jadi setelah ngolor ngidul sampai 6 halaman, kisah saya terlupakan kayaknya
jadinya saya ambil kesimpulan sendiri saja.
makasih sudah hadir di thread saya dan makasih atas masukan2nya
tinggal saya sendiri yang harus bijak menyaringnya.
case closed
hei jangan keburu ditutup,problem saya belum terpecahkan.
mungkin cara saya menulis kurang tepat atau salah,sehingga menjadi polemik berkepanjangan.
saya coba meluruskan dari awal-----
problem saya----
Masalah intinya adalah,saya mendengar dan membaca dari sumber ajaran Buddha,bahwa perbuatan yang tanpa didasari oleh niat dari pelaku,misalnya---lalai,ceroboh,tidak sengaja,nyasar dan istilah lainnya,semua tidak mendapat karma(baik maupun buruk)---inilah poinnya.
Jadi melalui forum ini/thread ini saya mencari kebenaran tentang konsep tersebut diatas, saya tidak ingin berdebat,karena saya tidak memiliki modal untuk berdebat.
Jadai kalau ya katakan ya,kalau tidak(maksudnya konsep diatas salah) katakan tidak.dan yang benar seperti apa?
Kalau saya ditanya,memangnya kalau konsep diatas BENAR, kenapa ?
Jawab saya adalah-----saya tidak ingin menyalahkan yang sudah dianggap benar.
Tapi hal itu menjadi hambatan bagi saya untuk menjadi mantap di ajaran Buddha.
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).
Kadar resiko menjadi lebih besar bila tindakan itu disertai niat.
Karena konsep demikian lebih bermanfaat bagi umat,misalnya saat saya mendidik anak,tujuannya adalah memberi pelajaran agar lebih hati2 atau waspada dalam melakukan sesuatu.
Saya lebih cocok seperti hukum di dunia nyata,misalnya pemain sepak bola yang men-takling lawan, bila taklingnya salah,maka wasit akan menilai----di sengaja langsung kartu merah,tidak disengaja kartu kuning,----pemberian kartu kuning untuk mendidik pemain tersebut agar lebih ber-hati2.
Demikian penjelasan saya,semoga saya bisa mendapatkan info yang benar tentang hal ini.
salam