Mantap ko aldi.hehee
Tpi judulnya w rasa kurang sesuai ama ceritanya..
Apa ada arti tersendiri dri judunlnya?hehe
seperti yang kita ketahui, ada 3 ciri dari eksistensi atau Tilakkhana, yaitu segala sesuatu itu tidak kekal, selalu berubah, dan akan berlalu, mengandung penderitaan, dan tidak berinti. ini secara kasar disimbolkan lewat angin.
apabila Anda sudah nonton filmnya, Bhikkhu Dhammariya tergoda untuk menelepon keluarganya lewat keberadaan ponsel tamu yang tertinggal. nafsu keinginan untuk menghubungi keluarganya dan kemelekatannya terhadap ponsel tersebut akhirnya mengganggu proses pencapaian Nibbana yang seharusnya menjadi tujuan utama seorang bhikkhu, selain juga membantu semua makhluk mencapai Nibbana dengan menyebarkan Dhamma yang indah. akan tetapi, Bhikkhu Dhammariya justru terjebak. ia malah mengikuti angin tersebut, hingga ia hampir saja tersesat, sebelum akhirnya menyadari bahwa keluarganya sudah mendapatkan kebahagiaan untuk terus melanjutkan hidup mereka dengan kehadiran sosok pengganti dirinya. ini alasan mengapa kami memilih judul Angin.
selama hidup gw... rasanya angin, udara, oksigen selalu ada ya....
jadi gak permanennya dimana ?
adakah beda
1 An Essence of Wind
2 The Essence of Wind
3 Wind
kenapa gak yg ke2 ya, bisa dijelaskan gak?
apa pemainnya juga biksu beneran ? video cam apakah yg digunakan ya ?
kalau bisa ceritakan the Buddhist Wisdom....(mungkin ini yg menarik ya)
semoga sukses di film yg akan datang ya bunng
angin, udara, oksigen yang kita hirup dari lahir sampai sekarang tentu bukan udara, angin, dan oksigen yang sama. seperti perumpamaan air sungai, Anda bisa melihat sungai yang sama bertahun-tahun, tapi Anda tidak bisa bilang bahwa air tersebut adalah air yang sama, bahkan air yang Anda tunjuk sekarang berbeda dengan air yang Anda tunjuk sepersekian detik berikutnya. ini karena segala sesuatu berubah. yang tidak berubah hanya perubahan itu sendiri.
An Essence of Wind dipilih sebagai judul bahasa Inggrisnya saja. judulnya hanya Angin, sedangkan untuk pemutaran di luar Indonesia berjudul An Essence of Wind alih2 The Wind. mengapa 'an essence'? karena esensi angin bukan hanya seperti yang saya jelaskan di atas. angin juga bisa baik dan membantu kita untuk menjadi pembangkit listrik, dan lain sebagainya. maka ini adalah 'an essence' (salah satu esensi) bukan 'the essence' (satu-satunya esensi) dari angin. begitu pula dengan the wind. angin di sini adalah simbol dari ketidakkekalan, bukan simbolisasi si tokoh. apabila judulnya The Wind, maka cerita ini akan mengerucut hanya pada Bhikkhu Dhammariya, padahal Sang Buddha sendiri berkata bahwa segala sesuatunya berkaitan satu sama lain (adanya hukum Paticcasammupada).
kedua pemeran biksunya, baik Dhammariya maupun Bhante Panna, bukan biksu, melainkan pemain teater. mereka pun bukan Buddhist. tapi saya sebagai sutradara melakukan workshop bagi pemain dengan menginap dua hari satu malam (walaupun sebenarnya kurang lama) di Vihara Saung Paramita Ciapus dengan Bhante Sri Subalaratano dan Bhante Adiratano, sehingga mereka berdua bisa belajar gestur, keseharian, serta apa yang diajarkan oleh para bhikkhu.
kamera yang digunakan adalah kamera Sony EX3, full HD. kamera ini punya resolusi gambar yang tinggi, sehingga bisa untuk membuat film layar lebar yang ditayangkan di bioskop.
terima kasih atas pertanyaan2 Anda yang sungguh bagus. semoga jawaban saya di atas cukup menjawab dan memuaskan.