//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"  (Read 11104 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« on: 12 March 2014, 09:49:30 AM »
Lalu apakah efek dari latihan semacam ini (perhatian penuh) dalam kegiatan biasa sehari-hari.
Apakah benar, ini dapat menimbulkan kepekaan (cepat tanggap) dari sati ketika batin atau salah satu khanda sedang bekerja/bereaksi?
Misalnya timbul kejenuhan, kemarahan, atau kesenangan, maka sati akan lebih cepat menyadarinya dibandingkan sebelumnya?

Terima kasih kakak.

[gmod]Thread pembahasan dari Don't Look Down on the DEFILEMENTS They will laugh at you[/gmod]
« Last Edit: 14 March 2014, 04:23:35 PM by Shinichi »

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #1 on: 12 March 2014, 11:40:01 AM »
Sati lebih peka? Seharusnya iya...
Namun, sebaiknya lanjut lagi...

Goalnya bukan sekedar cepatnya reaksi sati...
Goalnya bukan untuk sekedar berlatih "sabar"

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #2 on: 12 March 2014, 12:51:20 PM »
Siap bos.
Jadi goalnya apa donk, boleh minta bocorannya?

Sebenarnya sih saat ini juga masih pemula, soal kepekaan sati juga masih kecil. Dalam satu hari paling sekian menit berada dalam kondisi satinya.

Thanks.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #3 on: 13 March 2014, 02:29:37 AM »
Instead of menahan emosi/marah...
Bukankah jauh lebih baik untuk tidak ada yg perlu ditahan?

Contoh,
Air digelas kaga sengaja jatoh... Kesel? Nyesel? Marah? Kecewa?

Bagaimana dengan kencing? Lega? Cuek? Natural? No Response batin?

Apa bedanya?


Dari pada sekedar eling/sati/sadar akan luapan emosi,
Bukankah jauh lebih baik mendalami bagaimana response batin itu muncul, dengan pemahaman akan...

Annica, dukkha, anatta
« Last Edit: 13 March 2014, 02:32:50 AM by Kemenyan »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #4 on: 13 March 2014, 07:39:40 AM »
Dalam pelatihan JMB8 ada upaya benar, yaitu berusaha melenyapkan kondisi tidak bermanfaat yang telah muncul, mencegah kondisi tidak bermanfaat yang belum muncul, mengembangkan kondisi bermanfaat yang telah muncul, dan memunculkan kondisi bermanfaat yang belum muncul. Dalam hal ini, kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dilenyapkan dengan mengembangkan kondisi yang berlawanan, misalnya kemarahan/kebencian dengan cinta kasih, nafsu dengan objek asubha, dst. Latihan perhatian benar harus dibarengi dengan upaya benar demikian....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #5 on: 13 March 2014, 06:10:35 PM »
JMB8 dibagi 3 kategori,
Panna, Sila, Samadhi

Saya kira,
Upaya benar yg dimaksud fall under category of samadhi.
Dimana upaya disini merujuk pada usaha, semangat untuk meluluhkan belenggu2 meditasi.

Seperti, malas, capek, nda yakin, etc

Dan bukan upaya untuk melawan natural/kodrat/alam/emosi
(dengan memberikan counter dari persepsi/sensasi pikiran)

Brahmavihara bukan merupakan metode meditasi untuk mengcounter emosi.
Emosi merupakan sensasi pikiran yg berakarkan persepsi akan atta.

Lepaskan atta, maka tidak ada emosi.
(tanpa perlu dicounter... "damn.. gw mesti sabar, jgn marah2, mesti metta")

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #6 on: 13 March 2014, 06:23:26 PM »
No no no,
Gw bukan bilang gue udah menguasai anatta sepenuhnya,
Hanya pada beberapa case.

Contoh:
Loket antrian...
Seberapa sering anda elus2 dada dan bersabar ketika didorong dari belakang?
kita mencoba bersabar dengan elus2 dada

Next, didorong lagi, lagi dan lagi...
Luapan emosi mulai mendorong keluar,
dan anda mencoba membendung dengan sabar...
Cape? Makan hati? Tidak puas?
dan rasa2nya ingin meledak?
Pasti! Sebab anda mencoba melawan alam (kodrat/natural)

Akan tetapi,
Kenapa kita kaga marah2 didorong2 di diskotik?

Dengan sedikit tweak pada pengertian akan penempatan diri,
Kita bisa sepenuhnya memusnahkan emosi, marah akan suatu kondisi.

Perenungan akan patticasamupada berdasarkan tilakhana (anicca, dukkha, anatta) yg dapat membawa ke pembebasan.
« Last Edit: 13 March 2014, 06:36:27 PM by Kemenyan »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #7 on: 13 March 2014, 07:34:09 PM »
MN 20 Vitakkasanthana Sutta:

3. (i) “Di sini, para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu sedang memperhatikan beberapa gambaran, dan karena gambaran itu, muncul dalam dirinya pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus memperhatikan gambaran lain yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat.[3] Ketika ia memperhatikan gambaran lain yang bermanfaat, maka pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang tukang kayu terampil atau muridnya dapat mengetuk, melepas, dan mencabut pasak besar dengan menggunakan pasak kecil, demikian pula … ketika seorang bhikkhu memperhatikan gambaran lain yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

4. (ii) “Jika, sewaktu ia sedang memperhatikan gambaran lain yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran tersebut sebagai berikut: ‘Pikiran-pikiran ini tidak bermanfaat, tercela, berakibat pada penderitaan.’[4] Ketika ia memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran tersebut, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang laki-laki atau perempuan, muda, belia, dan menyukai hiasan, akan ketakutan, malu, dan jijik jika mayat seekor ular atau seekor anjing atau manusia [120] digantungkan dilehernya, demikian pula … ketika seorang bhikkhu memeriksa pikiran-pikiran ini … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

5. (iii) “Jika, sewaktu ia memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran tersebut, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya. Ketika ia berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang dengan mata yang baik, yang tidak ingin melihat bentuk-bentuk yang ada dalam jarak pandangannya akan menutup matanya atau menatap ke arah lain, demikian pula … Ketika seorang bhikkhu berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

6. (iv) “Jika, sewaktu ia berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut.[5] Ketika ia mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang yang berjalan cepat akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku berjalan cepat? Bagaimana jika aku berjalan lambat?’ dan ia akan berjalan lambat; kemudian ia akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku berjalan lambat? Bagaimana jika aku berdiri?’ dan ia akan berdiri; kemudian ia akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku berdiri? Bagaimana jika aku duduk?’ dan ia akan duduk; kemudian ia akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku duduk? Bagaimana jika aku berbaring?’ dan ia akan berbaring. Dengan melakukan hal tersebut ia akan menggantikan setiap postur kasar dengan yang lebih halus. Demikian pula … Ketika seorang bhikkhu mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

7. (v) “Jika, sewaktu ia mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka dengan mengertakkan giginya dan menekan lidahnya ke langit-langit mulutnya, ia harus menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran.[6] [121] Ketika, dengan mengertakkan giginya dan menekan lidahnya ke langit-langit mulutnya, ia menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang kuat yang menangkap seorang yang lebih lemah di kepala atau bahu dan menekannya, mendesaknya, dan menggilasnya, demikian pula … ketika, dengan mengertakkan giginya dan menekan lidahnya ke langit-langit mulutnya, seorang bhikkhu menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_20:_Vitakkasa%E1%B9%87%E1%B9%ADh%C4%81na_Sutta
« Last Edit: 13 March 2014, 07:39:28 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #8 on: 13 March 2014, 07:44:18 PM »
Metode vipassana seperti yang dikatakan mbah Menyan bisa juga dipakai, namun itu bagi yang sudah bisa merenungkan anicca, dukkha, anatta, tetapi kalo praktisi pemula kayaknya agak sulit apalagi yang metode dasar meditasinya adalah samatha/samadhi.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #9 on: 13 March 2014, 07:55:27 PM »
Metode vipassana seperti yang dikatakan mbah Menyan bisa juga dipakai, namun itu bagi yang sudah bisa merenungkan anicca, dukkha, anatta, tetapi kalo praktisi pemula kayaknya agak sulit apalagi yang metode dasar meditasinya adalah samatha/samadhi.
imo, kalau masih pemula, bagusnya melatih satipathana dulu. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #10 on: 13 March 2014, 07:56:48 PM »
imo, kalau masih pemula, bagusnya melatih satipathana dulu. :)

Menurut sis, satipatthana itu samatha atau vipassana?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #11 on: 13 March 2014, 08:04:25 PM »
Metode vipassana seperti yang dikatakan mbah Menyan bisa juga dipakai, namun itu bagi yang sudah bisa merenungkan anicca, dukkha, anatta, tetapi kalo praktisi pemula kayaknya agak sulit apalagi yang metode dasar meditasinya adalah samatha/samadhi.
apa iya kesuksesan cara yang dikatakan mbah Menyan bergantung pada jenis meditasi? tidakkah bermodal sati saja udah cukup?

mengenai metode yang dibabarkan di Vitakkasanthana Sutta, apakah ada kemungkinan menghasilkan dampak negatif? karena metode tersebut saya pandang seperti usaha menolak/memerangi emosi yang muncul... seakan-akan mencharge bom waktu yang siap meledak kapanpun...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #12 on: 13 March 2014, 08:19:40 PM »
apa iya kesuksesan cara yang dikatakan mbah Menyan bergantung pada jenis meditasi? tidakkah bermodal sati saja udah cukup?

IMO, metode mbah Menyan bukan sati (perhatian benar) semata, melainkan pandangan benar yang sudah tingkat lanjut....

Quote
mengenai metode yang dibabarkan di Vitakkasanthana Sutta, apakah ada kemungkinan menghasilkan dampak negatif? karena metode tersebut saya pandang seperti usaha menolak/memerangi emosi yang muncul... seakan-akan mencharge bom waktu yang siap meledak kapanpun...

Kenyataannya Bodhisatta sendiri menggunakan salah satu metode yang disebutkan dlm sutta tsb spt yg disebutkan dlm MN 19 Dvedhavitakka Sutta:

3. “Sewaktu Aku berdiam demikian, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, [115] suatu pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu. Aku memahaminya sebagai: ‘Pikiran keinginan indria ini telah muncul dalam diriKu. Ini mengarah pada penderitaanKu, pada penderitaan orang lain, dan pada penderitaan keduanya; pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna.’ Ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaanKu,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan orang lain,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan keduanya,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu. Kapanpun pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu, Aku meninggalkannya, melenyapkannya, mengusirnya.

http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_19:_Dvedh%C4%81vitakka_Sutta

IMO, tidak ada metode yang lebih baik, kedua metode (vipassana dan samatha) seharusnya digunakan secara seimbang:

“Dua hal, O para bhikkhu, berperan dalam pengetahuan sejati. Apakah dua ini? Ketenangan dan Pandangan Terang.

“Ketika ketenangan dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Pikiran terkembang. Ketika pikiran terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua nafsu ditinggalkan.  [4]

“Ketika pandangan terang dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Kebijaksanaan terkembang. Ketika kebijaksanaan terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua kebodohan ditinggalkan.  [5]

“Pikiran yang dikotori oleh nafsu adalah tidak terbebaskan; dan kebijaksanaan yang dikotori oleh kebodohan adalah tidak terkembang. Demikianlah, para bhikkhu, melalui meluruhnya nafsu maka ada kebebasan pikiran; dan melalui meluruhnya kebodohan ada kebebasan melalui kebijaksanaan.”  [6]

(AN 2: iii, 10; I 61)
« Last Edit: 13 March 2014, 08:36:13 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #13 on: 14 March 2014, 10:40:05 AM »
Menurut sis, satipatthana itu samatha atau vipassana?
Bukan keduanya om. Tapi mungkin pada tingkat yg lbh tinggi akhirnya akan mengarah ke vipassana.

Ada baiknya kt baca dulu bukunya sampai habis, setelah itu bru menyimpulkan. :)

Retret terakhir yang saya ikuti menggunakan metode ini.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #14 on: 14 March 2014, 12:38:47 PM »
Bukan keduanya om. Tapi mungkin pada tingkat yg lbh tinggi akhirnya akan mengarah ke vipassana.

Ada baiknya kt baca dulu bukunya sampai habis, setelah itu bru menyimpulkan. :)

Retret terakhir yang saya ikuti menggunakan metode ini.

Ok, hanya menanyakan pendapat sis saja, karena ada yang menganggap satipatthana sebagai metode vipassana. :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #15 on: 14 March 2014, 03:30:08 PM »
Vitakkasanthana,
Keywordnya adalah vitaka...

IMO,
Sutta tersebut memberikan guidance, how mind should react, ketika focus meninggalkan objek, sutta tersebut tidak ditujukan kepada perenungan, pengalian.

Akan tetapi hanya untuk proses pemusatan, penenangan

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #16 on: 14 March 2014, 03:37:51 PM »
Vitakkasanthana,
Keywordnya adalah vitaka...

IMO,
Sutta tersebut memberikan guidance, how mind should react, ketika focus meninggalkan objek, sutta tersebut tidak ditujukan kepada perenungan, pengalian.

Akan tetapi hanya untuk proses pemusatan, penenangan


Yups itu metode samatha/ketenangan batin. Menurut Yuganaddha Sutta kita bisa memakai metode samatha yg didahului vipassana, vipassana yg didahului samatha, atau samatha dan vipassana secara bergantian.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
« Last Edit: 14 March 2014, 04:31:01 PM by Sumedho »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #18 on: 14 March 2014, 04:20:09 PM »
Rasa2nya tidak tepat membuat klasifikasi metode-samadhi, dengan berdasarkan Yuganaddha sutta

IMO,
Yuganaddha sutta berbicara lebih global lagi, yaitu mengenai Magga (Jalan)

Jalan apa? JMB8.
JMB8 terbagi tiga kategori... Panna, Sila, Samadhi

So,
saya kira "pandangan terang" pada sutta tersebut lebih mengarah kepada... Right views, Right Intentions (of Panna section dari JMB8)

and "ketenangan" berbicara tentang Right effort, right mindfullness, right concentration (of Samadhi section dari JMB8)

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #19 on: 14 March 2014, 04:35:07 PM »
So... Kemanakah satipathana?
Technical Guide penguasaan Right Effort, Right mindfullness, Right Concentration

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #20 on: 14 March 2014, 04:40:20 PM »
Ini topic yang sangat bagus, oma menyimak dulu yaa.... ^:)^
I'm an ordinary human only

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #21 on: 14 March 2014, 06:00:34 PM »
Ok, hanya menanyakan pendapat sis saja, karena ada yang menganggap satipatthana sebagai metode vipassana. :)
ini pernah ada yang tanya pas retret, apakah satipatthana sama dengan vipassana?
bhante jawabnya gak sama, kalau vipassana itu lebih dalam lagi, yang saya tangkap, ini sama2 menyadari, jadi bukan fokus pada 1 objek seperti samatha.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #22 on: 14 March 2014, 07:24:10 PM »
Rasa2nya tidak tepat membuat klasifikasi metode-samadhi, dengan berdasarkan Yuganaddha sutta

IMO,
Yuganaddha sutta berbicara lebih global lagi, yaitu mengenai Magga (Jalan)

Jalan apa? JMB8.
JMB8 terbagi tiga kategori... Panna, Sila, Samadhi

So,
saya kira "pandangan terang" pada sutta tersebut lebih mengarah kepada... Right views, Right Intentions (of Panna section dari JMB8)

and "ketenangan" berbicara tentang Right effort, right mindfullness, right concentration (of Samadhi section dari JMB8)


JMB8 adalah keseluruhan praktek Buddhisme dan benar, samatha dan vipassana tercakup di dalamnya seperti yang mbah Menyan sebutkan. IMO meditasi Buddhis tidak hanya mencakup samadhi section saja, melainkan juga sila dan panna section dari JMB8 seperti yang dikatakan dalam MN 117 Mahacattarisaka Sutta bahwa semua unsur JMB8 adalah saling mendukung dan melengkapi untuk tercapainya konsentrasi benar:

3. “Apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta persyaratannya, yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, dan perhatian benar? Keterpusatan pikiran yang dilengkapi dengan ketujuh faktor ini disebut konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya.
[....]
34. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? [76] Pada seorang yang memiliki pandangan benar, muncul kehendak benar;[13] pada seorang yang memiliki kehendak benar, muncul ucapan benar; pada seorang yang memiliki ucapan benar, muncul perbuatan benar; pada seorang yang memiliki perbuatan benar, muncul penghidupan benar; pada seorang yang memiliki penghidupan benar, muncul usaha benar; pada seorang yang memiliki usaha benar, muncul perhatian benar; pada seorang yang memiliki perhatian benar, muncul konsentrasi benar; pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, muncul pengetahuan benar; pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, muncul kebebasan benar. Demikianlah, para bhikkhu, jalan dari siswa yang dalam latihan lebih tinggi memiliki delapan faktor, Arahant memiliki sepuluh faktor.


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_117:_Mahācattarisaka_Sutta

So... Kemanakah satipathana?
Technical Guide penguasaan Right Effort, Right mindfullness, Right Concentration

Satipatthana yang adalah samma sati merupakan landasan bagi samadhi section dari JMB8:

12. “Yang Mulia, apakah konsentrasi? Apakah landasan konsentrasi? Apakah perlengkapan konsentrasi? Apakah pengembangan konsentrasi?”

“Keterpusatan pikiran, teman Visākha, adalah konsentrasi; Empat Landasan Perhatian adalah landasan konsentrasi; Empat Usaha Benar adalah perlengkapan konsentrasi; pengulangan, pengembangan, dan pelatihan atas kondisi-kondisi yang sama ini adalah pengembangan konsentrasi di sana.”


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_44:_Cūḷavedalla_Sutta

« Last Edit: 14 March 2014, 08:48:51 PM by Sumedho »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #23 on: 14 March 2014, 07:34:38 PM »
ini pernah ada yang tanya pas retret, apakah satipatthana sama dengan vipassana?
bhante jawabnya gak sama, kalau vipassana itu lebih dalam lagi, yang saya tangkap, ini sama2 menyadari, jadi bukan fokus pada 1 objek seperti samatha.

Saya setuju bahwa satipatthana tidak sama dengan vipassana. Misalnya dalam hal perenungan perasaan dalam satipatthana (DN 22/MN 10 Satipatthana Sutta) dan dalam vipassana (cthnya MN 74 Dighanakha Sutta) berbeda metodenya:

Satipatthana Sutta:

32. “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan?[20] Di sini, ketika merasakan suatu perasaan menyenangkan, seorang bhikkhu memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan’; ketika merasakan perasaan menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyakitkan’; ketika merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’ Ketika merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan’; Ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’

33. “Dengan cara ini ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara eksternal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal dan eksternal. Atau ia berdiam merenungkan sifat munculnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat lenyapnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat muncul dan lenyapnya dalam perasaan.[21] Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian. Dan ia berdiam tanpa bergantung, tidak melekat pada apapun di dunia ini. Itu adalah bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan.


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_10:_Satipaṭṭhāna_Sutta#Perenungan_Perasaan

Dighanakha Sutta:

10. “Terdapat, Aggivessana, tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyakitkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyakitkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyakitkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan menyakitkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.

11. “Perasaan menyenangkan, Aggivessana, adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, lenyap, meluruh, dan berhenti. Perasaan menyakitkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian. Perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian.

12. “Dengan melihat demikian, seorang siswa mulia yang terpelajar menjadi kecewa dengan perasaan menyenangkan, kecewa dengan perasaan menyakitkan, kecewa dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Karena kecewa, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan [pikirannya] terbebaskan. Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_74:_Dīghanakha_Sutta
« Last Edit: 14 March 2014, 08:49:53 PM by Sumedho »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #24 on: 14 March 2014, 08:04:04 PM »
Saya setuju bahwa satipatthana tidak sama dengan vipassana. Misalnya dalam hal perenungan perasaan dalam satipatthana (DN 22/MN 10 Satipatthana Sutta) dan dalam vipassana (cthnya MN 74 Dighanakha Sutta) berbeda metodenya:
Spoiler: ShowHide

Satipatthana Sutta:

32. “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan?[20] Di sini, ketika merasakan suatu perasaan menyenangkan, seorang bhikkhu memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan’; ketika merasakan perasaan menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyakitkan’; ketika merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’ Ketika merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyenangkan’; Ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyenangkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang menyakitkan’; ketika merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan’; ketika merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.’

33. “Dengan cara ini ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara eksternal, atau ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal dan eksternal. Atau ia berdiam merenungkan sifat munculnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat lenyapnya dalam perasaan, atau ia berdiam merenungkan sifat muncul dan lenyapnya dalam perasaan.[21] Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian. Dan ia berdiam tanpa bergantung, tidak melekat pada apapun di dunia ini. Itu adalah bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan.


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_10:_Satipa%E1%B9%AD%E1%B9%ADh%C4%81na_Sutta#Perenungan_Perasaan

Dighanakha Sutta:

10. “Terdapat, Aggivessana, tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyakitkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyakitkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyakitkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan menyakitkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.

11. “Perasaan menyenangkan, Aggivessana, adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, lenyap, meluruh, dan berhenti. Perasaan menyakitkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian. Perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian.

12. “Dengan melihat demikian, seorang siswa mulia yang terpelajar menjadi kecewa dengan perasaan menyenangkan, kecewa dengan perasaan menyakitkan, kecewa dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Karena kecewa, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan [pikirannya] terbebaskan. Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’


http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_74:_D%C4%ABghanakha_Sutta

:jempol:
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #25 on: 14 March 2014, 10:19:58 PM »
Oma rasa mengamati perasaan tanpa dibarengi panna memang akan kacau sekali....

Secara oma sering ngalami, untungnya ada tempat terindah yang bisa oma datangi setiap saat, di DC inilah oma menemukan danau yang terteduh, kemarin2 Oma sempat mengalami kemarahan dalam diri sendiri karena oma menyadari kebodohan diri yang muncul dari dalam secara terus menerus, untungnya kemarin langsung bisa cooling down...nyessss...begitu baca postingan bro Shinichi Dvedhavitakka Sutta : "Pikiranku telah menimbulkan penderitaan bagi diriku, bagi orang lain, dan keduanya, maka harus dihilangkan, harus dilenyapkan pikiran ini"

Anumodana bro Shinichi...begitu oma baca langsung bisa memaafkan diri oma yg telah dibelenggu kebodohan sendiri  ^:)^ ^:)^

Spoiler: ShowHide

+1 yak... :))
I'm an ordinary human only

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #26 on: 14 March 2014, 11:19:45 PM »
Thx oma. Sent back :)
« Last Edit: 14 March 2014, 11:21:50 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #27 on: 15 March 2014, 09:47:28 AM »
yang susah adalah kita terbawa arus atau terhanyut dari perasaan yang sedang kita rasakan.




Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #28 on: 15 March 2014, 08:22:39 PM »
Ada beberapa pertanyaan yang hendak saya tanyakan sehubungan dengan postingan kak Shinichi, untuk melengkapi pengertian yang benar dari postingan beliau, terima kasih sebelumnya.

1. Apakah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan = netral ?

2. Apa perbedaan perasaan duniawi vs perasaan non-duniawi ?

3. perasaan secara internal dan perasaan secara eksternal maksudnya apa, mungkin boleh minta contohnya?

4. ...Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian.
Pernyataan ini maksudnya gimana yah, apakah hanya sekedar mengetahui atau memperhatikan bahwa telah timbul perasaan di sana?
Semacam konsentrasi gitu bukan?
Jadi "perasaan yang timbul" kita jadikan sebagai objek konsentrasi saja sehingga objek yang lain tidak memiliki kesempatan untuk muncul?

Terima kasih sesudahnya.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #29 on: 16 March 2014, 05:50:55 PM »
Thx oma. Sent back :)
hehehe...jadi nya malah lempar2an GRP.

Btw, memang defilement dalam diri itu bener2 amat sangat susah dihapus, bagaikan lem lengket banget, udah dibuang, balik lagi, udah dihapus muncul lagi, udah distop malah bandel ajaa... ^:)^

Dengan selalu membaca dan merenungi maka baru kita rasakan, kalo hanya membaca saja tanpa merenungi dan meresapi dalam hati ya percuma aja...
I'm an ordinary human only

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #30 on: 16 March 2014, 09:00:10 PM »
Ada beberapa pertanyaan yang hendak saya tanyakan sehubungan dengan postingan kak Shinichi, untuk melengkapi pengertian yang benar dari postingan beliau, terima kasih sebelumnya.

1. Apakah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan = netral ?

Yups

Quote
2. Apa perbedaan perasaan duniawi vs perasaan non-duniawi ?

Menurut SN 36.12, perasaan duniawi (samisa) adalah perasaan yang berhubungan dengan lima utas kenikmatan indera (bentuk, bau, suara, rasa, dan sentuhan), perasaan non-duniawi meliputi perasaan spiritual (niramisa) yang muncul dari pencapaian jhana dan perasaan yang lebih spiritual daripada spiritual (nirāmisā nirāmisatarā) yang muncul dari pencapaian seorang bhikkhu yang noda-nodanya telah dihancurkan meninjau batinnya yang terbebas dari nafsu, kebencian dan kebodohan.

Quote
3. perasaan secara internal dan perasaan secara eksternal maksudnya apa, mungkin boleh minta contohnya?

Menurut Abhidhamma dan komentar, perenungan (tubuh, perasaan, pikiran dan objek pikiran) secara internal menunjuk pada pengalaman yang dialami diri sendiri, sedangkan secara eksternal menunjuk pada pengalaman yang dialami orang lain. Kita mungkin dapat mengamati tubuh orang lain dengan mudah, namun untuk mengetahui perasaan ataupun kondisi batin orang lain terdapat 4 cara: berdasarkan apa yang dilihat, apa yang didengar, mengkontemplasikan dan merefleksikan lebih lanjut apa yang didengar, dan membaca pikiran (abhinna). Dengan demikian, perenungan secara eksternal dapat dilakukan dengan mengembangkan sati akan postur, ekspresi wajah, dan suara orang lain yang merupakan indikator dari perasaan atau keadaan pikiran mereka (mirip dengan cara seorang psikoanalis mengamati pasiennya).

Quote
4. ...Atau penuh perhatian bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian.
Pernyataan ini maksudnya gimana yah, apakah hanya sekedar mengetahui atau memperhatikan bahwa telah timbul perasaan di sana?
Semacam konsentrasi gitu bukan?
Jadi "perasaan yang timbul" kita jadikan sebagai objek konsentrasi saja sehingga objek yang lain tidak memiliki kesempatan untuk muncul?

IMO, di sini hanya sati yang digunakan untuk menyadari sepenuhnya bahwa perasaan tersebut ada dalam diri meditator, untuk melihat fenomena batin tersebut hanya sekedar fenomena batin semata (melihat segala sesuatu sebagaimana adanya).

Bedanya dengan konsentrasi, ketika fenomena batin lain muncul, kita hanya sati terhadap fenomena batin tersebut dan ketika fenomena batin tsb lenyap, pasti akan muncul fenomena batin lain lagi, maka sati diarahkan pada fenomena batin yang muncul saat ini (karena batin/pikiran hanya bisa menyadari/memperhatikan satu objek pikiran/fenomena batin pada satu momen pikiran). Sedangkan dalam konsentrasi, kita memfokuskan pikiran pada satu objek tanpa memperhatikan yang lain apa pun itu.

Quote
Terima kasih sesudahnya.

Trims kembali. Cmiiw :)
« Last Edit: 16 March 2014, 09:14:22 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #31 on: 17 March 2014, 08:16:42 PM »
IMO, metode mbah Menyan bukan sati (perhatian benar) semata, melainkan pandangan benar yang sudah tingkat lanjut....

Kenyataannya Bodhisatta sendiri menggunakan salah satu metode yang disebutkan dlm sutta tsb spt yg disebutkan dlm MN 19 Dvedhavitakka Sutta:

3. “Sewaktu Aku berdiam demikian, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, [115] suatu pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu. Aku memahaminya sebagai: ‘Pikiran keinginan indria ini telah muncul dalam diriKu. Ini mengarah pada penderitaanKu, pada penderitaan orang lain, dan pada penderitaan keduanya; pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna.’ Ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaanKu,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan orang lain,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan keduanya,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu. Kapanpun pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu, Aku meninggalkannya, melenyapkannya, mengusirnya.

http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_19:_Dvedh%C4%81vitakka_Sutta

IMO, tidak ada metode yang lebih baik, kedua metode (vipassana dan samatha) seharusnya digunakan secara seimbang:

“Dua hal, O para bhikkhu, berperan dalam pengetahuan sejati. Apakah dua ini? Ketenangan dan Pandangan Terang.

“Ketika ketenangan dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Pikiran terkembang. Ketika pikiran terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua nafsu ditinggalkan.  [4]

“Ketika pandangan terang dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Kebijaksanaan terkembang. Ketika kebijaksanaan terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua kebodohan ditinggalkan.  [5]

“Pikiran yang dikotori oleh nafsu adalah tidak terbebaskan; dan kebijaksanaan yang dikotori oleh kebodohan adalah tidak terkembang. Demikianlah, para bhikkhu, melalui meluruhnya nafsu maka ada kebebasan pikiran; dan melalui meluruhnya kebodohan ada kebebasan melalui kebijaksanaan.”  [6]

(AN 2: iii, 10; I 61)
i see... thank you _/\_

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #32 on: 18 March 2014, 03:49:59 PM »
Bagaimana penerapan metode perhatian penuh ini pada saat menjelang tidur, sesaat sebelum tidur sampai tertidur (apakah metode sati ini masih dapat bekerja pada saat kita sedang tidur?), bagaimana caranya apakah caranya sama dengan keadaan sadar atau tidak?

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #33 on: 18 March 2014, 04:14:48 PM »
Bagaimana penerapan metode perhatian penuh ini pada saat menjelang tidur, sesaat sebelum tidur sampai tertidur (apakah metode sati ini masih dapat bekerja pada saat kita sedang tidur?), bagaimana caranya apakah caranya sama dengan keadaan sadar atau tidak?

sepengetahuan ku hal ini bisa terjadi saat kita mimpi kita tahu saat itu kita sedang bermimpi, saat ini kita sedang tidur dan sedang bermimpi seperti melihat televisi kita sedang melihat televisi seperti itu.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #34 on: 19 March 2014, 11:12:51 AM »
sepengetahuan ku hal ini bisa terjadi saat kita mimpi kita tahu saat itu kita sedang bermimpi, saat ini kita sedang tidur dan sedang bermimpi seperti melihat televisi kita sedang melihat televisi seperti itu.

Lalu bagaimana caranya agar dapat terjadi hal seperti itu, bagaimana caranya kita dapat tahu bahwa kita sedang bermimpi?

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #35 on: 19 March 2014, 11:28:36 AM »
Mengenai objek yang timbul.
Sepertinya objek yang timbul pada bagian indera dan pikiran bisa berbeda ketika disadari oleh sati.

Misalnya objek suara yang timbul dan disadari oleh sati, ini seolah sati terpisah dari objek suara?
Ketika kita mendengarkan suara atau melihat benda, seolah kesadaran/sati kitaeksis bersamaan dengan proses melihat atau mendengar.

Sedangkan jika yang timbul adalah objek pikiran (ingatan, bentukan pikiran), ketika sati menyadarinya, objek pikiran/ingatan tersebut seolah langsung lenyap?
Ketika ingatan timbul, kita tidak menyadarinya, tapi begitu kita menyadarinya, ingatan tersebut langsung lenyap, diganti oleh kesadaran/sati, kita hanya bisa memikirkan ulang apa yang sedang terjadi/pikirkan tadi (sebelum sati timbul).

Apakah benar begitu atau hanya perasaan saya saja?
Maksudnya ketika saya merasa sati timbul sekaligus bisa melihat objek benda itu adalah tidak benar? Misalnya ketika saya mengetikan huruf di layar, saya menyadari sedang mengetik dan melihat tulisan, apakah pada moment saya melihat tulisan itu maka sati menyatu dengan proses melihat itu sendiri atau terpisah sebenarnya bagaimana?

Thanks.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #36 on: 19 March 2014, 02:08:30 PM »
Metode perhatian penuh ini saya rasa sangat bermanfaat dan dapat diterapkan selama kita memiliki sati.
Termasuk jika kondisi batin lagi suntuk atau jenuh, sati ini segera mengambil alih dan rasa jenuh segera lenyap.
Sungguh metode yang ampuh.
Walaupun bukan metode yang instan dalam merealisasi pandangan terang tapi setidaknya bisa berfungsi "memotong" kegelisahan atau kilesa lainnya  seperti kutipan Kak Ariyakumara bahwa ‘ada perasaan’ muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan perhatian.

Sungguh luar biasa.
Terima kasih teman-teman.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #37 on: 20 March 2014, 09:33:01 PM »
Lalu bagaimana caranya agar dapat terjadi hal seperti itu, bagaimana caranya kita dapat tahu bahwa kita sedang bermimpi?

Seperti di jelaskan di atas melihat sesuatu sebagaimana ada nya hingga kita bisa dibilang berkondisi netral (ini mungkin ke arah upheka (tidak terguncang)), kadang kita ikut tertawa, menangis banyak perasan muncul kita seperti melihat lampu disko, yang senang berwarna kuning, yang sedih putih dll, dan diantara ada yang mendekat dan seolah mendominasi kemudian pergi menjauh di ganti warna warna lain terus menerus seperti itu wa pikir seperti itu (susah juga ya menjelaskan nya).

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #38 on: 21 March 2014, 07:20:30 PM »
Seperti di jelaskan di atas melihat sesuatu sebagaimana ada nya hingga kita bisa dibilang berkondisi netral (ini mungkin ke arah upheka (tidak terguncang)), kadang kita ikut tertawa, menangis banyak perasan muncul kita seperti melihat lampu disko, yang senang berwarna kuning, yang sedih putih dll, dan diantara ada yang mendekat dan seolah mendominasi kemudian pergi menjauh di ganti warna warna lain terus menerus seperti itu wa pikir seperti itu (susah juga ya menjelaskan nya).

Hmm sepertinya lebih susah lagi memahaminya. Tapi thanks berat sudah berusaha Pak.
mudah2an nanti bisa saya pahami kalau sudah saatnya.
 ^:)^ ^:)^ ^:)^

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #39 on: 21 March 2014, 10:10:11 PM »
sebenarnya bila melihat jaman kini seharusnya sati lebih mudah di pahami, kenapa soalnya banyak terdapat pada mata pelajaran yang ada di sekolah seperti siklus air (atau lebih tepatnya fonemena hujan), matematika, sains, bahkan sering terdapat pada test iq, kenapa karena semua pengetahuan yang ada adalah hasil dari pengamatan yang di catat dan di uji kebenaran nya (secara ilmiah [pengetahuan ilmiah), pengamatan disini ada dalil [pythagoras, dll], percobaan, dsb).

Tapi banyak dari kita lupa asalnya darimana, prosesnya seperti apa, bagaimana sejarahnya pengetahuan tersebut ada muncul dan kemudian berkembang; kebanyakan dari kita hanya melakukan hafalan nya saja, hafal rumusnya dll terlalu sibuk menghafal dan mengerjakan PR dan mempersiapkan diri untuk test/ulangan.
« Last Edit: 21 March 2014, 10:29:59 PM by kullatiro »

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #40 on: 22 March 2014, 05:42:59 AM »
sebenarnya bila melihat jaman kini seharusnya sati lebih mudah di pahami, kenapa soalnya banyak terdapat pada mata pelajaran yang ada di sekolah seperti siklus air (atau lebih tepatnya fonemena hujan), matematika, sains, bahkan sering terdapat pada test iq, kenapa karena semua pengetahuan yang ada adalah hasil dari pengamatan yang di catat dan di uji kebenaran nya (secara ilmiah [pengetahuan ilmiah), pengamatan disini ada dalil [pythagoras, dll], percobaan, dsb).

Tapi banyak dari kita lupa asalnya darimana, prosesnya seperti apa, bagaimana sejarahnya pengetahuan tersebut ada muncul dan kemudian berkembang; kebanyakan dari kita hanya melakukan hafalan nya saja, hafal rumusnya dll terlalu sibuk menghafal dan mengerjakan PR dan mempersiapkan diri untuk test/ulangan.

Tapi kenyataannya justru tidak demikian adanya kan. buktinya yang mencapai kesadaran atau kesucian dari metode sati justru lebih banyak di jaman dahulu. mungkin justru karena sekarang terlalu banyak yang perlu atau ingin diketahui?
kalau hidupnya makin simple seharusnya metode sati lebih mudah dikembangkan karena kita bisa lebih fokus, pikiran tidak terlalu bercabang.

sebenarnya dari metode sati ini saya juga mendapati, pikiran jadi lebih pinter menyaring (memikirkan yang perlu dan membuang yang tidak penting).
tapi karena penting tidaknya suatu pemikiran juga masih bersifat relatif tentunya lama-lama yang tersisa hanyalah fokus yang lebih utama bagi seorang praktisi yaitu metode sati itu sendiri yang berlaku lebih luas, menjadi tidak membedakan yang penting dan tidak penting atau membedakan secara sadar.
yang penting bukan pemikirannya tapi dapat menyadari setiap pemikiran itu lebih utama.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #41 on: 22 March 2014, 05:57:34 AM »
9. Pikiran yang mengawasi, mengamati apa saja yang Anda alami. Ketika Anda sadar Anda sedang mengamati, Anda menyadari adanya pikiran yang sedang mengamati.

10. Anda hanya dapat menyadari pikiran itu dengan adanya kegiatan aktifitas atau perasaan. Ketika Anda sadar sedang berpikir, atau ada kemarahan, perasaan kecewa, keinginan dan sebagainya, anda menyadari pikiran itu. Anda harus mengenalinya sebagai pikiran yang sedang merasakan hal-hal tersebut.

11. Ketika Anda bercampur dengan pikiran yang sedang mengamati itu, pencerahan tidak dapat muncul. Belajarlah untuk mengamati secara objektif, hanya dengan perhatian murni.

3 poin ini maksudnya apakah masih ada "sati' lagi yang mengamati sati?
bukankah yang mengamati atau menyadari itu adalah fungsi sati?
atau berbeda ya antara fungsi mengamati vs fungsi menyadari?

kalau tidak salah ada istilah "sampajanna" ya?
apakah ini yang dimaksud dalam ketiga poin di atas?

Penjelasan sebelumnya kan dikatakan bahwa kita harus menyadari semua keadaan batin kita dengan menggunakan sati (perhatian penuh) tapi pada penjelasan tiga poin di atas seolah-olah ada perbedaan penjelasan, sepertinya ada "sati" lagi yang bisa menyadari proses menyadari bentukan pikiran dan fungsi indera?
apa saya salah menangkap artinya?

Tapi kalau dicoba/diperhatikan prosesnya, sepertinya memang berlaku demikian, proses pengamatan/perhatian ini masih "ada" yang bisa menyadarinya?
benarkah demikian, apa saya salah ya?
:o

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #42 on: 22 March 2014, 08:26:18 AM »
Lalu bagaimana caranya agar dapat terjadi hal seperti itu, bagaimana caranya kita dapat tahu bahwa kita sedang bermimpi?

maksud saya apakah ketika tidur sati masih berfungsi atau tidak?

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #43 on: 22 March 2014, 10:00:49 AM »
maksud saya apakah ketika tidur sati masih berfungsi atau tidak?

menurut wa (pemikiran saat ini), ya sati  masih berfungsi ketika tidur.


dalam hal ini adalah pengamatan terhadap pikiran yang timbul dan tenggelam

Harus di ingat wa bukan pakar di bidang ini wa juga masih dalam taraf belajar, apa yang wa tulis disini hanya berdasarkan apa yang pernah terjadi atau alami, jadi kebenaran nya adalah menurut versi dari pengalaman wa.
« Last Edit: 22 March 2014, 10:12:40 AM by kullatiro »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #44 on: 22 March 2014, 10:48:10 AM »
tambahan kenapa wa menulis seperti di atas karena wa tidak mempunyai data comparing atau pembanding yang bisa saja menyanggah atau membenarkan apa yang terjadi tersebut.

Dengan data tunggal seperti ini, wa bicara hati hati, tentunya kalau ada 99 data lagi dari 99 orang lain yang berbeda  tentang phenomena ini adalah lebih baik hingga bisa di analisa sejauh mana kebenaran nya dan berapa persen margin errornya.
« Last Edit: 22 March 2014, 11:17:10 AM by kullatiro »

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #45 on: 22 March 2014, 06:35:59 PM »
Sejauh ini saya setuju dengan apa yang Anda jelaskan.
Dan saya sangat menghargai usaha Anda.

Mengenai sati yang masih berfungsi ketika tidur saya setuju karena logikanya ketika kita tiba2 terbangun karena kaget dalam mimpi, terdengar suara atau karena sentuhan, saya rasa ini adalah fungsi dari sati yang membuat kita tersadar dari tidur.