105. Kotbah tentang Harapan-Harapan<294>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu terdapat seorang bhikkhu yang tinggal sendirian, dalam keterasingan, berdiam di suatu tempat yang jauh dan sunyi.<295> Ketika duduk bermeditasi dan merenung, ia berpikir demikian, “Sang Bhagavā telah menghiburku dengan perkataan beliau dan mengajarkanku Dharma. [Oleh sebab itu,] aku memenuhi aturan-aturan latihan, tidak mengabaikan jhāna, menyempurnakan pandangan terang, dan berdiam di tempat yang kosong dan sunyi.” Kemudian, setelah berpikir demikian, pada waktu sore menjelang malam bhikkhu itu bangkit dari duduk bermeditasi dan mendekati Sang Buddha.<296>
Ketika melihat bhikkhu itu datang dari kejauhan, Sang Bhagavā, dikarenakan bhikkhu [yang sedang mendekat] itu, berkata kepada para bhikkhu:
Jika kalian berharap, “Semoga Sang Bhagavā menghiburkan dengan perkataan beliau dan mengajarkanku Dharma!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.<297>
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Dikarenakan diriku semoga sanak keluargaku, ketika hancurnya jasmani pada saat kematian, pasti naik menuju alam kehidupan yang baik dengan terlahir kembali di alam surga!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Para pendana yang menyediakanku dengan jubah dan selimut, makanan dan minuman, tempat tidur dan seprai, serta obat-obatan, semua kebutuhan, semoga mereka dikarenakan pemberian ini [dapat] memiliki kebajikan besar, kecemerlangan besar, dan memperoleh buah besar!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Semoga aku dapat menahan rasa lapar dan haus, dingin dan panas, nyamuk dan serangga pengganggu, lalat dan kutu, pengaruh angin dan matahari, perkataan jahat dan [bahkan] dipukuli dengan tongkat; semoga aku juga dapat menahan penyakit yang menyerang jasmani dengan kesakitan dan penderitaan ekstrem, cukup membuatku berharap untuk mengakhiri kehidupanku; juga [pengalaman lain] yang tidak menyenangkan – semoga aku dapat menahan semuanya!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Semoga aku dapat menahan ketidakpuasan; jika ketidakpuasan muncul, semoga pikiranku tidak pernah melekat padanya!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap semoga aku dapat menahan ketakutan; jika ketakutan muncul, semoga pikiranku dapat mengakhirinya dan tidak melekat padanya!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Jika tiga pemikiran jahat dan tidak bermanfaat muncul – pemikiran keinginan indria, pemikiran permusuhan, dan pemikiran kekejaman – semoga pikiranku mengakhiri tiga pemikiran jahat dan tidak bermanfaat serta tidak melekat padanya!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikhu, jika kalian berharap, “Semoga aku, terasing dari keinginan indria, terasing dari keadaan-keadaan jahat dan tidak bermanfaat, berdiam setelah mencapai, … sampai dengan … jhāna keempat!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Semoga aku, setelah menghancurkan tiga belenggu, menjadi seorang pemasuk-arus, seorang yang tidak akan jatuh ke dalam kondisi-kondisi jahat dan yang pasti maju menuju pencerahan sempurna dalam paling banyak tujuh kehidupan [lagi]; dan, setelah melewati [paling banyak] tujuh kehidupan di alam surga atau manusia, semoga aku mencapai akhir
dukkha!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Semoga aku, setelah menghancurkan tiga belenggu dan setelah melemahkan nafsu indria, kemarahan, dan ketidaktahuan, mencapai yang sekali-kembali dan, setelah melalui satu kehidupan di alam surga atau manusia, mencapai akhir
dukkha!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Semoga aku, setelah menghancurkan lima belenggu yang lebih rendah, terlahir kembali di alam lain dan di sana mencapai nirvana akhir, setelah mencapai kondisi yang tidak-kembali, dengan tidak kembali ke dunia ini!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Semoga aku mencapai pembebasan damai yang melampaui bentuk, setelah mencapai yang tanpa bentuk, dan dengan konsentrasi yang sesuai berdiam setelah secara langsung merealisasinya; dan dengan menggunakan kebijaksanaan dan pandangan terang [semoga aku] menghancurkan noda-noda dan mengetahui bahwa noda-noda [telah dihancurkan]!”, maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Para bhikkhu, jika kalian berharap, “Semoga aku memperoleh kekuatan batin, pengetahuan telinga dewa, pengetahuan atas pikiran orang lain, pengetahuan atas kehidupan lampau, pengetahuan atas kelahiran dan kematian [makhluk-makhluk]; dan setelah menghancurkan semua noda [semoga aku] mencapai pembebasan pikiran tanpa noda, pembebasan melalui kebijaksanaan, dengan mengetahui dan merealisasinya oleh dirinya sendiri di sini dan saat ini, dan berdiam setelah menyempurnakan realisasi-diri, dengan mengetahui sebagaimana adanya: ‘Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan mengalami kelangsungan lain!’” [jika kalian berharap semua ini] maka penuhilah aturan-aturan latihan, janganlah mengabaikan jhāna, sempurnakan pandangan terang, dan berdiamlah di tempat yang kosong dan sunyi.
Kemudian para bhikkhu, setelah mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, menerimanya dengan baik dan mengingatnya dengan baik. Bangkit dari tempat duduk mereka, mereka memberikan penghormatan dengan kepala mereka pada kaki Sang Buddha, mengelilingi beliau tiga kali, dan pergi.
Para bhikkhu itu, setelah menerima ajaran ini dari Sang Buddha, duduk bermeditasi di tempat yang jauh dan sunyi, berlatih dengan tekun, pikiran mereka bebas dari kelalaian. Dengan duduk bermeditasi di tempat yang jauh dan sunyi serta berlatih dengan tekun, dengan pikiran mereka bebas dari kelalaian, mereka mengetahui dan merealisasi bagi diri mereka sendiri, di sini dan saat ini, [pencapaian] itu demi kepentingan di mana para anggota keluarga mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan rumah mereka demi keyakinan, memasuki keadaan tanpa rumah untuk berlatih dalam sang jalan hanya demi kepentingan mencapai sepenuhnya puncak kehidupan suci; dan mereka berdiam setelah secara pribadi merealisasi, dengan mengetahui sebagaimana adanya: “Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan mengalami kelangsungan lain.” Para yang mulia itu, setelah mengetahui Dharma, telah menjadi para Arahant.<298>
Demikianlah yang diucapkan Sang Buddha. Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan menerimanya dengan hormat.