Puluhan anggota organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila Kota Padang, Sumatra Barat, Rabu (3/9), merazia rumah makan non muslim di kampung pecinan di kawasan Pondok Padang. Mereka menyuruh pemilik rumah makan untuk menutup usahanya pada siang hari selama Ramadan.
Aksi ini merupakan wujud protes Pemuda Pancasila terhadap kebijakan Pemerintah Kota Padang yang mengizinkan rumah makan non muslim buka pada siang hari. Kebijakan ini dinilai tidak adil karena dianggap pilih kasih sementara lapak-lapak pedagang lainnya dibongkar.
Adu mulut terjadi. Pemilik rumah makan tak bersedia menutup usahanya dengan dalih kebijakan Wali Kota Padang, Fauzi Bahar, yang mengizinkan berjualan pada siang hari selama bulan puasa.
Pada razia ini, Pemuda Pancasila hanya memberikan teguran kepada pemilik warung makan. Namun mereka mengancam akan menutup semua warung makan bila tetap beroperasi di siang hari selama Ramadan.
Razia serupa dilakukan di Pekanbaru, Riau. Petugas Satuan Polisi Pamong Praja menutup paksa sejumlah rumah makan dan membawa sebagian peralatannya karena pemiliknya dianggap melanggar aturan untuk tidak berjualan siang hari selama Ramadan.
Di Jalan Riau, petugas menyobek dinding penutup sebuah warung makan. Tak ada perlawanan apapun dari pemilik warung makan meski saat itu beberapa orang sedang melepas lelah sambil minum dan merokok. Mereka tak berpuasa karena alasan sakit maag atau tertidur saat sahur.
Di Jalan Setia Budi, petugas juga mendapati sejumlah orang tengah berada di warung makan. Seolah tak peduli, orang-orang itu tetap menyantap makanan dan minuman. Aparat pun menyita seluruh kursi rumah makan. Jika ingin menebus kursinya, pemilik rumah makan harus membuat surat perjanjian tidak akan buka pada siang hari.
Razia semacam ini sebelumnya didahului dengan surat edaran dan surat peringatan kepada pemilik warung yang tetap nekat beroperasi di siang hari.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)
http://www.liputan6.com/daerah/?id=164766