//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Poll

apakah praktik MMD sesuai dengan Buddhisme Theravada?

Sesuai
22 (52.4%)
Tidak sesuai
20 (47.6%)

Total Members Voted: 41

Voting closed: 11 August 2008, 12:01:45 AM

Author Topic: MMD [pool]  (Read 207510 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD [pool]
« Reply #810 on: 10 September 2008, 09:11:44 AM »
8-> ~X( [-o< [-X :lotus: >:( :?? ~o) :>-

ha ha ha ha.

lima orang buta membahas seekor gajah

hahaha anda pasti gajahnya.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD [pool]
« Reply #811 on: 10 September 2008, 09:15:30 AM »
8-> ~X( [-o< [-X :lotus: >:( :?? ~o) :>-

ha ha ha ha.

lima orang buta membahas seekor gajah

hahaha anda pasti gajahnya.

kakakak, hanya saya yang bukan gajah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD [pool]
« Reply #812 on: 10 September 2008, 09:20:08 AM »
Ryu sang Naga :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD [pool]
« Reply #813 on: 10 September 2008, 09:25:43 AM »
Naga dan Naaga (=gajah), beda dikit lho.  ;D

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MMD [pool]
« Reply #814 on: 10 September 2008, 12:28:40 PM »
8-> ~X( [-o< [-X :lotus: >:( :?? ~o) :>-

ha ha ha ha.

lima orang buta membahas seekor gajah

hahaha anda pasti gajahnya.

Ketiga kali... Bro kainyn ketawa... :)) :)) :))

_/\_ :lotus:

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MMD [pool]
« Reply #815 on: 10 September 2008, 12:30:25 PM »
Ryu sang Naga :))

bukan Pendekar Pemetik Bunga yaah? :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD [pool]
« Reply #816 on: 10 September 2008, 12:39:47 PM »
Ryu sang Naga :))

bukan Pendekar Pemetik Bunga yaah? :))

_/\_ :lotus:

citacita sih iya tp apa daya deh.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: MMD [pool]
« Reply #817 on: 11 September 2008, 01:33:27 PM »
Ryu sang Naga :))

Ryu si naga bonar  :))

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: MMD [pool]
« Reply #818 on: 11 September 2008, 04:47:02 PM »
Ryu sang Naga :))

Ryu si naga bonar  :))

jadi inget dulu ada temen yg julukannya "Naga Bo Nau"

Offline Peaceful mind

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 0
  • metta
Re: MMD [pool]
« Reply #819 on: 11 September 2008, 05:13:04 PM »
Ryu sang Naga :))

Ryu si naga bonar  :))

jadi inget dulu ada temen yg julukannya "Naga Bo Nau"

hahahaha

back to topic

gajahnya tentunya bukan saya tapi topik yang di bahas

meditasi cendrung adalah pengalaman pribadi yang bisa di mengerti oleh pribadi yang bersangkutan. Setiap usaha untuk Menilai hasil meditasi tersebut malah mengacaukan meditasi itu. Sama seperti agama lain bahwa pengalaman bersama Tuhan tidak bisa di gambarkan dengan kata kata. jadi buat apa di bahas
toh ngak bakal ada solusinya.
Peace for all, all for Peace

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD [pool]
« Reply #820 on: 12 September 2008, 09:01:11 AM »
meditasi cendrung adalah pengalaman pribadi yang bisa di mengerti oleh pribadi yang bersangkutan. Setiap usaha untuk Menilai hasil meditasi tersebut malah mengacaukan meditasi itu. Sama seperti agama lain bahwa pengalaman bersama Tuhan tidak bisa di gambarkan dengan kata kata. jadi buat apa di bahas
toh ngak bakal ada solusinya.

Oh.. maksudnya begitu. Kalo itu, saya setuju.

Menilai hasil meditasi (setelah meditasi) tidaklah mengacaukan meditasi itu. Membandingkan meditasi sendiri dengan orang lainlah yang menurut saya mengacaukan segalanya, karena itu bersifat sangat pribadi. Diri sendiri saja mungkin sangat sulit mengerti bathin, apalagi menilai bathin orang lain.


Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: MMD [pool]
« Reply #821 on: 11 October 2008, 08:35:22 AM »
Rekan2, karena thread ini sudah cukup sepi, ijinkanlah saya memberikan kesimpulan dari Thread ini menurut pendapat saya.

Mengenai apakah MMD Buddhism atau bukan, pertama kita harus menilai apa yang menjadi acuan MMD.

MMD mengacu pada pemikiran Krisnamurti, anak kesayangan tokoh Theosofi, bahkan dianggap sebagai "the golden boy"nya aliran Teosofi.
selain dari pemikiran Krisnamurti (disingkat JK untuk lebih mudahnya), MMD juga mengacu pada dua sutta dari Tipitaka, yaitu bahiya sutta dan Malunkyaputta sutta (ini berdasarkan pernyataan pendirinya).

Sekarang mari kita bahas dari sisi ajaran JK.

Ajaran JK mengajarkan hal yang kurang lebih sama dengan ajaran kebatinan jawa, yaitu selalu sadar dan waspada.
Tumpuan pemikiran JK bersumber pada atta (dalam bahasa sanskrit disebut atma) atau jiwa atau roh.
JK berpendapat segala hal yang kita lakukan bersumber pada atma, atmalah yang menjadi penyebab sehingga kita melakukan segala hal yang kita lakukan ini. penyebab segala keburukan yang kita lakukan bersumber pada atma.

Ajaran agama Buddha selalu mengajarkan bahwa setiap mahluk tidak memiliki atma (jadi ajaran Sang Buddha berpaham an-atma). Lantas apakah yang menyebabkan mahluk bergerak, berpikir dsbnya? Sang Buddha mengajarkan bahwa disebabkan oleh karena mahluk hidup memiliki nama-rupa. atau jasmani dan faktor-faktor batin.

cara meditasi yang diajarkan JK, yaitu hanya berpatokan pada sadar dan waspada yang dipraktekkan oleh MMD hanya memenuhi dua aspek dalam meditasi yang diajarkan Sang Buddha (sati dan sampajanna). Saya tidak tahu persis bagaimana cara Annie Besant dan C.W.Leadbeater mengajarkan meditasi pada Krisnamurti muda. Tetapi yang saya ketahui berdasarkan ajaran Sang Buddha menurut Tipitaka Pali, Sang Buddha mengatakan bahwa pencapaian arus hanya bisa dicapai jika kita melaksanakan Jalan Ariya berunsur delapan. Sesuai dengan sutta berikut:

§ 107. The Buddha: 'The stream, the stream,' it is said. Now what is the stream?
Sariputta: Just this noble eightfold path is the stream: right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration.

The Buddha: Well said, Sariputta, well said. Just this noble eightfold path is the stream...'Streamwinner, streamwinner,' it is said. Now what is a streamwinner?

Sariputta: Whoever is endowed with this noble eightfold path is called a 'streamwinner.'

The Buddha: Well said, Sariputta, well said. Whoever is endowed with this noble eightfold path is called a 'streamwinner.'
                        — SN 55.5


§ 107. Sang Buddha: “Arus, arus,’ demikian dikatakan. Apakah arus itu?

Sariputta: Hanya Jalan Ariya berunsur delapan ini merupakan arus: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Sang Buddha: Jawaban yang benar, Sariputta, jawaban yang benar. Seperti juga jalan Ariya berunsur delapan adalah arus…’ pemenang-arus, pemenang-arus.’ Dikatakan demikian. Apakah yang dimaksud dengan pemenang-arus (sotapanna)?

Sariputta: Siapapun yang memiliki jalan mulia berunsur delapan dikatakan sebagai seorang ‘pemenang-arus.’

Sang Buddha: jawaban yang baik, Sariputta, jawaban yang benar Sariputta, siapapun yang memiliki jalan Ariya berunsur delapan ini disebut seorang ‘pemenang-arus.’

—   SN 55.5

Jadi seorang pemenang-arus harus memiliki jalan Ariya berunsur delapan, baru bisa dikatakan sebagai pemenang-arus (Sotapanna).

Dengan demikian bisa dikatakan tak ada jalan kesucian (vipassana / pandangan terang) jika tidak memiliki jalan Ariya berunsur delapan. Ini adalah perkataan Sang Buddha.

Coba perhatikan sutta ini selaras dengan sutta-sutta yang lain.

Selanjutnya kita bahas mengenai apakah MMD sejalan dengan ajaran Sang Buddha? Sudah dikatakan bahwa pendiri MMD hanya berpatokan pada dua sutta dalam Tipitaka, yaitu Bahiya Sutta dan Malunkyaputta sutta dalam Tipitaka.

Kedua sutta ini hanya ada dalam kitab suci Tipitaka Pali yang menjadi panduan aliran Theravada, kedua sutta ini tak ditemukan pada kitab suci aliran Mahayana, maupun pada aliran Tantra dll. Jadi jelas MMD tidak sejalan dengan Mahayana, Tantra maupun aliran agama Buddha yang lain.

Sekarang Jika MMD mengaku sebagai aliran Buddhis yang mengacu pada Theravada berdasarkan kedua sutta, tentu kita perlu tahu lebih dahulu apa yang dimaksud dengan Dhamma oleh Sang Buddha ketika Beliau pertama kali memutar roda Dhamma.

Dalam Dhammacakkappavattana sutta, Sang Buddha menerangkan mengenai Dhamma yang Beliau ajarkan, inilah yang dimaksud dengan Dhamma (perlu dimengerti mengenai arti Dhamma dalam pengertian eksklusif ajaran Sang Buddha) atau Dhamma sebagai pengertian inklusif yang hanya diterjemahkan sebagai kebenaran (the truth), baca link ini,
Oleh saudara Hendra Susanto sudah menjelaskan dengan baik mengenai Dhamma.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4653.45 reply #54.

Bila kita kembali mengingat mengenai apa yang dimaksud Dhamma oleh Sang Buddha, Kita kembali pada khotbah pertama kepada lima pertapa, peristiwa ini disebut pemutaran roda Dhamma. Mengapa demikian? Karena disinilah Sang Buddha mengajarkan kembali Dhamma yang telah dilupakan oleh manusia dalam waktu yang lama. “Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha Kassapa telah lama lenyap”. Oleh karena itu peristiwa ini disebut pemutaran kembali Roda Dhamma (yang tak dapat dihentikan oleh siapapun, entah Manusia, Dewa maupun  Brahma).

Yaitu pengungkapan kembali Dhamma yang dapat membawa mahluk-mahluk pada pencapaian Nibbana.

Dhamma seperti apakah yang diajarkan oleh Sang Buddha pada waktu khotbah pertama di Isipatana?  Mari kita kutip sebagian isi dari khotbah pertama yang disebut Dhammacakkappavattana sutta:

Thus I heard. On one occasion the Blessed One was living at Benares in the Deer Park at Isipatana (the Resort of Seers). There he addressed the bhikkhus of the group of five.
"Bhikkhus, these two extremes ought not to be cultivated by one gone forth from the house-life. What are the two? There is devotion to indulgence of pleasure in the objects of sensual desire, which is inferior, low, vulgar, ignoble, and leads to no good; and there is devotion to self-torment, which is painful, ignoble and leads to no good.
"The middle way discovered by a Perfect One avoids both these extremes; it gives vision, it gives knowledge, and it leads to peace, to direct acquaintance, to discovery, to nibbana. And what is that middle way? It is simply the noble eightfold path, that is to say, right view, right intention; right speech, right action, right livelihood; right effort, right mindfulness, right concentration. That is the middle way discovered by a Perfect One, which gives vision, which gives knowledge, and which leads to peace, to direct acquaintance, to discovery, to nibbana.


Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Benares, di taman rusa di Isipatana, Beliau memberi khotbah kepada kelima Bikkhu.

“Bhikkhu, ini adalah dua ekstrem yang sebaiknya tidak dilakukan oleh mereka yang pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga. Apakah yang dua itu? Kehidupan yang mengikuti kesenangan terhadap objek-objek nafsu indria, yang rendah, tidak mulia, kasar dan tidak akan membawa pada kebaikan; dan ada yang  mengikuti penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak mulia dan tidak membawa pada kebaikan.

“jalan tengah yang ditemukan oleh Sang Tathagata menghindari kedua hal ekstrem ini; memunculkan penglihatan, memunculkan pengetahuan, memunculkan kedamaian, memunculkan pengetahuan mendalam, penerangan sempurna, Nibbana.

Bagaimanakan jalan tengah itu? Yaitu jalan Ariya berunsur delapan, yaitu pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Inilah jalan tengah yang telah ditemukan oleh Sang Tathagata, yang menimbulkan penglihatan, menimbulkan pengetahuan, yang membawa pada kedamaian, pengetahuan mendalam dan penerangan sempurna, Nibbana.

(ket: disini Sang Buddha menerangkan mengenai Dhamma yang bersifat jalan tengah yang mempraktekkan Jalan Ariya berunsur delapan.)

"Suffering, as a noble truth, is this: Birth is suffering, aging is suffering, sickness is suffering, death is suffering, sorrow and lamentation, pain, grief and despair are suffering; association with the loathed is suffering, dissociation from the loved is suffering, not to get what one wants is suffering — in short, suffering is the five categories of clinging objects.
"The origin of suffering, as a noble truth, is this: It is the craving that produces renewal of being accompanied by enjoyment and lust, and enjoying this and that; in other words, craving for sensual desires, craving for being, craving for non-being.
"Cessation of suffering, as a noble truth, is this: It is remainderless fading and ceasing, giving up, relinquishing, letting go and rejecting, of that same craving.
"The way leading to cessation of suffering, as a noble truth, is this: It is simply the noble eightfold path, that is to say, right view, right intention; right speech, right action, right livelihood; right effort, right mindfulness, right concentration.

"'Suffering, as a noble truth, is this.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before. 'This suffering, as a noble truth, can be diagnosed.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before. 'This suffering, as a noble truth, has been diagnosed.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before.

“Dukkha sebagai kebenaran Ariya adalah demikian: lahir adalah dukkha, umur tua adalah dukkha, sakit adalah, kematian adalah dukkha, kekecewaan dan ratap tangis adalah dukkha, kesedihan dan putus asa adalah dukkha, berkumpul dengan yang tak disukai adalah dukkha, berpisah dengan yang disenangi adalah dukkha, tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha, singkatnya, dukkha adalah kelima unsur kemelekatan.

 “asal mula atau penyebab dukkha, sebagai kebenaran Ariya, adalah demikian: kemelekatan yang menyebabkan kelahiran kembali disertai keserakahan dan pemuasan nafsu, dan ia menikmati ini dan itu, dengan kata lain, kemelekatan terhadap nafsu indria, keinginan terlahir kembali, keinginan tak terlahir kembali.

“Lenyapnya dukkha, sebagai kebenaran mulia adalah demikian: redup dan berhenti tanpa sisa, melepas, membebaskan diri dari, menolak  keinginan tersebut

“Jalan untuk menghentikan dukkha, sebagai kebenaran Ariya, adalah demikian: yaitu  Jalan Ariya berunsur delapan. Yakni, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar 

“Dukkha sebagai Kebenaran Ariya adalah demikian. “inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang, cahaya, yang muncul berhubungan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya.

“Ini adalah dukkha, sebagai kebenaran Ariya, dapat diselami.’ Inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang, cahaya, yang muncul padaku berkenaan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya. ‘Inilah dukkha sebagai Kebenaran Ariya telah diselami, ‘Inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya  yang muncul berkenaan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya.

Menarik untuk dikaji, mengapa disebut sebagai kebenaran ariya? Karena hanya seorang Ariya puggala yang telah menyelami Empat Kebenaran Ariyabagi seorang puthujana Empat Kebenaran Ariya hanya merupakan sebuah konsep.

Jadi bagi puthujana Empat Kebenaran Ariya adalah seperti pengetahuan mengenai buah peach atau apricot, kita mungkin tahu bentuknya, tahu warnanya tahu rasanya (yang digambarkan orang-orang) tapi tak pernah mencicipi sehingga tidak benar-benar menyelami rasanya.

"As long as my knowing and seeing how things are, was not quite purified in these twelve aspects, in these three phases of each of the four noble truths, I did not claim in the world with its gods, its Maras and high divinities, in this generation with its monks and brahmans, with its princes and men to have discovered the full Awakening that is supreme. But as soon as my knowing and seeing how things are, was quite purified in these twelve aspects, in these three phases of each of the four noble truths, then I claimed in the world with its gods, its Maras and high divinities, in this generation with its monks and brahmans, its princes and men to have discovered the full Awakening that is supreme. Knowing and seeing arose in me thus: 'My heart's deliverance is unassailable. This is the last birth. Now there is no renewal of being.'"

“Selama pengetahuan dan penglihatanKu mengenai segala sesuatu belum menjadi murni dalam kedua belas aspek ini, dalam ketiga fase dari empat kebenaran Ariya, Aku tidak mengumumkan kepada dunia beserta para dewa, Mara dan mahluk surgawi lainnya, dalam generasi ini dengan para bhikkhu dan brahmananya, dengan pangeran dan manusia lainnya bahwa Aku telah menemukan penerangan sempurna yang tertinggi.

Tetapi setelah pengetahuan dan penglihatanKu mengenai segala sesuatu menjadi murni dalam kedua belas aspek ini, dalam ketiga fase dari empat kebenaran Ariya, maka Aku mengumumkan kepada dunia beserta para dewa, Mara dan mahluk surgawi lainnya, dalam generasi ini dengan para bhikkhu dan brahmananya, dengan pangeran dan manusia lainnya bahwa Aku telah menemukan penerangan sempurna yang tertinggi.

Pengetahuan dan penglihatan muncul padaKu: ‘Pembebasan yang Kualami tak tertandingi. Inilah kelahiranKu yang terakhir kali. Tak ada kelahiran kembali bagiKu.

That is what the Blessed One said. The bhikkhus of the group of five were glad, and they approved his words.

Inilah khotbah yang disampaikan Sang Buddha. Kelima bhikkhu yang mendengarkan merasa gembira, dan mereka menyetujui perkataannya.

Disini kita melihat Sang Buddha mengatakan Dhamma yang Beliau ajarkan adalah pengetahuan yang melihat ketiga fase dari Empat Kebenaran Ariya. Jelas bahwa Dhamma yang Beliau maksudkan adalah Dhamma yang melihat Empat Kebenaran Ariya, dan Dhamma tersebut muncul bersamaan dengan munculnya penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya.

Keadaan apakah yang memunculkan empat Kebenaran Ariya, penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya? Tidak lain dari pengalaman Nibbana itu sendiri.

Selanjutnya dikatakan bahwa Kondanna juga dapat menyelami Empat Kebenaran Ariya, dan mengalami Nibbana untuk pertama kalinya, oleh karena itu Sang Buddha menjuluki beliau Anna yang berarti tahu.

Sekarang kita mengambil kesimpulan:

-   Sang Buddha tidak mengatakan seseorang harus Buddhist baru bisa mencapai pencerahan (mencapai kesucian/mengalami Nibbana) karena Kondanna juga sebelumnya bukan pengikut Sang Buddha, tetapi membuka batinnya terhadap kebenaran dan mencapai kesucian (demikian juga para Arahat yang lain sesudahnya)

-   Tetapi Sang Buddha memberi pengarahan yang tegas dan konsisten, bahwa kesucian yang dimaksud adalah kesucian yang “menyelami” Empat Kebenaran Ariya.

-   Kesucian yang sesungguhnya dicapai dengan menjalankan hingga akhirnya dipenuhi oleh Jalan Ariya Berunsur Delapan.

-   Seorang Ariya pasti diliputi oleh Jalan Ariya Berunsur Delapan.

-   Dhamma yang diajarkan Sang Buddha memiliki aspek Empat Kebenaran Ariya yang bisa diselami dan Jalan Ariya berunsur delapan yang dipraktekkan dan dimiliki

-   Dhamma (kebenaran) ini tidak ada dalam agama lain... dengan kata lain tak diajarkan dalam agama lain..!!!

Bila kita kaitkan dengan Dhammanussati maka menjadi jelas bahwa yang dimaksudkan Dhamma yang membawa kearah kebebasan oleh Sang Buddha. Adalah Empat Kebenaran Ariya dan Jalan Ariya Berunsur Delapan.

Kembali lagi dengan MMD, Jika benar dikatakan bahwa MMD tidak ada Jalan Ariya Berunsur Delapan, maka MMD tidak akan membawa kepada kesucian Sotapanna dan tak akan menyelami Empat Kebenaran Mulia, dll.

Lantas bagaimanakah yang disebut meditasi Vipassana? Meditasi Vipassana menuju atau mengarah pada kebebasan (Nibbana), jika suatu meditasi tidak bisa membawa meditator kepada kesucian, kebebasan / Nibbana maka meditasi itu bukan meditasi Vipassana.

Jadi Kesimpulan saya, terlepas dari hasil Polling ini

MMD Jelas TIDAK SESUAI dengan Buddhism

Maaf, agak sedikit panjang.  _/\_

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: MMD [pool]
« Reply #822 on: 11 October 2008, 08:55:51 AM »
Belenggu terbesar adalah tidak bisa keluar dari kandang(dalam hal ini pandangan yang telah dikonsepsikan).hal ini berlaku untuk kita semua. _/\_

Esensial dari MMd adalah to let go...dan ini merupakan fundamental yang diajarkan oleh Buddha terlepas dari bagaimana Pak Hudoyo me"nulis"kan ini di internet(karena saya tidak mau menebak emosi/ego yang muncul)...jadi esensi MMD bukan soal sadar/eling everytime namun pada akhirnya adalah melepas...ini ada dalam hampir semua catatan Sutta,dimana Buddha mengatakan untuk let go...tidak menggenggam.

Mengenai soal JK.ini kembali lagi pada faith seseorang..namun MMD merupakan satu alternative counterpart balancing dalam hal meditasi.ketika kita berbicara vipasana maka akan ada samatha...ini merupakan balancing.terserah bagaimana pemahaman kalian mengenai MMD,namun setelah praktek dan mengerti esensi dari pemikiran Hudoyo,adalah sah-sah saja karena ini adalah kolektifitas pengalaman batin Hudoyo.

yang ingin saya bawakan adalah bagaimana anda melepas sebuah esensi Buddhisme yang telah terkait menjadi agama.pertanyakan pada diri anda sendiri.
« Last Edit: 11 October 2008, 09:01:15 AM by nyanadhana »
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MMD [pool]
« Reply #823 on: 11 October 2008, 09:18:52 AM »
weeehhh... terpesona sama semit  :x :x :x

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD [pool]
« Reply #824 on: 11 October 2008, 10:27:47 AM »
walaupun tidak sesuai dengan buddhism, tapi mengambil ajaran buddhism kakakakak
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything