mengalami proses penuaan yang tidak bisa diganggu gugat karena adalah teratur dalam niyama.

Sakit lahir tua dan mati yang dikatakan dilampaui oleh Sang Buddha adalah perasaan dukkha yang terjadi bukan berarti Sang Buddha setelah mencapai pencerahan,iapun menjadi semacam makhluk abadi,tidak perlu makan,tidak perlu perlindungan,tidak perlu minum dan tidak perlu apa-apa lagi,ingat pada level tubuh,yang ada semua adalah anicca.namun di level pikiran,itu semua telah lenyap.

Jadi apakah ini bisa dikatakan bahwa, Orang yang tercerahkan juga masih memperdulikan hal-hal eksternal, di luar dirinya? Dapatkah dikatakan bahwa Pencerahan, Kebijaksnaan Tertinggi tetap menudukung kebijaksanaan duniawi seperti nilai-nilai kesopanan?

Lokuttara Dhamma termasuk juga dalam Dhamma universal. nilai nilai kesopanan merupakan praktek Sila. karena Sila digariskan sebagai norma menjaga hubungan Bhikkhu dengan masyarakat.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.