Bukankah ini berarti orang-orang seperti ini akan sulit mencapai pencerahan, sekalipun mungkin mereka sudah melakukan kebajikan dan memiliki hati yang murni?
mencapai pencerahan memang
sulit, tapi bukan tidak mungkin
"melakukan kebajikan" dan "memiliki hati murni" (walaupun ini terlalu abstrak definisinya)
akan menambah probabilitas untuk mencapai pencerahan tersebut
Baik, jadi itu definisi "menderita" menurut Sidharta. Tetapi apakah memang itu saja sumber penderitaan? Jika itu adalah sumber penderitaan dari diri kita (faktor dalam), bagaimana dengan penderitaan akibat faktor luar, misalnya diperlakukan tidak adil, disiksa, dll?
penderitaan ada 2 macam :
penderitaan fisik (contoh: disiksa) dan
penderitaan mental (contoh: merasa dendam, marah, benci karena disiksa)
Bisakah orang-orang dalam kondisi ini (sekalipun sudah meninggalkan faktor dalam) mencapai pencerahan?
kalimat "sudah meninggalkan faktor dalam" ?
maksudnya sudah tidak mengalami penderitaan mental ?
btw, "pencerahan" yg anda maksud itu apakah
pencapain penerangan sempurna seperti Samma Sambuddha?
atau pencerahan Arahat ?
atau pencerahan tingkat kesucian sotapanna?
(sorry pakai istilah2, tapi definisinya beda2 sih)
btw, ada cerita bhikkhu yang menderita penyakit kudis, bernanah darah. Seluruh tubuhnya terkena penyakit kulit yang parah (
penderitaan fisik, faktor luar). Sang Buddha membersihkan tubuhnya, mengganti jubahnya, membuat tubuhnya terasa lebih nyaman dan pikirannya tenang (
tidak ada penderitaan mental, faktor dalam). Dan kemudian Sang Buddha membabarkan ajaran pada bhikkhu itu, (dan kalau tidak salah ingat, agak lupa detailnya sih) bhikkhu itu berhasil menangkap intisari ajaran itu, dan happy ending. Lupa happy endingnya itu, bhikkhu itu mencapai kesucian sotapanna atau yg lainnya ...