107. Cara yang Benar untuk Mengajarkan Dhamma
Pada satu ketika Sang Buddha berdiam di Kosambi, di Vihara Ghosita. YM Udayi duduk di sana di tengah banyak umat awam dan mengajarkan Dhamma kepada mereka. Ketika melihat hal ini, YM Ananda pergi menghadap Yang Terberkahi dan melaporkan hal ini. (Yang Terberkahi kemudian berkata:)
"Ananda, adalah tidak mudah mengajarkan Dhamma kepada orang-orang lain. Ketika mengajarkan Dhamma kepada orang-orang lain, orang seharusnya membangun lima standar di dalam dirinya sendiri untuk melakukan hal itu. Apakah yang lima itu?
" 'Saya akan memberikan kotbah yang bertingkat:29 dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.
" 'Saya akan memberikan khotbah yang masuk-akal': dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.
" 'Saya akan berbicara karena tergerak oleh simpati':30 dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.
" 'Saya akan berbicara bukan demi keuntungan duniawi': dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.
" 'Saya akan berbicara tanpa menyindir diri sendiri atau orang lain':31 dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.
"Sungguh Ananda, adalah tidak mudah mengajarkan Dhamma kepada orang-orang lain. Ketika melakukannya, orang seharusnya membangun lima standar ini di dalam dirinya.
(V,159)
Catatan:
29 : Yaitu, orang harus bicara dengan cara yang menuju pada topik-topik yang makin mendalam dan makin tinggi, atau orang harus mengajar Dhamma dengan cara yang sesuai dengan kecenderungan mental dari para pendengarnya. Lihat Teks 158.
30 AA: "Digerakkan oleh harapan: 'Aku akan membebaskan para makhluk yang berada di dalam tekanan penderitaan yang besar.' "
31 AA: "Orang harus berbicara tanpa memuji dirinya sendiri dan merendahkan yang lain."
Sumber: Angutara Nikaya,
Samaggiphala.