Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Rico Tsiau on 08 January 2013, 10:58:52 AM

Title: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 08 January 2013, 10:58:52 AM
saya bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit
setiap tahun ada saja serangan dari hama ulat dan tikus pada tanaman sawit, untuk itu pimpinan kebun merasa perlu membasmi hama2 ini. karena memang serangan hama ini sangat berpengaruh pada hasil perkebunan.

pimpinan kebun lalu membuat order atas pestisida (racun serangga) dan racun tikus, diteruskan pada saya, saya meminta acc atau persetujuan untuk pembelian racun ini pada atasan atau bos, bos bilang segera beli, saya beli, kirim ke lapangan (kebun), pimpinan kebun menerima racun tersebut kemudian memerintahkan karyawan bagian perawatan untuk mengaplikasikannya. yang jelas segera setelah pengaplikasian racun, tidak terhitung serangga/ulat yang mati berikut juga tikus.

pertanyaannya, apa saya berandil terhadap pembunuhan tersebut?
siapa yang paling berat menanggung karma dari pembunuhan tersebut? bos? saya? kepala kebun? karyawan bagian perawatan? atau penjual racun serangga/tikus?

bagaimana pandangan teman2 sekalian?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 08 January 2013, 11:39:30 AM
karma buruk kolektif,jangan memikirkan lebih berat mana atau siapa.jabatan atau status tidak paten dalam penghasilan karma,niat dan kondisi individu sangat menentukan kadar karmanya.

hukum alam----setiap kelahiran dan kelangsungan hidup,baik itu manusia atau hewan pasti akan membawa korban,kita tidak bisa menekan menjadi angka nol(korban atau karma buruk),.

menghindari dan menekan sehingga korban menjadi paling sedikit,itu usaha yang harus dilakukan manusia .

maka dengan kesadaran atas penghasilan buruk tsb,manusia di tuntut untuk lebih giat  mencetak karma baik lebih banyak lagi ,sebagai pengimbang atas resiko hidup tsb.
ibarat sebuah perusahaan,pasti ada ongkos/biaya operasi,kerugian dan penyusutan-----tugas seorang manager atau direktur adalah menekan kerugian dan mencetak keuntungan yang harus lebih besar dari kerugian.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 08 January 2013, 02:22:32 PM
wah, sepertinya sangat sulit menentukan apakah om rico ikut berperan atau tidak, karna proses bekerjanya kamma itu acinteyya (tidak terpikirkan oleh pikiran manusia biasa).
tapi imo, cetana itu menentukan. karna kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang dinamakan kamma. maka dilihat cetananya pada saat om rico melakukan itu apakah memang ingin ikut memusnakan serangga atau hanya sekedar menjalankan tugas.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 08 January 2013, 02:28:47 PM
cetananya lebih cenderung ke perasaan terpaksa karena tuntutan kerja namun tetap dengan sadar bahwa tindakan ini akan mendukung dan mengakibatkan terbunuhnya banyak makhluk hidup.

istilahnya, tau salah eh dikerjain juga
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 08 January 2013, 02:42:14 PM
Ternyata memang pemahaman tentang "Mata Pencaharian Benar" dalam Buddhisme harus diperluas dan diperdalam lagi. Segala usaha (pekerjaan) yang mengakibatkan makhluk lain terganggu, terluka atau terbunuh maka tidak dikategorikan sebagai mata pencaharian yang benar.

Jika tidak memungkinkan untuk pindah, mungkin saran pertama dapat dipraktekkan (menambah karma baik untuk mengurangi akibat/efek karma buruk yang berbuah kelak).

Tentang cetana, kita melakukan secara sadar, terlepas dari terpaksa ataupun tidak. Sepengetahuan/sepemahaman saya, karma tetap berbuah bila perbuatan dilandasi dengan keterpaksaan, ketidaktahuan, keteledoran (misalnya lupa membungkus kabel listrik secara benar, orang lain tersambar listrik hingga cedera).

Suatu karma tidak berbuah ketika tidak ada niat (cetana). Misalnya kita berjalan dan asyik mengobrol, saat melihat ke bawah baru sadar banyak makhluk kecil (semut dan serangga lain) terinjak mati.

Tindakan selanjutnya, bila sudah tahu (sadar) kita masih melanjutkan (jalan) karena sungkan dengan lawan bicara (misalnya bos kita), maka sejak detik itu juga karma mulai ada (akan berbuah) walau kita terpaksa menginjak semut/serangga tersebut.

Demikian, semoga jelas dan semoga selalu tekun dalam belajar dharma. Salam bahagia selalu untuk rekan Rico.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 08 January 2013, 02:52:58 PM
Tentang cetana, kita melakukan secara sadar, terlepas dari terpaksa ataupun tidak. Sepengetahuan/sepemahaman saya, karma tetap berbuah bila perbuatan dilandasi dengan keterpaksaan, ketidaktahuan, keteledoran (misalnya lupa membungkus kabel listrik secara benar, orang lain tersambar listrik hingga cedera).
imo, kadarnya akan beda apabila memang disengaja tidak membungkus secara benar dengan ketidaksengajaan.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 08 January 2013, 02:53:46 PM
cetananya lebih cenderung ke perasaan terpaksa karena tuntutan kerja namun tetap dengan sadar bahwa tindakan ini akan mendukung dan mengakibatkan terbunuhnya banyak makhluk hidup.

istilahnya, tau salah eh dikerjain juga
apakah harus om rico yang mengerjakan itu?
kalo masih ada orang lain, sebaiknya dihindari saja mengerjakannya.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 08 January 2013, 03:05:34 PM
apakah harus om rico yang mengerjakan itu?
kalo masih ada orang lain, sebaiknya dihindari saja mengerjakannya.

harus turun tangan mengerjakan sendiri, tidak bisa dihindari.

saya jadi sering merenungkan sepenggal kalimat di manggala sutta :

Hidup di tempat yang sesuai,
berkat kebajikan-kebajikan hidup yang lampau,

meununtun diri kearah yang benar,
itulah berkah utama.


.................

Membantu ayah dan ibu,
menyokong anak dan istri,
bekerja bebas dari pertentangan,
itulah berkah utama.


...............

nah mungkin jasa-jasa kehidupan lampau saya yang kurang baik, sehingga saya harus melakukan pekerjaan ini dan jauh dari apa yang disebut memiliki berkah utama.

atauuuuuuuu

saya kurang berusaha keras dalam kehidupan ini, namun berkeluh kesah dan menyalahkan bahwa pada kehidupan lampau tidak memiliki jasa-jasa yang baik (baca kusala kamma)

namun yang pasti, tanpa sebuah pembenaran pun, saya mengakui dan menyadari bahwa dengan pekerjaan/tindakan tersebut saya telah mengakibatkan atau paling tidak mendukung terjadinya pembantaian besar-besaran terhadap hama ulat dan tikus. ya tinggal tunggu waktu saja kapan benih yang ditaman ini berbuah.

ckckckck...
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 08 January 2013, 03:06:33 PM
Tentang cetana, kita melakukan secara sadar, terlepas dari terpaksa ataupun tidak. Sepengetahuan/sepemahaman saya, karma tetap berbuah bila perbuatan dilandasi dengan keterpaksaan, ketidaktahuan, keteledoran (misalnya lupa membungkus kabel listrik secara benar, orang lain tersambar listrik hingga cedera).
Niat: bantuin beresin kabel supaya orang tidak repot (=baik)
 pelaksanaan: tidak sengaja/teledor dalam membungkus kabel, sehingga orang lain kesetrum.
Hasil: karma buruk bikin orang kesetrum.

Kok kontradiktif yah? Cetana baik, tapi buah karmanya buruk.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 08 January 2013, 03:13:42 PM
Niat: bantuin beresin kabel supaya orang tidak repot (=baik)
 pelaksanaan: tidak sengaja/teledor dalam membungkus kabel, sehingga orang lain kesetrum.
Hasil: karma buruk bikin orang kesetrum.

Kok kontradiktif yah? Cetana baik, tapi buah karmanya buruk.
nah hayo om sunya.. bagaimana tuh?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 08 January 2013, 03:16:19 PM
kalo berpegangan pada ini :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).
maka hasil bukanlah masalah, yang menentukan adalah niat awal.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 08 January 2013, 03:41:20 PM
Niat: bantuin beresin kabel supaya orang tidak repot (=baik)
 pelaksanaan: tidak sengaja/teledor dalam membungkus kabel, sehingga orang lain kesetrum.
Hasil: karma buruk bikin orang kesetrum.

Kok kontradiktif yah? Cetana baik, tapi buah karmanya buruk.

Dulu ada kasus guru sekolah Buddhis menabrak murid sekolahnya. Kita pakai ini sebagai contoh.
Berita:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/293576-video--rekaman-cctv-guru-tabrak-18-murid-tk
http://www.tribunnews.com/2012/03/02/kronologi-guru-tk-tabrak-murid-sendiri
http://forum.kompas.com/nasional/69893-diliput-100an-media-asing-guru-tabrak-18-murid-jadi-sorotan-dunia.html
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/03/03/146458/Polresta-Medan-Rilis-Video-Mobil-Guru-Menabrak-Siswa/6
http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=15453:guru-tabrak-murid-tk-18-luka&catid=25:nasional&Itemid=29
http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1836535/seorang-guru-tabrak-17-murid-yang-sedang-olah-raga

Niat: Memindahkan mobil (baik, agar lapangan lebih luas).
Pelaksanaan: Teledor dalam berkendaraan, sehingga murid TK yang sedang berolah raga malah tertabrak.

Ada yang berani berkata bahwa guru ini tidak menciptakan karma apa-apa? :)

Ada perbedaan antara sengaja tidak sengaja, dengan teledor/lalai/ceroboh dengan ketekunan (sungguh-sungguh).
Yang pertama itu berkaitan dengan nasib dan kondisi (tidak terduga, tidak diatur/dikendalikan). Yang kedua berhubungan dengan kearifan (prajna/panna/wisdom/kebijaksanaan).

Dalam agama Buddha menekankan pengembangan kearifan dalam menyikapi hidup, sehingga masalah besar bisa diperkecil, masalah kecil bisa ditiadakan atau diminimalisir. Jika alasannya tidak sengaja lalu mengabaikan unsur kelalaian, sepertinya juga tidak arif (hukum pun tetap memproses sebuah tindakan akibat dari kelalaian).

Jadi tolong dibedakan, sengaja tidak sengaja, dan teledor/lalai/ceroboh/slebor. Ini perbedaan cukup kontras.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 08 January 2013, 03:50:07 PM
kalo berpegangan pada ini :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).
maka hasil bukanlah masalah, yang menentukan adalah niat awal.

Jangan lupa lho, ketidaktahuan itu juga salah satu unsur pencipta karma (ingat, LDM = Lobha, Dosa dan Moha).

Niat baik tidak dilandasi dengan pengetahuan (kebijaksanaan/panna), juga hasilnya tidak akan baik.

Itu pandangan saya. Maaf jika kurang berkenan.  Salam. _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 08 January 2013, 04:22:36 PM
Dulu ada kasus guru sekolah Buddhis menabrak murid sekolahnya. Kita pakai ini sebagai contoh.
Berita:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/293576-video--rekaman-cctv-guru-tabrak-18-murid-tk
http://www.tribunnews.com/2012/03/02/kronologi-guru-tk-tabrak-murid-sendiri
http://forum.kompas.com/nasional/69893-diliput-100an-media-asing-guru-tabrak-18-murid-jadi-sorotan-dunia.html
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/03/03/146458/Polresta-Medan-Rilis-Video-Mobil-Guru-Menabrak-Siswa/6
http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=15453:guru-tabrak-murid-tk-18-luka&catid=25:nasional&Itemid=29
http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1836535/seorang-guru-tabrak-17-murid-yang-sedang-olah-raga

Niat: Memindahkan mobil (baik, agar lapangan lebih luas).
Pelaksanaan: Teledor dalam berkendaraan, sehingga murid TK yang sedang berolah raga malah tertabrak.

Ada yang berani berkata bahwa guru ini tidak menciptakan karma apa-apa? :)

Ada perbedaan antara sengaja tidak sengaja, dengan teledor/lalai/ceroboh dengan ketekunan (sungguh-sungguh).
Yang pertama itu berkaitan dengan nasib dan kondisi (tidak terduga, tidak diatur/dikendalikan). Yang kedua berhubungan dengan kearifan (prajna/panna/wisdom/kebijaksanaan).

Dalam agama Buddha menekankan pengembangan kearifan dalam menyikapi hidup, sehingga masalah besar bisa diperkecil, masalah kecil bisa ditiadakan atau diminimalisir. Jika alasannya tidak sengaja lalu mengabaikan unsur kelalaian, sepertinya juga tidak arif (hukum pun tetap memproses sebuah tindakan akibat dari kelalaian).

Jadi tolong dibedakan, sengaja tidak sengaja, dan teledor/lalai/ceroboh/slebor. Ini perbedaan cukup kontras.

Salam.  _/\_
Iya, berarti kalau teledor, walaupun tidak sengaja, jadi berbuah karma 'kan?
Misalnya ada orang lihat pengemis kelaparan & kehausan, lalu dia berniat baik memberikan susu. Ternyata pengemis itu lactose-intolerant. Begitu minum malah mati. Maka si pemberi susu yang sangat gegabah tidak memastikan dulu itu, menuai karma buruk menyebabkan orang mati.

Intinya niat baik 100% bisa mengakibatkan buah karma buruk.

Kok tetap tidak sesuai dengan kamma = niat?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 08 January 2013, 04:32:02 PM
Iya, berarti kalau teledor, walaupun tidak sengaja, jadi berbuah karma 'kan?
Misalnya ada orang lihat pengemis kelaparan & kehausan, lalu dia berniat baik memberikan susu. Ternyata pengemis itu lactose-intolerant. Begitu minum malah mati. Maka si pemberi susu yang sangat gegabah tidak memastikan dulu itu, menuai karma buruk menyebabkan orang mati.

Intinya niat baik 100% bisa mengakibatkan buah karma buruk.

Kok tetap tidak sesuai dengan kamma = niat?

Saya tidak pernah menulis kamma = niat, rekan Kainyn. Justru saya menuliskan sebaliknya, bahwa niat baik belum tentu menghasilkan karma baik kalau tidak dilandasi dengan kebijaksanaan.

Demikian, semoga jelas. Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 08 January 2013, 04:36:09 PM
Saya tidak pernah menulis kamma = niat, rekan Kainyn. Justru saya menuliskan sebaliknya, bahwa niat baik belum tentu menghasilkan karma baik kalau tidak dilandasi dengan kebijaksanaan.

Demikian, semoga jelas. Salam.  _/\_

bro Sunya, kita samakan persepsi dulu.
anda setuju kamma = niat?
lepas dari konsep dilandasi atau tidak dilandasi kebijaksanaan.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 08 January 2013, 05:11:33 PM
bro Sunya, kita samakan persepsi dulu.
anda setuju kamma = niat?
lepas dari konsep dilandasi atau tidak dilandasi kebijaksanaan.

Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Sebenarnya cukup simpel, dalam hal ini ada 4 poin yang kita bahas terkait karma:
1. Ada atau tidak ada niat.
2. Tahu atau tidak tahu.
3. Niat buruk atau baik.
4. Sengaja atau tidak sengaja.

Nah, yang ingin kita ketahui dan bahas bersama, mana yang membuahkan karma 'kan? Bukan begitu?

Poin 1, jika ada niat tentu menghasilkan karma. Dalam hal ini niat = karma.
Kedua, tahu dan tidak tahu, tetap menghasilkan karma. Bermain api tanpa tahu api itu panas, tangan tetap terbakar.
Niat buruk atau baik, hasilnya relatif (seperti kasus guru dan kabel listrik tersebut).
Keempat, sengaja jelas membuahkan karma, dan tidak sengaja (tidak tahu/sadar) jelas tidak membuahkan karma. Ini saya jelaskan dengan contoh menginjak serangga di hal. 1.

Yang agak mirip mungkin poin pertama dan ketiga, dimana poin pertama berbunyi "ada niat", sedangkan poin ketiga membahas niat tersebut baik atau buruk. Disini mungkin perlu ekstra cermat, karena kalau salah maka akan menjadi rancu (salah interpretasi).

Saya kira ini juga yang disalahartikan rekan Kainyn? Semoga demikian. Dan semoga penjelasan ini bisa memperbaiki misinterpretasi tersebut.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hengki on 08 January 2013, 06:44:43 PM
Setahu saya perkebunan sawit itu sangat merusak lingkungan. Tanaman sawit membuat tanaman lain tidak bisa hidup dan hewan2 jg mati krn tidak ada makanan.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 08 January 2013, 07:21:32 PM
Rekan Rico, mungkin fokus kembali pada kasus Anda, sebaiknya banyak melakukan pelepasan hewan, agar mengimbangi karma pembunuhan yang tidak diinginkan tersebut. Bila melihat makhluk dalam kesulitan, itu adalah kesempatan terbaik juga untuk memberikan pertolongan (hewan yang terbuang, dipukuli, kelaparan, kedinginan, dsb). Semoga semua bisa baik sebagaimana kita semua menginginkannya.

Salam bahagia dalam dharma. Semoga mencapai apa yang dicita-citakan.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 08 January 2013, 07:42:53 PM
Dulu ada kasus guru sekolah Buddhis menabrak murid sekolahnya. Kita pakai ini sebagai contoh.
Berita:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/293576-video--rekaman-cctv-guru-tabrak-18-murid-tk
http://www.tribunnews.com/2012/03/02/kronologi-guru-tk-tabrak-murid-sendiri
http://forum.kompas.com/nasional/69893-diliput-100an-media-asing-guru-tabrak-18-murid-jadi-sorotan-dunia.html
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/03/03/146458/Polresta-Medan-Rilis-Video-Mobil-Guru-Menabrak-Siswa/6
http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=15453:guru-tabrak-murid-tk-18-luka&catid=25:nasional&Itemid=29
http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1836535/seorang-guru-tabrak-17-murid-yang-sedang-olah-raga

Niat: Memindahkan mobil (baik, agar lapangan lebih luas).
Pelaksanaan: Teledor dalam berkendaraan, sehingga murid TK yang sedang berolah raga malah tertabrak.

Ada yang berani berkata bahwa guru ini tidak menciptakan karma apa-apa? :)

Ada perbedaan antara sengaja tidak sengaja, dengan teledor/lalai/ceroboh dengan ketekunan (sungguh-sungguh).
Yang pertama itu berkaitan dengan nasib dan kondisi (tidak terduga, tidak diatur/dikendalikan). Yang kedua berhubungan dengan kearifan (prajna/panna/wisdom/kebijaksanaan).

Dalam agama Buddha menekankan pengembangan kearifan dalam menyikapi hidup, sehingga masalah besar bisa diperkecil, masalah kecil bisa ditiadakan atau diminimalisir. Jika alasannya tidak sengaja lalu mengabaikan unsur kelalaian, sepertinya juga tidak arif (hukum pun tetap memproses sebuah tindakan akibat dari kelalaian).

Jadi tolong dibedakan, sengaja tidak sengaja, dan teledor/lalai/ceroboh/slebor. Ini perbedaan cukup kontras.

Salam.  _/\_
yang menyatakan salah itu kan hukum negara om, jelas bukan hukum kamma.
dalam hukum negara, membunuh semut itu bukan kesalahan dan tidak akan dihukum, tapi dalam hukum kamma itu adalah akusala (tindakan salah).

Jangan lupa lho, ketidaktahuan itu juga salah satu unsur pencipta karma (ingat, LDM = Lobha, Dosa dan Moha).

Niat baik tidak dilandasi dengan pengetahuan (kebijaksanaan/panna), juga hasilnya tidak akan baik.

Itu pandangan saya. Maaf jika kurang berkenan.  Salam. _/\_
Ketidaktahuan (moha) adalah kebodohan batin, bukan tidak tau 1+1=2, dan juga bukan tidak tau bagaimana cara masang kabel listrik yang benar.


Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Sebenarnya cukup simpel, dalam hal ini ada 4 poin yang kita bahas terkait karma:
1. Ada atau tidak ada niat.
2. Tahu atau tidak tahu.
3. Niat buruk atau baik.
4. Sengaja atau tidak sengaja.

Nah, yang ingin kita ketahui dan bahas bersama, mana yang membuahkan karma 'kan? Bukan begitu?

Poin 1, jika ada niat tentu menghasilkan karma. Dalam hal ini niat = karma.
Kedua, tahu dan tidak tahu, tetap menghasilkan karma. Bermain api tanpa tahu api itu panas, tangan tetap terbakar.
Niat buruk atau baik, hasilnya relatif (seperti kasus guru dan kabel listrik tersebut).
Keempat, sengaja jelas membuahkan karma, dan tidak sengaja (tidak tahu/sadar) jelas tidak membuahkan karma. Ini saya jelaskan dengan contoh menginjak serangga di hal. 1.

Yang agak mirip mungkin poin pertama dan ketiga, dimana poin pertama berbunyi "ada niat", sedangkan poin ketiga membahas niat tersebut baik atau buruk. Disini mungkin perlu ekstra cermat, karena kalau salah maka akan menjadi rancu (salah interpretasi).

Saya kira ini juga yang disalahartikan rekan Kainyn? Semoga demikian. Dan semoga penjelasan ini bisa memperbaiki misinterpretasi tersebut.

Salam.  _/\_
apa bedanya tidak tau yang pertama dan tidak tau yang kedua?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 08 January 2013, 09:03:57 PM
yang menyatakan salah itu kan hukum negara om, jelas bukan hukum kamma.
dalam hukum negara, membunuh semut itu bukan kesalahan dan tidak akan dihukum, tapi dalam hukum kamma itu adalah akusala (tindakan salah).
Ketidaktahuan (moha) adalah kebodohan batin, bukan tidak tau 1+1=2, dan juga bukan tidak tau bagaimana cara masang kabel listrik yang benar.

apa bedanya tidak tau yang pertama dan tidak tau yang kedua?

Sdri. Hemayanti yang berbahagia, hukum karma dan hukum negara memang berbeda. Namun untuk satu hal yakni kelalaian (kurang arif dalam berperilaku) tetap berpengaruh dalam kedua hukum tersebut. Mohon dibaca kalimat tersebut secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong.

Ketidaktahuan jelas bukan tentang penghitungan angka ataupun kelistrikan (sudah dijelaskan di baris kedua, mohon dibaca kembali).

Tidak tahu pertama: Tidak tahu kebenaran (dharma).
Sudah ada contoh tentang api, ini contoh lain: Menyembelih hewan dengan maksud mempersembahkan sajian untuk leluhur, dewa, tuhan atau apapun dengan maksud baik untuk berbakti (mendedikasikan diri), tapi karena tidak paham hukum karma, maka kena akibatnya suatu hari nanti.

Tidak tahu kedua: Tidak memahami situasi yang sedang berlangsung (tidak sengaja).
Contoh: Tidak tahu ada semut di lantai, kita berjalan dan menginjaknya.

Tanpa mengurangi rasa hormat, mohon membaca kalimat jangan sepotong (diartikan per kata), tapi bacalah secara keseluruhan. Tiap kata bisa berbeda makna sesuai konteks kalimatnya. Tidak tahu pertama dan kedua jelas beda, dan sudah didukung oleh penjelasan tambahan bersama contoh kasusnya. Dengan begitu kita tidak keliru menafsirkan maknanya.

Semoga bisa diterima. Salam cinta kasih dan semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: cumi polos on 08 January 2013, 09:56:16 PM
saya bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit
setiap tahun ada saja serangan dari hama ulat dan tikus pada tanaman sawit, untuk itu pimpinan kebun merasa perlu membasmi hama2 ini. karena memang serangan hama ini sangat berpengaruh pada hasil perkebunan.

pimpinan kebun lalu membuat order atas pestisida (racun serangga) dan racun tikus, diteruskan pada saya, saya meminta acc atau persetujuan untuk pembelian racun ini pada atasan atau bos, bos bilang segera beli, saya beli, kirim ke lapangan (kebun), pimpinan kebun menerima racun tersebut kemudian memerintahkan karyawan bagian perawatan untuk mengaplikasikannya. yang jelas segera setelah pengaplikasian racun, tidak terhitung serangga/ulat yang mati berikut juga tikus.

pertanyaannya, apa saya berandil terhadap pembunuhan tersebut?
siapa yang paling berat menanggung karma dari pembunuhan tersebut? bos? saya? kepala kebun? karyawan bagian perawatan? atau penjual racun serangga/tikus?

bagaimana pandangan teman2 sekalian?

biarpun bro Rico tidak melakukan hal tsb,
maka bos pun sangat mudah mencari org yg akan melakukan tugas tsb....

apakah ada andil, yes....
seberapa besar cumi gak taooo...
mungkin bro bisa baca parita sebelum melakukan hal tsb... semoga mahluk2 lahir dlm alam yg baik...
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: adi lim on 08 January 2013, 09:57:35 PM
sekarang salahin orang baca sepotong bukannya secara lengkap  ???
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: ozma on 08 January 2013, 11:15:28 PM
Ternyata memang pemahaman tentang "Mata Pencaharian Benar" dalam Buddhisme harus diperluas dan diperdalam lagi. Segala usaha (pekerjaan) yang mengakibatkan makhluk lain terganggu, terluka atau terbunuh maka tidak dikategorikan sebagai mata pencaharian yang benar.

Jika tidak memungkinkan untuk pindah, mungkin saran pertama dapat dipraktekkan (menambah karma baik untuk mengurangi akibat/efek karma buruk yang berbuah kelak).

Tentang cetana, kita melakukan secara sadar, terlepas dari terpaksa ataupun tidak. Sepengetahuan/sepemahaman saya, karma tetap berbuah bila perbuatan dilandasi dengan keterpaksaan, ketidaktahuan, keteledoran (misalnya lupa membungkus kabel listrik secara benar, orang lain tersambar listrik hingga cedera).

Suatu karma tidak berbuah ketika tidak ada niat (cetana). Misalnya kita berjalan dan asyik mengobrol, saat melihat ke bawah baru sadar banyak makhluk kecil (semut dan serangga lain) terinjak mati.

Tindakan selanjutnya, bila sudah tahu (sadar) kita masih melanjutkan (jalan) karena sungkan dengan lawan bicara (misalnya bos kita), maka sejak detik itu juga karma mulai ada (akan berbuah) walau kita terpaksa menginjak semut/serangga tersebut.

Demikian, semoga jelas dan semoga selalu tekun dalam belajar dharma. Salam bahagia selalu untuk rekan Rico.  _/\_
maaf ingin tanya,
bagaimana bila membunuh orang sewaktu mabuk karena tidak sengaja ?
apakah boleh dikatakan tidak akan membuahkan kamma karena tidak memiliki niat ?


[at] Rico Tsiau
Menurut saya sih kamma tidak bisa dibilang begini dan begitu
Karena cara kerjanya saja kita tidak tau pasti, selain menerka2 dan mengacu pada sutta.
Sutta bilang kamma itu akibat dari cettana / niat

Betul seperti pernyataan temen2 di sini, tapi apa sesederhana itu ?

Semisal saya menyalakan api utk membakar sampah, lalu saya tinggalkan krn saya pikir sudah padam
tiba2 api itu membesar dan membakar 1 kampung dan menewaskan ratusan jiwa
Apa saya tidak mendapat kamma akan perbuatan tsb ?

Siapa yang berani bilang tidak ?  :whistle:


Dalam kasusmu, menurut pendapat saya pribadi..
Semua yang mengetahui akan pembunuhan dan menyebabkannya terjadi, akan mendapat kamma..
Namun yang melakukan dengan rasa benci dan tanpa perasaan menyesal / bersalah akan mendapat lebih banyak kamma buruk
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: learner on 08 January 2013, 11:35:36 PM
proses bagaimana jalannya karma bukan sesuatu yang dapat dipikirkan.

kalau ada yang tau jalannya karma, mohon jawab saja pertanyaan berikut.

bagaimana hukum karmanya seekor hewan karnivora?
hewan karnivora membunuh seumur hidup,
karma karena membunuh menggunung,

apakah mungkin hewan karnivora dapat terlahir di alam yang lebih bahagia?

hahaha..............
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: adi lim on 09 January 2013, 05:10:23 AM
maaf ingin tanya,
bagaimana bila membunuh orang sewaktu mabuk karena tidak sengaja ?
apakah boleh dikatakan tidak akan membuahkan kamma karena tidak memiliki niat ?

niat awal aja sudah tidak benar yaitu makan/minum yang dapat melemahkan kesadaran.
makanya disarankan menghindari minuman atau makanan yang dapat melemahkan kesadaran.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 05:17:04 AM
maaf ingin tanya,
bagaimana bila membunuh orang sewaktu mabuk karena tidak sengaja ?
apakah boleh dikatakan tidak akan membuahkan kamma karena tidak memiliki niat ?

Kalau boleh bertanya balik, benarkah orang mabuk tidak memiliki niat? Setahu saya orang mabuk masih memiliki tendensi walau tidak fokus.

Semoga berbahagia. Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 05:27:09 AM
proses bagaimana jalannya karma bukan sesuatu yang dapat dipikirkan.

kalau ada yang tau jalannya karma, mohon jawab saja pertanyaan berikut.

bagaimana hukum karmanya seekor hewan karnivora?
hewan karnivora membunuh seumur hidup,
karma karena membunuh menggunung,

apakah mungkin hewan karnivora dapat terlahir di alam yang lebih bahagia?

hahaha..............

Dalam dunia hewan yang dominan adalah naluri. Naluri tidak menciptakan karma secara dominan, tidak seperti pikiran (didasari oleh niat, rasa senang tidak senang, direncanakan, dsb).

Dalam sebuah acara tentang hewan, selalu ditekankan, "Dog doesn't hate, not like human."

Manusia memiliki tendensi. Tendensi melahirkan subyektifitas. Saya suka ini, saya cenderung setuju dengan apa yang dia katakan. Saya tidak suka ini, dan saya selalu kurang setuju dengan yang ia katakan. Ini juga terjadi di forum ini, beberapa orang selalu mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap sesuatu, bukan karena sesuatu-nya, tapi karena siapa yang mengetikkannya.

Subyektifitas (ego) yang cenderung menghasilkan karma (senang dan tidak senang terhadap sesuatu yang sifatnya netral/kosong).

Demikian. Semoga dipahami. Semoga kita dapat lebih bijak dalam menjalani hidup. Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: cumi polos on 09 January 2013, 05:45:17 AM
Kalau boleh bertanya balik, benarkah orang mabuk tidak memiliki niat? Setahu saya orang mabuk masih memiliki tendensi walau tidak fokus.

Semoga berbahagia. Salam.  _/\_
kalau boleh bertanya balik, apakah orang yg mabuk itu adalah :

1. manusia g0b0l0k
2. manusia badut
3. manusia belut
4. manusia yg menyalahkan alkohol

?

apakah pengendara mabuk yg membunuh org dgn tabrakan dijalan hukumannya lebih berat dari pada yg gak mabuk ? ohh udah jelas yg mabuk jauh lebih berat....

don't drink n drive!
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: adi lim on 09 January 2013, 05:59:52 AM
Dalam dunia hewan yang dominan adalah naluri. Naluri tidak menciptakan karma secara dominan, tidak seperti pikiran (didasari oleh niat, rasa senang tidak senang, direncanakan, dsb).

Ini juga terjadi di forum ini, beberapa orang selalu mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap sesuatu, bukan karena sesuatu-nya, tapi karena siapa yang mengetikkannya.

Subyektifitas (ego) yang cenderung menghasilkan karma (senang dan tidak senang terhadap sesuatu yang sifatnya netral/kosong).


nyindir nih ye ! tolonglah jangan pakai naluri hewan dalam diskusi !  :'(
atau memang benar sudah level bodisatwa, jadi sensi !  ^-^
apakah KIIK masih berlaku !  :)
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 07:04:33 AM
Ada yang tersindir?

Dua kelompok kegemaran langsung muncul.  ;D

Mari kita berdiskusi dengan baik.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 07:05:57 AM
kalau boleh bertanya balik, apakah orang yg mabuk itu adalah :

1. manusia g0b0l0k
2. manusia badut
3. manusia belut
4. manusia yg menyalahkan alkohol

?

apakah pengendara mabuk yg membunuh org dgn tabrakan dijalan hukumannya lebih berat dari pada yg gak mabuk ? ohh udah jelas yg mabuk jauh lebih berat....

don't drink n drive!

Yang mengatakan orang mabuk itu tidak memiliki niat bukan saya (mohon dibaca ulang). Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: cumi polos on 09 January 2013, 07:09:17 AM
Yang mengatakan orang mabuk itu tidak memiliki niat bukan saya (mohon dibaca ulang). Salam.  _/\_
apakah muridnya master sunya yg mengatakan hal tsb ?  :P
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: adi lim on 09 January 2013, 09:09:01 AM
Ada yang tersindir?

Dua kelompok kegemaran langsung muncul.  ;D

Mari kita berdiskusi dengan baik.  _/\_

ngaku nih menyindir !
sudah disarankan jangan pakai naluri hewan utk diskusi
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 09:32:32 AM
Perhatikan ini:

[...]

Tentang cetana, kita melakukan secara sadar, terlepas dari terpaksa ataupun tidak. Sepengetahuan/sepemahaman saya, karma tetap berbuah bila perbuatan dilandasi dengan keterpaksaan, ketidaktahuan, keteledoran (misalnya lupa membungkus kabel listrik secara benar, orang lain tersambar listrik hingga cedera).
Berarti jika kita melakukan sesuatu secara sadar, dan keburukan terjadi, maka ada karma terjadi walaupun tanpa niat buruk.

Lucunya dilanjutkan begini:

Quote
Suatu karma tidak berbuah ketika tidak ada niat (cetana). Misalnya kita berjalan dan asyik mengobrol, saat melihat ke bawah baru sadar banyak makhluk kecil (semut dan serangga lain) terinjak mati.
Di sini orang melakukan sesuatu secara sadar (berjalan), dan keburukan terjadi (semut mati), tapi tidak ada karma.

Kontradiktif dengan pernyataannya sendiri di atas:

Quote
Sepengetahuan/sepemahaman saya, karma tetap berbuah bila perbuatan dilandasi dengan keterpaksaan, ketidaktahuan, keteledoran


Kemudian membelut ke kasus guru menabrak murid.

[...]
Niat: Memindahkan mobil (baik, agar lapangan lebih luas).
Pelaksanaan: Teledor dalam berkendaraan, sehingga murid TK yang sedang berolah raga malah tertabrak.
Tidak ada niat menabrak, namun murid tertabrak. Berarti ada karma buruk.

Lalu membelut ke kebijaksanaan.

Quote
Ada perbedaan antara sengaja tidak sengaja, dengan teledor/lalai/ceroboh dengan ketekunan (sungguh-sungguh).
Yang pertama itu berkaitan dengan nasib dan kondisi (tidak terduga, tidak diatur/dikendalikan). Yang kedua berhubungan dengan kearifan (prajna/panna/wisdom/kebijaksanaan).

Dalam agama Buddha menekankan pengembangan kearifan dalam menyikapi hidup, sehingga masalah besar bisa diperkecil, masalah kecil bisa ditiadakan atau diminimalisir. Jika alasannya tidak sengaja lalu mengabaikan unsur kelalaian, sepertinya juga tidak arif (hukum pun tetap memproses sebuah tindakan akibat dari kelalaian).


Quote
Jadi tolong dibedakan, sengaja tidak sengaja, dan teledor/lalai/ceroboh/slebor. Ini perbedaan cukup kontras.
Iya, jadi 'tidak sengaja' ini kontras dengan 'lalai'.
Kalau masak mie instant malam-malam dan tidak sengaja ketiduran sehingga rumah kebakaran, ini tidak ada karma.
Kalau masak mie instant malam-malam dan lalai ketiduran sehingga rumah kebakaran, ini menghasilkan karma.

 ^:)^
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: M14ka on 09 January 2013, 09:42:35 AM
Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Sebenarnya cukup simpel, dalam hal ini ada 4 poin yang kita bahas terkait karma:
1. Ada atau tidak ada niat.
2. Tahu atau tidak tahu.
3. Niat buruk atau baik.
4. Sengaja atau tidak sengaja.

Nah, yang ingin kita ketahui dan bahas bersama, mana yang membuahkan karma 'kan? Bukan begitu?

Poin 1, jika ada niat tentu menghasilkan karma. Dalam hal ini niat = karma.
Kedua, tahu dan tidak tahu, tetap menghasilkan karma. Bermain api tanpa tahu api itu panas, tangan tetap terbakar.
Niat buruk atau baik, hasilnya relatif (seperti kasus guru dan kabel listrik tersebut).
Keempat, sengaja jelas membuahkan karma, dan tidak sengaja (tidak tahu/sadar) jelas tidak membuahkan karma. Ini saya jelaskan dengan contoh menginjak serangga di hal. 1.

Yang agak mirip mungkin poin pertama dan ketiga, dimana poin pertama berbunyi "ada niat", sedangkan poin ketiga membahas niat tersebut baik atau buruk. Disini mungkin perlu ekstra cermat, karena kalau salah maka akan menjadi rancu (salah interpretasi).

Saya kira ini juga yang disalahartikan rekan Kainyn? Semoga demikian. Dan semoga penjelasan ini bisa memperbaiki misinterpretasi tersebut.

Salam.  _/\_

kk gmn bs tau niat guru n tukang kabel itu baik/buruk? Guru n tukang kabel tsb kan bukan sengaja, brarti tidak sengaja donk? Kl yg contoh menginjak nyamuk napa bukan termasuk ceroboh krn ga berjalan hati"?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 09 January 2013, 10:43:19 AM
konsep Kamma-Vipaka, memang gampang2 susah..

Gampangnya:
karena simple sekali, yaitu:
kamma adalah perbuatan yg dilandasi niat
vipaka adalah hasil kamma

Susahnya:
~ dalam perenungan praktiknya, kita sering kesulitan menentukan mana yg kamma dan mana yg vipaka.
Contoh: apakah menangis adalah kamma ataukah vipaka? apakah kesedihan adalah kamma ataukah vipaka? apakah kegembiraan adalah kamma ataukah vipaka? apakah bersenang2 dalam kemewahan adalah kamma ataukah vipaka? ... hal2 begini cukup sulit ditentukan.

~ kedua, kita seringkali tergoda untuk membuat koneksi antara kamma dan vipaka 'ala kita'. Contoh paling jelas adalah kasus 'kabel' ini.

Niat untuk membantu menyambungkan kabel adalah niat baik, artinya jelas: kamma baik. Sedangkan kondisi orang tersengat listrik adalah: vipaka buruk orang tsb. hal ini saja sudah jelas tidak konek.

Tapi Bro..., akibatnya kita akan dituntut. Ok, "dituntut" adalah vipaka jelek kita. Disini perlu diperhatikan baik2: "dituntut krn orang tersengat kabel" penyebab (kamma) terdekatnya bukanlah karena kita berniat membantu orang lain tetapi karena kita ceroboh/tidak piawai dalam menyambung kabel. Kecerobohan adalah penyebab terdekat kita mendapatkan buah buruk akibat perbuatan kita.

Jika mau dilanjutkan lagi, apa penyebab sehingga kita ceroboh? Mungkin karena kebiasan2 jelek yg kita pupuk setiap hari: kebiasaan tidak memeriksa ulang hasil pekerjaan, kebiasaan terburu2, kebiasaan menduga2 tanpa memastikan, dstnya... Kesemua kebiasaan jelek ini suatu waktu, jika kondisinya pas, pasti akan menimbulkan hasil yg jelek pula.... Jadi kesemua kebiasaan jelek ini, yg kita pupuk sendiri, ditambah kamma lampau kita dengan si yg tersengat, atau mungkin juga kondisi2 lainnya yg tidak kita ketahui.. kesemuanya ini mengakibatkan kita dituntut. Jadi penyebab kita dituntut krn kecerobohan kita, sangat banyak dan tidak mungkin ditelusuri secara komplit. Yg dapat kita renungkan saat ini hanyalah penyebab terdekat, yakni: kecerobohan kita yg diakibatkan akumulasi perbuatan kita sendiri.

Bagaimana dengan niat baik kita ingin menolong orang (dgn menyambungkan kabel tsb)? Niat baik ini, tentu suatu saat akan berkontribusi menghasilkan vipaka baik juga... tidak tau pasti apa hasilnya... yah mungkin saja tuntutan dibatalkan keluarga si korban, krn dia mempertimbangkan niat baik kita... nggak bisa dipastikan.

Jadi, akibat kamma dan penyebab vipaka tidak mungkin untuk diketahui secara pasti, namun untuk perenungan kita, kita dapat melihat korelasi terdekat. Sehingga kita tidak akan kebingungan sendiri berasumsi bahwa niat baik bisa menghasilkan buruk, atau kamma terbagi atas lalai dan tidak-sengaja, dan kesimpulan lain yg aneh2 seperti diatas..


::
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 11:16:37 AM
konsep Kamma-Vipaka, memang gampang2 susah..

Gampangnya:
karena simple sekali, yaitu:
kamma adalah perbuatan yg dilandasi niat
vipaka adalah hasil kamma

Susahnya:
~ dalam perenungan praktiknya, kita sering kesulitan menentukan mana yg kamma dan mana yg vipaka.
Contoh: apakah menangis adalah kamma ataukah vipaka? apakah kesedihan adalah kamma ataukah vipaka? apakah kegembiraan adalah kamma ataukah vipaka? apakah bersenang2 dalam kemewahan adalah kamma ataukah vipaka? ... hal2 begini cukup sulit ditentukan.

~ kedua, kita seringkali tergoda untuk membuat koneksi antara kamma dan vipaka 'ala kita'. Contoh paling jelas adalah kasus 'kabel' ini.

Niat untuk membantu menyambungkan kabel adalah niat baik, artinya jelas: kamma baik. Sedangkan kondisi orang tersengat listrik adalah: vipaka buruk orang tsb. hal ini saja sudah jelas tidak konek.

Tapi Bro..., akibatnya kita akan dituntut. Ok, "dituntut" adalah vipaka jelek kita. Disini perlu diperhatikan baik2: "dituntut krn orang tersengat kabel" penyebab (kamma) terdekatnya bukanlah karena kita berniat membantu orang lain tetapi karena kita ceroboh/tidak piawai dalam menyambung kabel. Kecerobohan adalah penyebab terdekat kita mendapatkan buah buruk akibat perbuatan kita.

Jika mau dilanjutkan lagi, apa penyebab sehingga kita ceroboh? Mungkin karena kebiasan2 jelek yg kita pupuk setiap hari: kebiasaan tidak memeriksa ulang hasil pekerjaan, kebiasaan terburu2, kebiasaan menduga2 tanpa memastikan, dstnya... Kesemua kebiasaan jelek ini suatu waktu, jika kondisinya pas, pasti akan menimbulkan hasil yg jelek pula.... Jadi kesemua kebiasaan jelek ini, yg kita pupuk sendiri, ditambah kamma lampau kita dengan si yg tersengat, atau mungkin juga kondisi2 lainnya yg tidak kita ketahui.. kesemuanya ini mengakibatkan kita dituntut. Jadi penyebab kita dituntut krn kecerobohan kita, sangat banyak dan tidak mungkin ditelusuri secara komplit. Yg dapat kita renungkan saat ini hanyalah penyebab terdekat, yakni: kecerobohan kita yg diakibatkan akumulasi perbuatan kita sendiri.

Bagaimana dengan niat baik kita ingin menolong orang (dgn menyambungkan kabel tsb)? Niat baik ini, tentu suatu saat akan berkontribusi menghasilkan vipaka baik juga... tidak tau pasti apa hasilnya... yah mungkin saja tuntutan dibatalkan keluarga si korban, krn dia mempertimbangkan niat baik kita... nggak bisa dipastikan.

Jadi, akibat kamma dan penyebab vipaka tidak mungkin untuk diketahui secara pasti, namun untuk perenungan kita, kita dapat melihat korelasi terdekat. Sehingga kita tidak akan kebingungan sendiri berasumsi bahwa niat baik bisa menghasilkan buruk, atau kamma terbagi atas lalai dan tidak-sengaja, dan kesimpulan lain yg aneh2 seperti diatas..


::
Sebetulnya menurut saya kamma itu adalah konsep yang hanya perlu diterima sebagai konsep. Yang paling keliru dan sangat banyak terjadi adalah justru upaya-upaya untuk menspekulasikan kamma, seperti bro Willi bilang mencoba menghubungkan "ini" adalah hasil "ini".

Kamma adalah niat. Keputusan untuk tidak peduli adalah niat. Lari dari tanggung jawab adalah niat. Namun sesuatu yang tidak diketahui, yang tidak disengaja, bukanlah niat.

Jadi dalam kasus kabel:
1. jika kita lihat kabel di tempat umum yang kita tahu bisa nyetrum, kita cuek aja dan ada orang kesetrum, kita tidak menanam kamma menyetrum orang, tapi kita menanam kamma ketidak-pedulian.

2. jika kita lihat kabel di tempat umum yang kita tahu bisa nyetrum, kita biarkan dan berharap ada orang kesetrum, maka kita menanam kamma bersenang atas penderitaan orang.

3. jika kita adalah tukang kabel yang tahu ada kabel ga bener, kita cuek aja tapi tanpa niat agar orang lain kesetrum, maka kita menanam kamma ketidak-pedulian dan lari dari tanggung jawab

4. jika kita lihat kabel rusak, kita berusaha perbaiki dengan harapan orang tidak kesetrum, namun ternyata gagal dan tetap menyetrum orang, maka tetap yang ditanam adalah kamma baik untuk menolong sesama

dst...

Jadi kamma baik atau buruk dilihat dari niat, bukan dari hasil perbuatan. Sama juga orang mo transfer duit ke teroris untuk bikin bom, namun karena lalai/teledor/tidak sengaja, ternyata salah nomor rekening, transfer ke Palang Merah Internasional, maka tetap yang ditanam adalah kamma buruk.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: bluppy on 09 January 2013, 11:26:00 AM

4. jika kita lihat kabel rusak, kita berusaha perbaiki dengan harapan orang tidak kesetrum, namun ternyata gagal dan tetap menyetrum orang, maka tetap yang ditanam adalah kamma baik untuk menolong sesama


untuk point 4,
selain kamma baik ingin menolong sesama
apakah juga menanam kamma "sok tahu" ?
tidak paham ttg kabel listrik, tapi mencoba mengurus kabel sendiri.

jika niat baik menolong sesama + kebijaksanaan,
mungkin bisa dipertimbangkan
memanggil tukang listrik untuk memperbaiki kabel,
jadi niat baik menolong orang dengan hati2,
dan tidak menimbulkan hasil yg sia-sia
atau resiko mencelakaan org karena proses yg ceroboh

NB: thank untuk penjabaran dari bro williamhalim en bro kainyn
sangat membantu memperjelas proses kamma2
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 11:37:19 AM
untuk point 4,
selain kamma baik ingin menolong sesama
apakah juga menanam kamma "sok tahu" ?
tidak paham ttg kabel listrik, tapi mencoba mengurus kabel sendiri.

jika niat baik menolong sesama + kebijaksanaan,
mungkin bisa dipertimbangkan
memanggil tukang listrik untuk memperbaiki kabel,
jadi niat baik menolong orang dengan hati2,
dan tidak menimbulkan resiko mencelakaan org karena proses yg ceroboh

NB: thank untuk penjabaran dari bro williamhalim en bro kainyn
sangat membantu memperjelas proses kamma2
Kalau untuk 'detail' sebetulnya tergantung batin masing-masing dan bisa sangat variasi. Misalnya bisa juga mau sok tahu, nyari pujian, sok pahlawan, dll, tapi dalam contoh ke 4 itu yang mau saya bahas adalah niat yang baik (murni agar orang lain tidak kesetrum) tapi tidak dilakukan dengan benar. Walaupun hasilnya buruk, karena tindakan dilandasi niat baik, maka kamma yang ditanam adalah kamma bermanfaat dan vipakanya akan berupa kebahagiaan.

Niat baik yang bodoh, membuta, bukan tidak berbuah baik, namun buahnya tidak akan maksimal. Untuk itu kita perlu mengembangkan kebijaksanaan agar hasilnya bisa maksimal. Tapi jangan pernah takut berbuat baik hasilnya buruk. Lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan. Jika hasil masih buruk, jangan kecewa, tetap berbuat baik sambil belajar dari pengalaman, perbanyak belajar, dengarkan nasihat orang, dan lain-lain.

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 12:07:55 PM
punya niat baik untuk memperbaiki kabel listrik-----dapat 1 poin karma baik.
sebetulnya kabel itu hanya dikhawatirkan,tapi dibenahi dengan ceroboh/lalai,sehingga justru mencederai orang-----dapat 1 poin karma buruk.

niat untuk membantu teroris dengan tranfer dana-----dapat 1 poin karma buruk.
ada kesalahan/ceroboh ternyata uang ditranfer ke yayasan sosial untuk korban tsunami----tidak dapat karma baik ?

sebuah kecerobohan yang mengakibatkan kerugian mendapat karma buruk.
sebuah kecerobohan yang menghasilkan kebaikan tidak mendapat karma baik.
sepertinya ada kejanggalan,tidak adil ?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 09 January 2013, 01:19:55 PM
punya niat baik untuk memperbaiki kabel listrik-----dapat 1 poin karma baik.
sebetulnya kabel itu hanya dikhawatirkan,tapi dibenahi dengan ceroboh/lalai,sehingga justru mencederai orang-----dapat 1 poin karma buruk.

niat untuk membantu teroris dengan tranfer dana-----dapat 1 poin karma buruk.
ada kesalahan/ceroboh ternyata uang ditranfer ke yayasan sosial untuk korban tsunami----tidak dapat karma baik ?

sebuah kecerobohan yang mengakibatkan kerugian mendapat karma buruk.
sebuah kecerobohan yang menghasilkan kebaikan tidak mendapat karma baik.
sepertinya ada kejanggalan,tidak adil ?
jelas tidak adil om, karna yang dicoret itu seharusnya g ada kamma buruk.
memang kamma kayak undian yah pake poin2. :hammer:
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 01:32:25 PM
jelas tidak adil om, karna yang dicoret itu seharusnya g ada kamma buruk.
memang kamma kayak undian yah pake poin2. :hammer:

hehehe kata poin hanya untuk menunjukkan perolehan sesuatu.
berarti hasil akhir sebuah kebaikan maupun keburukan,yang tanpa disengaja/tanpa niat ,tidak mendapat karma apapun.seperti itukah?

trim pencerahannya.rekan Hemayanty.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 01:40:33 PM
Niat Cunda adalah beri Buddha makanan yang terbaik.
Hasilnya sakit perut Buddha kambuh.

Ada karma buruk tertanam di sana?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 02:06:41 PM
Niat Cunda adalah beri Buddha makanan yang terbaik.
Hasilnya sakit perut Buddha kambuh.

Ada karma buruk tertanam di sana?

karena ada tanda tanya di kalimat terakhir,maka pengertiannya adalah ----tidak ada karma buruk.

kalau ini adalah konsep yang ada di ajaran Buddha,tidak perlu di debat lagi.namun dari sudut pandang seorang pemula seperti saya,menjadi agak ragu dan penuh tanda tanya.
alasannya-----

dari sisi manfaat sebagai pelajaran/pendidikan umat, konsep ini ada sisi negatifnya,yaitu umat cenderung tidak belajar untuk meningkatkan ketelitian,kewaspadaan,pengetahuan,wawasan.

masih lebih baik hukum negara(dari sisi pendidikan),kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban,walaupun tidak ada unsur sengaja tetap dihukum ,walau lebih ringan dibandingkan dengan yang di sengaja.

maaf ini bukan mau menyangkal,tapi tujuannya untuk menghilangkan rasa ragu.
mohon pencerahannya.
terima kasih.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: M14ka on 09 January 2013, 02:13:39 PM
karena ada tanda tanya di kalimat terakhir,maka pengertiannya adalah ----tidak ada karma buruk.

kalau ini adalah konsep yang ada di ajaran Buddha,tidak perlu di debat lagi.namun dari sudut pandang seorang pemula seperti saya,menjadi agak ragu dan penuh tanda tanya.
alasannya-----

dari sisi manfaat sebagai pelajaran/pendidikan umat, konsep ini ada sisi negatifnya,yaitu umat cenderung tidak belajar untuk meningkatkan ketelitian,kewaspadaan,pengetahuan,wawasan.

masih lebih baik hukum negara(dari sisi pendidikan),kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban,walaupun tidak ada unsur sengaja tetap dihukum ,walau lebih ringan dibandingkan dengan yang di sengaja.

maaf ini bukan mau menyangkal,tapi tujuannya untuk menghilangkan rasa ragu.
mohon pencerahannya.
terima kasih.

Mungkin diajarkan di Jalan Mulia Berunsur Delapan, perhatian Benar yang berarti mengembangkan perhatian dan kesadaran, tidak ceroboh atau lalai.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 02:37:31 PM
Mungkin diajarkan di Jalan Mulia Berunsur Delapan, perhatian Benar yang berarti mengembangkan perhatian dan kesadaran, tidak ceroboh atau lalai.

mungkin juga iya. namun tetap ada pertanyaan.
disatu sisi diajarkan tentang ---perhatian Benar yang berarti mengembangkan perhatian dan kesadaran, tidak ceroboh atau lalai.
namun disisi lain diberitahu----akibat sebuah kelalaian tidak membuahkan karma----ini bisa merendahkan semangat untuk melatih diri.
ini ada kaitan dengan konsep tentang amal/berdana,bagi saya masih cukup misterius.

kalau pendapat saya sendiri,nilai karma dari sebuah perbuatan amal adalah---niat+hasil.
tapi dari konsep Buddha yang penting niat,kurang perhatian terhadap hasil amal,apakah sudah tepat sasaran atau tidak,disini umat tidak dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,wawasan.
sama2 amalnya ,tapi alangkah baiknya bila yang kita amalkan itu tepat sasaran---itu amal sempurna.

maaf ini hanya pendapat pribadi saya,bisa bantu dikoreksi?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: M14ka on 09 January 2013, 02:53:06 PM
mungkin juga iya. namun tetap ada pertanyaan.
disatu sisi diajarkan tentang ---perhatian Benar yang berarti mengembangkan perhatian dan kesadaran, tidak ceroboh atau lalai.
namun disisi lain diberitahu----akibat sebuah kelalaian tidak membuahkan karma----ini bisa merendahkan semangat untuk melatih diri.
ini ada kaitan dengan konsep tentang amal/berdana,bagi saya masih cukup misterius.

kalau pendapat saya sendiri,nilai karma dari sebuah perbuatan amal adalah---niat+hasil.
tapi dari konsep Buddha yang penting niat,kurang perhatian terhadap hasil amal,apakah sudah tepat sasaran atau tidak,disini umat tidak dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,wawasan.
sama2 amalnya ,tapi alangkah baiknya bila yang kita amalkan itu tepat sasaran---itu amal sempurna.

maaf ini hanya pendapat pribadi saya,bisa bantu dikoreksi?

Tadi uda dijelaskan:


Tapi Bro..., akibatnya kita akan dituntut. Ok, "dituntut" adalah vipaka jelek kita. Disini perlu diperhatikan baik2: "dituntut krn orang tersengat kabel" penyebab (kamma) terdekatnya bukanlah karena kita berniat membantu orang lain tetapi karena kita ceroboh/tidak piawai dalam menyambung kabel. Kecerobohan adalah penyebab terdekat kita mendapatkan buah buruk akibat perbuatan kita.

Jika mau dilanjutkan lagi, apa penyebab sehingga kita ceroboh? Mungkin karena kebiasan2 jelek yg kita pupuk setiap hari: kebiasaan tidak memeriksa ulang hasil pekerjaan, kebiasaan terburu2, kebiasaan menduga2 tanpa memastikan, dstnya... Kesemua kebiasaan jelek ini suatu waktu, jika kondisinya pas, pasti akan menimbulkan hasil yg jelek pula.... Jadi kesemua kebiasaan jelek ini, yg kita pupuk sendiri, ditambah kamma lampau kita dengan si yg tersengat, atau mungkin juga kondisi2 lainnya yg tidak kita ketahui.. kesemuanya ini mengakibatkan kita dituntut. Jadi penyebab kita dituntut krn kecerobohan kita, sangat banyak dan tidak mungkin ditelusuri secara komplit. Yg dapat kita renungkan saat ini hanyalah penyebab terdekat, yakni: kecerobohan kita yg diakibatkan akumulasi perbuatan kita sendiri.

Bagaimana dengan niat baik kita ingin menolong orang (dgn menyambungkan kabel tsb)? Niat baik ini, tentu suatu saat akan berkontribusi menghasilkan vipaka baik juga... tidak tau pasti apa hasilnya... yah mungkin saja tuntutan dibatalkan keluarga si korban, krn dia mempertimbangkan niat baik kita... nggak bisa dipastikan.

::
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: khiong on 09 January 2013, 02:58:34 PM
ikut tanya juga nih  :)) Niat untuk membantu korban bencana tranfer dana..nyasar ke teroris, Bagaimana pandangan Karmanya.?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 03:06:00 PM
ikut tanya juga nih  :)) Niat untuk membantu korban bencana tranfer dana..nyasar ke teroris, Bagaimana pandangan Karmanya.?
pertanyaan bagus,saya juga ingin tahu jawabannya.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 03:07:45 PM
Tadi uda dijelaskan:
maaf masih kabur.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 04:19:46 PM
dari sisi manfaat sebagai pelajaran/pendidikan umat, konsep ini ada sisi negatifnya,yaitu umat cenderung tidak belajar untuk meningkatkan ketelitian,kewaspadaan,pengetahuan,wawasan.
Bisa dijelaskan bagaimana relevansi hukum kamma dengan kecenderungan untuk tidak meningkatkan ketelitian, kewaspadaan, pengetahuan, dan wawasan?


Quote
masih lebih baik hukum negara(dari sisi pendidikan),kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban,walaupun tidak ada unsur sengaja tetap dihukum ,walau lebih ringan dibandingkan dengan yang di sengaja.
Bisa disebutkan kecelakaan yang bagaimana? Apakah seperti orang setir mobil lalu karena hujan mobil selip lindas kucing, maka 'seharusnya' kamma terjadi supaya berikutnya setir mobil lebih hati-hati? Atau bagaimana?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 04:21:13 PM
ikut tanya juga nih  :)) Niat untuk membantu korban bencana tranfer dana..nyasar ke teroris, Bagaimana pandangan Karmanya.?
Kalau dari yang selama ini anda lihat di diskusi ini, menurut pendapat anda sendiri bagaimana?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 04:47:43 PM
Bisa dijelaskan bagaimana relevansi hukum kamma dengan kecenderungan untuk tidak meningkatkan ketelitian, kewaspadaan, pengetahuan, dan wawasan?

Bisa disebutkan kecelakaan yang bagaimana? Apakah seperti orang setir mobil lalu karena hujan mobil selip lindas kucing, maka 'seharusnya' kamma terjadi supaya berikutnya setir mobil lebih hati-hati? Atau bagaimana?
sebuah kelalaian/kecerobohan yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain,bila tidak mendapat karma buruk sama sekali(tanpa sangsi),maka hal demikian cenderung akan diabaikan oleh umat,dalam hal melatih diri untuk meningkatkan kewaspaan,ketelitian.



kecelakaan kereta api yang disebabkan oleh kelalaian penjaga palang pintu untuk menutup jalan kendaraan bermotor,-----salah membaca kode jadwal lewat kereta api,kondisi fisik tidak fit dsb.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: stephen chow on 09 January 2013, 05:02:11 PM
ikut tanya juga nih  :)) Niat untuk membantu korban bencana tranfer dana..nyasar ke teroris, Bagaimana pandangan Karmanya.?
ikut nebeng, 
kamma dari niat si pelaku, pikiran si penerima, hasil dari yg di lakukan, mungkin ada lagi. lupa..
karena niatnya membantu tranfer dana tpi nyasar ya ada kamma baik dari niat dan uang yg di trnsfer, karena tidak dapat di gunakan oleh korban bencana ya kammanya dari hasilnya tidak ada..
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 05:19:54 PM
sebuah kelalaian/kecerobohan yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain,bila tidak mendapat karma buruk sama sekali(tanpa sangsi),maka hal demikian cenderung akan diabaikan oleh umat,dalam hal melatih diri untuk meningkatkan kewaspaan,ketelitian.
Maksudnya tanpa 'sanksi'?

Berarti mengikuti logika anda, kalau seseorang yang mau transfer dana untuk ngebom 5 tempat publik, lalu salah transfer ke Palang Merah Internasional dan dana itu digunakan untuk menyelamatkan 500 orang, orang itu sudah sepantasnya mendapatkan buah kamma baik.

Pertanyaan saya: menurut anda, apakah seharusnya orang itu mengembangkan kewaspadaan dan ketelitian? Apa alasannya?



Quote
kecelakaan kereta api yang disebabkan oleh kelalaian penjaga palang pintu untuk menutup jalan kendaraan bermotor,-----salah membaca kode jadwal lewat kereta api,kondisi fisik tidak fit dsb.

Sedikit bocoran: hukum kamma adalah keteraturan sebab akibat yang ditimbulkan oleh niat dalam pikiran. Hukum ini sifatnya netral, tidak pandang bulu, dan tidak mengurusi perkembangan batin orang orang lain.

Saya ambil padanan misalnya hukum gravitasi yang menjelaskan tentang keteraturan massa dan gaya tarik. Jika seseorang memahami hukum gravitasi dan berhasil merancang bagaimana membunuh orang dengan menjatuhkan benda bermassa tertentu dari ketinggian tertentu, apakah cocok kalau dikatakan "hukum gravitasi ini tidak adil dan menyebabkan orang menjadi pembunuh"?

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 05:21:30 PM
ikut nebeng, 
kamma dari niat si pelaku, pikiran si penerima, hasil dari yg di lakukan, mungkin ada lagi. lupa..
karena niatnya membantu tranfer dana tpi nyasar ya ada kamma baik dari niat dan uang yg di trnsfer, karena tidak dapat di gunakan oleh korban bencana ya kammanya dari hasilnya tidak ada..
ya sepertinya ini cocok(bagi saya).
niat yang tulus untuk membantu-----dapat karma baik.
keluar uang atau barang(berkorban)----dapat karma baik(lagi).
bila tepat sasaran------dapat karma lagi.--------
3 hal terpenuhi-----ini amal sempurna,


bila tidak tepat sasaran maka kesempurnaan hanya 2 per 3.

bila uang nyasar ke teroris ,sehingga dibelikan bom----memakan korban----pemilik uang akan merasa salah,bila MENGETAHUI KELALAIANNYA,kalau saya yang menjadi pemilik uang (salah tranfer) maka saya akan merasa salah---tanpa perlu tahu apakah saya akan mendapat karma buruk(secara teori konsep agama),dan merasa salah itu sudah suatu hukuman bagi saya,----ini menyangkut hukum sebab akibat,tanpa ada kelalaian saya,maka teroris tidak punya uang untuk merakit bom,dan tidak ada korban.----walaupun sejatinya saya tidak punya niat untuk nyumbang teroris,dan mungkin rasa bersalah ini akan terbawa/menghantui saya seumur hidup,ratusan nyawa melayang AKIBAT KELALAIAN SAYA.

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 05:27:43 PM
ikut nebeng, 
kamma dari niat si pelaku, pikiran si penerima, hasil dari yg di lakukan, mungkin ada lagi. lupa..
karena niatnya membantu tranfer dana tpi nyasar ya ada kamma baik dari niat dan uang yg di trnsfer, karena tidak dapat di gunakan oleh korban bencana ya kammanya dari hasilnya tidak ada..
Salah satu tolok ukur perbuatan adalah kondisi pikiran sebelum melakukan, sewaktu melakukan, dan setelah melakukan.
Dalam kasus di atas, pikiran sebelum transfer adalah baik. Kemudian diwujudkan dalam perbuatan transfer, yang juga adalah baik.

Namun ketika salah transfer dan hasilnya tidak ada, maka ia hanya dapat berbahagia atas perbuatan baik yang dilakukan, namun tidak dapat berbahagia atas 'terbantunya orang lain oleh dananya', sebab dananya memang tidak sampai. Ini yang dimaksudkan perbuatan baik terjadi, namun tidak optimal.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 09 January 2013, 05:40:26 PM
Maksudnya tanpa 'sanksi'?

Berarti mengikuti logika anda, kalau seseorang yang mau transfer dana untuk ngebom 5 tempat publik, lalu salah transfer ke Palang Merah Internasional dan dana itu digunakan untuk menyelamatkan 500 orang, orang itu sudah sepantasnya mendapatkan buah kamma baik.

Pertanyaan saya: menurut anda, apakah seharusnya orang itu mengembangkan kewaspadaan dan ketelitian? Apa alasannya?



Sedikit bocoran: hukum kamma adalah keteraturan sebab akibat yang ditimbulkan oleh niat dalam pikiran. Hukum ini sifatnya netral, tidak pandang bulu, dan tidak mengurusi perkembangan batin orang orang lain.

Saya ambil padanan misalnya hukum gravitasi yang menjelaskan tentang keteraturan massa dan gaya tarik. Jika seseorang memahami hukum gravitasi dan berhasil merancang bagaimana membunuh orang dengan menjatuhkan benda bermassa tertentu dari ketinggian tertentu, apakah cocok kalau dikatakan "hukum gravitasi ini tidak adil dan menyebabkan orang menjadi pembunuh"?
ya betul maksud saya adalah sanksi.
keteledoran/kecerobohan bukan hanya mengakibatkan kejelekan tapi bisa juga kebaikan,seperti yang anda contohkan uang donatur teroris masuk ke PMI.
menurut saya pelaku mendapat karma buruk karena niat membantu teroris.tapi uang dia telah (ternyata) menyelamatkan ratusan orang,dia pasti mendapat karma baik.
dalam contoh kasus ini si pelaku mendapat karma buruk dan baik,tapi kadarnya(berat ringan)kita tidak tahu.

hukum alam(termasuk gravitasi) tidak punya kehendak,hanya sebagai alat saja,sama dengan pisau dapur yang berguna tapi juga bisa dipakai membunuh,air yang berguna tapi juga bisa membunuh .----ini sangat adil.bukan sebagai penyebab orang menjadi pembunuh.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: khiong on 09 January 2013, 05:46:52 PM
ikut nebeng, 
kamma dari niat si pelaku, pikiran si penerima, hasil dari yg di lakukan, mungkin ada lagi. lupa..
karena niatnya membantu tranfer dana tpi nyasar ya ada kamma baik dari niat dan uang yg di trnsfer, karena tidak dapat di gunakan oleh korban bencana ya kammanya dari hasilnya tidak ada..
_/\_ tanpa niat , tapi mengakibatkan makhuk lain terbunuh oleh kita sendiri, apakah menghasilkan karma buruk?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: stephen chow on 09 January 2013, 05:52:57 PM
_/\_ tanpa niat , tapi mengakibatkan makhuk lain terbunuh oleh kita sendiri, apakah menghasilkan karma buruk?
tergantung kasusnya..

tidak ada kamma buruk seperti ini...

contohnya, saya jalan kaki tiba2 dari belakang ada yg bilang semut mati terinjak oleh saya,
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 09 January 2013, 06:23:51 PM
ya betul maksud saya adalah sanksi.
keteledoran/kecerobohan bukan hanya mengakibatkan kejelekan tapi bisa juga kebaikan,seperti yang anda contohkan uang donatur teroris masuk ke PMI.
menurut saya pelaku mendapat karma buruk karena niat membantu teroris.tapi uang dia telah (ternyata) menyelamatkan ratusan orang,dia pasti mendapat karma baik.
dalam contoh kasus ini si pelaku mendapat karma buruk dan baik,tapi kadarnya(berat ringan)kita tidak tahu.
OK. Menurut anda, apakah orang itu seharusnya mengembangkan perhatian dan ketelitian? Sebab dari kasus ini kita lihat kalau orang itu tidak mengembangkan perhatian dan ketelitian, malah menghasilkan kamma baik, sedangkan jika perhatian dan ketelitian terkembang, malah tidak ada kamma baik dan kamma buruknya bertambah.




Quote
hukum alam(termasuk gravitasi) tidak punya kehendak,hanya sebagai alat saja,sama dengan pisau dapur yang berguna tapi juga bisa dipakai membunuh,air yang berguna tapi juga bisa membunuh .----ini sangat adil.bukan sebagai penyebab orang menjadi pembunuh.
Betul, demikian pula hukum kamma mengatur perbuatan dan buah dari perbuatan, bukan sebagai penyebab orang menjadi lebih baik atau tidak. Bagaimana orang bersikap adalah tergantung pandangannya masing-masing. Orang tidak percaya hukum kamma pun bisa memutuskan untuk jadi orang yang baik kok.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 08:43:57 PM
Perhatikan ini:
Berarti jika kita melakukan sesuatu secara sadar, dan keburukan terjadi, maka ada karma terjadi walaupun tanpa niat buruk.

Lucunya dilanjutkan begini:
Di sini orang melakukan sesuatu secara sadar (berjalan), dan keburukan terjadi (semut mati), tapi tidak ada karma.

Kontradiktif dengan pernyataannya sendiri di atas:


Kemudian membelut ke kasus guru menabrak murid.
Tidak ada niat menabrak, namun murid tertabrak. Berarti ada karma buruk.

Lalu membelut ke kebijaksanaan.

Iya, jadi 'tidak sengaja' ini kontras dengan 'lalai'.
Kalau masak mie instant malam-malam dan tidak sengaja ketiduran sehingga rumah kebakaran, ini tidak ada karma.
Kalau masak mie instant malam-malam dan lalai ketiduran sehingga rumah kebakaran, ini menghasilkan karma.

 ^:)^

Anda tidak bisa membedakan antara teledor dan niat baik/jahat?
Teledor itu kelalaian, berhubungan dengan ketidakbijaksanaan. Dalam teledor tidak ada niat baik ataupun jahat.

Berjalan itu jelas sadar, tapi menginjak semut jelas tidak sadar (tahu pun tidak, karena tidak sengaja). Ini sulit bagi Anda?

Tentang tabrakan, jelas karena kelalaian (baca saja pasal dakwaan pengadilan). Tentang niat menabrak, tentu saja tidak ada, yang ada hanya niat baik memindahkan mobil agar lapangan lebih luas.

Tentang mie instan, jelas adalah kelalaian, ini penyebab umum kebakaran.
Tidak sengaja tidur dengan tidak sengaja menginjak semut adalah dua tidak sengaja yang berbeda. Yang satu sudah tahu masak mie kenapa ditinggal tidur? Sedangkan dalam berjalan tidak mungkin kita selalu melihat ke bawah. Kata-kata tidak selalu menunjuk makna yang sama, belajar memahami konteks kalimat.

"Saya tidak sengaja mendorong dia waktu ultah sehingga dia terpeleset di pinggir kolam dan terluka."
"Saya tidak sengaja menabrak penjual siomay itu karena dia muncul tiba-tiba dari tikungan."

Dari kedua kasus itu saja, jelas secara umum kasus pertama lebih berat karmanya, karena diniatkan mendorong walau tidak diniatkan melukai (karena itu disebut tidak sengaja). Kasus kedua, jelas situasi dan kondisi yang membuat peristiwa tersebut sulit dihindari (bukan murni kesalahan pihak pertama).

Jadi, dua tidak sengaja ternyata bisa bermakna lain?

Karena itu (sekali lagi), belajarlah konteks (context).

Salam. Semoga bahagia selalu.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 08:56:14 PM
kk gmn bs tau niat guru n tukang kabel itu baik/buruk? Guru n tukang kabel tsb kan bukan sengaja, brarti tidak sengaja donk? Kl yg contoh menginjak nyamuk napa bukan termasuk ceroboh krn ga berjalan hati"?

Sdri. M14ka, kasus guru tersebut adalah tanggapan untuk postingan rekan Kainyn yang juga mengasumsikan niat tukang kabel itu baik, maka saya beri contoh yang serupa (mirip). Berikut postingannya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431801.html#msg431801
Tentu saja niat baik dan buruk seseorang, hanya dia yang mengetahuinya. Karena rekan Kainyn memberi asumsi (praduga), saya juga membuat kisah serupa (dengan maksud agar dia bisa lebih mudah memahami).

Ya, memang tidak sengaja. Tapi (konkretnya saja), tentu bila ada kasus seperti itu paling tidak kita mengingatkan agar lain kali tidak teledor bukan?
Tadi siang kebetulan juga ada kasus orang lupa memungut kabel yang tidak terbungkus rapi, dan saya ingatkan. Peristiwa buruk bukan hanya terjadi karena "tidak sengaja", tapi juga karena faktor lalai. Kalau dua sampai tiga kali tidak sengaja membuat peristiwa kebakaran, dan alasannya tidak sengaja, bukankah ini juga patut dipertanyakan. :)

Menginjak semut maksudnya? Kan tidak mungkin kita berjalan sembari melihat ke bawah terus. Itu saja 'kan?

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 09:10:12 PM
Disini perlu diperhatikan baik2: "dituntut krn orang tersengat kabel" penyebab (kamma) terdekatnya bukanlah karena kita berniat membantu orang lain tetapi karena kita ceroboh/tidak piawai dalam menyambung kabel. Kecerobohan adalah penyebab terdekat kita mendapatkan buah buruk akibat perbuatan kita.

Betul, dari sekian postingan saya sudah mendiferensiasikan perbedaan antara kecerobohan dan niat, tapi tampaknya sulit dibedakan.
Kecerobohan berhubungan dengan ketidakarifan (belum cukup belajar), dan sedangkan niat berhubungan dengan maksud (tendensi) baik ataupun buruk.

Tentang kecenderungan membuat asumsi koneksi sebuah perbuatan dengan hasilnya, biarlah yang menulis yang menyadarinya. Tulisan saya netral, tapi disimpulkan sesuai keinginannya. Baiknya, semua terekam jelas di hal. 1:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431796.html#msg431796

Dia sendiri yang menyimpulkan membungkus kabel = baik, lalu mencampuradukkan antara kelalaian dan niat baik/buruk. Ketika merasa ada kerancuan (yang berasal dari asumsi sendiri), makhluk lain yang disalahkan (disebut sebagai binatang/hewan).

Biarlah semua demikian. Memang demikian adanya.

Salam. :)

 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 09 January 2013, 09:26:33 PM
OK. Menurut anda, apakah orang itu seharusnya mengembangkan perhatian dan ketelitian? Sebab dari kasus ini kita lihat kalau orang itu tidak mengembangkan perhatian dan ketelitian, malah menghasilkan kamma baik, sedangkan jika perhatian dan ketelitian terkembang, malah tidak ada kamma baik dan kamma buruknya bertambah.



Betul, demikian pula hukum kamma mengatur perbuatan dan buah dari perbuatan, bukan sebagai penyebab orang menjadi lebih baik atau tidak. Bagaimana orang bersikap adalah tergantung pandangannya masing-masing. Orang tidak percaya hukum kamma pun bisa memutuskan untuk jadi orang yang baik kok.

Rekan Kainyn, kalau menurut saya orang salah mentransfer dari rekening teroris ke PMI, itu tidak tergolong melakukan karma baik.
Perhatian dan ketelitian jelas harus dikembangkan, karena kasus kabel, guru menabrak murid, penjaga pintu kereta, semua diakibatkan kurangnya perhatian (lalai).
Perhatian itu juga sifatnya netral, bisa menghasilkan karma baik, bisa pula buruk.
Jika perhatian itu digunakan untuk hal negatif (seperti mentransfer uang ke rekening teroris), tentu akan berbuah karma buruk. Dalam hal ini perhatian menjadi 'sebab' dia tidak salah transfer (tapi niat dan perbuatannya buruk karena menyokong dana teroris).

Tentang hukum karma, kalau boleh saya sampaikan sedikit maksud dari rekan Hadi (berhubung saya sudah kenal cukup lama).
Maksud beliau, dengan tahu hukum karma itu bekerja dengan adil, maka orang akan termotivasi untuk jadi orang baik.
Tentu saja ini tidak sama dengan: Hukum karma adalah satu-satunya penyebab orang menjadi baik. Ini yang saya maksud, kita harus mengartikan apapun sebagaimana adanya, tidak dengan tendensius. Ini maksud saya baik (cuma memberi masukan), mohon tidak disalahpahami lagi.

Salam.  Semoga bahagia selalu. _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: ozma on 09 January 2013, 09:31:51 PM
niat awal aja sudah tidak benar yaitu makan/minum yang dapat melemahkan kesadaran.
makanya disarankan menghindari minuman atau makanan yang dapat melemahkan kesadaran.
terima kasih atas jawabannya..
Saya hanya ingin menanyakan apakah benar hanya niat saja yang menyebabkan kamma ?

Kalau boleh bertanya balik, benarkah orang mabuk tidak memiliki niat? Setahu saya orang mabuk masih memiliki tendensi walau tidak fokus.

Semoga berbahagia. Salam.  _/\_
sebenarnya bukan mabuk yg ingin saya tanyakan,
tapi perbuatan yg dilakukan tanpa sengaja / niat namun menimbulkan penderitaan pihak lain.. (kasus mabuk hanya contoh saja )

Apakah menimbulkan karma ?

Namun sudah anda jawab dalam postingan slanjutnya, seperti ini :
Quote
Anda tidak bisa membedakan antara teledor dan niat baik/jahat?
Teledor itu kelalaian, berhubungan dengan ketidakbijaksanaan. Dalam teledor tidak ada niat baik ataupun jahat.
Saya simpulkan dalam pandangan anda, perbuatan yg dilakukan tanpa sengaja tidak menghasilkan kamma sama sekali, bukan begitu ?

Kalau boleh saya tanya
Darimana pandangan itu berasal ?
Apa yang mendasarinya ?

terima kasih
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: kullatiro on 09 January 2013, 09:35:13 PM
kok masih panjang yah bukan soal ini pernah di bahas di tempat lain bahkan ada contoh sutta cerita tentang pemburu yang pergi berburu dan setiap pagi sang istri yang sudah mencapai tingkat kesucian menyiapkan peralatan berburu sang suami dan sang Buddha sudah menerang kan dengan jelas sang istri tersebut tidak mendapat karma buruk karena melakukan tugas nya sebagai seorang istri pemburu.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 09 January 2013, 09:49:16 PM
hehehe kata poin hanya untuk menunjukkan perolehan sesuatu.
berarti hasil akhir sebuah kebaikan maupun keburukan,yang tanpa disengaja/tanpa niat ,tidak mendapat karma apapun.seperti itukah?

trim pencerahannya.rekan Hemayanty.
saya rasa jawabannya udah diuraikan sangat jelas oleh om kainyn. :)

saya belum bisa membuktikan sesuatu yang acinteyya, jadi cuma bisa kasi ini om. :)
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415)."

sekedar info
kamma = perbuatan
vipaka = hasil
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: khiong on 10 January 2013, 08:33:34 AM
kok masih panjang yah bukan soal ini pernah di bahas di tempat lain bahkan ada contoh sutta cerita tentang pemburu yang pergi berburu dan setiap pagi sang istri yang sudah mencapai tingkat kesucian menyiapkan peralatan berburu sang suami dan sang Buddha sudah menerang kan dengan jelas sang istri tersebut tidak mendapat karma buruk karena melakukan tugas nya sebagai seorang istri pemburu.
Menarik :)). Berarit Om Rico aman. ;D
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 10 January 2013, 06:08:45 PM
Menarik :)). Berarit Om Rico aman. ;D

Istri pemburu itu sudah mencapai kesucian (perbuatan sudah tidak dilandasi kehendak/niat, hanya kiriya).  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 10 January 2013, 08:06:47 PM
Istri pemburu itu sudah mencapai kesucian (perbuatan sudah tidak dilandasi kehendak/niat, hanya kiriya).  _/\_
hanya arahat yang perbuatannya tidak dilandasi cetana lagi, sotapanna masih....
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 11 January 2013, 09:38:53 AM
Memang menakjubkan melihat sepak terjang orang yang merasa diri tahu segalanya dan mengoreksi sana-sini, ternyata kosong melompong.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 11 January 2013, 10:58:45 AM
Memang menakjubkan melihat sepak terjang orang yang merasa diri tahu segalanya dan mengoreksi sana-sini, ternyata kosong melompong.

Anda sedang bicara tentang diri Anda?

 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: cumi polos on 11 January 2013, 11:20:33 AM
isi kosong, kosong isi...
kosong melompong...

itulah salah satu keahliannya master SUNYA

masih kurang jelas apa lagi ? :o :o
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 11 January 2013, 11:28:17 AM
Dengan LDM, orang selalu mencerca dan merendahkan, bukan melihat sisi positif dari sebuah komentar (tulisan).

Menarik :)). Berarit Om Rico aman. ;D

Istri pemburu itu sudah mencapai kesucian (perbuatan sudah tidak dilandasi kehendak/niat, hanya kiriya).  _/\_

Tulisan saya di atas dibuat hanya semata mengingatkan bahwa orang dalam cerita sudah mencapai kesucian, tidak sama dengan umat awam. Tentang asumsi bahwa dia sudah arahat, hanya didasarkan pada teori Buddhisme sendiri (dari 4 jenis kesucian, hanya arahat yang terbebas dari penciptaan karma baru, karena tindakan sudah tidak dilandasi cetana/kehendak).

Hal kecil begini dipermasalahkan, padahal klarifikasi dari rekan Will sudah cukup untuk menambahkan (memperjelas).

Diskusi dharma seharusnya bersifat mencerahkan, bukan mencari kesalahan kecil orang lain dan dijadikan bahan debat.

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 11 January 2013, 12:08:18 PM
Belut lagi, belut lagi.

Awalnya bilang pencapaian kesucian tidak pakai cetana, sekarang membelut "ariya beda dengan umat awam".

Udah salah yah bilang aja salah, susah amat sih?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 11 January 2013, 12:16:03 PM
Belut lagi, belut lagi.

Awalnya bilang pencapaian kesucian tidak pakai cetana, sekarang membelut "ariya beda dengan umat awam".

Udah salah yah bilang aja salah, susah amat sih?

Rekan Kainyn yang baik, silakan kutip saja tulisan tersebut bila ada. Saya tunggu. :)

Salam bahagia untuk Anda. Selamat berakhir pekan.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 11 January 2013, 12:17:23 PM
Rekan Kainyn yang baik, silakan kutip saja tulisan tersebut bila ada. Saya tunggu. :)

Salam bahagia untuk Anda. Selamat berakhir pekan.  _/\_
Oh sorry, maksudnya yang sudah mencapai kesucian.


Nah ini lengkapnya:
Istri pemburu itu sudah mencapai kesucian (perbuatan sudah tidak dilandasi kehendak/niat, hanya kiriya).  _/\_

Dengan LDM, orang selalu mencerca dan merendahkan, bukan melihat sisi positif dari sebuah komentar (tulisan).

Tulisan saya di atas dibuat hanya semata mengingatkan bahwa orang dalam cerita sudah mencapai kesucian, tidak sama dengan umat awam. Tentang asumsi bahwa dia sudah arahat, hanya didasarkan pada teori Buddhisme sendiri (dari 4 jenis kesucian, hanya arahat yang terbebas dari penciptaan karma baru, karena tindakan sudah tidak dilandasi cetana/kehendak).

Hal kecil begini dipermasalahkan, padahal klarifikasi dari rekan Will sudah cukup untuk menambahkan (memperjelas).

Diskusi dharma seharusnya bersifat mencerahkan, bukan mencari kesalahan kecil orang lain dan dijadikan bahan debat.

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_

Nah itu port-folio belut anda yang tetap menghindar mengakui diri sendiri bisa salah.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 11 January 2013, 12:29:35 PM
Oh sorry, maksudnya yang sudah mencapai kesucian.

Yang sudah mencapai kesucian, lalu saya beri tanda kurung perbuatan sudah tidak dilandasi niat atau kehendak 'kan?
Saya asumsikan demikian karena hanya arahat yang tidak menghasilkan karma lagi, karena dalam cerita itu disebutkan dia tidak menghasilkan karma buruk (menurut Sang Buddha).

Apa ini usaha membelut juga (dalam istilah Anda)?

Sudahlah, yang penting Anda senang, bagi saya itu sudah cukup.

Salam bahagia.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: adi lim on 11 January 2013, 01:05:32 PM
Memang menakjubkan melihat sepak terjang orang yang merasa diri tahu segalanya dan mengoreksi sana-sini, ternyata kosong melompong.

Anda sedang bicara tentang diri Anda?
 _/\_

walaupun saya tidak bisa membaca pikiran orang lain
tapi memang kata kosong melompong itu di tujukan kepada anda jadi terima ajalah :))
dari pada membelut terus tanpa tujuan, malah tambah ngaco belutnya  ^-^
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 11 January 2013, 01:10:35 PM
Yang sudah mencapai kesucian, lalu saya beri tanda kurung perbuatan sudah tidak dilandasi niat atau kehendak 'kan?
Saya asumsikan demikian karena hanya arahat yang tidak menghasilkan karma lagi, karena dalam cerita itu disebutkan dia tidak menghasilkan karma buruk (menurut Sang Buddha).

Apa ini usaha membelut juga (dalam istilah Anda)?

Sudahlah, yang penting Anda senang, bagi saya itu sudah cukup.

Salam bahagia.  _/\_
Masa' sih anda demikian dungu sehingga orang sudah mengaku salah tulis disebut membelut?

Benar-benar tak tertolong.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 11 January 2013, 01:10:44 PM
A: Kalo ada bahaya, semua bangsa burung tinggal kabur terbang ke langit.

B: Lho, kalkun di peternakan ga bisa terbang. Burung onta, pinguin, kiwi, juga ga bisa terbang.

A: Yah 'kan gue asumsi namanya burung yah pasti perkutut... Gitu aja dipanjang-panjangin deh...

B: #^&**&*#$??!!
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: dhammadinna on 11 January 2013, 01:22:00 PM
Tentang, istri si pemburu, tadinya bro Sunya mengira ia sudah Arahat ya? Bukan sotapanna?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 11 January 2013, 02:04:40 PM
Menarik :)). Berarit Om Rico aman. ;D

 :)) :)) :))
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 11 January 2013, 02:47:20 PM
Masa' sih anda demikian dungu sehingga orang sudah mengaku salah tulis disebut membelut?

Benar-benar tak tertolong.

Yang saya maksud, bila penjelasan saya tidak bisa diterima, apa akan disebut membelut juga.
Saya sendiri tidak pernah menyebut Anda atau siapapun membelut. Bagi saya kita harus menghargai siapapun kawan berdiskusi kita.

Salam. Semoga Anda berbahagia.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 11 January 2013, 02:50:25 PM
Tentang, istri si pemburu, tadinya bro Sunya mengira ia sudah Arahat ya? Bukan sotapanna?

Sudah saya jelaskan di atas, berikut saya kutip lagi.

Tentang asumsi bahwa dia sudah arahat, hanya didasarkan pada teori Buddhisme sendiri (dari 4 jenis kesucian, hanya arahat yang terbebas dari penciptaan karma baru, karena tindakan sudah tidak dilandasi cetana/kehendak).

Saya asumsikan demikian karena hanya arahat yang tidak menghasilkan karma lagi, karena dalam cerita itu disebutkan dia tidak menghasilkan karma buruk (menurut Sang Buddha).

Terima kasih.

Salam.   _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: dhammadinna on 11 January 2013, 03:04:24 PM
^ ^ ^ saran saya sih, next time ngomongnya to-the-point aja...

Soalnya yang dulu kita pernah diskusi, km pernah berbicara tentang content dan context, inget? :D Km menjelaskan apa itu content, apa itu context. Padahal sebenernya kamu cukup bilang kalo pengertian kata A menurutku, berbeda dengan pengertian kata A menurutmu.

Karena, semakin panjang pembahasannya, kalo tidak tepat disampaikan, semakin mungkin disalah-pahami.
________

Trus selain to-the-point, usahakan jelas juga. Misalnya kayak postingan diatas, kan km bisa bilang bahwa menurutmu istri si pemburu itu arahat (bukan sotapanna). Jadi, orang tidak perlu belajar mencari arti yang tersirat dari postinganmu, karena sudah kamu sampaikan secara gamblang...

Yah, itu saran aja sih. Saya memang tidak baca semua postinganmu, tapi yang saya lihat, beberapa di antaranya tidak sepenuhnya salah juga, tapi penyampaiannya ga pas.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 11 January 2013, 03:14:55 PM
 :backtotopic:

jadi setelah ngolor ngidul sampai 6 halaman, kisah saya terlupakan kayaknya  :'( :'( :'( :'(
jadinya saya ambil kesimpulan sendiri saja.
makasih sudah hadir di thread saya dan makasih atas masukan2nya
tinggal saya sendiri yang harus bijak menyaringnya.

case closed

 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 11 January 2013, 03:56:42 PM
:backtotopic:

jadi setelah ngolor ngidul sampai 6 halaman, kisah saya terlupakan kayaknya  :'( :'( :'( :'(
jadinya saya ambil kesimpulan sendiri saja.
makasih sudah hadir di thread saya dan makasih atas masukan2nya
tinggal saya sendiri yang harus bijak menyaringnya.

case closed

 _/\_
hei jangan keburu ditutup,problem saya belum terpecahkan.

mungkin cara saya menulis kurang tepat atau salah,sehingga menjadi polemik berkepanjangan.
saya coba meluruskan dari awal-----
problem saya----
Masalah intinya adalah,saya mendengar dan membaca dari sumber ajaran Buddha,bahwa perbuatan yang tanpa didasari oleh niat dari pelaku,misalnya---lalai,ceroboh,tidak sengaja,nyasar dan istilah lainnya,semua tidak mendapat karma(baik maupun buruk)---inilah poinnya.
Jadi melalui forum ini/thread ini saya mencari kebenaran tentang konsep tersebut diatas, saya tidak ingin berdebat,karena saya tidak memiliki modal untuk berdebat.
Jadai kalau ya katakan ya,kalau tidak(maksudnya konsep diatas salah) katakan tidak.dan yang benar seperti apa?

Kalau saya ditanya,memangnya kalau konsep diatas BENAR, kenapa ?
Jawab saya adalah-----saya tidak ingin menyalahkan yang sudah dianggap benar.
Tapi hal itu menjadi hambatan bagi saya untuk menjadi mantap di ajaran Buddha.
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).
Kadar resiko menjadi lebih besar bila tindakan itu disertai niat.
Karena konsep demikian lebih bermanfaat bagi umat,misalnya saat saya mendidik anak,tujuannya adalah memberi pelajaran agar lebih hati2 atau waspada dalam melakukan sesuatu.

Saya lebih cocok seperti hukum di dunia nyata,misalnya pemain sepak bola yang men-takling lawan, bila taklingnya salah,maka wasit akan menilai----di sengaja langsung kartu merah,tidak disengaja kartu kuning,----pemberian kartu kuning untuk mendidik pemain tersebut agar lebih ber-hati2.

Demikian penjelasan saya,semoga saya bisa mendapatkan info yang benar tentang hal ini.
salam
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 11 January 2013, 04:38:45 PM
hei jangan keburu ditutup,problem saya belum terpecahkan.

mungkin cara saya menulis kurang tepat atau salah,sehingga menjadi polemik berkepanjangan.
saya coba meluruskan dari awal-----
problem saya----
Masalah intinya adalah,saya mendengar dan membaca dari sumber ajaran Buddha,bahwa perbuatan yang tanpa didasari oleh niat dari pelaku,misalnya---lalai,ceroboh,tidak sengaja,nyasar dan istilah lainnya,semua tidak mendapat karma(baik maupun buruk)---inilah poinnya.
Jadi melalui forum ini/thread ini saya mencari kebenaran tentang konsep tersebut diatas, saya tidak ingin berdebat,karena saya tidak memiliki modal untuk berdebat.
Jadai kalau ya katakan ya,kalau tidak(maksudnya konsep diatas salah) katakan tidak.dan yang benar seperti apa?

Kalau saya ditanya,memangnya kalau konsep diatas BENAR, kenapa ?
Jawab saya adalah-----saya tidak ingin menyalahkan yang sudah dianggap benar.
Tapi hal itu menjadi hambatan bagi saya untuk menjadi mantap di ajaran Buddha.
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).
Kadar resiko menjadi lebih besar bila tindakan itu disertai niat.
Karena konsep demikian lebih bermanfaat bagi umat,misalnya saat saya mendidik anak,tujuannya adalah memberi pelajaran agar lebih hati2 atau waspada dalam melakukan sesuatu.

Saya lebih cocok seperti hukum di dunia nyata,misalnya pemain sepak bola yang men-takling lawan, bila taklingnya salah,maka wasit akan menilai----di sengaja langsung kartu merah,tidak disengaja kartu kuning,----pemberian kartu kuning untuk mendidik pemain tersebut agar lebih ber-hati2.

Demikian penjelasan saya,semoga saya bisa mendapatkan info yang benar tentang hal ini.
salam

begini om hadi, sejauh yang saya pahami segala perbuatan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani yang di dahului kehendak itulah perbuatan yang menimbulkan karma (baik dan buruk).
untuk hal2 mengenai sengaja atau tidak sengaja, lalai, ceroboh atau tepat dilaksanakan, dll itulah yang didiskusikan teman2 dalam thread ini.
cuman saya lihat sepertinya bakal jadi diskusi yang panjang dan melelahkan, jika hasil akhirnya menjadi kesimpulan bermanfaat itu akan sangat baik. namun jika jadi ajang debat rasanya saya sebagai TS sebaiknya meminta teman2 untuk mengakhirinya saja.

tujuan saya buka thread ini hanya bermaksud bertanya apakah dapat ditentukan siapa yang paling bertanggung jawab atas pembunuhan hama tanaman seperti contoh kasus (real) yang saya berikan. dan apakah dapat di sebut yang satu menaman karma lebih berat dan yang lainnya menanam karma relatif ringan, mengingat masing memiliki perannya sendiri sesuai pekerjaannya.
itu saja.

Quote
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).

semua tindakan baik/jahat tentu menimbulkan resiko (baik dan buruk), apa sengaja/tidak dengan kehendak atau tanpa kehendak, resiko itu pasti ada. atau lebih tepat kita sebut konsekwensi perbuatan.

contoh, pegang besi panas, tentu tangan akan melepuh, lepas dari apa orang yang melakukan hal tersebut sengaja atau tidak, menyadari atau tidak bahwa itu adalah besi panas, memiliki pengetahuan/tidak bahwa itu besi panas, dll namun yang menjadi pertanyaannya apakah tangan melepuhnya adalah hasil (vipaka) dari perbuatannya memegang besi panas? atau itu adalah hasil buah kamma lain di masa sebelumnya (jika ternyata dia memegang besi panas tersebut tanpa sengaja/tanpa niat) ?

menurut yang saya pahami, seseorang tidaklah seharusnya menghabiskan waktu dan tenaga menebak2 apa kondisi ini adalah hasil atau akibat dari karma ini? itu? karena hal tersebut hanya berakhir dengan tebakan saja, tidak ada yang tau mana yang benar-benar tepat (kecuali seorang sammasambuddha)
yang pasti, ketika hasilnya/buah karmanya menyenangkan tentu adalah berasal dari karma baik. jika hasilnya/buah karmanya tidak menyenangkan tentu adalah berasal dari karma jahat.

demikian yang saya pahami.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 11 January 2013, 06:58:10 PM
:backtotopic:

Kecerobohan berhubungan dengan ketidakarifan (belum cukup belajar), dan sedangkan niat berhubungan dengan maksud (tendensi) baik ataupun buruk.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431913.html#msg431913

Disini perlu diperhatikan baik2: "dituntut krn orang tersengat kabel" penyebab (kamma) terdekatnya bukanlah karena kita berniat membantu orang lain tetapi karena kita ceroboh/tidak piawai dalam menyambung kabel. Kecerobohan adalah penyebab terdekat kita mendapatkan buah buruk akibat perbuatan kita.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431868.html#msg431868

 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 12 January 2013, 10:17:33 AM
begini om hadi, sejauh yang saya pahami segala perbuatan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani yang di dahului kehendak itulah perbuatan yang menimbulkan karma (baik dan buruk).
untuk hal2 mengenai sengaja atau tidak sengaja, lalai, ceroboh atau tepat dilaksanakan, dll itulah yang didiskusikan teman2 dalam thread ini.
cuman saya lihat sepertinya bakal jadi diskusi yang panjang dan melelahkan, jika hasil akhirnya menjadi kesimpulan bermanfaat itu akan sangat baik. namun jika jadi ajang debat rasanya saya sebagai TS sebaiknya meminta teman2 untuk mengakhirinya saja.

tujuan saya buka thread ini hanya bermaksud bertanya apakah dapat ditentukan siapa yang paling bertanggung jawab atas pembunuhan hama tanaman seperti contoh kasus (real) yang saya berikan. dan apakah dapat di sebut yang satu menaman karma lebih berat dan yang lainnya menanam karma relatif ringan, mengingat masing memiliki perannya sendiri sesuai pekerjaannya.
itu saja.

semua tindakan baik/jahat tentu menimbulkan resiko (baik dan buruk), apa sengaja/tidak dengan kehendak atau tanpa kehendak, resiko itu pasti ada. atau lebih tepat kita sebut konsekwensi perbuatan.

contoh, pegang besi panas, tentu tangan akan melepuh, lepas dari apa orang yang melakukan hal tersebut sengaja atau tidak, menyadari atau tidak bahwa itu adalah besi panas, memiliki pengetahuan/tidak bahwa itu besi panas, dll namun yang menjadi pertanyaannya apakah tangan melepuhnya adalah hasil (vipaka) dari perbuatannya memegang besi panas? atau itu adalah hasil buah kamma lain di masa sebelumnya (jika ternyata dia memegang besi panas tersebut tanpa sengaja/tanpa niat) ?

menurut yang saya pahami, seseorang tidaklah seharusnya menghabiskan waktu dan tenaga menebak2 apa kondisi ini adalah hasil atau akibat dari karma ini? itu? karena hal tersebut hanya berakhir dengan tebakan saja, tidak ada yang tau mana yang benar-benar tepat (kecuali seorang sammasambuddha)
yang pasti, ketika hasilnya/buah karmanya menyenangkan tentu adalah berasal dari karma baik. jika hasilnya/buah karmanya tidak menyenangkan tentu adalah berasal dari karma jahat.

demikian yang saya pahami.
dari awal mengikuti thread ini,saya juga punya pikiran sama dengan anda,yaitu ingin mengetahui ----apakah yang anda lakukan itu membuahkan karma buruk?
setelah panjang lebar berapa halaman,dari penjelasan para senior,saya mengambil kesimpulan,bahwa menurut ajaran Buddha anda terbebas dari karma buruk,seperti tulisan rekan Hemayanti bahwa anda bebas.
dari situ saya tersentak,apakah ini sudah BENAR MENURUT VERSI AJARAN BUDDHA?-----sesuatu tindakan yang tidak didasari oleh niat  tidak mendapat karma atau tidak membuahkan karma.
itu inti masalahnya.
jadi saya tunggu hasil akhir dari diskusi ini,apa finalnya?
saya sangat membutuhkan hasil akhirnya,karena berkaitan dengan kemantapan keyakinan saya dan untuk mengarahkan anak2 saya dalam menjalani kehidupan ini,.

tentang resiko dari sebuah tindakan----
resiko bisa diganti dengan kata konsekuensi,kalau yang anda contohkan memegang besi panas,dan contoh saya tentang pemain bola yang kena kartu kuning/merah, semua itu adalah konsekuensi dalam pandangan umum atau hukum nyata atau akibat yang direk/langsung.,
namun yang perlu lebih dijelaskan adalah konsekuesni yang tidak nyata ,maksudnya dari sisi karma,karena berbuahnya sebuah karma  belum tentu langsung,bisa dikemudian hari bahkan bisa berbuah di kehidupan yang akan datang,lebih  dalam lagi---karma yang berbuah bisa dalam bentuk apapun,misalnya membunuh tidak berarti suatu saat akan terbunuh.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 12 January 2013, 10:40:12 AM
:backtotopic:

jadi setelah ngolor ngidul sampai 6 halaman, kisah saya terlupakan kayaknya  :'( :'( :'( :'(
jadinya saya ambil kesimpulan sendiri saja.
makasih sudah hadir di thread saya dan makasih atas masukan2nya
tinggal saya sendiri yang harus bijak menyaringnya.

case closed

 _/\_
Kalo masih blom closed, saya mau berpendapat sedikit.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 12 January 2013, 10:46:58 AM
dari awal mengikuti thread ini,saya juga punya pikiran sama dengan anda,yaitu ingin mengetahui ----apakah yang anda lakukan itu membuahkan karma buruk?
setelah panjang lebar berapa halaman,dari penjelasan para senior,saya mengambil kesimpulan,bahwa menurut ajaran Buddha anda terbebas dari karma buruk,seperti tulisan rekan Hemayanti bahwa anda bebas.
dari situ saya tersentak,apakah ini sudah BENAR MENURUT VERSI AJARAN BUDDHA?-----sesuatu tindakan yang tidak didasari oleh niat  tidak mendapat karma atau tidak membuahkan karma.
itu inti masalahnya.
jadi saya tunggu hasil akhir dari diskusi ini,apa finalnya?
saya sangat membutuhkan hasil akhirnya,karena berkaitan dengan kemantapan keyakinan saya dan untuk mengarahkan anak2 saya dalam menjalani kehidupan ini,.

tentang resiko dari sebuah tindakan----
resiko bisa diganti dengan kata konsekuensi,kalau yang anda contohkan memegang besi panas,dan contoh saya tentang pemain bola yang kena kartu kuning/merah, semua itu adalah konsekuensi dalam pandangan umum atau hukum nyata atau akibat yang direk/langsung.,
namun yang perlu lebih dijelaskan adalah konsekuesni yang tidak nyata ,maksudnya dari sisi karma,karena berbuahnya sebuah karma  belum tentu langsung,bisa dikemudian hari bahkan bisa berbuah di kehidupan yang akan datang,lebih  dalam lagi---karma yang berbuah bisa dalam bentuk apapun,misalnya membunuh tidak berarti suatu saat akan terbunuh.

ya memang ada baiknya om kita pelajari dulu hal2 yang memang membuat kita ragu, tidak gesa2 mengambil kesimpulan. namun di thread ini kira2 saya memiliki sedikit pengertian berdasarkan masukan2 dari rekan2 senior.

namun saya bukan tipe orang yang akan terikat pada satu titik permasalahan dan mengabaikan permasalahan lainnya, maksud saya dalam thread ini jikapun saya tidak mempunyai jawaban yang memuaskan hal ini tidak mengganggu jalan hidup saya. masih banyak hal lain lagi yang bisa saya pelajari dan lakukan.

intinya apakah saya memiliki porsi karma atau tidak pada contoh kasus real yang saya tanyakan pada awal thread, saya cukup menyadarinya sebagai bagian dari dukkha dalam kehidupan ini. ya inilah konsekuensi dari kehidupan.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 12 January 2013, 10:47:50 AM
Kalo masih blom closed, saya mau berpendapat sedikit.

silahkan bang  :))
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 12 January 2013, 11:18:13 AM
ya memang ada baiknya om kita pelajari dulu hal2 yang memang membuat kita ragu, tidak gesa2 mengambil kesimpulan. namun di thread ini kira2 saya memiliki sedikit pengertian berdasarkan masukan2 dari rekan2 senior.

namun saya bukan tipe orang yang akan terikat pada satu titik permasalahan dan mengabaikan permasalahan lainnya, maksud saya dalam thread ini jikapun saya tidak mempunyai jawaban yang memuaskan hal ini tidak mengganggu jalan hidup saya. masih banyak hal lain lagi yang bisa saya pelajari dan lakukan.

intinya apakah saya memiliki porsi karma atau tidak pada contoh kasus real yang saya tanyakan pada awal thread, saya cukup menyadarinya sebagai bagian dari dukkha dalam kehidupan ini. ya inilah konsekuensi dari kehidupan.
Dalam sebuah pertandingan sepak bola.
2 pemain dari masing2 kesebelasan,berlari kencang dari arah yang berlawanan,menuju satu titik tepat jatuhnya bola dari atas.
Benturan keras terjadi,pemain A jatuh pingsan,dan akhirnya meninggal dunia .
Pemain B ternyata selamat dari benturan itu.
Wasit tidak memberi kartu kuning atau merah,karena dianggap sebagai benturan yang tanpa disengaja,dan tidak ada yang bisa disalahkan.

Suatu saat pemain B di tanya oleh wartawan: bagaimana perasaan anda setelah mendengar berita kematian si A.

apa jawaban si B ?  ------di bawah ini ada beberapa kemungkinan jawaban, coba di simak lebih bijak jawaban yang mana?

1,itu merupakan sebuah resiko pemain sepak bola,soal kematiannya mungkin sudah takdirnya.

2,tidak ada perasaan apa2,karena saya tidak punya niat sedikitpun untuk melukai dia .karena saya tidak punya niat jahat maka saya lepas tanggung jawab,dan tidak merasa ada beban sama sekali.itu keyakinan saya.----niat saya cuma menjemput dan menyundul bola.

3,saya sangat menyesal sekali dengan kejadian itu,walaupun sebetulnya saya tidak punya niat untuk sebuah benturan keras,tapi seandainya saya bisa lebih waspada,pada saat lari kencang menuju titik jatuhnya bola,dan saya lebih teliti menguasai medan,mungkin benturan itu bisa dihindari,karena benturan itu sangat keras sekali..dan sangat berbahaya. Ini pelajaran buat saya.


Rekan Rico ditanya oleh temannya:
hai Rico,bagaimana perasaan mu tentang pembunuhan hama yang dilakukan oleh perusahaanmu,kan kamu juga ikut memberi order pembelian obat pembasmi hama?

Saya siapkan beberapa jawaban buat Rico,coba simak jawban mana yang lebih bijak?

1,tidak ada perasaan apa apa,saya cuma melaksanakan tugas saya sebagai karyawan,dan pekerjaan itu tidak melawan hukum.

2,tidak masalah,tidak ada beban sama sekali,karena dari keyakinanku sebuah tindakan baru ada karma kalau disertai niat tidak baik,dalam hal ini niat membunuh hama, saya tidak punya niat dan saya tidak berhadapan langsung dengan hama2 itu.

3,saya prihatin dan ada rasa ikut bersalah,kenapa pembunuhan hama ini perlu terjadi dan berulang ulang terus,dan saya terlibat didalamnya, dan sedihnya saya tidak mampu menghentikan pembantaian ini.dengan rasa bersalah ini saya termotivasi untuk mengganti dengan lebih banyak berbuat kebaikan,.dan semoga suatu saat kemajuan teknology bisa menyelesaikan konflik bathin ini,bukan untuk kejadian saya (perusahaan ini) tapi lebih luas lagi, mungkin hama tidak perlu lagi dibunuh.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 12 January 2013, 11:21:22 AM
silahkan bang  :))
OK d. ;D

IMO, kamma buruk bukan tidak ada, tapi tentu mesti dilihat dalam hal apa, dan bagaimana intesitasnya, sebab 2 orang yang sama-sama membunuh dengan tangannya sendiri, kamma yang dihasilkan bisa sangat berbeda.

Balik ke standard dasar pembunuhan:
-mengetahui makhluk
-niat membunuh
-melakukan usaha pembunuhan
-makhluk terbunuh

Kalau dilihat dari sini, sudah jelas bagian Bang Rico ga lengkap untuk memenuhi kriteria. Apakah perbuatan minta ACC racun tikus adalah perbuatan yang menyebabkan tikus mati? Begitu minta ACC (terlepas disetujui atau tidak), langsung tikus2 mati? Saya pikir tidak yah. Ditambah lagi faktor niat, apakah memang dalam pikiran meniatkan pembunuhan? Ini cuma bisa dijawab diri sendiri.
Jadi dilihat dari sini, tidak ada pembunuhan dilakukan oleh Bang Rico.

Tapi mengetahui ada niatan pembunuhan, ikut andil dalam usaha pembunuhan, walaupun tidak secara langsung membunuh, ada kamma buruknya. Makin kecil andil, makin kecil pula kekuatan niat, sehingga kekuatan kamma yang tertanam juga berpengaruh. Dan yang terakhir adalah faktor keterpaksaan, ini yang mengecilkan nilai kamma (apakah baik ataupun buruk). Namanya orang terpaksa itu ga punya niat melakukan, tapi akhirnya terdorong melakukan karena faktor luar, jadi semakin terpaksa, semakin kecil kammanya; semakin rela/bersenang hati, semakin besar kammanya.

Jadi dirangkum:
-kamma membunuh tidak ada
-kamma mendukung perbuatan buruk bisa jadi ada, tapi karena keterpaksaan nilainya jadi kecil, didukung dengan keterlibatan yang tidak langsung yang makin melemahkan.

Tidak perlu menyesal dan khawatir, kadang memang orang terkondisi demikian. Diusahakan dan ditekadkan saja agar di masa depan bisa lepas sama sekali dari hal tersebut. Selama ada usaha & tekad, pasti akan berbuah (walaupun entah kapan).
Di samping itu, jangan lupa banyak berbuat baik. Kalau untuk yang ini, baiknya berlandaskan pandangan benar, terlibat langsung, bijaksana (kena sasaran), dan bahagia dalam melakukan (ga terpaksa), kebalikan dari yang tadi.

Spoiler: ShowHide
Selain kisah istri pemburu, di Dhammapada Atthakatha juga ada kisah Tambadathika seorang yang sangat buruk rupa sampai kawanan perampok juga enggan menerimanya. Belakangan dia tertangkap, tobat dan cuma bisa kerja sebagai algojo. Di masa tuanya, dia sudah pensiun, dan kebetulan didatangi Sariputta yang memberikan ceramah dhamma. Ia tidak bisa menangkap maknanya karena dipenuhi perasaan bersalah, tapi kemudian Sariputta menenangkannya dengan mengingatkan bahwa pembunuhan yang ia lakukan bukan atas kehendaknya sendiri tapi menuruti perintah. Ia kemudian menjadi tenang dan memahami dhamma. Tak lama setelah Sariputta pergi, ia mati diseruduk sapi, dan ketika ditanyakan kepada Buddha, dijelaskan bahwa pada saat kematian ia telah menembus Sotapatti-magga.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 12 January 2013, 11:32:50 AM
jawaban /ulasan dari rekan Kainyn_kutho nampaknya sudah ada titik terang,apakah ini sudah final sebagai sikap seorang Buddhist ? semoga iya.

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 12 January 2013, 11:32:58 AM
Dalam sebuah pertandingan sepak bola.
2 pemain dari masing2 kesebelasan,berlari kencang dari arah yang berlawanan,menuju satu titik tepat jatuhnya bola dari atas.
Benturan keras terjadi,pemain A jatuh pingsan,dan akhirnya meninggal dunia .
Pemain B ternyata selamat dari benturan itu.
Wasit tidak memberi kartu kuning atau merah,karena dianggap sebagai benturan yang tanpa disengaja,dan tidak ada yang bisa disalahkan.

Suatu saat pemain B di tanya oleh wartawan: bagaimana perasaan anda setelah mendengar berita kematian si A.

apa jawaban si B ?  ------di bawah ini ada beberapa kemungkinan jawaban, coba di simak lebih bijak jawaban yang mana?

1,itu merupakan sebuah resiko pemain sepak bola,soal kematiannya mungkin sudah takdirnya.

2,tidak ada perasaan apa2,karena saya tidak punya niat sedikitpun untuk melukai dia .karena saya tidak punya niat jahat maka saya lepas tanggung jawab,dan tidak merasa ada beban sama sekali.itu keyakinan saya.----niat saya cuma menjemput dan menyundul bola.

3,saya sangat menyesal sekali dengan kejadian itu,walaupun sebetulnya saya tidak punya niat untuk sebuah benturan keras,tapi seandainya saya bisa lebih waspada,pada saat lari kencang menuju titik jatuhnya bola,dan saya lebih teliti menguasai medan,mungkin benturan itu bisa dihindari,karena benturan itu sangat keras sekali..dan sangat berbahaya. Ini pelajaran buat saya.


Rekan Rico ditanya oleh temannya:
hai Rico,bagaimana perasaan mu tentang pembunuhan hama yang dilakukan oleh perusahaanmu,kan kamu juga ikut memberi order pembelian obat pembasmi hama?

Saya siapkan beberapa jawaban buat Rico,coba simak jawban mana yang lebih bijak?

1,tidak ada perasaan apa apa,saya cuma melaksanakan tugas saya sebagai karyawan,dan pekerjaan itu tidak melawan hukum.

2,tidak masalah,tidak ada beban sama sekali,karena dari keyakinanku sebuah tindakan baru ada karma kalau disertai niat tidak baik,dalam hal ini niat membunuh hama, saya tidak punya niat dan saya tidak berhadapan langsung dengan hama2 itu.

3,saya prihatin dan ada rasa ikut bersalah,kenapa pembunuhan hama ini perlu terjadi dan berulang ulang terus,dan saya terlibat didalamnya, dan sedihnya saya tidak mampu menghentikan pembantaian ini.dengan rasa bersalah ini saya termotivasi untuk mengganti dengan lebih banyak berbuat kebaikan,.dan semoga suatu saat kemajuan teknology bisa menyelesaikan konflik bathin ini,bukan untuk kejadian saya (perusahaan ini) tapi lebih luas lagi, mungkin hama tidak perlu lagi dibunuh.

om hadi, saya cenderung cocok dengan pandangan Abang Kainyn Kutho :

OK d. ;D

IMO, kamma buruk bukan tidak ada, tapi tentu mesti dilihat dalam hal apa, dan bagaimana intesitasnya, sebab 2 orang yang sama-sama membunuh dengan tangannya sendiri, kamma yang dihasilkan bisa sangat berbeda.

Balik ke standard dasar pembunuhan:
-mengetahui makhluk
-niat membunuh
-melakukan usaha pembunuhan
-makhluk terbunuh

Kalau dilihat dari sini, sudah jelas bagian Bang Rico ga lengkap untuk memenuhi kriteria. Apakah perbuatan minta ACC racun tikus adalah perbuatan yang menyebabkan tikus mati? Begitu minta ACC (terlepas disetujui atau tidak), langsung tikus2 mati? Saya pikir tidak yah. Ditambah lagi faktor niat, apakah memang dalam pikiran meniatkan pembunuhan? Ini cuma bisa dijawab diri sendiri.
Jadi dilihat dari sini, tidak ada pembunuhan dilakukan oleh Bang Rico.

Tapi mengetahui ada niatan pembunuhan, ikut andil dalam usaha pembunuhan, walaupun tidak secara langsung membunuh, ada kamma buruknya. Makin kecil andil, makin kecil pula kekuatan niat, sehingga kekuatan kamma yang tertanam juga berpengaruh. Dan yang terakhir adalah faktor keterpaksaan, ini yang mengecilkan nilai kamma (apakah baik ataupun buruk). Namanya orang terpaksa itu ga punya niat melakukan, tapi akhirnya terdorong melakukan karena faktor luar, jadi semakin terpaksa, semakin kecil kammanya; semakin rela/bersenang hati, semakin besar kammanya.

Jadi dirangkum:
-kamma membunuh tidak ada
-kamma mendukung perbuatan buruk bisa jadi ada, tapi karena keterpaksaan nilainya jadi kecil, didukung dengan keterlibatan yang tidak langsung yang makin melemahkan.

Tidak perlu menyesal dan khawatir, kadang memang orang terkondisi demikian. Diusahakan dan ditekadkan saja agar di masa depan bisa lepas sama sekali dari hal tersebut. Selama ada usaha & tekad, pasti akan berbuah (walaupun entah kapan).
Di samping itu, jangan lupa banyak berbuat baik. Kalau untuk yang ini, baiknya berlandaskan pandangan benar, terlibat langsung, bijaksana (kena sasaran), dan bahagia dalam melakukan (ga terpaksa), kebalikan dari yang tadi.

Spoiler: ShowHide
Selain kisah istri pemburu, di Dhammapada Atthakatha juga ada kisah Tambadathika seorang yang sangat buruk rupa sampai kawanan perampok juga enggan menerimanya. Belakangan dia tertangkap, tobat dan cuma bisa kerja sebagai algojo. Di masa tuanya, dia sudah pensiun, dan kebetulan didatangi Sariputta yang memberikan ceramah dhamma. Ia tidak bisa menangkap maknanya karena dipenuhi perasaan bersalah, tapi kemudian Sariputta menenangkannya dengan mengingatkan bahwa pembunuhan yang ia lakukan bukan atas kehendaknya sendiri tapi menuruti perintah. Ia kemudian menjadi tenang dan memahami dhamma. Tak lama setelah Sariputta pergi, ia mati diseruduk sapi, dan ketika ditanyakan kepada Buddha, dijelaskan bahwa pada saat kematian ia telah menembus Sotapatti-magga.


makasih ya Abang  :))
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 12 January 2013, 01:20:28 PM
saya juga sepaham dengan uraian rekan Kainyn_kutho.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 01:54:57 PM
Untunglah... ada perbaikan dari pernyataan sebelumnya:

4. jika kita lihat kabel rusak, kita berusaha perbaiki dengan harapan orang tidak kesetrum, namun ternyata gagal dan tetap menyetrum orang, maka tetap yang ditanam adalah kamma baik untuk menolong sesama

dst...

Jadi kamma baik atau buruk dilihat dari niat, bukan dari hasil perbuatan. Sama juga orang mo transfer duit ke teroris untuk bikin bom, namun karena lalai/teledor/tidak sengaja, ternyata salah nomor rekening, transfer ke Palang Merah Internasional, maka tetap yang ditanam adalah kamma buruk.

Semoga berbahagia. _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 12 January 2013, 02:21:46 PM
Untunglah... ada perbaikan dari pernyataan sebelumnya:

Semoga berbahagia. _/\_
Anda sedang mengigau? Pernyataan saya yang duluan sama sekali tidak bertentangan dengan yang belakangan.

Kalau niat meracuni tikus tapi ternyata salah beli racun dan para tikus sehat-sehat saja, tetap saja yang ditanam kamma buruk.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 12 January 2013, 02:35:27 PM
kalau dalam kisah Tambadathika, sebenarnya dia juga menanam kamma buruk loh... ;D
tapi keterlibatannya dalam membunuh itu kan langsung, yaitu memenggal kepala kriminal, kalau dalam kasus om rico agak berbeda karena tidak langsung menyemprotkan pembasmi hamanya...  ;D
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 12 January 2013, 02:43:42 PM
kalau dalam kisah Tambadathika, sebenarnya dia juga menanam kamma buruk loh... ;D
tapi keterlibatannya dalam membunuh itu kan langsung, yaitu memenggal kepala kriminal, kalau dalam kasus om rico agak berbeda karena tidak langsung menyemprotkan pembasmi hamanya...  ;D
Iya, betul, memang bukan berarti lepas dari kamma buruk sama sekali. Tapi yang mengecilkan nilainya di sini adalah karena ia mengerjakan atas dasar perintah dan keterpaksaan (karena tidak punya pekerjaan lain).

Kalau kita analisa kebalikannya seperti misalnya seseorang berprofesi sopir yang sangat benci sekali sama bhikkhu A, tapi bossnya suruh antar-jemput bhikkhu A itu dan dilaksanakan dengan terpaksa dan bersungut-sungut.

Di sini, ia dengan usaha sendiri berbuat baik mengantar jemput bhikkhu A, tapi karena keterpaksaannya, bukan dengan kerelaannya, maka nilai perbuatannya itu menjadi sangat kecil.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 03:37:04 PM
Anda sedang mengigau? Pernyataan saya yang duluan sama sekali tidak bertentangan dengan yang belakangan.

Kalau niat meracuni tikus tapi ternyata salah beli racun dan para tikus sehat-sehat saja, tetap saja yang ditanam kamma buruk.

Rekan Kainyn, Anda tidak bisa berbicara tanpa menyerang personal ya?
Belajarlah berkomunikasi dengan baik. Dalam diskusi jika sebuah pendapat salah atau keliru, cukup berikan klarifikasi atau bantahan. Dengan mengeluarkan argumen di luar substansi malah menunjukkan ketidaksopanan kita dalam berdiskusi.

Itu cuma sekedar saran, dan mungkin juga tidak diterima lagi seperti biasanya. Biarlah begitu.  _/\_

Tentang pendapat Anda, berdasarkan teori karma, tentunya yang bersangkutan belum melakukannya (ingat 4 syarat karma berbuah: ada obyek/makhluk, ada niat baik/buruk, ada usaha/perbuatan, dan ada hasil dari perbuatan). Kalau baru berkehendak meracuni, membeli racun, melakukan upaya pembasmian, dan tikus sehat-sehat saja, tentunya belum termasuk karma yang lengkap. Kalau karma pikiran, itu beda lagi konteks pembahasannya (karma pikiran, tanpa melakukan upaya beli racun pun, sudah menghasilkan vipaka/akibat).

Termasuk pada kasus kabel dan transfer dana teroris yang masuk ke PMI, sebenarnya mereka hanya melakukan karma pikiran. Karma pikiran tidak terkait (berkorelasi) secara langsung dengan perbuatan. Ini bisa dicek/dipelajari lewat guru abidhamma, saya tidak kompeten untuk menjelaskan.

Sekian. Semoga dipahami.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 12 January 2013, 03:43:46 PM
Rekan Kainyn, Anda tidak bisa berbicara tanpa menyerang personal ya?
Belajarlah berkomunikasi dengan baik. Dalam diskusi jika sebuah pendapat salah atau keliru, cukup berikan klarifikasi atau bantahan. Dengan mengeluarkan argumen di luar substansi malah menunjukkan ketidaksopanan kita dalam berdiskusi.

Itu cuma sekedar saran, dan mungkin juga tidak diterima lagi seperti biasanya. Biarlah begitu.  _/\_
Saya hanya tanya mengigau kok anda yang "sudah tidak punya emosi" sensitif sekali merasa diserang?
 :))


Quote
Tentang pendapat Anda, berdasarkan teori karma, tentunya yang bersangkutan belum melakukannya (ingat 4 syarat karma berbuah: ada obyek/makhluk, ada niat baik/buruk, ada usaha/perbuatan, dan ada hasil dari perbuatan). Kalau baru berkehendak meracuni, membeli racun, melakukan upaya pembasmian, dan tikus sehat-sehat saja, tentunya belum termasuk karma yang lengkap. Kalau karma pikiran, itu beda lagi konteks pembahasannya (karma pikiran, tanpa melakukan upaya beli racun pun, sudah menghasilkan vipaka/akibat).

Termasuk pada kasus kabel dan transfer dana teroris yang masuk ke PMI, sebenarnya mereka hanya melakukan karma pikiran. Karma pikiran tidak terkait (berkorelasi) secara langsung dengan perbuatan. Ini bisa dicek/dipelajari lewat guru abidhamma, saya tidak kompeten untuk menjelaskan.

Sekian. Semoga dipahami.

Salam.  _/\_
Hehehe

Saya mah dari awal memang bilang niat itu adalah kamma.
NIAT benerin kabel (=baik), walaupun hasilnya ada orang mati, tetap kamma baik yang ditanam.
NIAT transfer dana ke teroris (=buruk), walaupun hasilnya malah PMI yang dapat, tetap kamma buruk yang ditanam.

Yang bilang niat tidak sama dengan kamma yah cuma anda sendiri di sini.

Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 04:12:51 PM
Saya hanya tanya mengigau kok anda yang "sudah tidak punya emosi" sensitif sekali merasa diserang?
 :))

Hehehe

Saya mah dari awal memang bilang niat itu adalah kamma.
NIAT benerin kabel (=baik), walaupun hasilnya ada orang mati, tetap kamma baik yang ditanam.
NIAT transfer dana ke teroris (=buruk), walaupun hasilnya malah PMI yang dapat, tetap kamma buruk yang ditanam.

Yang bilang niat tidak sama dengan kamma yah cuma anda sendiri di sini.

Saya tanya, jika logika Anda seperti itu: Jadi orang tidak punya emosi (misalnya Buddha atau Arahat), boleh diserang?
Pikiran, ucapan maupun tulisan yang menyerang pribadi adalah tidak sopan dan tidak beretika, terlepas dari yang diserang itu tersinggung atau tidak. Masa hal demikian Anda tidak paham? Sopan santun, cuma itu kata kuncinya.

Bila ada yang menegur Anda karena berbicara terlalu keras saat rapat, bukan berarti telinga orang itu sensitif atau merasa diserang. Pahami norma dan etika, itu saja.

Wah, saya menulis sudah cukup jelas, ada dua klausul:
1. Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
2. Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Masa belum dipahami? Mohon kejelasannya dimana belum dipahami.

Terima kasih.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 12 January 2013, 04:20:54 PM
Saya tanya, jika logika Anda seperti itu: Jadi orang tidak punya emosi (misalnya Buddha atau Arahat), boleh diserang?
Pikiran, ucapan maupun tulisan yang menyerang pribadi adalah tidak sopan dan tidak beretika, terlepas dari yang diserang itu tersinggung atau tidak. Masa hal demikian Anda tidak paham? Sopan santun, cuma itu kata kuncinya.

Bila ada yang menegur Anda karena berbicara terlalu keras saat rapat, bukan berarti telinga orang itu sensitif atau merasa diserang. Pahami norma dan etika, itu saja.

Wah, saya menulis sudah cukup jelas, ada dua klausul:
1. Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
2. Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Masa belum dipahami? Mohon kejelasannya dimana belum dipahami.

Terima kasih.  _/\_
Justru saya sangat paham, makanya saya tidak minat bertanya.

Ada niat ada kamma.
Tapi niat baik belum tentu kamma baik.

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: M14ka on 12 January 2013, 04:31:59 PM
Betul, dari sekian postingan saya sudah mendiferensiasikan perbedaan antara kecerobohan dan niat, tapi tampaknya sulit dibedakan.
Kecerobohan berhubungan dengan ketidakarifan (belum cukup belajar), dan sedangkan niat berhubungan dengan maksud (tendensi) baik ataupun buruk.

Tentang kecenderungan membuat asumsi koneksi sebuah perbuatan dengan hasilnya, biarlah yang menulis yang menyadarinya. Tulisan saya netral, tapi disimpulkan sesuai keinginannya. Baiknya, semua terekam jelas di hal. 1:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431796.html#msg431796

Dia sendiri yang menyimpulkan membungkus kabel = baik, lalu mencampuradukkan antara kelalaian dan niat baik/buruk. Ketika merasa ada kerancuan (yang berasal dari asumsi sendiri), makhluk lain yang disalahkan (disebut sebagai binatang/hewan).

Biarlah semua demikian. Memang demikian adanya.

Salam. :)

 _/\_

Maaf kk aku ms ga ngerti, jd niat baik tp kl ceroboh maka dpt karma buruk aja y, ga ad karma baiknya?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 04:35:54 PM
Cuma saya masih bingung dengan ambiguitas ini:

Tapi niat baik belum tentu kamma baik.

NIAT benerin kabel (=baik), walaupun hasilnya ada orang mati, tetap kamma baik yang ditanam.
NIAT transfer dana ke teroris (=buruk), walaupun hasilnya malah PMI yang dapat, tetap kamma buruk yang ditanam.

Yang mana yang benar, mohon diklarifikasi.

Terima kasih. _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 04:40:20 PM
Maaf kk aku ms ga ngerti, jd niat baik tp kl ceroboh maka dpt karma buruk aja y, ga ad karma baiknya?

Sudah dijelaskan rekan Kainyn dengan baik, karma memiliki niat baik tentu ada (hasilnya karma baik).
Karma memasang kabel dengan teledor, hingga menyebabkan orang lain cedera, tentu juga ada (karma apa, tentu sudah bisa disimpulkan).

Jadi, Jalan Tengah: Niat baik dan kecakapan dalam berbuat juga penting. Sisi positifnya (mengutip Om Hadi): Kita bisa lebih berhati-hati dalam bekerja (tidak teledor dan senantiasa mau belajar).

Itu saja.

Semoga menjadi jelas.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 04:54:50 PM
Ini masalah sosiologi anak.

Banyak orang tua mengira, mendidik anak dengan niat baik saja sudah cukup. Anak melakukan kesalahan kerap dibentak, dimarahi atau disakitii (secara mental walaupun fisik).

Orang tua mengira, cara dan metode tidaklah penting, yang penting niat saya baik: Mendidik anak.

Apakah hal di atas benar?

:)

Tak jarang, bila saja mau jujur, terkadang di antara kita ada yang berpendapat orang tua kita kurang bijaksana, salah di sisi ini dan keliru disana, serta yang lainnya.

Tidak jarang juga, karena salah didik atau metodenya yang keliru, anak jadi terjebak dalam pergaulan salah dan tidak mendengar apa kata orang tuanya.

Ini yang sering kita hadapi. Benar? :)

Karena itu, bila cara dan kecakapan dalam melakukan sesuatu tidak penting, yang penting niat, maka lihatlah banyak hasil yang tidak optimal yang bisa kita amati.

Niat baik, ditambah pengetahuan (kebijaksanaan) dalam melakukan, adalah yang terbaik.
Dijamin hasilnya jauh lebih baik dari sekedar berniat baik.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 04:57:41 PM
Biasanya banyak yang bertanya pada saya tentang cara mendidik anak. Maaf agak di luar topik.

Kalau ada yang perlu, kita bisa buka thread baru.

Banyak contoh kasus yang perlu diketahui, terutama orang tua muda yang masih perlu bimbingan dalam membesarkan anak dan mendidiknya agar sayang dan bisa berbakti pada orang tua (saya kira ini harapan semua orang tua).

Mari kita berbagi pengalaman bila bisa mendatangkan manfaat.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 12 January 2013, 05:33:06 PM


Wah, saya menulis sudah cukup jelas, ada dua klausul:
1. Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
2. Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Masa belum dipahami? Mohon kejelasannya dimana belum dipahami.


Rekan Sunya,

Pernyataan anda yg saya bold merah tersebut bukankah bertentangan langsung dengan Ajaran Buddha.

Buddha mengatakan: "cetanam bhikkhave kammam vadaami ...." (Para Bhikkhu, NIAT inilah yg kunyatakan sebagai KAMMA) ...dstnya...

Niat (yg mendahului suatu tindakan) adalah Kamma.
Niat Baik adalah kamma baik, niat jahat adalah kamma jahat.

Pernyatan ini sangat jelas dan terang benderang, kenapa anda bisa berpendapat lain, rekan Sunya?

::

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 06:13:04 PM
 :backtotopic:

Teringat suatu ketika, seorang bhante pernah ditanya, "Bagaimana dengan Robin Hood, apakah perbuatannya benar ditinjau dari ajaran Buddha?"

Bhante itu menjawab, "Niatnya baik tapi caranya tidak benar. Menolong orang miskin itu adalah niat/pikiran yang baik. Direalisasikan dengan cara mencuri, ini yang tidak benar."

Saya kurang lebih sependapat dengan jawaban bhante tersebut.

Bhante tersebut bukan saya lho.

 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 12 January 2013, 06:22:17 PM
Ini masalah sosiologi anak.

Banyak orang tua mengira, mendidik anak dengan niat baik saja sudah cukup. Anak melakukan kesalahan kerap dibentak, dimarahi atau disakitii (secara mental walaupun fisik).

Orang tua mengira, cara dan metode tidaklah penting, yang penting niat saya baik: Mendidik anak.

Apakah hal di atas benar?

:)

Tak jarang, bila saja mau jujur, terkadang di antara kita ada yang berpendapat orang tua kita kurang bijaksana, salah di sisi ini dan keliru disana, serta yang lainnya.

Tidak jarang juga, karena salah didik atau metodenya yang keliru, anak jadi terjebak dalam pergaulan salah dan tidak mendengar apa kata orang tuanya.

Ini yang sering kita hadapi. Benar? :)

Karena itu, bila cara dan kecakapan dalam melakukan sesuatu tidak penting, yang penting niat, maka lihatlah banyak hasil yang tidak optimal yang bisa kita amati.

Niat baik, ditambah pengetahuan (kebijaksanaan) dalam melakukan, adalah yang terbaik.
Dijamin hasilnya jauh lebih baik dari sekedar berniat baik.

Salam.  _/\_

Dari contoh yg anda berikan diatas, bisa saya simpulkan terjadi miskomunikasi disini.

Kembali ke penjelasan awal saya, bahwa konsep Kamma-Vipaka kelihatan mudah, namun sungguh sulit dalam perenungan mana yg kamma dan mana yg vipaka. Hingga di diskusi ini terjadi juga kebingungan menentukan antara tindakan dan niat yg mendahuluinya.

Rekan Sunya memberi contoh sbb:
1. ingin anak menjadi berbakti: niat baik
2. dengan cara marah2 dan maen pukul: perbuatan salah
Jadi dengan korelasi ini, disimpulkan bahwa: Niat baik, kamma jelek.

Ini yg saya jelaskan diawal, bahwa kita seringkali tergoda untuk menghubungkan kamma-vipaka ala kita (dalam kasus ini cetana-kamma ala kita)..

Padahal, kedua hal diatas tidak dapat dikatakan cetana dan kamma yg sama. Kedua contoh yg diambil rekan Sunya tsb seharusnya adalah sbb:
1. ingin anak menjadi berbakti: adalah TUJUAN baik
2. dengan cara marah2 dan maen pukul: adalah CARA salah
Jadi sebenarnya bukan Niat Baik diikuti oleh Kamma Buruk, melainkan Tujuan yg baik diikuti oleh cara yg salah.

Godaan mis-korelasi ini sering sekali terjadi, Kita cenderung menghubung2kan hal yg general. Seyogyanya pengamatan harus dilatih moment-per-moment. Dalam bbrp kasus, intisari Ajaran Abhidhamma dapat membantu menginspirasi kita untuk mengubah konsep berpikir kita dari yg selama ini 'justifikasi-general' menjadi 'pengamatan moment-per-moment'. Krn menurut teori Abhidhamma 1 jentikan kita terdapat moment pikiran sekian trilyun detik (termasuk didalamnya cetana-kamma yg sangat banyak), teori ini mungkin ya-mungkin tidak, dan mungkin hanya dpt terbukti bagi yg memasuki jhana ke sekian, namun setidaknya bagi kita dpt menginspirasi usaha pengamatan batin kita menjadi lebih detil.

Kembali ke contoh diatas, mana cetana-kamma yg sesungguhnya (atau tepatnya, yg lebih detil-lah):

1. ingin anak menjadi berbakti: TUJUAN BAIK(Harapan yg baik)
1.1 Jika kita MELEKATI harapan anda ini, dan kenyataannya anak anda menjadi tidak berbakti nanti, anda akan sangat menderita
1.2 sangat banyak faktor yg menentukan apakah HARAPAN kita ini bisa terealiasai atau tidak, Mis: kemampuan kita mendidik, kondisi lingkungan, keuangan, makanan, keluarga, sekolah, dstnya... semua saling mengkondisikan (meski pengkondisi dominan adalah "cara kita mendidik")

dan point ke 2 berikut adalah kondisi yg sama sekali berbeda dengan kondisi pertama diatas

2. Kita memukul anak
2.1 NIAT untuk memukul objek: NIAT jelek
2.2 terjadi pemukulan objek: KAMMA jelek
Dapat dilihat, KAMMA JELEK Selalu sama dengan NIATnya..

Jadi yg benar adalah:

Kegiatan memukul anak, niatnya memang untuk "memukul anak"
bukan oleh ingin anak menjadi berbakti, krn keinginan ini sesungguhnya adalah harapan, bukan cetana

::
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 12 January 2013, 06:36:57 PM
:backtotopic:

Teringat suatu ketika, seorang bhante pernah ditanya, "Bagaimana dengan Robin Hood, apakah perbuatannya benar ditinjau dari ajaran Buddha?"

Bhante itu menjawab, "Niatnya baik tapi caranya tidak benar. Menolong orang miskin itu adalah niat/pikiran yang baik. Direalisasikan dengan cara mencuri, ini yang tidak benar."

Saya kurang lebih sependapat dengan jawaban bhante tersebut.

Bhante tersebut bukan saya lho.

 _/\_

Sering Terjadi salah paham antara harapan dan niat. Bahasa Indonesia dan Inggris seringkali tidak mampu menerjemahkan dengan tepat apa yg disampaikan Sutta2.

Cetana adalah "batin pendorong (=niat) yg mendahului suatu perbuatan"

Sy pikir ada kacau balau antara HARAPAN dan NIAT...

Kasus Robinhood:

VISI (PASIF):
- Ingin rakyat miskin tertolong > ini adalah kondisi yg diharapkan

MISI (AKTIF):
- melakukan pencurian > niat jelek-kamma jelek
- membagikan hasil curian ke rakyat miskin (berdana) > niat baik, kamma baik

Jadi, tidak ada niat baik, kamma jelek kan?

Tetap yg ada: niat baik, kamma baik dan niat jelek, kamma jelek

Dan Bhante tsb sudah menjelaskan yg benar, anda yg salah menangkapnya.
Bhante menjelaskan niat/pikiran si Robinhood (visi-nya) adalah baik, hanya direalisasikan (realisasi adalah misi/tindakan, yg ada cetana-kamma) dengan cara yg salah

Anda menangkap visi sebagai cetana dan misi sebagai kamma...ya, weis makanya jadi kacau begini...
preteli secara moment per moment, jangan lihat secara general

::


Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 06:57:26 PM
Rekan William yang berbahagia, saya sepenuhnya setuju dengan diferensiasi antara harapan dan niat (cetana), juga definisi Anda bahwa cetana adalah batin pendorong yg mendahului suatu perbuatan.

Tapi dalam kasus keteledoran, sama sekali tidak ada ide-ide pikiran bahwa perbuatan yang dilakukannya bisa membahayakan atau menciderai makhluk lain.

Apakah ini tidak menimbulkan karma (buruk)?

Contoh: Menyiram api dengan bensin, sehingga mengakibatkan orang kehilangan rumah dan harta benda. Dalam kepanikan, bisa saja orang teledor mengambil bensin atau minyak tanah yang disangka adalah air. Apa tindakan seperti ini tidak membuahkan karma buruk?

Juga contoh kabel dan guru yang menabrak murid, niat si subyek sesungguhnya relatif baik, yakni mau memudahkan pihak lain. Tapi karena teledor (lalai), lalu berbuah jadi bencana (malapetaka).

Mohon pandangan Anda terkait hal di atas.

Terima kasih sebelumnya atas tambahan dan koreksinya.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 12 January 2013, 07:51:58 PM
Bab I-YAMAKA VAGGA (Syair Berpasangan)

Syair 1 (I:1. Kisah Cakkhupala Thera )

Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, sang thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga sehingga mati. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang thera bermaksud mengunjunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati.

"Iiih, mengapa banyak serangga yang mati di sini ?" seru seorang bhikkhu. "Aah, jangan jangan ...," celetuk yang lain. "Jangan-jangan apa?" sergah beberapa bhikkhu. "Jangan-jangan ini perbuatan sang thera!" jawabnya. "Kok bisa begitu?" tanya yang lain lagi. "Begini, sebelum sang thera berdiam di sini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhinya."

"Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!" seru beberapa bhikkhu. "Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya," timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.

Alih-alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa ‘Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya !’

Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, "Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu ?"

"Tidak Bhante," jawab mereka serempak.

Sang Buddha kemudian menjawab, "Kalian tidak melihatnya, demikian pula Cakkhupala Thera juga tidak melihat serangga-serangga itu, karena matanya buta. Selain itu Cakkhupala Thera telah mencapai kesucian arahat. Ia telah tidak mempunyai kehendak untuk membunuh."
Apakah Cakkhupala Thera menanam kamma buruk karena kelalaiannya?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 08:38:12 PM
Apakah Cakkhupala Thera menanam kamma buruk karena kelalaiannya?

Cerita ini yang saya kutip di awal-awal, tapi tidak detil.  ;D

Kalau menurut saya, kasus di atas bukan karena lalai, karena:
1. Beliau tidak bisa melihat.
2. Karena tidak bisa melihat (terlepas dari dia sudah arahat atau belum), otomatis niat untuk menginjak serangga tidak ada.
3. Karena tidak ada niat, otomatis tidak ada akibat (vipaka).

Bagaimana menurut Anda? Mohon pendapatnya. :)

Kalau lalai (seperti contoh yang sudah ada) hingga mengakibatkan orang lain celaka itu bagaimana? Menghasilkan karma atau tidak menurut pandangan Anda?

Salam bahagia selalu.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: adi lim on 12 January 2013, 08:43:30 PM
Apakah Cakkhupala Thera menanam kamma buruk karena kelalaiannya?

wong Ucapan Buddha bisa dibelutin  :whistle:
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 12 January 2013, 08:48:33 PM
Sebenarnya ada pembahasan menarik terkait cetana dan karma, tapi agak keluar topik.

Silakan diingatkan bila ini keluar terlalu jauh.

Anda pernah dengar kisah Jataka tentang bodhisattva yang membunuh penumpang kapal demi menghindarkannya dari perbuatan keji membantai seluruh penumpang kapal?

Atau tentang kisah Milarepa, serta Padmasambhava?

Kalau dari cerita seperti demikian, sepertinya tidak selalu niat (cetana) menghasilkan karma, karena jika pengertiannya cetana adalah niat yang mendasari sebuah perbuatan, tentu niat membunuh-lah yang akan dominan (bukan harapan untuk menolong dari si bodhisattva tersebut).

Memang kisah itu populer di sekte Mahayana dan Tantrayana, maaf jika membawa kisah ini ke topik umum.

Boleh ditanggapi boleh tidak, saya hanya mencoba mencari korelasi antara definisi cetana yang Sdr. William berikan dengan konsep aliran tertentu yang mengindikasikan bahwa 'harapan' lebih penting dari 'niat' (dalam pengertian batin yg mendahului suatu perbuatan).

Oke, selamat berakhir pekan dan semoga semua selalu berbahagia.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 12 January 2013, 08:50:33 PM
[...]
contoh, pegang besi panas, tentu tangan akan melepuh, lepas dari apa orang yang melakukan hal tersebut sengaja atau tidak, menyadari atau tidak bahwa itu adalah besi panas, memiliki pengetahuan/tidak bahwa itu besi panas, dll namun yang menjadi pertanyaannya apakah tangan melepuhnya adalah hasil (vipaka) dari perbuatannya memegang besi panas? atau itu adalah hasil buah kamma lain di masa sebelumnya (jika ternyata dia memegang besi panas tersebut tanpa sengaja/tanpa niat) ?
[...]
om rico, bagaimana caranya seseorang memegang besi panas secara tidak sengaja?
kecuali terpegang atau tersentuh, dan dalam pandangan saya, itu bukan kamma, tapi vipaka.
bukan sebab, tapi akibat.
sebab adalah sesuatu yang dapat kita dikendalikan / putuskan. (kalau seseorang memutuskan untuk memegang besi panas, berarti ada cetana disana, dia tau atau tidak tahu itu panas, disana tetap ada cetana untuk memegang, dan itu adalah sebab, bukan akibat)
akibat adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dihindari. (kalau seseorang tidak mau memegang besi panas, lalu oleh temannya dilempari dan ternyata sudah menghindar tapi tetap kena, itu adalah akibat yang tidak bisa ia hindari)
kemudian yang dibold itu menurutku gak ada kaitannya dengan cetana, tapi lebih ke tahu dan tidak tau (samma ditthi / miccha ditthi), kita ambil contoh misalnya membunuh makhluk hidup, terlepas dari seseorang tahu atau tidak tahu itu adalah perbuatan salah, membunuh makhluk hidup tetap adalah tindakan salah yang akan membuahkan hasil yang merugikan, untuk orang yang tahu maupun yang tidak tahu, serta tidak mau tahu, pura2 tidak tahu, dsb.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: learner on 12 January 2013, 08:52:17 PM
bagaimana kalau pada suatu ketika kita melihat suatu kejadian tindak kekerasan seseorang terhadap orang lain,
ketika melihat kejadian itu,
kita hanya diam dan melihat saja,
tidak terlintas niat menolong,
juga tidak terlintas niat untuk tidakmenolong,

pertanyaannya,
apakah sikap diam tersebut dapat menimbulkan karma?

hahaha.....

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 12 January 2013, 09:06:56 PM
dari awal mengikuti thread ini,saya juga punya pikiran sama dengan anda,yaitu ingin mengetahui ----apakah yang anda lakukan itu membuahkan karma buruk?
setelah panjang lebar berapa halaman,dari penjelasan para senior,saya mengambil kesimpulan,bahwa menurut ajaran Buddha anda terbebas dari karma buruk,seperti tulisan rekan Hemayanti bahwa anda bebas.
dari situ saya tersentak,apakah ini sudah BENAR MENURUT VERSI AJARAN BUDDHA?-----sesuatu tindakan yang tidak didasari oleh niat  tidak mendapat karma atau tidak membuahkan karma.
itu inti masalahnya.
jadi saya tunggu hasil akhir dari diskusi ini,apa finalnya?
saya sangat membutuhkan hasil akhirnya,karena berkaitan dengan kemantapan keyakinan saya dan untuk mengarahkan anak2 saya dalam menjalani kehidupan ini,.
mungkin saya lupa, bisa tolong diingatkan om hadi, kapan saya menuliskan begitu?

Quote
tentang resiko dari sebuah tindakan----
resiko bisa diganti dengan kata konsekuensi,kalau yang anda contohkan memegang besi panas,dan contoh saya tentang pemain bola yang kena kartu kuning/merah, semua itu adalah konsekuensi dalam pandangan umum atau hukum nyata atau akibat yang direk/langsung.,
namun yang perlu lebih dijelaskan adalah konsekuesni yang tidak nyata ,maksudnya dari sisi karma,karena berbuahnya sebuah karma  belum tentu langsung,bisa dikemudian hari bahkan bisa berbuah di kehidupan yang akan datang,lebih  dalam lagi---karma yang berbuah bisa dalam bentuk apapun,misalnya membunuh tidak berarti suatu saat akan terbunuh.
nah itulah acinteyya.
manusia biasa tidak mungkin bisa mengetahui bahwa kondisiku ini adalah akibat dari yang ini, dan sebab yang kutanam ini nanti akan berakibat begini. kalo ada yang terus memaksa mau tau dan harus tau, yah siap2 gila sebelum menemukan jawabannya.

menurutku kutipan ini sudah sangat jelas untuk membuat kita waspada :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).

maka, jagalah cetana, jangan kau nodai. :)
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 12 January 2013, 09:11:29 PM
bagaimana kalau pada suatu ketika kita melihat suatu kejadian tindak kekerasan seseorang terhadap orang lain,
ketika melihat kejadian itu,
kita hanya diam dan melihat saja,
tidak terlintas niat menolong,
juga tidak terlintas niat untuk tidakmenolong,

pertanyaannya,
apakah sikap diam tersebut dapat menimbulkan karma?

hahaha.....
untuk ke 4 kalinya :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).

apakah pada saat berdiam itu muncul pikiran2?
kalo saja disana muncul pikiran buruk, berpegang pada kata2 Sang Buddha artinya telah tertanam satu kamma buruk melalui pikiran.
pikiran buruk itu misalnya : hm... tau rasa, siapa suruh jahat, rasain lu dikeroyok, semoga cepat KO!

sebetulnya ini pernah dijelaskan juga oleh om kainyn di posting sebelumnya:
Sebetulnya menurut saya kamma itu adalah konsep yang hanya perlu diterima sebagai konsep. Yang paling keliru dan sangat banyak terjadi adalah justru upaya-upaya untuk menspekulasikan kamma, seperti bro Willi bilang mencoba menghubungkan "ini" adalah hasil "ini".

Kamma adalah niat. Keputusan untuk tidak peduli adalah niat. Lari dari tanggung jawab adalah niat. Namun sesuatu yang tidak diketahui, yang tidak disengaja, bukanlah niat.

Jadi dalam kasus kabel:
1. jika kita lihat kabel di tempat umum yang kita tahu bisa nyetrum, kita cuek aja dan ada orang kesetrum, kita tidak menanam kamma menyetrum orang, tapi kita menanam kamma ketidak-pedulian.

2. jika kita lihat kabel di tempat umum yang kita tahu bisa nyetrum, kita biarkan dan berharap ada orang kesetrum, maka kita menanam kamma bersenang atas penderitaan orang.

3. jika kita adalah tukang kabel yang tahu ada kabel ga bener, kita cuek aja tapi tanpa niat agar orang lain kesetrum, maka kita menanam kamma ketidak-pedulian dan lari dari tanggung jawab

4. jika kita lihat kabel rusak, kita berusaha perbaiki dengan harapan orang tidak kesetrum, namun ternyata gagal dan tetap menyetrum orang, maka tetap yang ditanam adalah kamma baik untuk menolong sesama

dst...

Jadi kamma baik atau buruk dilihat dari niat, bukan dari hasil perbuatan. Sama juga orang mo transfer duit ke teroris untuk bikin bom, namun karena lalai/teledor/tidak sengaja, ternyata salah nomor rekening, transfer ke Palang Merah Internasional, maka tetap yang ditanam adalah kamma buruk.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 12 January 2013, 09:14:25 PM
Cerita ini yang saya kutip di awal-awal, tapi tidak detil.  ;D

Kalau menurut saya, kasus di atas bukan karena lalai, karena:
1. Beliau tidak bisa melihat.
2. Karena tidak bisa melihat (terlepas dari dia sudah arahat atau belum), otomatis niat untuk menginjak serangga tidak ada.
3. Karena tidak ada niat, otomatis tidak ada akibat (vipaka).

Bagaimana menurut Anda? Mohon pendapatnya. :)

Kalau lalai (seperti contoh yang sudah ada) hingga mengakibatkan orang lain celaka itu bagaimana? Menghasilkan karma atau tidak menurut pandangan Anda?

Salam bahagia selalu.  _/\_
rule 2 dan 3 sama saja:
2. niat (buruk) untuk mencelakai orang tidak ada
3. karena tidak ada niat otomatis tidak ada akibat (buruk)

yang ada hanya niat baik untuk memperbaiki kabel
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 12 January 2013, 09:15:33 PM
[...]
Balik ke standard dasar pembunuhan:
-mengetahui makhluk
-niat membunuh
-melakukan usaha pembunuhan
-makhluk terbunuh
[...]
saya tambahkan sedikit om. :)
- ada makhluk hidup
- mengetahui bahwa mahkluk itu masih hidup
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 12 January 2013, 09:35:14 PM
hei jangan keburu ditutup,problem saya belum terpecahkan.

mungkin cara saya menulis kurang tepat atau salah,sehingga menjadi polemik berkepanjangan.
saya coba meluruskan dari awal-----
problem saya----
Masalah intinya adalah,saya mendengar dan membaca dari sumber ajaran Buddha,bahwa perbuatan yang tanpa didasari oleh niat dari pelaku,misalnya---lalai,ceroboh,tidak sengaja,nyasar dan istilah lainnya,semua tidak mendapat karma(baik maupun buruk)---inilah poinnya.
Jadi melalui forum ini/thread ini saya mencari kebenaran tentang konsep tersebut diatas, saya tidak ingin berdebat,karena saya tidak memiliki modal untuk berdebat.
Jadai kalau ya katakan ya,kalau tidak(maksudnya konsep diatas salah) katakan tidak.dan yang benar seperti apa?

Kalau saya ditanya,memangnya kalau konsep diatas BENAR, kenapa ?
Jawab saya adalah-----saya tidak ingin menyalahkan yang sudah dianggap benar.
Tapi hal itu menjadi hambatan bagi saya untuk menjadi mantap di ajaran Buddha.
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).
Kadar resiko menjadi lebih besar bila tindakan itu disertai niat.
Karena konsep demikian lebih bermanfaat bagi umat,misalnya saat saya mendidik anak,tujuannya adalah memberi pelajaran agar lebih hati2 atau waspada dalam melakukan sesuatu.

Saya lebih cocok seperti hukum di dunia nyata,misalnya pemain sepak bola yang men-takling lawan, bila taklingnya salah,maka wasit akan menilai----di sengaja langsung kartu merah,tidak disengaja kartu kuning,----pemberian kartu kuning untuk mendidik pemain tersebut agar lebih ber-hati2.

Demikian penjelasan saya,semoga saya bisa mendapatkan info yang benar tentang hal ini.
salam
om hadi ini cukup aneh, minta penegasan tapi tetap bersikukuh dengan pandangannya. ;D
mungkin sudah lupa atau bagaimana, saya kutip lagi deh apa yang pernah dituliskan om kainyn, sejauh ini saya cukup sependapat dengan ini:
Spoiler: ShowHide
Sedikit bocoran: hukum kamma adalah keteraturan sebab akibat yang ditimbulkan oleh niat dalam pikiran. Hukum ini sifatnya netral, tidak pandang bulu, dan tidak mengurusi perkembangan batin orang orang lain.

Saya ambil padanan misalnya hukum gravitasi yang menjelaskan tentang keteraturan massa dan gaya tarik. Jika seseorang memahami hukum gravitasi dan berhasil merancang bagaimana membunuh orang dengan menjatuhkan benda bermassa tertentu dari ketinggian tertentu, apakah cocok kalau dikatakan "hukum gravitasi ini tidak adil dan menyebabkan orang menjadi pembunuh"?
Betul, demikian pula hukum kamma mengatur perbuatan dan buah dari perbuatan, bukan sebagai penyebab orang menjadi lebih baik atau tidak. Bagaimana orang bersikap adalah tergantung pandangannya masing-masing. Orang tidak percaya hukum kamma pun bisa memutuskan untuk jadi orang yang baik kok.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 12 January 2013, 10:09:25 PM
bagaimana kalau pada suatu ketika kita melihat suatu kejadian tindak kekerasan seseorang terhadap orang lain,
ketika melihat kejadian itu,
kita hanya diam dan melihat saja,
tidak terlintas niat menolong,
juga tidak terlintas niat untuk tidakmenolong,

pertanyaannya,
apakah sikap diam tersebut dapat menimbulkan karma?

hahaha.....
niat itu pasti selalu ada....
masa kita liat adegan pembunuhan, kitanya cuma melongo aja... ;D
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: learner on 12 January 2013, 10:14:58 PM
untuk ke 4 kalinya :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).

apakah pada saat berdiam itu muncul pikiran2?
kalo saja disana muncul pikiran buruk, berpegang pada kata2 Sang Buddha artinya telah tertanam satu kamma buruk melalui pikiran.
pikiran buruk itu misalnya : hm... tau rasa, siapa suruh jahat, rasain lu dikeroyok, semoga cepat KO!

sebetulnya ini pernah dijelaskan juga oleh om kainyn di posting sebelumnya:

secara sosial,
bila anda melihat orang lain mengalami kesulitan lantas anda diam,
dan sikap tidak peduli anda itu diketahui oleh orang lain,
biasanya anda akan mendapatkan balasan berupa sangsi sosial,
pada saat anda menghadapi kesulitan,
orang2 yang mengetahui sikap anda yang biasanya tidak peduli dengan kesulitan orang lain,
akan mengambil sikap tidak peduli dengan kesulitan anda.


apakah hal demikian dapat dikatakan karma?

perdefinisi karma = hukum sebab akibat,

sikap diam tanpa niat apapun,
dapat diartikan sebagai sikap tidak peduli oleh masyarakat dalam kehidupan sosial

hahaha.............
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 12 January 2013, 11:17:08 PM
secara sosial,
bila anda melihat orang lain mengalami kesulitan lantas anda diam,
dan sikap tidak peduli anda itu diketahui oleh orang lain,
biasanya anda akan mendapatkan balasan berupa sangsi sosial,
pada saat anda menghadapi kesulitan,
orang2 yang mengetahui sikap anda yang biasanya tidak peduli dengan kesulitan orang lain,
akan mengambil sikap tidak peduli dengan kesulitan anda.


apakah hal demikian dapat dikatakan karma?

perdefinisi karma = hukum sebab akibat,

sikap diam tanpa niat apapun,
dapat diartikan sebagai sikap tidak peduli oleh masyarakat dalam kehidupan sosial

hahaha.............
seperti yang telah disebutkan om williamhalim, itu adalah sebab terdekat, tapi tidak ada seorang manusia biasa yang dapat memastikan bahwa sangsi yang anda terima itu adalah buah dari apa yang anda lakukan saat itu.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 04:42:45 AM
rule 2 dan 3 sama saja:
2. niat (buruk) untuk mencelakai orang tidak ada
3. karena tidak ada niat otomatis tidak ada akibat (buruk)

yang ada hanya niat baik untuk memperbaiki kabel

Baik, jika begitu bisa disimpulkan bahwa unsur lalai tidak membuahkan karma?

Kalau mengemudi sambil berkirim pesan dengan ponsel, lalu mengakibatkan nyawa orang melayang, juga bukan termasuk menghasilkan karma buruk?

Maksimal (setahu saya dari pendapat Kainyn dan kawan-kawan), hanya menanam dan menerima karma ketidakpedulian?

Apakah benar seperti ini? Mohon konfirmasinya.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 05:09:26 AM
Seperti kita ketahui, kasus lalai ini banyak terjadi dan bahkan ada pasal hukum terkait lalai hingga menyebabkan nyawa orang melayang.

Mengemudi truk ugal-ugalan, menyetir sambil melakukan aktivitas lain, mengendara dalam kondisi mengantuk dan tidak sadar, serta banyak lagi.

Kasus Tugu Tani, tabrakan anak menteri, model menabrak pedagang, Livina Ampera, serta banyak kasus lain rata-rata terjadi (secara hukum disimpulkan) karena faktor kelalaian. Ini di luar sanksi sosial yang diterima (cibiran/cemoohan masyarakat atas kelalaian).

Jadi (saya minta konfirmasi saja), jika yang bersangkutan (pelaku kejahatan) benar-benar tidak punya niat untuk melukai korban, terlepas dari dia lalai atau tidak (sifatnya relatif), berarti dia tidak membuat karma buruk?

Ini kita bicara dari konteks dharma secara teoritis saja. Tentang proses tercipta dan bekerjanya karma serta berbuahnya memang bukan ranah pembahasan kita.

Selain kecelakaan, juga banyak faktor lalai lainnya di berbagai aspek kehidupan kita (mendidik anak, memasak, menjaga kesehatan, aktivitas olah raga, pekerjaan di kantor, dsb). Di atas kita bahas tentang kecelakaan untuk mendapatkan gambaran bagaimana kira-kira pandangan agama Buddha tentang kelalaian ini. Saya kira amat penting diketahui berhubung hal ini erat serta kerap terjadi dalam kehidupan kita.

Salam bahagia selalu. Selamat menjalani hari.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 13 January 2013, 10:38:33 AM

Tapi dalam kasus keteledoran, sama sekali tidak ada ide-ide pikiran bahwa perbuatan yang dilakukannya bisa membahayakan atau menciderai makhluk lain.

Apakah ini tidak menimbulkan karma (buruk)?

Contoh: Menyiram api dengan bensin, sehingga mengakibatkan orang kehilangan rumah dan harta benda. Dalam kepanikan, bisa saja orang teledor mengambil bensin atau minyak tanah yang disangka adalah air. Apa tindakan seperti ini tidak membuahkan karma buruk?

Juga contoh kabel dan guru yang menabrak murid, niat si subyek sesungguhnya relatif baik, yakni mau memudahkan pihak lain. Tapi karena teledor (lalai), lalu berbuah jadi bencana (malapetaka).


rekan Sunya...

Harapan = suatu kondisi yg kita inginkan. Harapan bersifat PASIF
sedangkan
Kamma = perbuatan yg didahului oleh cetana. Kamma~Cetana bersifat AKTIF

Selanjutnya kita bahas KETELEDORAN
Contohnya adalah: memasang kabel yg tidak benar sehingga orang lain celaka.
Pertanyaannya:
Apakah Keteledoran = kamma atau bukan

Sebenarnya pembahasan ini sudah lumayan detil dan memasuki ranah Abhidhamma dengan tabel citta-cetasika (tabel faktor2 batin).. Untuk sampai disini mungkin masih bisa, namun jika terus dilanjutkan akan makin sangat detil nanti bisa2 sampai ke bulatan2 citta tiap milidetik itu... klu itu sy sudah angkat tangan.. Bro mesti baca sendiri buku2 Abhdihamma mulai dari yg simple hingga ke yg ribet  :))

Memasang kabel tidak dengan benar, mengerjakan ujian dengan terburu-buru, meletakkan barang sembarangan, mengemudi dengan tidak hati2... semua ini dalam bahasa sehari2 kita sebut keteledoran atau kecerobohan. Namun dalam Buddhisme, kita perlu melihat sedikit lebih detil, faktor batin apakah yg terjadi saat kita melilitkan kabel tsb sehingga hasilnya bisa tidak bagus begitu, apakah mungkin:
- batin tidak konsentrasi ?
- batin gelisah ?
- batin malas (memeriksa kembali hasil pekerjaan) ?
- ketidakpahaman ?
Semua batin2 yg tidak bermanfaat ini tergolong dalam kelompok batin Akusala-Kamma.
Lawannya adalah batin2 yg bermanfaat (Kusala-kamma) mis: konsentrasi, mahir, tenang, dstnya..

Ini kita lihat dari kamma yg dibuat oleh si pelilit kabel atau si supir yg lalai menabrak orang. Si Subjek tidak ada niat untuk membunuh, sehingga tentu saja mereka tidak menanam kamma-pembunuhan. Tapi tetap saja mereka menanam kamma-buruk dlm format lain (lihat salah satu yg diatas tsb, atau gabungannya: tidak-konsen, gelisah, ketidakpahaman, dstnya...), dan menuai vipaka-buruk akibat kamma-buruk tsb.

Dan kemudian, dari sisi si orang yg terpegang kabel jelek tsb, sehingga terluka atau terbunuh. Kenyataannya adalah orang ini memegang kabel yg terbuka. Terbukanya kabel mungkin saja krn digigit tikus, kena panas matahari, atau pemasangan yg ceroboh tadi. Jadi, bukan berarti si tikus menjadi pembunuh, atau matahari yg menjadi pembunuh, ataupun si pemasang kabel yg menjadi pembunuh. Ini adalah kecerobohan si pemegang kabel dari sisi lain lagi. Ia sedang mendapatkan kondisi tertentu...

Mungkin mudah memahami untuk orang2 yg ceroboh memegang kabel sehingga terluka, atau ceroboh menyeberang sehingga tertabrak truk. Kita akan mudah menerima penjelasan bahwa si supir truk melakukan kamma-tidak waspada dan si penyeberang melakukan kamma-tidak waspada juga sehingga masing2 menerima vipaka-buruk akibat kamma-buruk mereka masing2.... Memahami kamma-vipaka akan mejadi lebih sulit jika kasusnya seperti ini, misalnya:

- menunggu di halte bus, tiba2 mobil nyelonong dan orang tsb ketabrak
(logikanya, dia tidak melakukan kamma jelek apapun, hanya sedang menunggu bus. Hal yg wajar toh?)
- orang2 dan bayi yg sedang berada di aceh, tiba2 kena tsunami
(mereka tidak sedang melakukan kamma jelek apapun saat itu, kok bisa ketimpa vipaka jelek?)

Buddha telah menjelaskan bahwa mengetahui persis penyebab suatu vipaka (kamma-vipaka), adalah acinteyya. Pertanyaan yg sangat sulit bagi kondisi pikiran kita sekarang. Oleh krn itu untuk contoh2 kasus gak-jelas diatas tsb, sy cenderung berpikiran bahwa:
- ada penyebab lampau kamma mereka2 tsb yg tidak kita ketahui
- juga, segala sesuatu yg menimpa kita adalah KONDISI, sy sering tidak melihatnya sebagai baik atau buruk. Saya cenderung melihatnya sebagai kondisi saja. Dan bagaimana sy menanggapi kondisi ini, itulah yg akan menjadi kamma baik atau buruk sy selanjutnya.

Jadi, ambil contoh kasus tsunami aceh tadi.
Saya cendrung berpikir bahwa tsunami aceh tidak dilihat dari vipaka buruk yg menimpa mereka, tapi dilihat hanya sebagai kondisi saja, sebab akibat biasa saja. Ada hukum alam, pergerakan lempeng, mengakibatkan ombak besar meluber, menghatam rumah2, subjek memilih untuk ke aceh, dstnya... bertemunya kondisi2 dan pilihan2. Nah, pointnya adalah di masing2 individu yg menanggapi kondisi tsb: Apakah tidak bisa menerima, hingga stress gila? Apakah bisa menerima dan berusaha bangkit? Apakah berkeluh kesah terus tiada habisnya, menyalahkan tuhan? Apakah menerima sebagai hukuman dari tuhan? Yah bermacam2 kamma baru yg terbentuk dari kondisi yg sesungguhnya netral tsb.

Sama seperti kasus orang yg kena kabel yg dipasang teledor tsb. Sy cenderung menganggap kena sengatan kabel tsb sebagai kondisi saja (tidak baik-tidak buruk), Sy lebih fokus ke bagaimana si korban menanggapi kondisinya tsb: Apakah marah2 (yg menambah penderitaannya)? Ataukah berusaha tenang dan konsen ke penyembuhannya? Atau lebih bagus lagi mulai memikirkan untuk memeriksa kelayakan kabel2 lainnya? Atau dendam berat dan mencari kambing hitam?...

Demikian renungan saya atas pertanyaan rekan Sunya...

Anumodana,
 _/\_

::


Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 13 January 2013, 10:43:25 AM
Baik, jika begitu bisa disimpulkan bahwa unsur lalai tidak membuahkan karma?

Kalau mengemudi sambil berkirim pesan dengan ponsel, lalu mengakibatkan nyawa orang melayang, juga bukan termasuk menghasilkan karma buruk?

Maksimal (setahu saya dari pendapat Kainyn dan kawan-kawan), hanya menanam dan menerima karma ketidakpedulian?

Apakah benar seperti ini? Mohon konfirmasinya.

Salam.  _/\_

Jadi,

Kelalaian pastilah kamma buruk-Akusala Kamma (yg akan menimbulkan vipaka buruk juga).
Cuma saja, kelalaian bukanlah kamma-pembunuhan

::
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 13 January 2013, 11:02:04 AM
ada hal yg masih menjadi renungan sy:

begini:
bahwa kamma sesungguhnya adalah cetana.
Cetana (niat yg mendorong suatu perbuatan) inilah kamma yg sesungguhnya
Cetana adalah batin.
Menanam batin pasti akan berbuah dalam bentuk batin juga.
Sehingga sy masih merenungkan bahwa Kamma-Vipaka sesungguhnya adalah Kamma-Vipaka dalam bentuk batin.
Dan bentukan2 luar, vipaka baik-buruk yg selama ini kita lihat misalnya: kaya, miskin, tertabrak, selamat, terpegang kabel, kena tsunami, selamat tsunami, lulus ujian, tidak lulus ujian, dstnya adalaha: hanya kondisi saja, bukan vipaka dalam artian sebenarnya.

Kembali lagi:
Kamma-vipaka dalam artian batin. Menanam kamma dalam batin, berbuah vipaka dalam bentukan batin juga.
Contohnya:
~ Kita menanam kamma, misalnya: sering marah2, maka kita buah seketikanya adalah batin kita terbentuk menjadi mudah marah, dan buah nantinya tergantung kondisi. Jika kondisinya pas, kemarahan tsb akan timbul (saat marah, kita menderita dalam batin).

Akibat kemarahannya, mis: ia ditinju orang, atau bermasalah hukum, sy cenderung lebih melihatnya hanya sebagai kondisi yg menghampiri ketimbang vipaka. Krn vipaka sesungguhnya adalah kemampuan batinnya untuk menerima kondisi yg datang tsb.

~ seseorang yg hiper seks, misalnya. Sering meluapkan hawa nafsunya ke tempat2 pelacuran atau masturbasi. Kegiatan ini adalah Lobha, kamma yg tidak bermanfaat. Saat melakukannya, buahnya seketika adalah batinnya ter-upgrade semakin lobha (tanha-seks) tsb, batinnya semakin terjerat dan semakin mudah muncul kehausan tanha tsb. Ini saja sudah menyulitkannya. Kemudian buah nantinya adalah: saat kondisinya menunjang, tanha ini akan mudah timbul, ia akan gelisah, mencari pelampiasan, tidak tenang dsbnya... artinya ia menderita untuk mendapatkan keinginannya tsb yg telah terbentuk semakinkuat sbelumnya. Artinya ia menderita dalam bentuk batin.

Jikalau: ia terkena penyakit seksual atau keluarganya berantakkan akibat ulahnya ini, sy cenderung berpikir sebagai kondisi saja. Bagaimana batinnya menghadapi kondisi ini adalah kamma-vipaka sesungguhnya. Apakah ia sangat menderita atau makin melampiaskan lagi...

Sejauh ini masih menjadi bahan renungan sy saja

::
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 13 January 2013, 11:25:42 AM
Menarik :)). Berarit Om Rico aman. ;D
Buat rekan Hemayanti,maaf sebesar besarnya,saya alpa,setelah saya periksa ,yang menyatakan aman itu rekan Khiong.

sorry lo
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Hadisantoso on 13 January 2013, 11:31:31 AM
om hadi ini cukup aneh, minta penegasan tapi tetap bersikukuh dengan pandangannya. ;D
mungkin sudah lupa atau bagaimana, saya kutip lagi deh apa yang pernah dituliskan om kainyn, sejauh ini saya cukup sependapat dengan ini:

terima kasih diingatkan, tapi sampai tgl 11/1,saat rekan Rico ingin menutup thread,saya belum paham betul,hehe maklumlah kemampuan otak sudah tidak bisa diajak kompromi.belum mudeng 100%.
tapi saat ini saya sudah paham betul,walaupun masih ada rekan yang beda pendapat,tapi intinya sudah saya tangkap.

tq
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 13 January 2013, 12:04:47 PM
Baik, jika begitu bisa disimpulkan bahwa unsur lalai tidak membuahkan karma?

Kalau mengemudi sambil berkirim pesan dengan ponsel, lalu mengakibatkan nyawa orang melayang, juga bukan termasuk menghasilkan karma buruk?

Maksimal (setahu saya dari pendapat Kainyn dan kawan-kawan), hanya menanam dan menerima karma ketidakpedulian?

Apakah benar seperti ini? Mohon konfirmasinya.

Salam.  _/\_
menurut anda bagaimana??
itu kan logikanya anda.. :P
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 12:41:17 PM
Rekan William, sebelumnya terima kasih atas jawaban dan penjelasan dari Anda.

Tentang sebuah peristiwa, saya sangat sependapat bahwa kita harus melihatnya sebagai kondisi, bukan baik ataupun buruk, hanya sebuah proses (netral, tanpa inti, tidak kekal atau selalu berubah).

Namun yang saya tanyakan tadi, sehubungan dengan subyek (pelaku), apakah karmanya hanya sebatas yang ada di pikirannya (yaitu niat/cetana-nya saat melakukan perbuatan), atau juga konsekuensi akhir dari peristiwa tersebut (misalnya sejumlah nyawa melayang akibat kekurang-waspadaan).

Tapi sejauh ini sepertinya sudah terjawab, yakni pelaku ini hanya mendapat akibat yang sesuai dengan niatnya.

Jadi, walau secara hukum mungkin pelaku laka-lantas mendapatkan pidana atas perbuatannya (mendekam di sel atau didenda dalam jumlah tertentu), serta sanksi sosial misalnya dicemooh atau bahkan dikeroyok hingga tewas (fenomena umum di Indonesia terkait pelaku kecelakaan), tapi secara dharma khususnya hukum karma, ia hanya akan menerima akibat atas kecerobohannya, atau niatnya sebelum peristiwa laka-lantas itu terjadi.

Ini bagi saya cukup jelas. Mohon koreksinya bila pemahaman saya di atas keliru.

Jadi, kalau boleh saya tambahkan, secara karma juga (referensi dari abhidhamma), peristiwa dikeroyok atau dipenjarakan akibat ulahnya mengemudi ugal-ugalan atau kurang waspada, sebenarnya juga akibat (vipaka) dari perbuatan lampau sang pelaku, dan belum tentu / bisa jadi ada atau tidak ada hubungannya dengan peristiwa tabrakan itu sendiri.

Benar begitu? Mohon pendapatnya.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 12:45:01 PM
- menunggu di halte bus, tiba2 mobil nyelonong dan orang tsb ketabrak
(logikanya, dia tidak melakukan kamma jelek apapun, hanya sedang menunggu bus. Hal yg wajar toh?)
- orang2 dan bayi yg sedang berada di aceh, tiba2 kena tsunami
(mereka tidak sedang melakukan kamma jelek apapun saat itu, kok bisa ketimpa vipaka jelek?)

Sebenarnya kecelakaan akibat ulah manusia (human error) dan kejadian alam sih kurang relevan dibandingkan, karena yang satu ada faktor subyek (pelaku) yang terlibat, yang satu murni peristiwa alam.

Tapi dalam kasus tertentu memang tatkala susah didiferensiasikan. Untuk ini saya sependapat.

 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 01:02:37 PM
Cuma saja, kelalaian bukanlah kamma-pembunuhan

Betul, sesuai kesepakatan sebelumnya bahwa karma = niat, memang kelalaian jelas bukan karma pembunuhan (tidak relevan).

Tapi akibat yang dihasilkan dari kelalaian itu, itu yang sebenarnya dipermasalahkan (apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain).

Kalau lalai hanya berhubungan dengan batin ia sendiri, mungkin tidak masalah.

Kalau saya baca dari penjelasan di atas, sepertinya akibat lalai lebih pada sisi internal manusia tersebut (Anda tulis mengembangkan batin tidak bermanfaat).

Anda juga memberi contoh bahwa akibat eksternal yang ia terima (marah berbuah ditinju orang, kelainan seksual berbuah penyakit, dst), dari sudut pandang pelaku.
Ini saya sependapat (bahwa karma yang sesungguhnya memang adalah kondisi batin yang dirasakannya, karena setiap fenomena tidak berkondisi secara hakikat).

Tapi (saya yakin kita semua menyoroti), yang dibicarakan 'kan adalah dampak sosial, yakni korban-korban yang berjatuhan akibat fenomena batin yang kurang bermanfaat tersebut (kurang waspada atau lalai, sering marah, kelainan secara seksual). Bila diperjelas, kurang lebih seperti ini:
1. Batin kurang bermanfaat lalai membuahkan korban akibat ketidakwaspadaannya (contohnya korban laka-lantas).
2. Sering marah akibatnya orang lain jadi tersinggung atau merasa susah hati akibat dimarahi.
3. Kelainan seksual berbuah isterinya jadi ikut kena penyakit, dst.

Walau sudah ada jawabannya, saya coba minta sudut pandang Anda (bukan mau menyusahkan, hanya memperjelas saja).

Oke, salam bahagia untuk Anda. Terima kasih.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 01:06:46 PM
menurut anda bagaimana??
itu kan logikanya anda.. :P

Saya dalam posisi bertanya (ada tanda tanya di akhir setiap kalimat tersebut).

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 13 January 2013, 01:48:55 PM
Saya dalam posisi bertanya (ada tanda tanya di akhir setiap kalimat tersebut).

Salam.  _/\_
untuk apa mempertanyakan logika yang anda buat sendiri???
nah lho?? :P
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: cumi polos on 13 January 2013, 02:11:00 PM
apa defenisinya lalai.... ?

apa penyebab kelalaian ?

dptkah kelalaian dicegah ?


coba jawab master sunya !
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 06:01:52 PM
untuk apa mempertanyakan logika yang anda buat sendiri???
nah lho?? :P

Saya tidak melihat ada logika yang saya buat.

Saya paham penjelasan Anda tentang pendekatan analisa karma lewat momen ke momen, serta diferensiasi aksi pikiran pasif dan aktif. Maka saya tindak lanjuti untuk meminta konfirmasi, jadi unsur lalai tidak membuahkan karma? Dan Anda sebut itu adalah logika yang saya buat.

Oke, bagaimana pun terima kasih untuk penjelasan sebelumnya.

Salam.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 13 January 2013, 08:56:47 PM
Saya tidak melihat ada logika yang saya buat.

Saya paham penjelasan Anda tentang pendekatan analisa karma lewat momen ke momen, serta diferensiasi aksi pikiran pasif dan aktif. Maka saya tindak lanjuti untuk meminta konfirmasi, jadi unsur lalai tidak membuahkan karma? Dan Anda sebut itu adalah logika yang saya buat.

Oke, bagaimana pun terima kasih untuk penjelasan sebelumnya.

Salam.  _/\_
1. anda salah orang, itu william yang satunya lagi

2.
Cerita ini yang saya kutip di awal-awal, tapi tidak detil.  ;D

Kalau menurut saya, kasus di atas bukan karena lalai, karena:
1. Beliau tidak bisa melihat.
2. Karena tidak bisa melihat (terlepas dari dia sudah arahat atau belum), otomatis niat untuk menginjak serangga tidak ada.
3. Karena tidak ada niat, otomatis tidak ada akibat (vipaka).

rule 2 dan 3 sama saja:
2. niat (buruk) untuk mencelakai orang tidak ada
3. karena tidak ada niat otomatis tidak ada akibat (buruk)
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 13 January 2013, 09:13:37 PM
1. anda salah orang, itu william yang satunya lagi

2.

Terima kasih pemberitahuannya.  _/\_

Pertanyaannya masih sama, jadi lalai dan menyebabkan orang terbunuh tidak menghasilkan karma?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 13 January 2013, 10:49:33 PM
menurut saya: ya, tapi bukan karma karena mencelakai orang, tapi karma karena lalai
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: ozma on 13 January 2013, 11:26:57 PM
om rico, bagaimana caranya seseorang memegang besi panas secara tidak sengaja?
kecuali terpegang atau tersentuh, dan dalam pandangan saya, itu bukan kamma, tapi vipaka.
bukan sebab, tapi akibat.
sebab adalah sesuatu yang dapat kita dikendalikan / putuskan. (kalau seseorang memutuskan untuk memegang besi panas, berarti ada cetana disana, dia tau atau tidak tahu itu panas, disana tetap ada cetana untuk memegang, dan itu adalah sebab, bukan akibat)
akibat adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dihindari. (kalau seseorang tidak mau memegang besi panas, lalu oleh temannya dilempari dan ternyata sudah menghindar tapi tetap kena, itu adalah akibat yang tidak bisa ia hindari)
kemudian yang dibold itu menurutku gak ada kaitannya dengan cetana, tapi lebih ke tahu dan tidak tau (samma ditthi / miccha ditthi), kita ambil contoh misalnya membunuh makhluk hidup, terlepas dari seseorang tahu atau tidak tahu itu adalah perbuatan salah, membunuh makhluk hidup tetap adalah tindakan salah yang akan membuahkan hasil yang merugikan, untuk orang yang tahu maupun yang tidak tahu, serta tidak mau tahu, pura2 tidak tahu, dsb.

saya sangat setuju dengan ini..
saya sangat meragukan istilah "niat" sebagai satu2nya pembentuk kamma..
karena pada kenyataannya banyak sekali tindakan yg tanpa niat buruk namun berakhir buruk..

semisal dalam kisah yg diutarakan di milinda panha

Quote
“Apa yang terlahir kembali itu, Nagasena?’
“Batin dan jasmani.”

“Apakah batin dan jasmani yang ini juga yang terlahir kembali?”
“Bukan, tetapi oleh batin dan jasmani inilah maka perbuatan-perbuatan dilakukan, dan oleh karena perbuatan-perbuatan itulah maka batin dan jasmani yang lain terlahir kembali. Walaupun demikian, batin dan jasmani itu tidak begitu saja terlepas dari hasil perbuatan sebelumnya.”

“Berikanlah ilustrasi.”
“Seperti halnya api yang dinyalakan seseorang. Setelah merasa hangat, mungkin orang itu pergi meninggalkan dalam keadaan menyala.
Andaikan saja api tersebut kemudian menjalar dan membakar ladang orang lain, lalu pemilik ladang itu menyeretnya ke hadapan raja serta menuntut orang yang menyalakan api tersebut.
Bila dia berkata, ‘Baginda yang mulia, saya tidak membakar ladang orang ini. Api yang saya tinggalkan itu berbeda dengan api yang membakar ladang orang ini. Saya tidak bersalah’, apakah dia patut dihukum?”

“Tentu saja, karena tak peduli apa pun yang dia katakan, api itu berasal dari api sebelumnya.”

“Demikian juga, O baginda, oleh batin dan jasmani ini perbuatan-perbuatan dilakukan, dan oleh karena perbuatan-perbuatan itu maka batin dan jasmani baru akan terlahir kembali; tetapi batin dan jasmani tersebut tidak begitu saja terlepas dari hasil perbuatan sebelumnya.”

Walaupun orang tsb tidak bermaksud membakar ladang, api tsb membakar ladang

IMO Niat mungkin menghasilkan kamma, tapi yang jadi faktor penentu adalah efek dari perbuatan itu, bukan sekedar niat saja
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 14 January 2013, 07:19:14 AM
saya sangat setuju dengan ini..
saya sangat meragukan istilah "niat" sebagai satu2nya pembentuk kamma..
karena pada kenyataannya banyak sekali tindakan yg tanpa niat buruk namun berakhir buruk..

semisal dalam kisah yg diutarakan di milinda panha

Walaupun orang tsb tidak bermaksud membakar ladang, api tsb membakar ladang

IMO Niat mungkin menghasilkan kamma, tapi yang jadi faktor penentu adalah efek dari perbuatan itu, bukan sekedar niat saja
Secara hukum negara kemungkinan besar orang itu akan mendapatkan hukuman, tapi tentu tidak serta merta begitu saja, dari pihak yang berwajib tentu harus melakukan penelitian apakah itu memang faktor kesengajaan ingin membakar ladang orang lain, ataukah hanya kelalaian saja ketika meninggalkan api dalam keadaan menyala.
Dan lagi, itu adalah hukum negara, kalo hukum kamma yah g tau deh, g ingin berspekulasi terlalu jauh.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 14 January 2013, 08:05:04 AM
saya sangat setuju dengan ini..
saya sangat meragukan istilah "niat" sebagai satu2nya pembentuk kamma..

bisa kasih contoh apa pembentuk kamma yg lain selain niat (cetana)?

Quote
karena pada kenyataannya banyak sekali tindakan yg tanpa niat buruk namun berakhir buruk..

ini sudah kita bahas panjang lebar di bbrp postingan diatas...
intinya kita seringkali rancu antara cetana (niat/batin pendorong suatu tindakan) dengan harapan (sasaran/goal) dan juga seringkali kesulitan menentukan mana yg kamma, mana yg vipaka dan juga kondisi2 biasa sebab akibat yg terkadang kita anggap sebagai vipaka. Bahkan menyebut Vipaka aj masih sering salah tersebut kamma.

Perlu kita luruskan, krn hal ini sangat penting. Jangan kita sampai salah beranggapan bahwa niat baik belum tentu menghasilkan kamma baik dan sebaliknya. Perlu kita renungkan dan pastikan bahwa: niat baik pasti kamma baik dan niat buruk pasti kamma buruk.

Persis seperti yg Buddha sampaikan.


Quote
semisal dalam kisah yg diutarakan di milinda panha

Walaupun orang tsb tidak bermaksud membakar ladang, api tsb membakar ladang

Cerita ini sesungguhnya untuk mengilustrasikan batin-jasmani sama/tidak dan pertanggungjawaban batin baru thp batin sebelumnya. Ilustrasi yg mirip misalnya tentang tidak mungkin bisa menyeberangi sungai yg sama untuk ke-2 kalinya. Semua contoh ini menunjukkan bahwa batin dan jasmani kita berubah setiap saat namun tetap ada tanggung jawab atas perbuatan sebelumnya.

Jika kita membahas apakah yg menyebabkan ladang terbakar?
maka jawabannya bisa: kecerobohan meninggalkan api menyala (kamma buruk), angin yg meniup api ke ladang, ladang sendiri yg mudah terbakar, tidak adanya hujan, sepinya orang2 disekitar, dstnya....

Jadi, sy cenderung menganggap "terbakarnya ladang adalah suatu kondisi sebab akibat saja"... kondisi begini terjadi disekeliling kita dan setiap detik mengalami perubahan....

Quote
IMO Niat mungkin menghasilkan kamma, tapi yang jadi faktor penentu adalah efek dari perbuatan itu, bukan sekedar niat saja

Buddhisme menitik beratkan pada NIAT yg melandasi suatu perbuatan,
Bukan pada hasil perbuatan

Sangat banyak sutta soal ini, mis: tanpa tau menginjak semut, maka tidak ada kamma pembunuhan.
Kalo menitik beratkan pada hasil-perbuatan, tentu akan kena kamma-pembunuhan toh?
Kenyataannya kamma kita tergantung niat kita, kalo nggak ada cetana, maka tidak ada kamma

::
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 14 January 2013, 08:39:01 AM
om rico, bagaimana caranya seseorang memegang besi panas secara tidak sengaja?
kecuali terpegang atau tersentuh, dan dalam pandangan saya, itu bukan kamma, tapi vipaka.
bukan sebab, tapi akibat.
sebab adalah sesuatu yang dapat kita dikendalikan / putuskan. (kalau seseorang memutuskan untuk memegang besi panas, berarti ada cetana disana, dia tau atau tidak tahu itu panas, disana tetap ada cetana untuk memegang, dan itu adalah sebab, bukan akibat)
akibat adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dihindari. (kalau seseorang tidak mau memegang besi panas, lalu oleh temannya dilempari dan ternyata sudah menghindar tapi tetap kena, itu adalah akibat yang tidak bisa ia hindari)
kemudian yang dibold itu menurutku gak ada kaitannya dengan cetana, tapi lebih ke tahu dan tidak tau (samma ditthi / miccha ditthi), kita ambil contoh misalnya membunuh makhluk hidup, terlepas dari seseorang tahu atau tidak tahu itu adalah perbuatan salah, membunuh makhluk hidup tetap adalah tindakan salah yang akan membuahkan hasil yang merugikan, untuk orang yang tahu maupun yang tidak tahu, serta tidak mau tahu, pura2 tidak tahu, dsb.

tepat sekali

namun contoh tersebut saya berikan pada Om Hadi, mengenai 'konsekwensi'. bahwa sentuh/tersentuh besi panas konsekwensinya adalah tangan melepuh.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: williamhalim on 14 January 2013, 08:41:49 AM
Betul, sesuai kesepakatan sebelumnya bahwa karma = niat, memang kelalaian jelas bukan karma pembunuhan (tidak relevan).

Tapi akibat yang dihasilkan dari kelalaian itu, itu yang sebenarnya dipermasalahkan (apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain).

Kalau lalai hanya berhubungan dengan batin ia sendiri, mungkin tidak masalah.

Kalau saya baca dari penjelasan di atas, sepertinya akibat lalai lebih pada sisi internal manusia tersebut (Anda tulis mengembangkan batin tidak bermanfaat).

Anda juga memberi contoh bahwa akibat eksternal yang ia terima (marah berbuah ditinju orang, kelainan seksual berbuah penyakit, dst), dari sudut pandang pelaku.
Ini saya sependapat (bahwa karma yang sesungguhnya memang adalah kondisi batin yang dirasakannya, karena setiap fenomena tidak berkondisi secara hakikat).

Tapi (saya yakin kita semua menyoroti), yang dibicarakan 'kan adalah dampak sosial, yakni korban-korban yang berjatuhan akibat fenomena batin yang kurang bermanfaat tersebut (kurang waspada atau lalai, sering marah, kelainan secara seksual). Bila diperjelas, kurang lebih seperti ini:
1. Batin kurang bermanfaat lalai membuahkan korban akibat ketidakwaspadaannya (contohnya korban laka-lantas).
2. Sering marah akibatnya orang lain jadi tersinggung atau merasa susah hati akibat dimarahi.
3. Kelainan seksual berbuah isterinya jadi ikut kena penyakit, dst.

Walau sudah ada jawabannya, saya coba minta sudut pandang Anda (bukan mau menyusahkan, hanya memperjelas saja).

Oke, salam bahagia untuk Anda. Terima kasih.  _/\_

Betul,

Karena kamma-vipaka adalah dari sudut si pelaku; ia yg berbuat, ia yg menanggung akibatnya..

Sedangkan berbagai kejadian yg timbul setelahnya, sy cenderung tidak melihatnya sebagai semata2 vipaka si pelaku, tapi hanya sebagai kondisi sebab-akibat yg wajar terjadi... yg penyebabnya mungkin kamma si pelaku, juga penyebab2 lainnya yg saling mengkondisikan...

Misalnya kasus seseorang yg marah2 dan akhirnya ia dipukul.
'A memukul B' adalah suatu kondisi yg sedang terjadi, penyebabnya bermacam2, mungkin:
- A krn kecenderungan batinnya mengakibatkan ia mudah tersulut dan marah2 dgn kejadian sepele dan asal tuduh
- B yg dari pagi hatinya sedang dongkol, gampang tersulut oleh kemarahan A
- beberapa teman lain yg mengompori
- hari yg panas di tepi jalan menyulut kondisi semakin panas
- makanan yg dimakan si A atau B, mungkin minum alkohol, who knows?
Jadi, semua penyebab yg tidak kita ketahui ini saling menyulut menimbulkan pemukulan... Saya -kembali- memandang semua kejadian ini hanyalah sebagai "kondisi saja"

Jika semata2 disebut A yg marah2 sebagai penyebab perkelahian tsb, dalam kondisi lain, marah2 si A bisa jadi tidak menimbulkan perkelahian, harus ditunjang faktor lainnya baru kondisi tsb bisa terjadi...

Juga sama dengan sambil bbm-an, ceroboh menabrak orang... Bukan semata2 krn supirnya bbm-an, mesti ditunjang juga oleh faktor2 lainnya: ada yg menyeberang tiba2, kondisinya pas lagi bbm-an, mobil kencang, dstnya... Banyak kasus, sedang bbm-an (jelas kamma buruk) malah tidak menabrak orang kan?

Padahal, kamma buruk pasti menghasilkan vipaka buruk... Jadi, sy cenderung berpikiran kamma-vipaka akan berbuah pasti di batin masing2, suatu saat jika kondisinya pas, kamma akan berbuah... dalam bentuk penderitaan / kebahagiaan di batin masing2...

Bentukan2 / kejadian2 luar hanyalah kondisi2 sebab-akibat yg saling bergantungan yg selalu berubah...


Demikain pandangan saya, Salam Bahagia juga...


::


Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 14 January 2013, 10:03:37 AM
Anehnya bagi penganut "kamma != niat" tidak ada yang jawab pertanyaan sederhana ini:

Niat Cunda adalah beri Buddha makanan yang terbaik.
Hasilnya sakit perut Buddha kambuh.

Ada karma buruk tertanam di sana?

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rina Hong on 14 January 2013, 10:30:45 AM
Hi Bro Rico,
kalau menurut saya,

bro harus pisahkan yg mana namanya membunuh, yang mana namany membeli, yang mana namanya mengirim.

membunuh itu menghilangkan nyawa,  membeli tidak menghilangkan nyawa, membeli hanya menelepon lalu memesan barang, dan mengirim hanya menelepon kurir untuk mengirimnya?

apakah ada tindakan membunuh dari membeli dan mengirim barang?

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 14 January 2013, 10:38:17 AM
Saya pikir sebelum jauh-jauh masuk ke contoh kasus, seharusnya orang memahami dulu konsep hukum kamma itu apa. Hukum kamma itu BUKAN hukum sebab-akibat secara umum.

Ada maling ketangkep digebukin.
Sebab: jadi maling
Akibat: digebukin

Ini bukan hukum kamma, ini adalah sebab-akibat secara umum.

Dalam konsep kamma, perbuatan maling itu adalah kamma, yang buah kammanya tidak dapat diketahui dalam bentuk apa, dan kapan berbuahnya (apakah di kehidupan ini, berikut, atau berikut2nya). Konsep kamma hanya menjelaskan bahwa niat baik akan memberi akibat baik, niat buruk akan memberi akibat buruk.

Mengenai digebukin, itu adalah buah kamma lampau yang berbuah, namun kamma apa yang menyebabkannya digebukin, apakah di kehidupan ini, lampau, atau lampau yang jauh, kita tidak tahu. Konsep kamma hanya menjelaskan bahwa penderitaan adalah hasil dari niat buruk, kebahagiaan adalah hasil dari niat baik, di masa lalu.

Jadi bagaimana kita tahu satu perbuatan/kamma adalah baik atau buruk?
Tolok ukurnya adalah jika perbuatan didasari keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin, maka itu perbuatan buruk. Sebaliknya jika perbuatan didasari ketidak-serakahan, ketidak-bencan, dan tanpa-kebodohan-batin, maka itu perbuatan baik.


Orang-orang seringkali salah paham antara sebab-akibat dan konsep kamma sehingga melihat niat baik hasilnya belum tentu hasilnya baik dan niat buruk belum tentu hasilnya buruk.
Misalnya:
-Mau benerin kabel hasilnya orang mati -> niat baik hasilnya buruk
-Korupsi hasilnya jadi kaya -> niat buruk hasilnya baik

Pandangan salah demikian mengarahkan kita melihat 'hasil', bukan niat/pikiran yang melandasi suatu perbuatan. Ini adalah pandangan Nigantha Nathaputta.

Pandangan menurut Buddha sudah kita kenal dalam syair yang sangat terkenal:
"Manopubbaṅgamā dhammā, manoseṭṭhā manomayā;
Manasā ce paduṭṭhena, bhāsati vā karoti vā;
Tato naṃ dukkhamanveti, cakkaṃva vahato padaṃ."


Spoiler: ShowHide
(Fenomena dipelopori pikiran, dipimpin pikiran, dibentuk pikiran;
Dengan pikiran buruk, berucap atau berbuat;
Penderitaan mengikuti, seperti roda mengikuti jejak kaki*)

*Roda kereta mengikuti jejak kaki sapi yang menariknya.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 14 January 2013, 12:23:21 PM
Anehnya bagi penganut "kamma != niat" tidak ada yang jawab pertanyaan sederhana ini:
Niat Cunda adalah beri Buddha makanan yang terbaik.
Hasilnya sakit perut Buddha kambuh.

Ada karma buruk tertanam di sana?
gak ada om, malah kamma baik.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 14 January 2013, 01:53:33 PM
sudah sepuluh halaman lebih dan belum ada yang menyinggung niyama-niyama lainnya? ini baru menyentuh kamma niyama.

ayo diskusi di lanjutkan.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 14 January 2013, 02:16:24 PM
gak ada om, malah kamma baik.

4.42. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda: ‘Mungkin saja, Ānanda, Cunda si pandai besi merasa menyesal, dengan berpikir: “Adalah kesalahanmu, sahabat Cunda, karena kecerobohanmu sehingga Tathāgata mencapai Nibbāna akhir setelah memakan makanan yang engkau persembahkan!” Tetapi penyesalan Cunda dapat diatasi dengan cara ini: “Itu adalah jasamu, sahabat Cunda, karena perbuatan baikmu sehingga Tathāgata mencapai Nibbāna akhir setelah memakan makanan yang engkau persembahkan! Karena, sahabat Cunda, aku telah mendengar dan memahami dari mulut Sang Bhagavā sendiri, bahwa dua persembahan ini menghasilkan buah yang [136] besar, akibat yang sangat besar, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada persembahan lainnya. Apakah dua ini? Pertama adalah persembahan yang setelah memakannya, Sang Tathāgata mencapai Penerangan Sempurna, dan yang lainnya adalah yang setelah memakannya, Beliau mencapai unsur-Nibbāna tanpa sisa saat meninggal dunia. Kedua persembahan ini adalah yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat dari semua persembahan lainnya. Perbuatan Cunda ini mendukung umur panjang, penampilan yang baik, kebahagiaan, kemasyhuran, alam surga, dan kekuasaan.” Demikianlah, Ānanda, cara mengatasi penyesalan Cunda.’
-Dari DN.16. Mahaparinibbanasutta-


Begitu "ceroboh" Cunda ini, namun apakah kammanya buruk? Sama sekali tidak, sebab niatnya sepenuhnya baik.

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Rico Tsiau on 14 January 2013, 02:54:00 PM
4.42. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda: ‘Mungkin saja, Ānanda, Cunda si pandai besi merasa menyesal, dengan berpikir: “Adalah kesalahanmu, sahabat Cunda, karena kecerobohanmu sehingga Tathāgata mencapai Nibbāna akhir setelah memakan makanan yang engkau persembahkan!” Tetapi penyesalan Cunda dapat diatasi dengan cara ini: “Itu adalah jasamu, sahabat Cunda, karena perbuatan baikmu sehingga Tathāgata mencapai Nibbāna akhir setelah memakan makanan yang engkau persembahkan! Karena, sahabat Cunda, aku telah mendengar dan memahami dari mulut Sang Bhagavā sendiri, bahwa dua persembahan ini menghasilkan buah yang [136] besar, akibat yang sangat besar, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada persembahan lainnya. Apakah dua ini? Pertama adalah persembahan yang setelah memakannya, Sang Tathāgata mencapai Penerangan Sempurna, dan yang lainnya adalah yang setelah memakannya, Beliau mencapai unsur-Nibbāna tanpa sisa saat meninggal dunia. Kedua persembahan ini adalah yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat dari semua persembahan lainnya. Perbuatan Cunda ini mendukung umur panjang, penampilan yang baik, kebahagiaan, kemasyhuran, alam surga, dan kekuasaan.” Demikianlah, Ānanda, cara mengatasi penyesalan Cunda.’
-Dari DN.16. Mahaparinibbanasutta-


Begitu "ceroboh" Cunda ini, namun apakah kammanya buruk? Sama sekali tidak, sebab niatnya sepenuhnya baik.

berarti sama dengan si orang yang benerin kabel, dengan niat yang sungguh baik, namun layaknya cunda yang 'ceroboh'?
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 14 January 2013, 03:08:43 PM
sudah sepuluh halaman lebih dan belum ada yang menyinggung niyama-niyama lainnya? ini baru menyentuh kamma niyama.

ayo diskusi di lanjutkan.

Kalau mau bahas ke konsep niyama lain, akan jadi sangat rumit sekali, karena memang semua hukum ini saling interaksi, sementara kamma niyama saja sudah tidak bisa 'dilihat', apalagi interaksinya dengan hukum lain. Paling seperti biasa, hanya bisa disederhanakan dalam konsep saja.


berarti sama dengan si orang yang benerin kabel, dengan niat yang sungguh baik, namun layaknya cunda yang 'ceroboh'?
Betul, persis sama.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: adi lim on 14 January 2013, 03:10:03 PM
berarti sama dengan si orang yang benerin kabel, dengan niat yang sungguh baik, namun layaknya cunda yang 'ceroboh'?

dilihat dari bahasa yang sama, adalah YA
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 14 January 2013, 07:26:39 PM
Rekan Kainyn, saya mohon konfirmasinya terkait dua postingan ini:

Tapi niat baik belum tentu kamma baik.

NIAT benerin kabel (=baik), walaupun hasilnya ada orang mati, tetap kamma baik yang ditanam.
NIAT transfer dana ke teroris (=buruk), walaupun hasilnya malah PMI yang dapat, tetap kamma buruk yang ditanam.

Jadi, niat sama dengan karma atau tidak?

Mohon diperjelas. Terima kasih.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 14 January 2013, 07:31:05 PM
Begitu "ceroboh" Cunda ini, namun apakah kammanya buruk? Sama sekali tidak, sebab niatnya sepenuhnya baik.

Betul, jadi pernyataan sebelumnya ini bagaimana?

Tapi niat baik belum tentu kamma baik.

Terima kasih.  _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 15 January 2013, 09:06:14 AM
Rekan Kainyn, saya mohon konfirmasinya terkait dua postingan ini:

Jadi, niat sama dengan karma atau tidak?

Mohon diperjelas. Terima kasih.  _/\_
Kalau kutip setengah2 yah begitu jadinya.


[...]

Wah, saya menulis sudah cukup jelas, ada dua klausul:
1. Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
2. Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Masa belum dipahami? Mohon kejelasannya dimana belum dipahami.

Terima kasih.  _/\_

Justru saya sangat paham, makanya saya tidak minat bertanya.

Ada niat ada kamma.
Tapi niat baik belum tentu kamma baik.




Anda pikir saya tidak paham, justru sebaliknya saya paham sekali apa yang anda tuliskan, saya paham sekali konsep anda yaitu:
"Ada niat ada kamma.
Tapi niat baik belum tentu kamma baik."

Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: Sunya on 15 January 2013, 05:56:23 PM
Blunder. :)

 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: ozma on 15 January 2013, 11:16:53 PM
bisa kasih contoh apa pembentuk kamma yg lain selain niat (cetana)?

ini sudah kita bahas panjang lebar di bbrp postingan diatas...
intinya kita seringkali rancu antara cetana (niat/batin pendorong suatu tindakan) dengan harapan (sasaran/goal) dan juga seringkali kesulitan menentukan mana yg kamma, mana yg vipaka dan juga kondisi2 biasa sebab akibat yg terkadang kita anggap sebagai vipaka. Bahkan menyebut Vipaka aj masih sering salah tersebut kamma.

Perlu kita luruskan, krn hal ini sangat penting. Jangan kita sampai salah beranggapan bahwa niat baik belum tentu menghasilkan kamma baik dan sebaliknya. Perlu kita renungkan dan pastikan bahwa: niat baik pasti kamma baik dan niat buruk pasti kamma buruk.

Persis seperti yg Buddha sampaikan.


Cerita ini sesungguhnya untuk mengilustrasikan batin-jasmani sama/tidak dan pertanggungjawaban batin baru thp batin sebelumnya. Ilustrasi yg mirip misalnya tentang tidak mungkin bisa menyeberangi sungai yg sama untuk ke-2 kalinya. Semua contoh ini menunjukkan bahwa batin dan jasmani kita berubah setiap saat namun tetap ada tanggung jawab atas perbuatan sebelumnya.

Jika kita membahas apakah yg menyebabkan ladang terbakar?
maka jawabannya bisa: kecerobohan meninggalkan api menyala (kamma buruk), angin yg meniup api ke ladang, ladang sendiri yg mudah terbakar, tidak adanya hujan, sepinya orang2 disekitar, dstnya....

Jadi, sy cenderung menganggap "terbakarnya ladang adalah suatu kondisi sebab akibat saja"... kondisi begini terjadi disekeliling kita dan setiap detik mengalami perubahan....

Buddhisme menitik beratkan pada NIAT yg melandasi suatu perbuatan,
Bukan pada hasil perbuatan

Sangat banyak sutta soal ini, mis: tanpa tau menginjak semut, maka tidak ada kamma pembunuhan.
Kalo menitik beratkan pada hasil-perbuatan, tentu akan kena kamma-pembunuhan toh?
Kenyataannya kamma kita tergantung niat kita, kalo nggak ada cetana, maka tidak ada kamma

::

Sebelumnya saya ingin ucapkan makasih buat jawabannya,
karena menyadarkan saya sendiri, kalau semua tulisan saya diatas hanya mendasar pada asumsi pribadi yang kabur..  ^:)^
Dan akhirnya jadi kacau karena saya secara ceroboh tidak fokus pada kamma, namun mencampurkannya dengan vipaka ( akibat / buah kamma )

Dalam konteks buddhisme, maka sutta tentang kamma yg pantas jadi rujukan
Quote
Sehubungan dengan hal Kamma ini Buddha bersabda sebagai berikut: "O para Bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cettana) itulah yang Aku namakan Kamma, Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan dan pikiran.

Dimana tertulis cettana lantas berbuat.
Saya mengasumsikannya sebagai 2 variable yg penting dan tidak boleh dipisahkan..

Dalam asumsi saya,
Niat (cettana) hanyalah sebagai bahan bakar
Namun perbuatan menentukan hasil akhirnya ( vipakka )


Dalam analogi :
petani yang berniat menanam jeruk, namun upaya yang dilakukan salah / ceroboh / malas, maka hasil yang didapat bukan lagi buah jeruk.
Sama seperti :
Seorang yg berniat baik, namun upaya yg dilakukan salah / ceroboh, maka hasil yg didapat bukan kamma baik

Jadi ini pandangan saya dalam menjawab pertanyaan anda,

Quote
bisa kasih contoh apa pembentuk kamma yg lain selain niat (cetana)?
maafkan karena saya salah menulis "satu2nya pembentuk kamma" seharusnya "satu2nya penentu hasil kamma" ^:)^
niat yg masih terdelusi jelaslah satu2nya bahan bakar kamma, tapi bukan satu2nya penentu hasil kamma

Quote
Perlu kita luruskan, krn hal ini sangat penting. Jangan kita sampai salah beranggapan bahwa niat baik belum tentu menghasilkan kamma baik dan sebaliknya. Perlu kita renungkan dan pastikan bahwa: niat baik pasti kamma baik dan niat buruk pasti kamma buruk.
Saya kurang setuju, karena buat saya sangat tidak logis hanya mengandalkan niat orang mendapatkan kamma baik atau buruk tanpa perbuatan

Seperti mobil dengan bahan bakar ( niat ), memank akan melaju,
namun tanpa daya upaya ( perbuatan ) mobil itu tidak kemana2..

Quote
Jadi, sy cenderung menganggap "terbakarnya ladang adalah suatu kondisi sebab akibat saja"... kondisi begini terjadi disekeliling kita dan setiap detik mengalami perubahan....
mungkin saja  :)

Quote
Sangat banyak sutta soal ini, mis: tanpa tau menginjak semut, maka tidak ada kamma pembunuhan.
Kalo menitik beratkan pada hasil-perbuatan, tentu akan kena kamma-pembunuhan toh?
Kenyataannya kamma kita tergantung niat kita, kalo nggak ada cetana, maka tidak ada kamma
ini juga karena kesalahan saya dalam memfokuskan permasalahan, saya lagi2 mencampur adukkan kamma dan vipakka   ^:)^
saya setuju, tidak ada niat maka tidak akan ada kamma..

Quote
4.42. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda: ‘Mungkin saja, Ānanda, Cunda si pandai besi merasa menyesal, dengan berpikir: “Adalah kesalahanmu, sahabat Cunda, karena kecerobohanmu sehingga Tathāgata mencapai Nibbāna akhir setelah memakan makanan yang engkau persembahkan!” Tetapi penyesalan Cunda dapat diatasi dengan cara ini: “Itu adalah jasamu, sahabat Cunda, karena perbuatan baikmu sehingga Tathāgata mencapai Nibbāna akhir setelah memakan makanan yang engkau persembahkan! Karena, sahabat Cunda, aku telah mendengar dan memahami dari mulut Sang Bhagavā sendiri, bahwa dua persembahan ini menghasilkan buah yang [136] besar, akibat yang sangat besar, lebih berbuah dan lebih bermanfaat daripada persembahan lainnya. Apakah dua ini? Pertama adalah persembahan yang setelah memakannya, Sang Tathāgata mencapai Penerangan Sempurna, dan yang lainnya adalah yang setelah memakannya, Beliau mencapai unsur-Nibbāna tanpa sisa saat meninggal dunia. Kedua persembahan ini adalah yang lebih berbuah dan lebih bermanfaat dari semua persembahan lainnya. Perbuatan Cunda ini mendukung umur panjang, penampilan yang baik, kebahagiaan, kemasyhuran, alam surga, dan kekuasaan.” Demikianlah, Ānanda, cara mengatasi penyesalan Cunda.’
-Dari DN.16. Mahaparinibbanasutta-
ini menarik sekali,
dalam konteks ini, niat baik namun usaha buruk menghasilkan kamma baik  kah ? :whistle:
Saya merasa ini hanya sebagai penghiburan..  :)


Terima kasih banyak atas koreksinya
 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: sanjiva on 16 January 2013, 10:37:15 AM
dalam konteks ini, niat baik namun usaha buruk menghasilkan kamma baik  kah ? :whistle:

Dalam kasus Cunda yang menyajikan makanan terakhir ini, gw pikir yang benar adalah :
niat baik - usaha baik - menghasilkan kamma baik.

Kan sudah diterangkan langsung oleh Sang Buddha, sudah gamblang dan jelas sehingga tidak perlu berspekulasi lagi.  Sakit yang diderita Beliau karena keputusan sendiri untuk parinibbana dalam 3 bulan sejak percakapan terakhir dengan Mara.

Quote
Saya merasa ini hanya sebagai penghiburan..  :)

Apakah seorang Sammasambuddha biasa berbasa-basi menghibur ataukah berbicara kebenaran mutlak?

Sesuatu yang sudah jelas gamblang terang benderang dikatakan Buddha ya seperti itulah apa adanya.
 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: ozma on 16 January 2013, 10:11:23 PM
Dalam kasus Cunda yang menyajikan makanan terakhir ini, gw pikir yang benar adalah :
niat baik - usaha baik - menghasilkan kamma baik.

Kan sudah diterangkan langsung oleh Sang Buddha, sudah gamblang dan jelas sehingga tidak perlu berspekulasi lagi.  Sakit yang diderita Beliau karena keputusan sendiri untuk parinibbana dalam 3 bulan sejak percakapan terakhir dengan Mara.

Apakah seorang Sammasambuddha biasa berbasa-basi menghibur ataukah berbicara kebenaran mutlak?

Sesuatu yang sudah jelas gamblang terang benderang dikatakan Buddha ya seperti itulah apa adanya.
 _/\_
saya setuju,
Menurut saya ini adalah niat baik dan usaha baik.. 
sebenarnya saya quote tulisan itu, karena tulisan itu digunakan oleh rekan lain untuk mengatakan kalau hanya niat yg menentukan hasil kamma..

terima kasih
 _/\_
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 25 January 2013, 11:58:22 AM
saya setuju,
Menurut saya ini adalah niat baik dan usaha baik.. 
sebenarnya saya quote tulisan itu, karena tulisan itu digunakan oleh rekan lain untuk mengatakan kalau hanya niat yg menentukan hasil kamma..

terima kasih
 _/\_
Yang menentukan hasil kamma bukan hanya niat. Objek penderita dan integrasi kamma lain juga menentukan hasil dari satu kamma yang ditanam. E.g. niat sama dilakukan ke objek yang lebih mulia, hasilnya lebih berlimpah; niat yang sama bisa terdukung, terhalang, atau terpotong oleh kamma yang lain, sehingga hasilnya berbeda. Jadi memang yang menentukan hasil atau buah kamma, memang bukan semata-mata niat.

Namun yang disampaikan dalam konsep kamma adalah niat/kamma baik akan berbuah dalam bentuk kebahagiaan, dan niat buruk akan berbuah dalam bentuk penderitaan. Tidak ada niat baik yang berbuah dalam bentuk penderitaan atau sebaliknya.
(Poinnya: Tidak benar bahwa hanya biji yang menentukan tumbuhnya pohon, namun kondisi tanah dan cuaca juga berpengaruh. Hanya saja tanam nangka tidak akan tumbuh jadi kaktus.)

Itu adalah konsep dasarnya. Lebih lanjut, dalam kenyataannya, kamma yang kita lakukan bisa berpengaruh pada matangnya kamma-kamma lain sehingga secara kasat mata kita melihat konsekwensi dari perbuatan baik tidak selalu baik, dan juga sebaliknya.

Misalnya kita berusaha bela kebenaran tapi kehilangan pekerjaan.
Membela kebenaran adalah niat baik yang akan berakibat baik, kehilangan pekerjaan adalah buah kamma buruk dari perbuatan entah apa di masa lampau, namun berbuahnya kamma buruk ini terkondisi matang oleh keputusan kita untuk berbuat baik.

Contoh lain adalah korupsi (niat buruk) membuahkan kekayaan (hasil baik). Korupsi tetap akan berakibat buruk entah bagaimana dan kapan, sementara kekayaan adalah buah kamma baik di masa lalunya yang terkondisi matang oleh perbuataan buruknya.
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 25 January 2013, 09:21:24 PM
Yang menentukan hasil kamma bukan hanya niat. Objek penderita dan integrasi kamma lain juga menentukan hasil dari satu kamma yang ditanam. E.g. niat sama dilakukan ke objek yang lebih mulia, hasilnya lebih berlimpah; niat yang sama bisa terdukung, terhalang, atau terpotong oleh kamma yang lain, sehingga hasilnya berbeda. Jadi memang yang menentukan hasil atau buah kamma, memang bukan semata-mata niat.

Namun yang disampaikan dalam konsep kamma adalah niat/kamma baik akan berbuah dalam bentuk kebahagiaan, dan niat buruk akan berbuah dalam bentuk penderitaan. Tidak ada niat baik yang berbuah dalam bentuk penderitaan atau sebaliknya.
(Poinnya: Tidak benar bahwa hanya biji yang menentukan tumbuhnya pohon, namun kondisi tanah dan cuaca juga berpengaruh. Hanya saja tanam nangka tidak akan tumbuh jadi kaktus.)

Itu adalah konsep dasarnya. Lebih lanjut, dalam kenyataannya, kamma yang kita lakukan bisa berpengaruh pada matangnya kamma-kamma lain sehingga secara kasat mata kita melihat konsekwensi dari perbuatan baik tidak selalu baik, dan juga sebaliknya.

Misalnya kita berusaha bela kebenaran tapi kehilangan pekerjaan.
Membela kebenaran adalah niat baik yang akan berakibat baik, kehilangan pekerjaan adalah buah kamma buruk dari perbuatan entah apa di masa lampau, namun berbuahnya kamma buruk ini terkondisi matang oleh keputusan kita untuk berbuat baik.

Contoh lain adalah korupsi (niat buruk) membuahkan kekayaan (hasil baik). Korupsi tetap akan berakibat buruk entah bagaimana dan kapan, sementara kekayaan adalah buah kamma baik di masa lalunya yang terkondisi matang oleh perbuataan buruknya.
sungguh menakjubkan!
sudah diuraikan sangat jelas oleh om kainyn. :)
Spoiler: ShowHide
bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat dengan jelas apa yang ada di sana.
efek keseringan baca sutta.. :hammer:
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 25 January 2013, 09:36:51 PM
sungguh menakjubkan!
sudah diuraikan sangat jelas oleh om kainyn. :)
Spoiler: ShowHide
bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh terbalik, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam [ke]gelap[an], sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat dengan jelas apa yang ada di sana.
efek keseringan baca sutta.. :hammer:

  ;D ;D

 :P
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 25 January 2013, 10:04:14 PM
  ;D ;D

 :P
eh, itu langsung dari sumbernya loh. :P
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: will_i_am on 25 January 2013, 10:17:05 PM
eh, itu langsung dari sumbernya loh. :P
salah yak....  :))
:hammer:
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: K.K. on 26 January 2013, 10:38:55 AM
sungguh menakjubkan!
sudah diuraikan sangat jelas oleh om kainyn. :)
Spoiler: ShowHide
bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat dengan jelas apa yang ada di sana.
efek keseringan baca sutta.. :hammer:

Soal "menegakkan apa yang roboh" dan lain-lain itu urusan Big Boss, saya cuma nyontek.

Teruskan baca suttanya!
:jempol:
Title: Re: Andil dalam membunuh
Post by: hemayanti on 30 January 2013, 12:09:47 PM
Soal "menegakkan apa yang roboh" dan lain-lain itu urusan Big Boss, saya cuma nyontek.

Teruskan baca suttanya!
:jempol:
nah saya juga nyontek, semoga bisa dapat 100 nanti hasil ujiannya.  ^-^