Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Komunitas => Keluarga & Teman => Topic started by: seniya on 31 July 2013, 06:20:34 PM

Title: Kenali 8 Tahap Perkembangan Psikologis Anda
Post by: seniya on 31 July 2013, 06:20:34 PM
Jadi ingat suatu artikel tentang tahap perkembangan psikologis manusia. Konon katanya usia 20-an s/d 30-an adalah tahap psikologis di mana seseorang mencari pasangan hidup dengan beban psikologis jika gagal maka akan merasa keterkucilan alih-alih keintiman yang diharapkan:

Kenali 8 Tahap Perkembangan Psikologis Anda

Bagaimana perasaan orangtua, ketika punya anak usia tiga tahun tapi belum bisa berjalan? Pastinya khawatir sekali. Atau ketika remaja putri berusia 17 tahun tapi belum menarche, ibunya pasti merasa cemas. Nah, bagaimana ketika ada anak usia remaja yang bingung dengan potensinya atau anak usia SD yang malas ke sekolah? Apakah orang tua merasakan kekhawatiran yang sama dengan keterlambatan perkembangan fisik?

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi mengenai pentingnya pemahaman terhadap fase perkembangan psikologis manusia. Barangkali selama ini kita abai dan tidak menganggap fase perkembangan psikologis sebagai sesuatu yang penting. Padahal dampaknya tidak sepele. Kegagalan memenuhi tugas perkembangan psikologis berakibat pada kegagalan mengembangkan potensi diri. Beberapa kasus post-power syndrome juga diakibatkan oleh adanya kemampuan psikologis yang tidak berkembang. Berikut adalah delapan tahap perkembangan psikologis dari pakar psikososial, Erik Erikson (1902-1994).

Kepercayaan atau Ketidakpercayaan (Trust versus Mistrust)

Untuk bayi baru lahir hingga usia 12 bulan, tahap yang harus dipenuhi adalah rasa percaya terhadap orang terdekatnya, khususnya ibu. Kelekatan fisik, pada tahap ini, adalah sesuatu yang sangat penting. Bayi mendapatkan rasa percaya dari sentuhan fisik dengan orang lain. Perasaan bayi amat sensitif dan ia berkomunikasi melalui tangisan. Terlalu lama merespon tangisan bisa membuat bayi merasa diabaikan. Sederhana kan syaratnya? Melalui penelitian jangka panjang, diketahui bahwa orang-orang yang paranoid, pencemas, dan abai terhadap lingkungan tidak mendapatkan kelekatan yang cukup baik selama tahun pertama kehidupannya.

Kemandirian atau Rasa Malu/Ragu-Ragu (Autonomy versus Shame and Doubt)

Setelah bayi merasa bahwa lingkungan dan orang di sekitarnya dapat dipercaya, ia akan mulai mengembangkan kemandirian. Bayi mulai menjelajahi lingkungan di sekitarnya dan memegang segala benda yang ia temui. Proses “memegang benda” semacam pernyataan dari si bayi kalau ia mampu mengenali lingkungannya. Kemampuan ini seharusnya diberikan apresiasi oleh keluarga. Jika tidak, ia akan tumbuh menjadi pribadi peragu dan pemalu. Tahap ini terjadi di usia 12-24 bulan.

Inisiatif atau Rasa Bersalah (Iniative dan Feeling Guilty)

Saya punya ponakan berusia 30 bulan. Tiap kali saya belikan mainan, pasti dibongkarnya. Lucunya, ketika ibunya kerepotan membersihkan rumah, dia merengek mau membantu menyapu rumah. Akhirnya dia dibelikan sapu kecil, pura-puranya bisa dipakai buat menyapu.

Usia 2-5 tahun adalah masa ketika anak mengembangkan rasa inisiatif. Mereka mulai tertarik dengan banyak hal. Seperti ponakan saya, senangnya utak atik mainan dan membantu ibunya di rumah. Meskipun si anak tak benar-benar membantu, berikan apresiasi atas inisiatifnya. Jika keluarga marah memarahinya, ia akan mempersepsikan diri sebagai orang yang patut disalahkan. Pada fase ini, anak sudah mulai mengerti nilai moral, meskipun mereka belum paham mana yang benar dan salah. Ponakan saya pernah melihat anak kucing yang kurus dan tidak terurus. Dia minta supaya saya memberikan ikan pada anak kucing itu. “Biar mama kucing nggak sedih” itu kata ponakan saya.

Ketekunan atau Rasa Rendah Diri (Industri versus Inferiority)

Memasuki masa sekolah dasar hingga usia sekitar 10 tahun, anak mulai belajar berinteraksi dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Pada fase ini, anak mengembangkan keterampilan sosial dan mulai menyenangi hal-hal spesifik. Fase ini adalah masa terbaik untuk mengembangkan kepercayaan diri anak dengan mengikuti berbagai kegiatan kelompok, perlombaan, dan aktivitas yang bisa menunjang bakatnya.

Tapi hati-hati, meskipun anak diikutkan dalam beragam perlombaan, jangan tuntut supaya anak menang. Biarkan mereka menikmati aktivitasnya, menang atau kalau tidak penting. Melalui kegiatan tersebut, mereka belajar menghargai kemampuan diri sendiri dan juga kemampuan orang lain. Jika tugas perkembangan fase ini tak terpenuhi, anak akan tumbuh jadi pribadi yang rendah diri dan merasa tidak berbakat.

Identitas atau Kebingungan Identitas (Identity versus Role Confusion)

Kenapa yang sering tawuran itu adalah anak SMA, bukan anak SD atau SMP atau orang dewasa? Selain sebagai penyalur energi yang meluap-luap, tawuran adalah manifestasi dari ego identitas kelompok remaja. Usia belasan hingga awal dua puluh tahun adalah masa pencarian identitas. Pada masa ini seorang remaja mulai berpikir tentang makna menang dan kalah. Kalau di fase sebelumnya, perlombaan adalah ajang belajar, di masa remaja, kompetisi adalah pembuktian identitas diri. Menang jadi bangga, kalah tidak terima.

Keberhasilan seorang remaja untuk melewati fase ini ditentukan dengan kemampuan orangtua beradaptasi dari seorang ayah/ibu menjadi seorang sahabat. Pernah lihat film Queen Bee? Tokoh Queen di film tersebut adalah gambaran remaja penuh bakat tapi merasa tidak diperhatikan orangtuanya. Dia ingin ayahnya berperan sebagai sahabat. Terminologi “galau” yang lekat pada remaja labil sebenarnya adalah bentuk dari kebingungan identitas yang mereka alami.

Keintiman atau Keterkucilan (Intimacy versus Isolation)

Fase usia awal 20-an hingga usia 30-an ditandai dengan tugas perkembangan mencari keintiman dengan seseorang. Pada usia ini, memiliki satu orang yang berharga lebih penting daripada nongkrong dengan teman geng yang jumlahnya segerombolan.

Biasanya, usia 20-an hingga 30-an adalah masa berkarier secara profesional. Kehidupan manusia dihabiskan dengan berkarier. Tanpa seseorang yang dekat secara emosional, sesukses apa pun seseorang, ia pasti merasa terasing. Manusia mulai membedakan definisi intim dengan keluarga dan intim dengan orang yang ia cintai. Tugas perkembangan manusia pada fase ini adalah menemukan seseorang untuk dijadikan pasangan hidup.

Membangkitkan atau Mandek (Generativity versus Stagnancy)

Di tahap ini (usia 35-50 tahun), umumnya seseorang sudah masuk kehidupan yang mapan. Nah, orientasi psikologis yang dicari bukan lagi tentang identitas atau masih meraba-raba kecocokan profesi. Perkembangan psikologis yang hendak dicapai adalah kemampuan berbagi dan memberikan manfaat bagi orang lain (terutama memberikan pembinaan bagi generasi di bawahnya). Ada juga orang yang mapan secara materi, tapi tak bermanfaat bagi orang lain. Jika gagal, kemungkinan besar manusia merasa dirinya tidak berguna dan tidak produktif.

Integritas atau Putus Asa (Integrity versus Despair)

Orang yang sepanjang usianya selalu berbagi dan memiliki integritas, akan mengevaluasi kehidupannya dengan bahagia. Tahap ini (usia di atas 60 tahun) adalah waktu ketika manusia menikmati keberhasilan psikologis yang sudah ia bangun sepanjang hidup. Jika ada yang merasa gagal, maka timbul rasa putus asa yang mendalam. Mnausia yang semasa mudanya populer dan punya kekuasaan tapi tak dibangun dari rasa percaya pada orang lain, siap-siap dihantam dengan post-power syndrome.

Perkembangan psikologis berkelindan dengan perkembangan fisik. Perkembangan fisik yang tak optimal bisa berpengaruh terhadap perkembangan psikologis, tapi ini tak selalu terjadi. Jadi, perkembangan fisik dan psikologis sama-sama penting untuk kita pahami.

Salam sehat

Sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/12/20/kenali-8-tahap-perkembangan-psikologis-anda-517613.html

Hmmmm :-?