216 (6) Merayap
“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian pembabaran Dhamma tentang merayap.<2177> Dengarkan dan perhatikanlah dengan seksama. Aku akan berbicara.”
“Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“Dan apakah, para bhikkhu. pembabaran Dhamma tentang merayap itu? Para bhikkhu, makhluk-makhluk adalah pemilik kamma mereka, pewaris kamma mereka; mereka memiliki kamma sebagai asal-mula mereka, kamma sebagai sanak-saudara mereka, kamma sebagai pelindung mereka; kamma apa pun yang mereka lakukan, baik atau buruk, mereka adalah pewarisnya. [289]
(1) “Di sini, seseorang membunuh; ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan kekerasan, tanpa belas kasih pada makhluk-makhluk hidup. Ia merayap melalui jasmani, ucapan, dan pikiran.<2178> Kamma jasmaninya bengkok; kamma ucapannya bengkok; kamma pikirannya bengkok. Alam tujuan kelahirannya bengkok; kelahiran kembalinya bengkok. Tetapi bagi seseorang dengan alam tujuan kelahiran dan kelahiran kembali yang bengkok, Aku katakan, ada satu di antara dua alam tujuan kelahiran: apakah neraka yang melulu menyakitkan atau spesies binatang merayap. Dan apakah spesies binatang merayap? Ular, kalajengking, lipan, musang, kucing, tikus, dan burung hantu,<2179> atau binatang lainnya yang merayap pergi ketika mereka bertemu manusia. Demikianlah sesosok makhluk dilahirkan dari sesosok makhluk; seseorang terlahir kembali melalui perbuatannya. Ketika ia telah terlahir kembali, kontak mempengaruhinya. Dengan cara inilah, Aku katakan, bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka.
(2) “Seseorang mengambil apa yang tidak diberikan … (3) … melakukan hubungan seksual yang salah … (4) berbohong … (5) … mengucapkan kata-kata memecah-belah … (6) … mengucapkan kata-kata kasar … (7) menikmati bergosip … (8 ) … penuh kerinduan … (9) memiliki pikiran berniat buruk dan kehendak membenci … (10) … menganut pandangan salah dan memiliki perspektif keliru sebagai berikut: ‘Tidak ada yang diberikan … tidak ada di dunia ini para petapa dan brahmana yang berperilaku baik dan praktik yang benar yang, setelah merealisasikan dunia ini dan dunia lain untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung, kemudian mengajarkannya kepada orang lain.’ Ia merayap melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Kamma jasmaninya bengkok … Alam tujuan kelahirannya bengkok; [290] kelahiran kembalinya bengkok … Demikianlah sesosok makhluk dilahirkan dari sesosok makhluk; seseorang terlahir kembali melalui perbuatannya. Ketika ia telah terlahir kembali, kontak mempengaruhinya. Dengan cara inilah, Aku katakan, bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka.
“Para bhikkhu, makhluk-makhluk adalah pemilik kamma mereka, pewaris kamma mereka; mereka memiliki kamma sebagai asal-mula mereka, kamma sebagai sanak-saudara mereka, kamma sebagai pelindung mereka; kamma apa pun yang mereka lakukan, baik atau buruk, mereka adalah pewarisnya.
(1) “Di sini, setelah meninggalkan membunuh, seseorang menghindari membunuh; dengan tongkat pemukul dan senajata dikesampingkan, berhati-hati dan penyayang, ia berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk hidup. Ia tidak merayap melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Kamma jasmaninya lurus; kamma ucapannya lurus; kamma pikirannya lurus. Alam tujuan kelahirannya lurus; kelahiran kembalinya lurus. Tetapi bagi seseorang dengan alam tujuan kelahiran dan kelahiran kembali yang lurus, Aku katakan, ada satu di antara dua alam tujuan kelahiran: apakah surga yang melulu menyenangkan atau dalam keluarga-keluarga terkemuka, seperti para khattiya makmur, para brahmana makmur, atau para perumah tangga makmur, [keluarga-keluarga yang] kaya, dengan banyak harta dan kekayaan, emas dan perak berlimpah, pusaka dan kepemilikan berlimpah, kekayaan dan hasil panen berlimpah. Demikianlah sesosok makhluk dilahirkan dari sesosok makhluk; seseorang terlahir kembali melalui perbuatannya. Ketika ia telah terlahir kembali, kontak mempengaruhinya. Dengan cara inilah, Aku katakan, bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka.
(2) “Setelah meninggalkan mengambil apa yang tidak diberikan, seseorang menghindari mengambil apa yang tidak diberikan … (3) … menghindari melakukan hubungan seksual yang salah … [291] (4) menghindari berbohong … (5) … menghindari mengucapkan kata-kata memecah-belah … (6) … menghindari mengucapkan kata-kata kasar … (7) menghindari bergosip … (8 ) … tanpa kerinduan … (9) memiliki pikiran berniat baik … (10) … menganut pandangan benar dan memiliki perspektif benar sebagai berikut: ‘Ada yang diberikan … ada di dunia ini para petapa dan brahmana yang berperilaku baik dan praktik yang benar yang, setelah merealisasikan dunia ini dan dunia lain untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung, kemudian mengajarkannya kepada orang lain.’ Ia tidak merayap melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Kamma jasmaninya lurus … Alam tujuan kelahirannya lurus; kelahiran kembalinya lurus … Demikianlah sesosok makhluk dilahirkan dari sesosok makhluk; seseorang terlahir kembali melalui perbuatannya. Ketika ia telah terlahir kembali, kontak mempengaruhinya. Dengan cara inilah, Aku katakan, bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka.
“Para bhikkhu, makhluk-makhluk adalah pemilik kamma mereka, pewaris kamma mereka; mereka memiliki kamma sebagai asal-mula mereka, kamma sebagai sanak-saudara mereka, kamma sebagai pelindung mereka; kamma apa pun yang mereka lakukan, baik atau buruk, mereka adalah pewarisnya.
“Ini, para bhikkhu, adalah pembabaran Dhamma tentang merayap.” [292]
217 (7) Kehendak (1)
“Para bhikkhu, Aku tidak mengatakan bahwa ada penghentian kamma kehendak<2180> yang telah dilakukan dan dikumpulkan selama ia belum mengalami [akibatnya], dan itu mungkin terjadi dalam kehidupan ini, atau dalam kelahiran kembali [berikutnya], atau dalam beberapa kesempatan berikutnya. Tetapi Aku tidak mengatakan bahwa ada mengakhiri penderitaan selama seseorang belum mengalami [akibat dari] kamma kehendak yang telah dilakukan dan dikumpulkan.<2181>
“Sehubungan dengan hal ini, para bhikkhu, ada tiga kerusakan dan kegagalan kamma jasmani,<2182> yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan; empat kerusakan dan kegagalan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan; dan tiga kerusakan dan kegagalan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, terjadinya tiga kerusakan dan kegagalan kamma jasmani, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan?
(1) “Di sini, seseorang membunuh. Ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan kekerasan, tanpa belas kasih pada makhluk-makhluk hidup.
(2) “Ia mengambil apa yang tidak diberikan. Ia mencuri kekayaan dan harta milik orang lain di desa atau hutan.
(3) “Ia melakukan hubungan seksual yang salah. Ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu mereka, ayah mereka, ibu dan ayah, saudara, saudari, atau kerabat mereka; yang dilindungi oleh Dhamma mereka; yang memiliki suami; yang pelanggarannya menuntut adanya hukuman; atau bahkan dengan seorang yang telah bertunangan.
“Dengan cara inilah terjadinya tiga kerusakan dan kegagalan kamma jasmani, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, terjadinya empat kerusakan dan kegagalan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan? [293]
(4) “Di sini, seseorang berbohong. Jika ia dipanggil untuk menghadap suatu dewan, menghadap suatu kumpulan, menghadap sanak saudaranya, menghadap serikat kerja, atau menghadap persidangan, dan ditanyai sebagai saksi sebagai berikut: ‘Jadi, tuan, katakanlah apa yang engkau ketahui,’ kemudian, tidak mengetahui, ia mengatakan, ‘aku tahu.’ Atau mengetahui, ia mengatakan, ‘aku tidak mengetahui’; tidak melihat, ia mengatakan, ‘aku melihat,’ atau melihat, ia mengatakan, ‘aku tidak melihat.’ Demikianlah ia dengan sadar mengucapkan kebohongan demi dirinya sendiri, atau demi orang lain, atau demi hal-hal duniawi yang remeh lainnya.
(5) “Ia mengucapkan kata-kata yang memecah-belah. Setelah medengar sesuatu di sini, ia mengulanginya di tempat lain untuk memecah-belah [orang-orang itu] dari orang-orang ini; atau setelah mendengar sesuatu di tempat lain, ia mengulanginya kepada orang-orang ini untuk memecah-belah [mereka] dari orang-orang itu. Demikianlah ia adalah seorang yang memecah-belah mereka yang bersatu, seorang pembuat perpecahan, seorang yang menikmati kelompok-kelompok, bergembira dalam kelompok-kelompok, bersenang dalam kelompok-kelmopok, seorang pengucap kata-kata yang menciptakan kelompok-kelompok.
(6) “Ia berkata-kata kasar. Ia mengucapkan kata-kata yang kasar, keras, menyakitkan bagi orang lain, menghina orang lain, berbatasan dengan kemarahan, tidak kondusif bagi konsentrasi.
(7) “Ia menikmati bergosip. Ia berbicara pada saat yang tidak tepat, berbicara bohong, mengatakan apa yang tidak bermanfaat, mengucapkan apa yang bertentangan dengan Dhamma dan disiplin; dan pada saat yang tidak tepat ia mengucapkan kata-kata yang tidak bernilai, tidak logis, melantur, dan tidak bermanfaat.
“Dengan cara inilah terjadinya empat kerusakan dan kegagalan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan.
.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, terjadinya tiga kerusakan dan kegagalan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan?
(8 ) “Di sini, seseorang penuh kerinduan. Ia merindukan kekayaan dan harta orang lain sebagai berikut: ‘Oh, semoga apa yang dimiliki orang lain menjadi milikku!’
(9) “Ia memiliki pikiran berniat buruk dan kehendak membenci sebagai berikut: ‘Semoga makhluk-makhluk ini dibunuh, dibantai, dipotong, dihancurkan, dibinasakan!’
(10) “Ia menganut pandangan salah, dan memiliki perspektif keliru sebagai berikut: ‘Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang dikorbankan, tidak ada yang dipersembahkan; tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini; tidak ada dunia lain; tidak ada ibu, tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; [294] tidak ada di dunia ini para petapa dan brahmana yang berperilaku baik dan praktik yang benar yang, setelah merealisasikan dunia ini dan dunia lain untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung, kemudian mengajarkannya kepada orang lain.’
“Dengan cara inilah terjadinya tiga kerusakan dan kegagalan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyakitkan.
“Adalah, para bhikkhu, karena tiga kerusakan dan kegagalan kamma jasmani, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan kelahiran yang buruk, di alam rendah, di neraka; atau adalah karena empat kerusakan dan kegagalan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan kelahiran yang buruk, di alam rendah, di neraka; atau adalah karena tiga kerusakan dan kegagalan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan kelahiran yang buruk, di alam rendah, di neraka. Seperti halnya dadu, ketika dilemparkan ke atas, akan diam dengan kokoh di mana pun dadu itu jatuh,<2183> Demikian pula, adalah karena tiga kerusakan dan kegagalan kamma jasmani … atau adalah karena empat kerusakan dan kegagalan kamma ucapan … atau adalah karena tiga kerusakan dan kegagalan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak tidak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan kelahiran yang buruk, di alam rendah, di neraka.
“Para bhikkhu, Aku tidak mengatakan bahwa ada penghentian kamma kehendak yang telah dilakukan dan dikumpulkan selama ia belum mengalami [akibatnya], dan itu mungkin terjadi dalam kehidupan ini, atau dalam kelahiran kembali [berikutnya], atau dalam beberapa kesempatan berikutnya. Tetapi Aku tidak mengatakan bahwa ada mengakhiri penderitaan selama seseorang belum mengalami [akibat dari] kamma kehendak yang telah dilakukan dan dikumpulkan.
“Sehubungan dengan hal ini, para bhikkhu, ada tiga keberhasilan kamma jasmani, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan; empat keberhasilan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan; dan tiga keberhasilan kamma pikiran, [295] yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, terjadinya tiga keberhasilan kamma jasmani, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan?
(1) “Di sini, seseorang, setelah meninggalkan membunuh, menghindari membunuh. Dengan tongkat pemukul dan senjata dikesampingkan, berhati-hati dan penyayang, ia berdiam dengan berbelas-kasih kepada semua makhluk hidup.
(2) “Setelah meninggalkan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari mengambil apa yang tidak diberikan. Ia tidak mencuri kekayaan dan harta orang lain di desa atau di dalam hutan.
(3) “Setelah meninggalkan hubungan seksual yang salah, ia menghindari hubungan seksual yang salah. Ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu mereka, ayah mereka, ibu dan ayah, saudara, saudari, atau kerabat mereka; yang dilindungi oleh Dhamma mereka; yang memiliki suami; yang pelanggarannya menuntut adanya hukuman; atau bahkan dengan seorang yang telah bertunangan.
“Dengan cara inilah terjadinya tiga keberhasilan kamma jasmani, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, terjadinya empat keberhasilan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan?
(4) “Di sini, setelah meninggalkan kebohongan, seseorang menghindari kebohongan. Jika ia dipanggil untuk menghadap suatu dewan, menghadap suatu kumpulan, menghadap sanak saudaranya, menghadap serikat kerja, atau menghadap persidangan, dan ditanyai sebagai saksi sebagai berikut: ‘Jadi, tuan, katakanlah apa yang engkau ketahui,’ kemudian, tidak mengetahui, ia mengatakan, ‘aku tidak tahu.’ Atau mengetahui, ia mengatakan, ‘aku tahu’; tidak melihat, ia mengatakan, ‘aku tidak melihat,’ atau melihat, ia mengatakan, ‘aku melihat.’ Demikianlah ia tidak dengan sadar mengucapkan kebohongan demi dirinya sendiri, atau demi orang lain, atau demi hal-hal duniawi yang remeh lainnya.
(5) “Setelah meninggalkan ucapan memecah-belah, ia menghindari ucapan memecah-belah. Setelah medengar sesuatu di sini, ia tidak mengulanginya di tempat lain untuk memecah-belah [orang-orang itu] dari orang-orang ini; atau setelah mendengar sesuatu di tempat lain, ia tidak mengulanginya kepada orang-orang ini untuk memecah-belah [mereka] dari orang-orang itu. Demikianlah ia adalah seorang yang menyatukan mereka yang terpecah-belah, [296] seorang penganjur persatuan, yang menikmati kerukunan, bergembira dalam kerukunan, bersenang dalam kerukunan, seorang pengucap kata-kata yang memajukan kerukunan.
(6) “Setelah meninggalkan ucapan kasar; ia menghindari ucapan kasar; ia mengucapkan kata-kata yang lembut, menyenangkan di telinga, memikat, kata-kata yang masuk ke dalam hati, kata-kata yang sopan yang disukai banyak orang dan menyenangkan banyak orang.
(7) “Setelah meninggalkan gosip, ia menghindari gosip; ia berbicara pada saat yang tepat, mengatakan apa yang sesuai fakta, mengatakan apa yang bermanfaat, berbicara tentang Dhamma dan disiplin; pada waktu yang tepat ia mengucapkan kata-kata yang layak dicatat, logis, singkat, dan bermanfaat.
“Dengan cara inilah terjadinya empat keberhasilan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, terjadinya tiga keberhasilan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan?
(8 ) “Di sini, seseorang tanpa kerinduan. Ia tidak merindukan kekayaan dan harta orang lain sebagai berikut: ‘Oh, semoga apa yang dimiliki orang lain menjadi milikku!’
(9) “Ia berniat baik dan kehendaknya bebas dari kebencian sebagai berikut: ‘Semoga makhluk-makhluk ini hidup berbahagia, bebas dari permusuhan, kesengsaraan, dan kecemasan!’
(10) “Ia menganut pandangan benar dan memiliki perspektif benar sebagai berikut: ‘Ada yang diberikan, ada yang dikorbankan, ada yang dipersembahkan; ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; ada dunia ini; ada dunia lain; ada ibu, ada ayah; ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; ada di dunia ini para petapa dan brahmana yang berperilaku baik dan praktik yang benar yang, setelah merealisasikan dunia ini dan dunia lain untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung, kemudian mengajarkannya kepada orang lain.’
“Dengan cara inilah terjadinya tiga keberhasilan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak bermanfaat, yang memiliki hasil dan akibat yang menyenangkan.
“Adalah, para bhikkhu, karena tiga keberhasilan kamma jasmani, yang muncul dari kehendak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam tujuan kelahiran yang baik, di alam surga; atau adalah karena empat keberhasilan kamma ucapan, yang muncul dari kehendak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam tujuan kelahiran yang baik, di alam surga; atau adalah karena tiga keberhasilan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam tujuan kelahiran yang baik, di alam surga. Seperti halnya dadu, ketika dilemparkan ke atas, akan diam dengan kokoh di mana pun dadu itu jatuh, Demikian pula, adalah karena tiga keberhasilan kamma jasmani … [297] … atau adalah karena empat keberhasilan kamma ucapan … atau adalah karena tiga keberhasilan kamma pikiran, yang muncul dari kehendak bermanfaat, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, makhluk-makhluk terlahir kembali di alam tujuan kelahiran yang baik, di alam surga.
“Para bhikkhu, Aku tidak mengatakan bahwa ada penghentian kamma kehendak yang telah dilakukan dan dikumpulkan selama ia belum mengalami [akibatnya], dan itu mungkin terjadi dalam kehidupan ini, atau dalam kelahiran kembali [berikutnya], atau dalam beberapa kesempatan berikutnya. Tetapi Aku tidak mengatakan bahwa ada mengakhiri penderitaan selama seseorang belum mengalami [akibat dari] kamma kehendak yang telah dilakukan dan dikumpulkan.