//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: ABHIDHAMMA by Bhikkhu Kheminda  (Read 5165 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
ABHIDHAMMA by Bhikkhu Kheminda
« on: 06 August 2009, 02:00:32 PM »
Abhidhamma
Yesterday at 2:33pm

The Tipitaka – Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka and Abhidhamma Pitaka –
offers a complete teaching of the Buddha with its distinguished feature
for each pitaka. The Vinaya Pitaka is a teaching set up according to
offence / what is violated; Sutta Pitaka is a teaching according to
individual tendency or it is a kind of teaching about what should be
done / what should not be done; whereas Abhidhamma Pitaka is a teaching
about how the law of nature is working.

Thus, the teaching found in Abhidhamma Pitaka does not follow the
tendency of individual; it is a teaching as it really is. With the
exception of the fourth book – i.e. Puggala Paññatti (The Designation
of Individual) –Abhidhamma is, therefore, ultimate teaching in contrast
to conventional teaching found in the other pitakas. While in the other
two pitakas the Buddha uses the conventional words such as ‘a man’; ‘a
woman’ etc, in Abhidhamma Pitaka, however, the Buddha leaves all those
conventional things behind and, instead, he uses language denotes
ultimate realities.

In Abhidhamma, one will never find the words ‘a man’ or ‘a woman’
anymore. What one finds is only elaboration of ultimate realities. It
gives a full treatment of phenomenon into its ultimate realities which
are minutely analyzed in their various combinations and classifications
such as five-aggregates; twelve bases; eighteen elements etc.

For those whose minds are not satisfied with the elaboration
available in Sutta Pitaka, the Abhidhamma Pitaka provides ample
material to correctly understand the Dhamma, particularly the doctrine
of non-self or anattā where all the teachings of Abhidhamma emerge and
culminate.

In Abhidhamma, every phenomenon has been clearly delineated on an
intricate map which can guide the Buddha’s disciple towards liberation.
Therefore, if properly treated, not as a mere intellectual amusement,
the thorough study of Abhidhamma can foster one’s spiritual progress.
Moreover, it undoubtedly enhances one’s insight into the real nature of
experience, ranging from the simplest mundane daily experience to the
highest mundane attainment, which is just a bare phenomenon – a
combination of ultimate realities which is in a state of constant flux
without a substantial self governs it. When this insight springs up, it
gradually overturns an old self-centred habit – a habit which leads
only to the endless suffering – and gives rise to a new ‘non-self’
habit, that is a habit to dis-identify oneself from daily life
experiences. However, for the latter to become a habit, one has to be
skilful in directing the insight into one’s bodily, speech and mental
action. Viewing this way, one will find a very dynamic teaching in
Abhidhamma which can be transformed into a daily life experience. And
it is precisely at this point, one is ready to bring one’s suffering to
an end.

The prefix ‘Abhi’ means higher or excellent and the words ‘dhamma’
simply mean teaching. Thus, Abhidhamma can be meant the higher or
excellent teaching of the Buddha. However, one should not misinterpret
the words Abhidhamma as higher teaching compare to the other pitakas.
The same dhammas are taught in Sutta Pitaka and Abhidhamma Pitaka
actually. The different lies in the method of treatment only. While in
Sutta Pitaka, when the Buddha explains about the five aggregates, it
might only occupy one page; however – in Abhidhamma – the Buddha
explains it in such detail which occupies over than 50 pages as it is
found in Vibhańga (the second book of Abhidhamma Pitaka). Therefore,
the dhammas are treated in more detailed; more analytical and more
comprehensive than the treatment in Sutta Pitaka.

The Theravāda tradition holds the origin of Abhidhamma attributed to
the Buddha himself. The whole teachings of Abhidhamma were deeply
contemplated in the fourth week after His enlightenment. It was only in
that moment the very bright light emitted from His body due to the
subtle and profoundity of the dhamma being contemplated. Later on, it
was taught in Tāvati½sa deva realm as an expression of gratitude
towards His formerly mother (Queen Mahā Mayā Devī) who had been born in
Tusita deva realm by the named Santusita Deva. The event happened in
the seventh years of His Buddhahood during the whole three months of
rainy season. Fortunately, the Buddha transmitted the summary of it to
Ven. Sāriputta who was in turned taught the Abhidhamma to his 500
disciples .

Three months after the Buddha’s parinibbāna (final passing away); all
the teachings of the Buddha were collected and examined by His 500
disciples who were all Arahants. The event is known as First Buddhist
Council headed by the elder Mahā Kassapa. The teachings were collected
under ‘Dhamma’ and ‘Vinaya’. The dhamma (which included Abhidhamma) was
recited by Ven. Ānanda whereas Vinaya was recited by Ven. Upāli. Hence,
Abhidhamma came into existence.

With Mettā,

Bhikkhu Kheminda.

===============

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: ABHIDHAMMA by Bhikkhu Kheminda
« Reply #1 on: 06 August 2009, 02:02:02 PM »
Buat sahabatku di dalam Dhamma,

Mengenai detil sejarah tentang bagaimana Abhidhamma diajarkan di surga Tāvatimsā (bukan di surga Tusita) dll, bisa dibaca di kitab yg bernama Atthasālinī.

Tentang pertanyaan yang mengatakan bahwa tidak pernah ditemukan di Tipitaka menyebutkan YM. Ānanda belajar Abhidhamma, bahwa pada waktu YM. Ānanda menyetujui permintaan sang Buddha untuk menjadi ‘personal attendant’, beliau mengajukan 8 syarat yang salah satunya adalah bahwa sang Buddha harus mengulang dhamma-dhamma yang beliau ajarkan pada waktu YM.Ānanda tidak ada ditempat.

Dari penjelasan ini kita bisa mengerti bahwa YM.Ānanda mengetahui apa saja yang telah diajarkan oleh sang Buddha mulai dari Dhammacakkappavatana sutta dampai dengan Mahāparinibbāna sutta.

Banyak orang beranggapan bahwa Abhidhamma adalah ajaran tertinggi sang Buddha, sehingga dianjurkan bahwa sebelum belajar Abhidhamma kita harus sudah menguasai Sutta Pitaka terlebih dahulu. Pandangan yang demikian
adalah keliru sama sekali.

Untuk bisa memahami Abhidhamma, kita tidak perlu untuk menguasai Sutta pitaka terlebih dahulu. Buat seseorang yang ingin mempelajari Abhidhamma, satu-satunya syarat adalah adanya seorang Guru yang membimbing. Ini dikarenakan Abhidhamma adalah ajaran yang sangat detil, rumit di dalam hal analisa tentang realitas-realitas
tertinggi (Paramattha dhamma).

Kata ‘Abhidhamma’ terdiri dari awalan ‘Abhi’ dan ‘dhamma’. Awalan ‘Abhi’ berarti ‘lebih tinggi’ atau ‘bagus’; sedangkan kata ‘dhamma’ berarti ‘ajaran Buddha’. Sehingga kata ‘Abhidhamma’ berarti ‘ajaran sang Buddha yang lebih tinggi / bagus.”

Walaupun demikian bukan berarti bahwa ajaran Abhidhamma adalah ajaran yang lebih tinggi dibandingkan, misalnya, Sutta Pitaka. Karena pada kenyataannya ajaran-ajaran yang ditemukan di Sutta Pitaka dan Abhidhamma adalah sama / tidak bertentangan sama sekali.

Perbedaannya hanya pada metode analisa dhamma-nya saja. Kalau di Sutta Pitaka, pada waktu sang Buddha menjelaskan, misalnya, tentang Pancakkhandha, beliau hanya menjelaskan secara singkat yakni tidak lebih dari satu halaman. Tetapi di Abhidhamma, sang Buddha menjelaskan tentang hal yang sama (Pancakkhandha) secara lengkap sekali bahkan sampai mencapai lebih dari 50 halaman – seperti yang ditemukan di kitab ke-dua dari Abhidhamma Pitaka yaitu Vibhanga. Jadi, Dhamma dianalisa, dijelaskan secara lebih lengkap dan detil di Abhidhamma Pitaka.

Dengan demikian tidaklah benar kalau ada orang yang berkata bahwa belajar Abhidhamma adalah seperti belajar di Universitas –jadi sebelum belajar di Universitas, kita harus melalui SD, SMP dan SMA terlebih dahulu. Yang artinya sebelum belajar Abhidhamma kita harus lebih dahulu menguasai Sutta – pernyataan yang demikian adalah tidak benar sama sekali.

Tiap-tiap orang mempunyai kecenderungan dan Pāramī yang berbeda-beda. Ada seseorang yang cukup mendengarkan satu bait dari ajaran Buddha, kemudian tercerahkan. Seperti contohnya, pada waktu YM. Assaji bertemu dengan Upatissa (yang kemudian menjadi YM. Sāriputta), dan berkata:” Ye dhammā hetuppabhavā ; tesaç hetù tathāgato; tesañca yo nirodho; evam vādi mahā samano”— ajaran singkat ini cukup membuat Upatissa untuk menjadi seorang Sotāpanna.

Buat murid-murid yang lain, ajaran yang singkat tidak cukup utk mencerahkan mereka. Mereka membutuhkan analisa dhamma yang sedikit lebih panjang, contohnya YM. Kondañña yang membutuhkan satu Sutta penuh
(Dhammacakkappavata na sutta) untuk membuat dia menjadi seorang Sotāpanna. Sedangkan ke-empat pertapa yang lain masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut lagi untuk membuat mereka menjadi seorang Sotāpanna.

Sementara itu, ada juga orang yang bertype berbeda, yang merasa bahwa penjelasan yang ada di Sutta Pitaka tidaklah cukup untuk memahami Anicca, Dukkha dan Anatta. Orang-orang semacam ini memerlukan analisa
Dhamma yang lebih lengkap dan detil sebelum mereka merasa yakin akan kebenaran ajaran Buddha. Mereka tidak akan puas dan berhenti dengan, misalnya, analisa tentang Pancakkhandha sebatas dengan Rùpakkhandha
dst..seperti yang ditemukan di Sutta Pitaka.

Seperti halnya pada waktu seseorang melihat ‘air’. Ada orang yang cukup puas dengan melihat ‘air’ seperti apa adanya, tetapi ada juga orang yang tidak merasa puas dengan hal tersebut. Mereka ingin melihat unsur-unsur (atom) yang terkandung didalamnya, yakni H2O… dan barulah mereka merasa terpuaskan.

Hal ini menggambarkan bahwa ada sebagian orang yang memerlukan analisa yang lebih mendalam lagi tentang apakah Rùpakkhandha; Vedanā kkhandha..dst; sampai mereka merasa yakin bahwa Rùpakkahandha itu hanyalah kombinasi dari 28 jenis Rùpa; vedanākkhandha itu hanyalah vedanā cetasika; sannākkhandha itu hanyalah saññā cetasika; sankhārakkhandha itu hanyalah kombinasi dari 50 cetasikas (selain vedanā dan saññā cetasika) dan viññānakkhandha itu hanyalah citta 89/121; yang dari kesemuanya itu hanyalah phenomena yang terus menerus
berubah dan tidak ada ‘aku’ dibalik semua proses tersebut. Nah, Abhidhamma sangatlah diperlukan untuk orang-orang semacam ini.

Tentunya hal ini bukan berarti bahwa buat orang-orang yang sudah terpuaskan dengan apa yang ada di Sutta Pitaka, kemudian mereka tidak perlu lagi untuk mempelajari Abhidhamma Pitaka. Buat mereka, Abhidhamma
masih tetap sangat membantu untuk memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran-ajaran yang ditemukan di Sutta Pitaka.

Seringkali orang-orang berkata bahwa Abhidhamma adalah bukan ajaran sang Buddha. Tetapi sampai saat ini belum ada alasan yang menurut saya cukup kuat untuk membuktikan bahwa Abhidhamma adalah bukan ajaran sang
Buddha.

Kriteria untuk menilai suatu ajaran

Kemudian bagaimana cara kita untuk mengetahui bahwa sesuatu adalah ajaran Sang Buddha? Sang Buddha menjelaskan kepada YM.Upāli 7 kriteria sbb:

1. Ekantanibbidā: Tidak mudah kecewa dan tabah

2. Virāga: Sikap yang tidak terpengaruh, tenang dan tanpa nafsu

3. Nirodha: Kepadaman dari kekotoran batin dan derita

4. Upasama: Ketenangan (ketenangan batin)

5. Abhinnā: Pengetahuan tinggi (tenaga batin)

6. Sambodha: Penerangan, mencapai penerangan batin

7. Nibbāna: Kebebasan mutlak, berakhir dari derita, terbebas dari kelahiran dan kematian

Jika suatu ajaran mengarah kepada tercapainya hal-hal tersebut diatas maka ajaran tersebut adalah ajaran sang Buddha.

(Anguttaranikāya IV. 143)

Nah, dari kriteria tersebut diatas akan diketahui apakah Abhidhamma adalah ajaran sang Buddha atau bukan.

Di negara-negara Buddhist sudah tidak ada keraguan sama sekali tentang hal ini. Bahkan di Myanmar, hampir semua guru-guru meditasi mengajarkan meditasi berdasarkan ajaran-ajaran Abhidhamma (dan tentunya Sutta
juga). Sudah banyak para Yogi yang berhasil merealisasi apa yang diajarkan di Abhidhamma, seperti misalnya citta, cetasika, rùpa dan bahkan Nibbāna. Dari kenyataan itulah tentunya tidaklah mengherankan kalau kita pergi ke Myanmar dan menemukan hampir semua orang Buddhist di Myanmar mempunyai pemahaman dan penghormatan yang cukup baik tentang Abhidhamma.

Apakah manfaat mempelajari Abhidhamma?

Sudah barang tentu banyak sekali. Misalnya saja, di dalam Abhidhamma kita diajarkan tentang cetasika-52. Hal ini sangatlah penting, misalnya pada waktu kita mempelajari Akusala cetasika-14. Disana kita jadi tahu tentang akusala (hal-hal yang tidak baik) secara lengkap. Kadang orang berpikir bahwa mereka sudah berbuat baik, tetapi pada waktu mereka belajar cetasika mereka akan sering merasa kaget, bahwa apa yang selama ini mereka anggap ‘baik’ ternyata adalah ‘tidak baik’.

Dengan mempelajari Abhidhamma, kita akan semakin mengenal isi pikiran kita, sehingga kita akan menjadi lebih ‘eling dan waspada’ terhadap apa yang terjadi di dalam pikiran kita. Tindakan kita – tubuh, ucapan dan
pikiran –akan semakin terkontrol dengan baik, karena kita bisa dengan jelas membedakan / mempunyai pemahaman yang benar tentang yang ‘baik’ (kusala) dan ‘buruk’ (akusala).

Manfaat puncak dari Abhidhamma

Tidak diragukan lagi bahwa Abhidhamma akan bisa menghantarkan kita ke Nibbāna. Saya dengar Pa-Auk Sayā daw dan Sayalay Dipankarā sering ke Indonesia untuk mengajarkan meditasi. Bukankah mereka itu mengajarkan
meditasi sesuai dengan apa yang diajarkan di Abhidhamma (dan sutta)?

Jadi ibarat sebuah peta, Abhidhamma adalah penting sekali buat perjalanan spiritual kita. Dengan memahami Abhidhamma, kita tidak akan tersesat atau paling tidak, kita tidak akan sering-sering menanyakan ke
guru meditasi kita pada waktu kita mengalami kemajuan atau berada di ‘persimpangan jalan’ di dalam meditasi kita—karena kita tahu dengan pasti apa yang harus kita perbuat.

Apakah Abhidhamma mutlak untuk mencapai pencerahan?

Abhidhamma sangat membantu meditasi kita. Tetapi bukan berarti bahwa mereka yang tidak mengerti Abhidhamma tidak bisa mencapai pencerahan. Kita harus ingat bahwa masing-masing orang mempunyai kecenderungan dan
pāramī yang berbeda-beda seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Semoga penjelasan ini bermanfaat.

Singapore, 4 Agustus 2009

With mettā,

Bhikkhu Kheminda.

============

_/\_ :lotus:
« Last Edit: 06 August 2009, 04:27:39 PM by markosprawira »
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: ABHIDHAMMA by Bhikkhu Kheminda
« Reply #2 on: 06 August 2009, 03:52:33 PM »
Anumodana ke Bhante karena telah menyempatkan waktu untuk menulis soal Abhidhamma ini ditengah kesibukan Beliau...

Anumodana juga untuk sis Lily yg telah meluangkan waktu untuk mempostingnya

Semoga bermanfaat bagi kita semua...

_/\_
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: ABHIDHAMMA by Bhikkhu Kheminda
« Reply #3 on: 06 August 2009, 04:28:17 PM »
Akan saya forward ke berbagai milis buddhis........

sangat bermanfaat sekali

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: ABHIDHAMMA by Bhikkhu Kheminda
« Reply #4 on: 06 August 2009, 04:33:50 PM »
 _/\_ :lotus:
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: ABHIDHAMMA by Bhikkhu Kheminda
« Reply #5 on: 07 August 2009, 01:36:07 PM »
nice post

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.