1) Apakah teman dan pakar disini yang tahu mengapa Siddharta Gautama berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon ?maksudnya mengapa harus di bawah pohon?
2) Apakah ciri-ciri seseorang yang telah mencapai pencerahan ?tidak ada lagi kebencian, keserakahan, kebodohan bathin
maksudnya mengapa harus di bawah pohon?
tidak ada lagi kebencian, keserakahan, kebodohan bathin
tidak ada lagi kemarahan, kesombongan, keraguan, iri hati, pelit, egois, dll
Thanks atas opininya.
Mengapa Siddharta berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon, sebenarnya merupakan pertanyaan yang banyak ditanyakan orang-orang. Namun bisa jadi mereka ini tidak mencoba memahami dan mencari jawabannya. Ini menurut pandangan saya :
Di bawah pohon, di alam terbuka membuat Siddharta melihat dan mengalami langsung bagaimana alam ini bekerja. Bagaimana Ia merasakan langsung cuaca panas, dingin, hujan, kegelapan malam, keheningan. Bagaimana Ia berkesempatan melihat mahkluk hidup (hewan/tumbuhan) tumbuh, hidup, sakit, bertahan hidup, saling membantu, saling membunuh dan mati. Pengalaman inilah yang sangat membantu beliau memahami dan menghayati makna kehidupan dan kematian, memahami how the nature works sehingga membawanya menuju pencerahan dan penerangan sempurna.
Seandainya beliau memililih meditasi di ruangan tertutup (apalagi ber-AC), kemungkinan mencapai pencerahan tidak akan sesempurna, atau bahkan tidak berhasil.
Tentu saja keberhasilan beliau juga didukung oleh tekad dan sifat welas asihNya yang begitu tinggi, yang bermeditasi bukan untuk tujuan pribadi, melainkan untuk semua kebaikan mahlkuk hidup. Terakhir, beliau juga tidak memiliki keterikatan atau kemelekatan apapun, melepas semua gelar, jabatan bahkan keluarganya. Seandainya beliau masih memiliki jabatan ketua ini-itu atau berbisnis, mungkin mustahil mampu mencapai penerangan sempurna ini.
Saya tahu ada yang mementingkan teknik meditasi dan menganggap teknik meditasilah yang membuat Siddharta berhasil. Ayolah, cobalah gunakan akal sehat sedikit. Pada otak manusia terdapat bagian besar yang disebut limbik. Fungsi limbik ini mengatur hal-hal yang sangat dasar/primitif dalam sifat manusia antara lain, rasa lapar, nafsu, rasa takut, ego dan seks. Fungsi utama dari meditasi, tak lebih tak bukan adalah mengatur kerja otak limbik.
Saya diberitahu oleh teman dekat saya, bahwa istrinya ditegur keras oleh seorang biksu asal Malaysia (aliran LSY) karena tidak tahu cara melipat tangannya saat menyembah. "Sekali lagi saya ajari masih tidak bisa, maka Anda tidak perlu datang lagi ke sini", demikian suara sang biksu ke istri teman saya.
Biksu tersebut mengaku dirinya penuh pencerahan. Marilah kita menilainya sendiri apakah biksu ini telah mencapai atau mendekati pencerahan dalam arti sesungguhnya.
Analisa anda menarik sekali, namun hanya mengamati dalam lingkup satu kehidupan saja. Sementara hasil yang anda telaah itu adalah hasil dari berkalpa2 kehidupan, milyaran bahkan lebih kelahiran yang saat sebagai manusia selalu menyempurnakan diri termasuk meditasi. Hasil pencerahan meditasi dan menjadi Buddha itu adalah puncak usaha2 tersebut.
Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di Riwayat Agung Para Buddha (RAPB), ebooknya bisa anda dapat di DC sini.
Apakah anda juga dari aliran LSY ?
Di DC aliran LSY tidak diakui sebagai salah satu aliran agama Buddha (yang diajarkan oleh Buddha Gotama). Dan Buddha mengajarkan bahwa salah satu belenggu untuk mencapai kesucian adalah keterikatan dengan upacara & ritual2. karenanya ritual penyembahan sangat asing bagi umat Buddha.
Dear Sanjiva,
Saya bukan aliran LSY. Itu sudah pasti. Setahu saya, Sidharta juga tidak berencana membuat aliran Buddha menjadi seperti sekarang. Yang Dia inginkan hanyalah berbuat kebajikan dan kedamaian.
Gan-En.
Terkait hal beginian, izinkan saya berpendapat :
Semua agama mengajarkan 2 hal :
darimana anda mengetahui apa yg "Dia" inginkan?
Saya pikir thread ini akan menjadi pseudo-science.. ;D
Karena masih berupa opini anda tanpa literatur ilmiah..
cuma intinya anda berusaha menghubungkan statement ilmiah dengan opini agar kelihatan opini anda ilmiah ;D
Hei Indra,
Bisakah dijelaskan kesamaan pokok dan intisari dari semua ajaran Sakyamuni Buddha semasa hidupnya, sebelum lahirnya Mahayana, Theravada dsb ? Apakah yang diajarkanNya tersebut bukan itu yang Ia inginkan ? Jadi, apakah Indra tahu bahwa bukan itu yang Dia inginkan ?
Gan-En.
Hi Forte,Saya menolak untuk memberikan jawaban yang sifatnya masih spekulasi ;D
Saya memilki teman lama baik yang kini menjadi ustad. Usia 67. Dia curious dan pernah tanya bagaimana Sakyamuni bisa menjadi Buddha dengan duduk meditasi di bawah pohon. Kebetulan pertanyaan yang sama juga ditanyakan oleh seorang mahasiswa beragama kr****n di Harvard.
Jujur saja, ini pertanyaan menarik sekaligus sulit bagi saya saat itu karena harus bisa "memuaskan" pengetahuan si penanya, yang logis, bisa diterima akal sehat, tidak menyimpang dari esensi Buddha, netral atau tidak spesifik Buddha-sentris, yang justru bukan hanya tidak bisa memberi pencerahan pada si penanya, namun membawa kesan sebaliknya. Lantas, jawaban anda apa Forte untuk pertanyaan ini ?
Topik yang saya ajukan hanyalah bersifat diskusi umum, opini bebas. Yang saya harapkan opini atas topik ini bisa diterima akal sehat saja. Makanya saya post di bagian "Diskusi Umum".
Setiap orang bebas saja beropini mengenai topik yang diajukan. Masak sih opini di forum diskusi bebas dianggap sebagai psudoscience atau harus didukung literatur ilmiah ? Jika semua harus ada literatur baru berpendapat, setahu saya namanya copy-paste, bukan lagi pendapat. Agama juga bukan science, jadi opini atas topik ini juga tidak perlu science. Apakah Forte juga meminta literatur ilmiah atas setiap khotbah dan ajaran bhiksu ? Jika anda memiliki waktu, ayo silakan memberi opini atas topik ini, dan bukan memberi opini atas opini saya.
Pendapat saya ini muncul setelah saya melakukan dan merasakan rasanya bermeditasi. Yang pasti saya gak berani klaim opini saya pasti benar.
Try expand the awareness, ok ? ;)
saya tidak tahu apa yg Buddha inginkan atau tidak inginkan, saya hanya seorang puthujjana, bagaimana mungkin bisa mengetahui pikiran Sang Buddha? tapi yg saya tahu dari membaca teks2 Buddhis, seorang Buddha, Arahant, yang telah mencapai penerangan sempurnna, tidak lagi memiliki keinginan. Dengan membalikkan pertanyaan itu ke saya, anda tidak menjawab pertanyaan saya. menjawab pertanyaan dengan pertanyaan adalah salah satu teknik menjawab tapi hanya jika pertanyaan balasan itu bisa menjawap pertanyaan awal.Saya sependapat dengan bro Indra, jika jawaban anda ilmiah idealnya anda merujuk pada literatur yang resmi, bukan berupa saya berpikir Buddha pasti berpikiran begini.. Buddha pasti berpikiran begitu.. Hal2 semacam ini yang ingin difilter di forum ini agar tidak menyesatkan bagi yang masih belajar Buddhisme.
Menurut pemahaman sendiri dari teman dan pakar forum ini, tanpa perlu mencopy-paste apa yang tertulis dalam Tripitaka :
1) Apakah teman dan pakar disini yang tahu mengapa Siddharta Gautama berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon ?
2) Apakah ciri-ciri seseorang yang telah mencapai pencerahan ?
Gan En, Amitofo....
Hi Forte,Seperti yang sudah katakan di awal.. Hendaknya anda merujuk pada literatur yang ada, yaitu jika anda hendak membahas Mahayana merujuklah pada Tripitaka, jika anda ingin membahas Theravada merujuklah pada Tipitaka.
Thx atas komennya. Hmmm... jadinya kelihatannya anda tidak sepintar yang saya duga. Jelaskan dulu, mengapa semua pendapat harus butuh literatur ilmiah ? Tahukan pendapat ada yang presumtif, ada yang asumtif ? Tahu kan maksud kata "'ilmiah" itu apa ? Apakah ajaran Buddha semuanya juga ilmiah, melalui bukti dan metodologi teruji ?
Saya masih menunggu opini anda loh atas topik ini.
Gan-En.
Menurut pemahaman sendiri dari teman dan pakar forum ini, tanpa perlu mencopy-paste apa yang tertulis dalam Tripitaka :
1) Apakah teman dan pakar disini yang tahu mengapa Siddharta Gautama berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon ?
2) Apakah ciri-ciri seseorang yang telah mencapai pencerahan ?
Gan En, Amitofo....
Salam,sampai di sini saya setuju dengan pendapat anda.
Agama adalah pengalaman spiritual orang lain yang dijadikan ajaran/pedoman bagi orang lain. Sedangkan spiritual merupakan pengalaman sendiri. So, agama yang kita yakini saat ini merupakan pengalaman spiritual milik orang lain, yang kita anggap baik, benar dan berharap dengan menjalani ajarannya dapat memperoleh benefit spiritual sebagaimana yang dialami oleh orang lain tersebut.
Bahasa lain, jika Budi mampu mencapai penerangan sempurna, kemudian memiliki power untuk membantu orang lain dengan menggunakan teknik dan ajarannya sendiri, dan jika Budi menyebarkan teknik dan pengalaman yang dialaminya tersebut, maka akan munculah agama baru - agama Budi.
Oleh sebab itu, tidak sedikit orang yang hanya menghafal dan menelan bulat-bulat apa yang digariskan oleh suatu agama, tanpa mengaktifkan lagi tombol logika dalam posisi ON. Alhasil, orang-orang ini tidak bisa memahami manfaat dan alasan di balik munculnya ajaran agama tersebut. Sasaran mereka hanyalah agar bisa mencapai penerangan sempurna, memperoleh pahala dan sejenisnya. Namun harus diakui, ada juga yang merasakan ketenangan setelah mendengar dan meresapi ajaran suatu agama, walaupun tombol nalar dalam posisi OFF.
Mengapa Siddharta berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon, sebenarnya merupakan pertanyaan yang banyak ditanyakan orang-orang. Namun bisa jadi mereka ini tidak mencoba memahami dan mencari jawabannya. Ini menurut pandangan saya :thanks opininya. saya merasa pendapat anda mengenai apa yang siddharta lihat dan rasakan itu adalah spekulasi.
Di bawah pohon, di alam terbuka membuat Siddharta melihat dan mengalami langsung bagaimana alam ini bekerja. Bagaimana Ia merasakan langsung cuaca panas, dingin, hujan, kegelapan malam, keheningan. Bagaimana Ia berkesempatan melihat mahkluk hidup (hewan/tumbuhan) tumbuh, hidup, sakit, bertahan hidup, saling membantu, saling membunuh dan mati. Pengalaman inilah yang sangat membantu beliau memahami dan menghayati makna kehidupan dan kematian, memahami how the nature works sehingga membawanya menuju pencerahan dan penerangan sempurna.
Seandainya beliau memililih meditasi di ruangan tertutup (apalagi ber-AC), kemungkinan mencapai pencerahan tidak akan sesempurna, atau bahkan tidak berhasil.
Saya tahu ada yang mementingkan teknik meditasi dan menganggap teknik meditasilah yang membuat Siddharta berhasil. Ayolah, cobalah gunakan akal sehat sedikit. Pada otak manusia terdapat bagian besar yang disebut limbik. Fungsi limbik ini mengatur hal-hal yang sangat dasar/primitif dalam sifat manusia antara lain, rasa lapar, nafsu, rasa takut, ego dan seks. Fungsi utama dari meditasi, tak lebih tak bukan adalah mengatur kerja otak limbik.setahu saya, orang yang sadar bukanlah orang yg bisa mengatur rasa lapar.
Ya, masing-masing punya argumen. Tapi argumennya bukan untuk opini topik ini, melainkan semata-mata argumen untuk menang saja. Agak heran juga, karena Forte dan Indra sudah lama disini, sudah post sampe ribuan. Mustinya bisa menerima pendapat baik atau salah dengan penuh hati dan pikiran terbuka. Jika anggap ada yang tidak benar, ya beri opini dengan santun dan tetap tenang. Ya ajaran Buddha lah. Tapi karakternya yaaa masih begitu-begitu aja, kayak newbie gitu. Tidak terbuka. Opini gak ada sama sekali. Tapi saya akui memang kalian pandai mengkritik.
Thanks sudah mampir.
Makin banyak yg dibawa di kepala, makin berat yang dibawanya maka makin tunduk kepalanya karena beratnya
Jadi pepatah semakin berisi padi semakin tunduk padinya memang benar.
Mustinya bisa menerima pendapat baik atau salah dengan penuh hati dan pikiran terbuka. Jika anggap ada yang tidak benar, ya beri opini dengan santun dan tetap tenang. Ya ajaran Buddha lah. Tapi karakternya yaaa masih begitu-begitu aja, kayak newbie gitu. Tidak terbuka. Opini gak ada sama sekali. Tapi saya akui memang kalian pandai mengkritik.
Thanks sudah mampir.
mohon maaf, tapi sepanjang yg kami pelajari dari Ajaran Buddha, tidak ada Buddha mengajarkan agar menerima pendapat yg salah.
Kalo gitu, anda harus banyak belajar lagi. Oh, jangan hanya belajar teori doang. Aplikasikan juga ya.
mohon petunjuk anda, dimanakah saya bisa belajar tentang ajaran Buddha bahwa pendapat salah harus diterima.
Hi semua,
Pls listen. Opini apa harus semua sesuai ajaran Budha atau kitab sucinya ?
Salah satu Bhante Theravada di Jakarta menjelaskan ke saya bahwa esensi perayaan Kathina sekarang ini tidak lagi sesuai kondisi zaman. Para biksu, bhante saat ini tidak lagi kekurangan pakaian dan obat-obatan. Jadi lebih baik, gunakan uang anda untuk menolong fakir miskin atau mereka yang butuh. Tapi toh, tetap saja tiap tahun semua rame2 sumbang pakaian/obat (yang sudah dikemas dalam bentuk paket 300 ribu, 600 ribu, sejuta dst).
Apakah opini Bhante ini keliru ? Apa butuh kajian ilmiah ? Bagi saya, itulah esensi sebenarnya dari belajar mendalami Buddha. Paham alasan dan manfaat dari suatu ajaran. Sekali lagi ini pendapat saya, entar diminta lagi mana referensi dalam ajaran Buddha.
Apa yang dilakukan oleh Master Ceng Yen juga patut dipuji karena beliau meminta tidak perlu lagi memakai dupa setiap sembahyang. Beliau juga marah banyak yang hanya duduk meditasi dan bukannya berdiri singsingkan lengan baju membantu mereka yang butuh.
Beginilah kira-kira mereka yang tidak lagi sekedar menghafal mati semua ajaran tapi berpikir apa alasan dan manfaatnya.
opini anda mengenai meditasi itu lahir dari mikir2, baca2 buku atau pengalaman meditasi anda sendiri?
Indra, kelihatannya anda mulai menyimpang, beragumen hanya untuk menang.
Saya hanya tunjukkan dimana letak air. Anda yang harus ke sana dan meminumnya sendiri. Jika anda tidak mau minum, sudahi saja. Jika anda merasa saya yang banyak kelirunya, ya gak apa-apa. Saya toh gak mungkin tidak bisa berbuat salah. Pendapat anda jelas salah, tapi saya bisa terima kok walaupun anda katakan ajaran Buddha tidak mengajarinya secara eksplisit. Itu bedanya orang berlogika dengan yang tidak. Itu saja.
Thanks atas opininya.
Mengapa Siddharta berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon, sebenarnya merupakan pertanyaan yang banyak ditanyakan orang-orang. Namun bisa jadi mereka ini tidak mencoba memahami dan mencari jawabannya. Ini menurut pandangan saya :
Di bawah pohon, di alam terbuka membuat Siddharta melihat dan mengalami langsung bagaimana alam ini bekerja. Bagaimana Ia merasakan langsung cuaca panas, dingin, hujan, kegelapan malam, keheningan. Bagaimana Ia berkesempatan melihat mahkluk hidup (hewan/tumbuhan) tumbuh, hidup, sakit, bertahan hidup, saling membantu, saling membunuh dan mati. Pengalaman inilah yang sangat membantu beliau memahami dan menghayati makna kehidupan dan kematian, memahami how the nature works sehingga membawanya menuju pencerahan dan penerangan sempurna.
Seandainya beliau memililih meditasi di ruangan tertutup (apalagi ber-AC), kemungkinan mencapai pencerahan tidak akan sesempurna, atau bahkan tidak berhasil.
Tentu saja keberhasilan beliau juga didukung oleh tekad dan sifat welas asihNya yang begitu tinggi, yang bermeditasi bukan untuk tujuan pribadi, melainkan untuk semua kebaikan mahlkuk hidup. Terakhir, beliau juga tidak memiliki keterikatan atau kemelekatan apapun, melepas semua gelar, jabatan bahkan keluarganya. Seandainya beliau masih memiliki jabatan ketua ini-itu atau berbisnis, mungkin mustahil mampu mencapai penerangan sempurna ini.
coba perhatikan pendapat lucu anda yg tidak mungkin saya terima dan saya sarankan kepada semua Buddhis untuk tidak menerima pendapat yg mengatakan bahwa Siddhattha mencapai pencerahan karena duduk di bawah pohon mengalami langsung bagaimana alam bekerja, merasakan panas dingin, melihat tumbuhan saling bunuh, dst.
Indra, duh anda masih level bawah ya dari sisi pemahaman, kecerdasan dan kesadaran emosional. Mana bisa anda menuju pencerahan ? Jauhhh....
Dari buku, pengalaman spiritual, dari diskusi tapi yang terutama setelah meditasi. Makanya saya selalu gunakan kata "menurut pendapat saya".tampaknya pemahaman dan pengalaman anda mengenai meditasi berbeda dengan saya.
tampaknya pemahaman dan pengalaman anda mengenai meditasi berbeda dengan saya.
Indra, cobalah belajar lagi. Jangan hanya dari forum ini. Simak dan dalami juga dari tulisan forum atau website lain, terutama yang berbahasa Inggris dan Mandarin. Anda harus terbuka, baru bisa terima pengetahuan baru dan menjadi lebih maju.
Masak sih, gak bisa bedain mana penggalan kalimat yang dimaksudkan untuk humor, mana yang tidak ? Duhh...
maaf, anda masih level bawah
dalam hal pemahaman, kecerdasan dan kesadaran emosional
:)) :)) :)) :))
Hi morpheus,
Perbedaan justru baik. Kita bisa saling mengisi dan berbagi pengalaman. Tentu jika anda berniat....
Jika tidak berminat, masing-masing punya pilihan.
Hi semua,
Pls listen. Opini apa harus semua sesuai ajaran Budha atau kitab sucinya ?
Salah satu Bhante Theravada di Jakarta menjelaskan ke saya bahwa esensi perayaan Kathina sekarang ini tidak lagi sesuai kondisi zaman. Para biksu, bhante saat ini tidak lagi kekurangan pakaian dan obat-obatan. Jadi lebih baik, gunakan uang anda untuk menolong fakir miskin atau mereka yang butuh. Tapi toh, tetap saja tiap tahun semua rame2 sumbang pakaian/obat (yang sudah dikemas dalam bentuk paket 300 ribu, 600 ribu, sejuta dst).
Apakah opini Bhante ini keliru ? Apa butuh kajian ilmiah ? Bagi saya, itulah esensi sebenarnya dari belajar mendalami Buddha. Paham alasan dan manfaat dari suatu ajaran. Sekali lagi ini pendapat saya, entar diminta lagi mana referensi dalam ajaran Buddha.
Apa yang dilakukan oleh Master Ceng Yen juga patut dipuji karena beliau meminta tidak perlu lagi memakai dupa setiap sembahyang. Beliau juga marah banyak yang hanya duduk meditasi dan bukannya berdiri singsingkan lengan baju membantu mereka yang butuh.
Beginilah kira-kira mereka yang tidak lagi sekedar menghafal mati semua ajaran tapi berpikir apa alasan dan manfaatnya.Hi semua,
Pls listen. Opini apa harus semua sesuai ajaran Budha atau kitab sucinya ?
Salah satu Bhante Theravada di Jakarta menjelaskan ke saya bahwa esensi perayaan Kathina sekarang ini tidak lagi sesuai kondisi zaman. Para biksu, bhante saat ini tidak lagi kekurangan pakaian dan obat-obatan. Jadi lebih baik, gunakan uang anda untuk menolong fakir miskin atau mereka yang butuh. Tapi toh, tetap saja tiap tahun semua rame2 sumbang pakaian/obat (yang sudah dikemas dalam bentuk paket 300 ribu, 600 ribu, sejuta dst).
Apakah opini Bhante ini keliru ? Apa butuh kajian ilmiah ? Bagi saya, itulah esensi sebenarnya dari belajar mendalami Buddha. Paham alasan dan manfaat dari suatu ajaran. Sekali lagi ini pendapat saya, entar diminta lagi mana referensi dalam ajaran Buddha.
Apa yang dilakukan oleh Master Ceng Yen juga patut dipuji karena beliau meminta tidak perlu lagi memakai dupa setiap sembahyang. Beliau juga marah banyak yang hanya duduk meditasi dan bukannya berdiri singsingkan lengan baju membantu mereka yang butuh.
Beginilah kira-kira mereka yang tidak lagi sekedar menghafal mati semua ajaran tapi berpikir apa alasan dan manfaatnya.
Saya rasa essensi Kathina masih sesuai dengan kondisi untuk sekarang bagi Bikkhu-bikkhu yg benar2 menjalankan Vinaya dengan tulus dan benar.... krn perayaan kathina ini juga untuk menunjukan bahwa umat masih mendukung sangha, dan sangha sebagai ladang jasa, sehingga ada timbal balik....
Tapi kenyataan dilapangan, apakah sesuai dg dhamma-vinaya itu yg menjadi persoalan bukan perayaan kathina tsb..... dan juga saking banyaknya umat "tamak dana"... ini juga sgt berpengaruh... semua sebab munculnya hal ini krn apa?... apakah semua pihak semua memberikan pendidikan yg benar kepada umat??.
Mengenai kritik master cheng yen, saya rasa untuk Maha dengan Thera, memang dari dulu juga sudah begitu. coba kita renungkan juga bahwa setiap jalan itu mempunyai cara sendiri2.... jalan mahayana harus memenuhi paramita - 6 paramita.... apakah cuma dengan baksos sudah mampu memenuhi 6 paramita?. setahu saya ada 1 paramita yaitu kemampuan meditasi juga loh.... jd sewajarnya juga harus tetap meditasi.
Buddha Gotama (sammasambuddha) juga tidak mampu menolong semua makhluk yang ada... dan juga mau sampai kapan harus menolong semua makluk?. udah keburu mati sebelum kita mereaiisasikan apa2....
justru saya lebih cocok dengan pandangan thera, yaitu merealisasikan dhamma untuk diri sendiri dulu... setelah itu baru menolong orang lain dengan dhamma..... dengan mengajari dhamma bagi manusia2 jauh lbh berharga daripada memberi materi. dengan dhamma mereka dapat memperoleh kebahagian dan kesejahteraan dalam hiduo ini maupun yg akan datang.....
Harus bisa menyadari ini dulu baru bisa berkembang
harus menyadari kebodohan diri sendiri baru bisa keluar dari kebodohan
jangan terlalu serius menanggapi post saya bro, itu hanya sekedar 'humor' yang saya tujukan kepada bro Indra.
saya suka belajar dan selalu belajar, dan saat ini saya sedang belajar dengan melihat seorang pelawak sedang berlagak sudah tercerahkan dengan melihat tumbuhan saling bunuh =))
Perbedaan justru baik. Kita bisa saling mengisi dan berbagi pengalaman. Tentu jika anda berniat....udah saya share pendapat saya di post pertama.
Jika tidak berminat, masing-masing punya pilihan.
Yahh, begitulah kalo gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat.
Anda cenderung mengutip sepenggal-penggal kalimat tidak utuh. Hal-hal sepele anda petik dan perhatikan. Esensi dari semuanya tidak anda pahami. Please berlatih diri lagi. Kayak anak TK aja temperamennya.
Yahh, begitulah kalo gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat.
Anda cenderung mengutip sepenggal-penggal kalimat tidak utuh. Hal-hal sepele anda petik dan perhatikan. Esensi dari semuanya tidak anda pahami. Please berlatih diri lagi. Kayak anak TK aja temperamennya.
Lihatlah di setiap postingan sok jago "kamu di level bawah, saya sudah merealisasikan", selalu ada orang sok jago lain yang menyetujui dengan thank you, padahal si sok jago lain ini katanya anti 'ego'.
SN 14.15. ;D
Tolonglah, para 'master', kalau mau diskusi, jangan menempatkan diri di atas orang lain.
Dari buku, pengalaman spiritual, dari diskusi tapi yang terutama setelah meditasi. Makanya saya selalu gunakan kata "menurut pendapat saya".
Thanks atas opininya.apa anda ingin mengatakan salah satu indikator kegagalan dalam bermeditasi adalah ruangan ber-ac?
Mengapa Siddharta berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon, sebenarnya merupakan pertanyaan yang banyak ditanyakan orang-orang. Namun bisa jadi mereka ini tidak mencoba memahami dan mencari jawabannya. Ini menurut pandangan saya :
Di bawah pohon, di alam terbuka membuat Siddharta melihat dan mengalami langsung bagaimana alam ini bekerja. Bagaimana Ia merasakan langsung cuaca panas, dingin, hujan, kegelapan malam, keheningan. Bagaimana Ia berkesempatan melihat mahkluk hidup (hewan/tumbuhan) tumbuh, hidup, sakit, bertahan hidup, saling membantu, saling membunuh dan mati. Pengalaman inilah yang sangat membantu beliau memahami dan menghayati makna kehidupan dan kematian, memahami how the nature works sehingga membaw[anya menuju pencerahan dan penerangan sempurna.[/b]
Seandainya beliau memililih meditasi di ruangan tertutup (apalagi ber-AC), kemungkinan mencapai pencerahan tidak akan sesempurna, atau bahkan tidak berhasil.
Tentu saja keberhasilan beliau juga didukung oleh tekad dan sifat welas asihNya yang begitu tinggi, yang bermeditasi bukan untuk tujuan pribadi, melainkan untuk semua kebaikan mahlkuk hidup. Terakhir, beliau juga tidak memiliki keterikatan atau kemelekatan apapun, melepas semua gelar, jabatan bahkan keluarganya. Seandainya beliau masih memiliki jabatan ketua ini-itu atau berbisnis, mungkin mustahil mampu mencapai penerangan sempurna ini.
Saya tahu ada yang mementingkan teknik meditasi dan menganggap teknik meditasilah yang membuat Siddharta berhasil. Ayolah, cobalah gunakan akal sehat sedikit. Pada otak manusia terdapat bagian besar yang disebut limbik. Fungsi limbik ini mengatur hal-hal yang sangat dasar/primitif dalam sifat manusia antara lain, rasa lapar, nafsu, rasa takut, ego dan seks. Fungsi utama dari meditasi, tak lebih tak bukan adalah mengatur kerja otak limbik.
apa anda ingin mengatakan salah satu indikator kegagalan dalam bermeditasi adalah ruangan ber-ac?
Anda pernah baca sutta seorang raja yg mencapai tingkat kesucian ketika di penjara?
Inikah yang dirasakan yang diliat?Berkaca adalah hal paling baik, master djoe. Anda hanya mengajarkan indahnya maitri sambil menggorok kelinci, dan persepsi saya: omong kosong.
Sadarilah ini hanya persepsi kita sendiri
jika ada gajah di pelupuk mata anda, apakah anda bisa melihat? temperamen bagaimana yg anda maksudkan? anda bahkan tidak menjawab satu pun pertanyaan saya. sebagai seorang yg sudah tercerahkan, hal ini agak sedikit memalukan =))
Berkaca adalah hal paling baik, master djoe. Anda hanya mengajarkan indahnya maitri sambil menggorok kelinci, dan persepsi saya: omong kosong.
setelah meditasi, maksudnya setelah bro liu meditasi ?Sebentar lagi bakal ada yg mengklaim minum kopi bareng buddha lg neh..,
share dong,
meditasi nya jenis apa ?
atau tahap2 nya seperti apa ?
thanks
_/\_Sama2, tapi jangan melarikan diri di thread sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23434.msg423960.html#msg423960) yah, saya perlu 'pencerahan' dari anda.
Trims atas nasehatnya
Sudahlah In, anda memang lebih pinter dan cerdas. Saya masih harus banyak belajar. Saya gak pernah katakan sudah capai pencerahan. Jika sudah, tentulah saya tidak akan menanggapi opini anda tentang hal-hal yang gak penting seperti ini.
apa anda ingin mengatakan salah satu indikator kegagalan dalam bermeditasi adalah ruangan ber-ac?
Anda pernah baca sutta seorang raja yg mencapai tingkat kesucian ketika di penjara?
Berkaca adalah hal paling baik, master djoe. Anda hanya mengajarkan indahnya maitri sambil menggorok kelinci, dan persepsi saya: omong kosong.
Menggorok kelinci?
apa di penjara disediakan AC?Fairnya tidak,tapi prakteknya banyak yg iya..
Menggorok kelinci?
kalau memang saya lebih pinter dan cerdas, lalu apa maksud anda mengatakan bahwa saya masih level bawah dan bahwa saya harus belajar lagi. dan sbg informasi buat anda, saya tidak pinter dan cerdas, tapi saya memang terpaksa mengakui bahwa di thread ini ada yg lebih TOLOL daripada saya, dan saya tidak mengatakan siapa orang itu.
Mr.Johnz,Berarti anda sudah mencapai pencerahan donk?
Anda harus menekan tombol humor anda dalam keadaan ON. Jangan selalu membaca sebuah kalimat secara eksplisit atau terlalu serius. Tentu saja maksud ber-AC hanyalah lelucon semata. Mana mungkin zaman dulu ada AC, bukan ? Apa sih sulitnya menerima esensi dari suatu cerita jika pikiran terbuka. Janganlah ber-mental-block, seakan-akan sudah bersiap mencari kesalahan seseorang sebelum selesai baca. Sekali lagi, saya katakan seakan-akan, bukan berarti pasti.
Esensi dari semua yang saya tulis adalah untuk mencapai pencerahan, saya sarankan harus bisa rasakan penderitaan (seperti di bawah atau penjara). Jika duduk di ruangan sejuk santai (ber-AC), sulit karena pemahaman hidup bernilai apa yang bisa diperoleh di kondisi kayak ini ?
Sekali lagi, ini pendapat saya. Dan jika ada yang mencapai pencerahan di ruangan ber-AC, mohon share ya disini. Feel free jika beda pendapat.
Itu saja.
Haha...Tuh lihat kan. Anda hanya tahu membaca apa yang tertulis, bukan yang tersirat. Mana mungkin anda itu pinter dan cerdas ? Jelas, itu kan hanya bentuk sindiran saya, tentu dalam bahasa halus. Anda terlalu mudah diombang-ambingkan emosinya, In.
Haha...Tuh lihat kan. Anda hanya tahu membaca apa yang tertulis, bukan yang tersirat. Mana mungkin anda itu pinter dan cerdas ? Jelas, itu kan hanya bentuk sindiran saya, tentu dalam bahasa halus. Anda terlalu mudah diombang-ambingkan emosinya, In.
Alergi tolol ada dalam diri anda sejak lahir. Biasanya itu karena gen anda begitu. Menjauhi orang tolol tidak akan banyak membantu karena diri anda juga serupa. Coba deh open-minded dikit. Saya juga butuh itu. Argumen hanya untuk sekedar menang beragumen, habis waktu saya saja. Emangnya kamu Indra gak ada kerja apa ?
Alergi tolol ada dalam diri anda sejak lahir. Biasanya itu karena gen anda begitu. Menjauhi orang tolol tidak akan banyak membantu karena diri anda juga serupa. Coba deh open-minded dikit. Saya juga butuh itu. Argumen hanya untuk sekedar menang beragumen, habis waktu saya saja. Emangnya kamu Indra gak ada kerja apa ?
semakin lama anda di sini, semakin menjadi2 alergi saya. mungkin anda benar mengenai gen, tapi gen saya ini kata dokter masih cukup aman selama tidak terpapar oleh faktor pemicu eksternal, yaitu orang2 tolol.
Kalau anda memang sangat ingin tahu, baiklah saya jawab, saya sedang tidak bekerja saat ini. dan saya juga meragukan bahwa orang dengan tingkatan spt anda bisa bekerja apa pun.
Hi In,
Anda salah lagi. Saya punya bisnis charter pengangkutan dan buah naga. Hari ini buruh ikut demo gak masuk kerja. Latihlah emosi diri.
luar biasa ... sulit dipercaya *terkagum2*
Dengan kecerdasan emosi kamu yg sirik dan mau menang trus, gak heran sih kamu merasa sulit percaya, apalagi "terkagum-kagum". Sudah, saya sibuk. Sampe ketemu di topik berikutnya, jika masih berminat beragumen :P
apakah menurut "kecerdasan" anda sendiri, menang itu bisa diperoleh hanya dengan "mau"? saya pernah punya tetangga yg secara medis "idiot" tapi ia waktu itu bisa bekerja, setiap hari ia berjalan kaki ke tempat kerjanya di sebuah pabrik pengolahan kayu. bahkan saya tidak heran melihat seorang "idiot" bisa bekerja. tapi anda memang membuat saya terheran2 dan terkagum2.Sudahlah, topengnya sudah menggelinding kok.
Lihatlah di setiap postingan sok jago "kamu di level bawah, saya sudah merealisasikan", selalu ada orang sok jago lain yang menyetujui dengan thank you, padahal si sok jago lain ini katanya anti 'ego'.yang ini ya?
SN 14.15. ;D
Tolonglah, para 'master', kalau mau diskusi, jangan menempatkan diri di atas orang lain.
yang ini ya?Betul. Orang yang tukang meninggikan diri dan merendahkan orang lain, akan berkumpul dengan sejenisnya dan saling menyetujui perbuatan mereka.
15 (5) Berjalan Mondar-mandir Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Puncak Gunung Nasar. Pada saat itu, tidak jauh dari Sang Bhagavā, Yang Mulia Sāriputta sedang berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu; Yang Mulia Mahāmoggallāna … Yang Mulia Mahākassapa … Yang Mulia Anuruddha … Yang Mulia Puṇṇa Mantāniputta … Yang Mulia Upāli … Yang Mulia Ānanda sedang berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu. Dan tidak jauh dari Sang Bhagavā, Devadatta juga sedang berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu.” Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu, apakah kalian melihat Sāriputta berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?”243 “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu memiliki kebijaksanaan tinggi. Apakah kalian melihat Moggallāna berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?” “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu memiliki kekuatan batin tinggi. Apakah kalian melihat Kassapa berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?” [156] “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu adalah pendukung praktik petapaan. Apakah kalian melihat Anuruddha berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?” “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu memiliki mata dewa. Apakah kalian melihat Puṇṇa Mantāniputta berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?” “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu adalah pembabar Dhamma. Apakah kalian melihat Upāli berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?” “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu adalah penjunjung Disiplin. Apakah kalian melihat Ānanda berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?” “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu adalah sangat terpelajar. Apakah kalian
melihat Devadatta berjalan mondar-mandir bersama dengan sejumlah bhikkhu?” “Ya, Yang Mulia.” “Semua bhikkhu itu memiliki keinginan jahat. “Para bhikkhu, adalah melalui unsur-unsur maka makhluk-makhluk berkumpul dan bersatu. Mereka yang berwatak rendah berkumpul dan bersatu dengan mereka yang berwatak rendah; mereka yang berwatak baik berkumpul dan bersatu dengan mereka yang berwatak baik. Di masa lalu mereka demikian, di masa depan mereka demikian, [157] dan sekarang di masa kini mereka juga demikian.”
Hi semua,Hi semua,
Pls listen. Opini apa harus semua sesuai ajaran Budha atau kitab sucinya ?
Salah satu Bhante Theravada di Jakarta menjelaskan ke saya bahwa esensi perayaan Kathina sekarang ini tidak lagi sesuai kondisi zaman. Para biksu, bhante saat ini tidak lagi kekurangan pakaian dan obat-obatan. Jadi lebih baik, gunakan uang anda untuk menolong fakir miskin atau mereka yang butuh. Tapi toh, tetap saja tiap tahun semua rame2 sumbang pakaian/obat (yang sudah dikemas dalam bentuk paket 300 ribu, 600 ribu, sejuta dst).
Apakah opini Bhante ini keliru ? Apa butuh kajian ilmiah ? Bagi saya, itulah esensi sebenarnya dari belajar mendalami Buddha. Paham alasan dan manfaat dari suatu ajaran. Sekali lagi ini pendapat saya, entar diminta lagi mana referensi dalam ajaran Buddha.
Apa yang dilakukan oleh Master Ceng Yen juga patut dipuji karena beliau meminta tidak perlu lagi memakai dupa setiap sembahyang. Beliau juga marah banyak yang hanya duduk meditasi dan bukannya berdiri singsingkan lengan baju membantu mereka yang butuh.
Beginilah kira-kira mereka yang tidak lagi sekedar menghafal mati semua ajaran tapi berpikir apa alasan dan manfaatnya.
Ya, masing-masing punya argumen. Tapi argumennya bukan untuk opini topik ini, melainkan semata-mata argumen untuk menang saja. Agak heran juga, karena Forte dan Indra sudah lama disini, sudah post sampe ribuan. Mustinya bisa menerima pendapat baik atau salah dengan penuh hati dan pikiran terbuka. Jika anggap ada yang tidak benar, ya beri opini dengan santun dan tetap tenang. Ya ajaran Buddha lah. Tapi karakternya yaaa masih begitu-begitu aja, kayak newbie gitu. Tidak terbuka. Opini gak ada sama sekali. Tapi saya akui memang kalian pandai mengkritik.Saya sudah memberikan opini lho, kan saya mengatakan kalau mau diskusi di board ini ada baiknya menggunakan literatur, kalau dalam diskusi Buddhisme ya cantumkan hal2 literatur yang menguatkan opini, jika diskusi sains ya cantumkan hal2 yang menguatkan juga.
Thanks sudah mampir.
Sebenarnya saya ingin sudahi, tapi kelihatannya masih ada yang merasa belum puas, belum jelas dan reply....
Jadi Forte, apa yang dimaksud literatur ilmiah itu ? Jika anda bisa tunjukkan bahwa kesuksesan Siddharta mencapai penerangan sempurna adalah berkat kalpa milyaran tahun, bahwa menurut versi Theravada dulu bumi hening gelap gulita tidak ada matahari, maka saya akan tunjukkan juga opini saya yang didukung bukti ilmiah. Apa yang kalian pelajari selama ini hanya berdasarkan kepercayaan semata, gak ilmiah, namun anda menuntut saya memberi opini yang berliteratur ilmiah ???
Gunakan pikiran logik anda dulu. Siddahrta itu juga manusia dan sudah ada setelah bumi lama terbentuk. Darimana bisa tahu asal usul manusia dan bumi ? Dari mana bisa tahu kesuksesannya kalpa milayaran tahun lalu ? Apa bisa dibuktikan ? Kalo bisa, ayo buktikan sekarang. Tunjukkanlah.
Kita sama, saya juga ingin agar bagi member baru tidak menelan bulat-bulat apa yang kalian katakan, bahkan apa yang tipitaka katakan tanpa mengetahui apa esensi, manfaat dan makna dari ajaran itu.
Saya tidak menolak opini, baik dengan maupun tanpa literatur. Semua saya terima, sepanjang masuk akal. Kalo hanya copy-paste kutipan Tipitaka atau ocehan Bhante, itu bukan opini lagi namanya.
Bagi saya, esensi ajaran agama (Buddha) bukan itu. Tapi perbuatan. Saya sedang melatih diri, dan bagus ketemu kalian sebagai sparing partner. Saya bersyukur untuk itu.
siapa yg bilang bahwa "bahwa kesuksesan Siddharta mencapai penerangan sempurna adalah berkat kalpa milyaran tahun"? tolong sebutkan referensi anda.
kemudian, "bahwa menurut versi Theravada dulu bumi hening gelap gulita tidak ada matahari", ini juga ajaran dari mana? ref pls.
Anda bener-bener buta atau apa ya. Baca ini pendapat teman anda : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23428.0/message,423760.htmlsaya tidak melihat adanya angka milyaran tahun ada disebutkan dalam vasetha sutta itu.
Ini baca. Sudah saya katakan belajar lagi dan main-main di forum lain juga. Jangan jago kandang.
http://www.artikelbuddhis.com/2011/02/asal-usul-bumi-dan-manusia-menurut.html
Btw, ref asal usul bumi ini dari teman saya yang juga Theravada.
Jika anda tidak bisa menerima opini orang lain, otentik atau tidak, jangan beri opini anda ke siapapun juga.
Harus bisa menyadari ini dulu baru bisa berkembang
harus menyadari kebodohan diri sendiri baru bisa keluar dari kebodohan
Salam,
Agama adalah pengalaman spiritual orang lain yang dijadikan ajaran/pedoman bagi orang lain. Sedangkan spiritual merupakan pengalaman sendiri. So, agama yang kita yakini saat ini merupakan pengalaman spiritual milik orang lain, yang kita anggap baik, benar dan berharap dengan menjalani ajarannya dapat memperoleh benefit spiritual sebagaimana yang dialami oleh orang lain tersebut.
Bahasa lain, jika Budi mampu mencapai penerangan sempurna, kemudian memiliki power untuk membantu orang lain dengan menggunakan teknik dan ajarannya sendiri, dan jika Budi menyebarkan teknik dan pengalaman yang dialaminya tersebut, maka akan munculah agama baru - agama Budi.
Oleh sebab itu, tidak sedikit orang yang hanya menghafal dan menelan bulat-bulat apa yang digariskan oleh suatu agama, tanpa mengaktifkan lagi tombol logika dalam posisi ON. Alhasil, orang-orang ini tidak bisa memahami manfaat dan alasan di balik munculnya ajaran agama tersebut. Sasaran mereka hanyalah agar bisa mencapai penerangan sempurna, memperoleh pahala dan sejenisnya. Namun harus diakui, ada juga yang merasakan ketenangan setelah mendengar dan meresapi ajaran suatu agama, walaupun tombol nalar dalam posisi OFF.
Menurut pemahaman sendiri dari teman dan pakar forum ini, tanpa perlu mencopy-paste apa yang tertulis dalam Tripitaka :
1) Apakah teman dan pakar disini yang tahu mengapa Siddharta Gautama berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon ?
2) Apakah ciri-ciri seseorang yang telah mencapai pencerahan ?
Gan En, Amitofo....
Indra, memang beda ya orang sudah bisa memiliki opini sendiri dengan orang yang otak blank selalu berlindung di rujukan otentik.
Orang tipe seperti anda ini, diberikan rujukan apapun tetap saja akan berkomentar buruk demi tujuan harga diri semata.
Apa gunanya saya berikan lagi bukti otentik untuk orang seperti anda ini ? Semua kalimat gak dibaca lengkap, sepenggal-sepenggal. Selalu akan ada saja celah untuk dikritik. Jika mau berdebat, ayo mari berdebat sehat.
Gunakan opini anda sendiri yang bisa masuk akal mengapa Siddharta mengalami pencerahaan saat meditasi di bawah pohon (tree of knowledge). Jangan cuma bisa jiplak tanpa pake nalar. Sekali lagi, yang masuk nalar, bukan karena kalpa dan sebagainya. Saya ragu anda mampu.
Ada baiknya moderator mem-ban orang seperti anda ini disini. Sikap anda childish. Saya perlihatkan ke partner usaha saya barusan, semuanya tertawa geli. Sikap anda tidak sesuai nama website dhammacitta. Mereka minta saya sudahi saja, gak perlu ladeni orang kayak kamu tipe beginian.
Jika anda ingin menang, ya silakan sajalah. Anda sudah begitu banyak post-nya di forum ini. Mana mungkin anda bisa keliru lagi. Jika ada kata-kata yang kebangetan, saya minta maaf deh.
Thread ini says close saja sampe disini.
Indra, memang beda ya orang sudah bisa memiliki opini sendiri dengan orang yang otak blank selalu berlindung di rujukan otentik.otak blank tapi berlindung pada rujukan otentik saya pikir masih lebih terhormat daripada opini tolol dan menyesatkan.
Orang tipe seperti anda ini, diberikan rujukan apapun tetap saja akan berkomentar buruk demi tujuan harga diri semata.benar, tapi hanya jika berhadapan dengan orang yg bikin kambuh alergi saya.
Apa gunanya saya berikan lagi bukti otentik untuk orang seperti anda ini ? Semua kalimat gak dibaca lengkap, sepenggal-sepenggal. Selalu akan ada saja celah untuk dikritik. Jika mau berdebat, ayo mari berdebat sehat.ini hanya menunjukkan ketidak-mampuan anda.
Gunakan opini anda sendiri yang bisa masuk akal mengapa Siddharta mengalami pencerahaan saat meditasi di bawah pohon (tree of knowledge). Jangan cuma bisa jiplak tanpa pake nalar. Sekali lagi, yang masuk nalar, bukan karena kalpa dan sebagainya. Saya ragu anda mampu.
Ada baiknya moderator mem-ban orang seperti anda ini disini. Sikap anda childish. Saya perlihatkan ke partner usaha saya barusan, semuanya tertawa geli. Sikap anda tidak sesuai nama website dhammacitta. Mereka minta saya sudahi saja, gak perlu ladeni orang kayak kamu tipe beginian.ya moderator pun sudah memberitahu saya atas permohonan anda ini, tapi mari kita lihat, apakah anda atau saya yg di-ban. partner anda itu tentu saja orang2 sejenis anda, karena seorang tidak tolol tidak mungkin berpartner dengan orang tidak tolol.
Jika anda ingin menang, ya silakan sajalah. Anda sudah begitu banyak post-nya di forum ini. Mana mungkin anda bisa keliru lagi. Jika ada kata-kata yang kebangetan, saya minta maaf deh.
Thread ini says close saja sampe disini.
Hi Forte,
Saya memilki teman lama baik yang kini menjadi ustad. Usia 67. Dia curious dan pernah tanya bagaimana Sakyamuni bisa menjadi Buddha dengan duduk meditasi di bawah pohon. Kebetulan pertanyaan yang sama juga ditanyakan oleh seorang mahasiswa beragama kr****n di Harvard.
Jujur saja, ini pertanyaan menarik sekaligus sulit bagi saya saat itu karena harus bisa "memuaskan" pengetahuan si penanya, yang logis, bisa diterima akal sehat, tidak menyimpang dari esensi Buddha, netral atau tidak spesifik Buddha-sentris, yang justru bukan hanya tidak bisa memberi pencerahan pada si penanya, namun membawa kesan sebaliknya. Lantas, jawaban anda apa Forte untuk pertanyaan ini ?
Topik yang saya ajukan hanyalah bersifat diskusi umum, opini bebas. Yang saya harapkan opini atas topik ini bisa diterima akal sehat saja. Makanya saya post di bagian "Diskusi Umum".
Setiap orang bebas saja beropini mengenai topik yang diajukan. Masak sih opini di forum diskusi bebas dianggap sebagai psudoscience atau harus didukung literatur ilmiah ? Jika semua harus ada literatur baru berpendapat, setahu saya namanya copy-paste, bukan lagi pendapat. Agama juga bukan science, jadi opini atas topik ini juga tidak perlu science. Apakah Forte juga meminta literatur ilmiah atas setiap khotbah dan ajaran bhiksu ? Jika anda memiliki waktu, ayo silakan memberi opini atas topik ini, dan bukan memberi opini atas opini saya.
Pendapat saya ini muncul setelah saya melakukan dan merasakan rasanya bermeditasi. Yang pasti saya gak berani klaim opini saya pasti benar.
Try expand the awareness, ok ? ;)
Indra Indra,
Argumen yang bener semestinya hanya menyinggung topik yang dibahas, bukanlah ke orang yang menyampaikannya. Anda memulainya dengan mengatakan pseudoscience, mengatakan saya tolol dsb.. Jika kamu anggap saya tolol, no problem. Sama seperti Buddha yang agung, yang tidak berubah keagungannya hanya dihina oleh manusia. Demikian pula kepintaran sejati tidak berubah hanya dengan perkataan orang lain.
Forum ini memang unik. Lihatlah, ada thread baru "Argumen Ego" oleh djoe dan belum apa-apa sudah saling tersinggung. Bener-bener unik, tapi bagus untuk latihan pengendalian diri.
Indra, anda tlh posting sampe puluhan ribu disini. Dengan postingan sebanyak itu, saya percaya pastilah anda menganggap/merasakan forum seperti ini rumah anda. Anda merasa nyaman disini, merasa bebas, merasa anda berhak bersuara apa saja, merasa pengetahuan anda bisa disalurkan, diakui dsb. Di forum ini anda merasa semua ide, unek-unek, jati diri anda tersalurkan. Namun ini hanyalah dunia maya. Dunia maya bukanlah dunia nyata, walau anda boleh berdebat semuanya adalah kosong dsb.
Di dunia nyata, apa kontribusi anda ? Waktu anda banyak habis di forum ini dan dengan sehari yang hanya 24 jam, sulit anda bisa hidup lagi di dunia nyata. Teori anda segudang banyaknya. Namun belum paham apa yang dimaksud kata opini.
Mari saya kutip arti opinion (opini) menurut kamus Encarta :
o·pin·ion [ə pínnyən]
(plural o·pin·ions)
noun
personal view: the view somebody takes about an issue, especially when it is based solely on personal judgment
Microsoft® Encarta® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Opini lebih ke hasil pengolahan berbagai informasi yang dikumpulkan dengan pengetahuan diri. Tidak semua orang mampu untuk ini.
Apakah saat anda pertama x mengenal Theravada, anda juga minta bukti ilmiah ke biksu, romo atau bhante mengenai :
1) Bukti tertulis ilmiah Buddha telah mencapai penerangan sempurna
2) Bukti ilimiah manusia ada cakra
3) Bukti ilmiah ada reinkarnasi
dst...
Di thread saya, anda suka sekali sepenggal2 melihat kalimat. Emosi dan ego ingin menang anda sangat besar. Bahkan saat saya katakan pendapat bhante dan Master Cen Yen, anda langsung menyerang dengan menulis "tidak peduli apa kata bhante ini itu atau master ini itu". Ini menunjukkan semangat anda untuk menang perdebatan sangat besar.
Selama ini anda sangat nyaman dan merasa memperoleh kehidupan anda di forum ini. Anda tidak siap dan tidak bisa bertemu sesuatu yang mengusik kesenangan, kenyamanan dan harga diri anda.
Opini william_phang (reply #43), meski berbeda dengan opini saya namun dia jelas memiliki opini, dan membahas opini dan tidak ke orang. Seandainya pun anda berpendapat saya yang memulai semua ini dengan segala kesombongan saya dsb, tapi anda gagal berbijak, reaksi anda yang terlalu negatif menunjukkan anda tidak siap, tidak sesuai dengan jumlah postingan anda. Terlebih dengan forum yang mempunyai semboyan memakai kata Buddisme Indonesia Online
Anda telah tenggelam dan hidup di dunia maya. Dengan karakter anda ini, saya duga kuat anda juga tidak bisa akur dengan istri (jika sudah laku), dengan saudara atau anak-anak. Semangat buruk anda yang hanya ingin menang tanpa esensi dan menyimpang merupakan karma perbuatan anda di masa lalu. Dan kita berkesempatan bersua disini, juga karena karma.
Saya bukan seorang Buddhis tulen seperti anda (mungkin). Saya tidak bisa menghafal dan merasa tidak perlu menghafal semua yang ditulis di tipitaka. Namun saya (mencoba) memegang teguh ajaran universal (metta) Buddha, sabar, pengasih, bijak dsb. Yang beginian tidak butuh literatur ilmiah. Itu cukup dan itu yang dibutuhkan oleh saya (atau manusia) setiap hari.
Saya memilih untuk tutup saja thread ini agar anda (atau saya) tidak terluka lebih dalam egonya. Lagian saya juga ada pekerjaan, tidak punya waktu senggang seperti anda. Jika anda sudah bisa hidup dan berkontribusi di alam nyata (bukan di dunia maya), saya akan ladeni anda lagi.
Gan-En.
Hi Forte,
Thx atas komennya. Hmmm... jadinya kelihatannya anda tidak sepintar yang saya duga. Jelaskan dulu, mengapa semua pendapat harus butuh literatur ilmiah ? Tahukan pendapat ada yang presumtif, ada yang asumtif ? Tahu kan maksud kata "'ilmiah" itu apa ? Apakah ajaran Buddha semuanya juga ilmiah, melalui bukti dan metodologi teruji ?
Saya masih menunggu opini anda loh atas topik ini.
Gan-En.
Thread ini says close saja sampe disini.
=)) =)) =)) =)) =))
Saya bukan seorang Buddhis tulen seperti anda (mungkin). Saya tidak bisa menghafal dan merasa tidak perlu menghafal semua yang ditulis di tipitaka. Namun saya (mencoba) memegang teguh ajaran universal (metta) Buddha, sabar, pengasih, bijak dsb. Yang beginian tidak butuh literatur ilmiah. Itu cukup dan itu yang dibutuhkan oleh saya (atau manusia) setiap hari.
Indra Indra,
Argumen yang bener semestinya hanya menyinggung topik yang dibahas, bukanlah ke orang yang menyampaikannya. Anda memulainya dengan mengatakan pseudoscience,
Saya memilih untuk tutup saja thread ini agar anda (atau saya) tidak terluka lebih dalam egonya. Lagian saya juga ada pekerjaan, tidak punya waktu senggang seperti anda. Jika anda sudah bisa hidup dan berkontribusi di alam nyata (bukan di dunia maya), saya akan ladeni anda lagi.
Gan-En.
[...]Tahu namanya "Post hoc ergo propter hoc"? Logical Fallacy yang salah mengaitkan dua hal yang sekuensial namun sebetulnya tidak ada relevansi.
Di bawah pohon, di alam terbuka membuat Siddharta melihat dan mengalami langsung bagaimana alam ini bekerja. Bagaimana Ia merasakan langsung cuaca panas, dingin, hujan, kegelapan malam, keheningan. Bagaimana Ia berkesempatan melihat mahkluk hidup (hewan/tumbuhan) tumbuh, hidup, sakit, bertahan hidup, saling membantu, saling membunuh dan mati. Pengalaman inilah yang sangat membantu beliau memahami dan menghayati makna kehidupan dan kematian, memahami how the nature works sehingga membawanya menuju pencerahan dan penerangan sempurna.
Seandainya beliau memililih meditasi di ruangan tertutup (apalagi ber-AC), kemungkinan mencapai pencerahan tidak akan sesempurna, atau bahkan tidak berhasil.
Saya tahu ada yang mementingkan teknik meditasi dan menganggap teknik meditasilah yang membuat Siddharta berhasil. Ayolah, cobalah gunakan akal sehat sedikit. Pada otak manusia terdapat bagian besar yang disebut limbik. Fungsi limbik ini mengatur hal-hal yang sangat dasar/primitif dalam sifat manusia antara lain, rasa lapar, nafsu, rasa takut, ego dan seks. Fungsi utama dari meditasi, tak lebih tak bukan adalah mengatur kerja otak limbik.Mengatur system limbik bisa dengan obat-obatan yang mengatur hormon dan neurotransmitter di otak. Kalau tujuan meditasi "tak lebih tak bukan adalah mengatur kerja otak limbik", gunakan smart-drug aja. Susah-susah amat meditasi?
sepertinya kk belum cukup sabar deh, krn kata" kk sepertinya uda emosi :P
kkkk KK.... keren juga yakk :)) :))
pertama w kirain kainyn kutho, taunya koko, ya?
kalau koko kainyn kutho tentu jadinya: kkkk :)))))
[at] kk n M-14: maap bro.. soalnya w lagi bengong gak tau mesti nulis apa..
::
kkTahu peribahasa DC "Ikan kembung, kelinci kribo"? Nah, "KK" yang selalu dipakai M-14 rifle a.k.a. "Terwelu" itu sepertinya "kelinci kribo" itu. ;D
pertama w kirain kainyn kutho, taunya koko, ya?
kalau koko kainyn kutho tentu jadinya: kkkk :)))))
[at] kk n M-14: maap bro.. soalnya w lagi bengong gak tau mesti nulis apa..
::
Tahu peribahasa DC "Ikan kembung, kelinci kribo"? Nah, "KK" yang selalu dipakai M-14 rifle a.k.a. "Terwelu" itu sepertinya "kelinci kribo" itu. ;D
Ga pernah dgr pribahasa itu, artinya apa? "kelinci kribo" lucu juga.... mirip anggora yakk... tp bukan itu lah masa beruang jg dipgl kelinci kribo :));D Itu dari tuhan DC, maksudnya: "Ga nyambung, bro!"
Tahu peribahasa DC "Ikan kembung, kelinci kribo"? Nah, "KK" yang selalu dipakai M-14 rifle a.k.a. "Terwelu" itu sepertinya "kelinci kribo" itu. ;D
berebutan rute antara kereta api vs bus metro mini =))M14: Term. Tanjung Priok -- Jl. Enggano -- Jl. Enim -- Jl. Bugis -- Yos Sudarso -- Jl. Berdikari -- Jl. Jepara -- Jl. Cilincing -- Jl. Baru -- Jl. Kosambi -- Jl. Kelapa Dua -- Raya Cilincing
Mengatur system limbik bisa dengan obat-obatan yang mengatur hormon dan neurotransmitter di otak. Kalau tujuan meditasi "tak lebih tak bukan adalah mengatur kerja otak limbik", gunakan smart-drug aja. Susah-susah amat meditasi?
thread ini semakin lucu dan semakin OOT
kalian ga akan tercerahkan bahas rute bus.
cepat cari pohon!
Saya melihat anda begitu bangga berpikir bisa menebak apa arti Pencerahan itu, anda begitu senang dan semangat menyampaikannya di sini.. Ibarat cerita Zen, seseorang yang diklaim mencapai pencerahan menulis puisi pada gurunya, lalu gurunya menulis kata "Kentut", dan murid menjadi marah dan menghampiri gurunya. Dan sekali lagi manfaat dari opini anda itu apa bagi diri anda sendiri ? Nihil bukan ? :))
Dan jika katanya anda tidak mementingkan teori yang ada di Tipitaka dsb, tentu yang anda fokus adalah bagaimana melatih diri agar bisa mencapai pencerahan, bukan memikirkan bagaimana koq Buddha bisa mencapai Pencerahan
Tahu namanya "Post hoc ergo propter hoc"? Logical Fallacy yang salah mengaitkan dua hal yang sekuensial namun sebetulnya tidak ada relevansi.
Contoh:
*Kenapa Siddhatta mencapai pencerahan?
- Karena kabur dari istana naek kuda pribadinya. Coba kalo naek kuda sewaan, pasti dia udah dipaksa jadi kenek karena ga bawa duit bayar argo kuda.
Di sini perlunya kita bicara berdasarkan rujukan yang disepakati dulu. Apakah itu pencerahan menurut Buddhisme, dan apakah pencerahan menurut 'enaknya udel gue'. Pencerahan sempurna menurut Buddhisme adalah setelah mengetahui seluruhnya dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha.
Memahami argumen melalui rujukan yang disepakati, maka bisa dihindari 'logika seenak udel' yang menghubungkan pencerahan dengan pemandangan alam ataupun jadi kenek kuda sewaan, dengan demikian logical fallacy juga tidak terjadi.
Saya bukan seorang Buddhis tulen seperti anda (mungkin). Saya tidak bisa menghafal dan merasa tidak perlu menghafal semua yang ditulis di tipitaka. Namun saya (mencoba) memegang teguh ajaran universal (metta) Buddha, sabar, pengasih, bijak dsb. Yang beginian tidak butuh literatur ilmiah. Itu cukup dan itu yang dibutuhkan oleh saya (atau manusia) setiap hari.
thread ini semakin lucu dan semakin OOT
kalian ga akan tercerahkan bahas rute bus.
cepat cari pohon!
mencari pohon soal gampang, tapi pohon yg saling bunuh mau cari dimana?coba dong nonton pilem, pasti ada, mungkin jaman buda dia bisa nerawang ke masa depan, melihat orang bisa bikin pilem tumbuhan saling bunuh trus tayang di bioskop.
luar biasa ... sulit dipercaya *terkagum2*hi In,
BRAVOOO !! :jempol:Cuma sedikit? "Jadinya kelihatannya anda tidak sepintar yang saya duga."
Akhirnya.. ada juga yang menyinggung soal sistem Limbik. ;D Awal muasal kenapa gw keluarin statement "Pseudo sains" gara2 sistem Limbik ini. Kebetulan sedikit tahu mengenai sistem Limbik dalam pengaturan tingkah laku. Lalu langsung dikaitkan dengan "opini" pencerahan.. Makanya kelihatan ilmiah, padahal sebenarnya tidak. Namun sayang TS tidak menyadari padahal sengaja saya "sindir" dengan contoh ikan paus adalah ikan karena ada sirip layaknya ikan.. karena sedikit tahu mengenai ikan, langsung menggeneralisir semua yang hidup di laut punya sirip pasti ikan. Sama halnya dengan meditasi bisa menenangkan mood, langsung dianggap mengatur sistem limbik ;D
thread ini semakin lucu dan semakin OOTSaya ga setuju! Justru kalo stay on topic semakin lucu. :P
kalian ga akan tercerahkan bahas rute bus.... dan kuda pribadi.
cepat cari pohon!
Bagaimana bisa memegang teguh kalau belum tahu apa itu ajaran universal Buddha?"Pls listen. Opini apa harus semua sesuai ajaran Budha atau kitab sucinya ?"
Justru bisa tahunya setelah mendalami Tipitaka yang menjelaskan dengan lebih rinci mengenai hal2 tersebut.
mencari pohon soal gampang, tapi pohon yg saling bunuh mau cari dimana?Pohon saling bunuh susah, tapi kalo pohon Vs orc, ada di Lord of the Ring: The Two Towers.
lhoo udahan ya?Bantulah dengan argumen yang lain biar tambah rame. Misalnya Siddhatta mencapai pencerahan karena monogami, karena kalo poligami, begitu mo ngabur dari istana, dicegat bini ke 2, dll.
ini baru 9 halaman lhooo
padahal saya prediksi bisa tembus minimal 50 halaman, duh meleset nih perkiraan saya... ???
Bantulah dengan argumen yang lain biar tambah rame. Misalnya Siddhatta mencapai pencerahan karena monogami, karena kalo poligami, begitu mo ngabur dari istana, dicegat bini ke 2, dll.
apa gak sebaiknya sekalian bilang Siddhatta mencapai pencerahan itu karena pemuda Sumedha itu kaya, lalu mendanakan semua kekayaannya karena berpikir bahwa kekayaan gak ada gunanya. coba kalo miskin dan jadi petani melarat pastinya dia berpikir kekayaan adalah segala2nya dan gak jadi pergi bertapa dan juga gak mungkin bertekad dihadapan seorang Sammasambuddha.Sangat menarik.
kesimpulan : jadi Siddhatta mencapai pencerahan karena dulu dia sebagai pemuda sumedha adalah orang kaya, coba kalau miskin, ceritanya bisa lain..
:hammer:
padahal lumayan juga, si usin dah berapi2 karena sedikit minyak.
tapi ternyata cepat nyala, cepat pula padam.
ya sudah lah..
pindah ke humor aja yak?
Menurut pemahaman sendiri dari teman dan pakar forum ini, tanpa perlu mencopy-paste apa yang tertulis dalam Tripitaka :
1) Apakah teman dan pakar disini yang tahu mengapa Siddharta Gautama berhasil mencapai penerangan sempurna saat meditasi di bawah pohon ?
2) Apakah ciri-ciri seseorang yang telah mencapai pencerahan ?
Gan En, Amitofo....
mau jadi party blooper agg... :P
ehm...kurang setuju kalo thread nya dipindahkan ke humor
rasanya mengesampingkan sopan santun yg mendasar
biarpun mod udah repot2 pindahin sana sini
ditaruh di "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain" aja
mau jadi party blooper agg... :PJika bahasan ada satu sumber yang valid -tidak selalu harus Tipitaka- misalnya kitab suci agama lain, atau bahkan pendapat tapi yang berdasarkan logika dan memiliki landasan pemikiran yang baik, maka bisa dimasukkan ke dalam "Buddhisme & Ajaran Lain." Tapi kalau untuk bahasan tidak ada dasar, tidak bisa ditempatkan di sana.
ehm...kurang setuju kalo thread nya dipindahkan ke humor
rasanya mengesampingkan sopan santun yg mendasar
biarpun mod udah repot2 pindahin sana sini
ditaruh di "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain" aja
Udah terlanjur masuk Humor, apa mau dipindah2 lagi?
Jika bahasan ada satu sumber yang valid -tidak selalu harus Tipitaka- misalnya kitab suci agama lain, atau bahkan pendapat tapi yang berdasarkan logika dan memiliki landasan pemikiran yang baik, maka bisa dimasukkan ke dalam "Buddhisme & Ajaran Lain." Tapi kalau untuk bahasan tidak ada dasar, tidak bisa ditempatkan di sana.
ini hanya saran saja
diterima sarannya atau tidak
keputusan di tangan mod sih
kalau gitu ditaruh di "kafe jongkok" aja?
ditaruh di "humor" terlalu vulgar
tapi agar tidak terlalu menyakiti TS (kalau sakit sedikit tidak apa2) maka sebaiknya tidak masuk humor, karena terlalu vulgar, jadi di kafe jongkok aja (padahal sama2 menyakiti juga).
bener nig ;D
jadi gimana dong biar ngk menyakiti ?
bener nig ;Dnanti bikin pertanyaan baru :
jadi gimana dong biar ngk menyakiti ?
^^ Akhirnya Kaucu muncul juga setelah sekian lama ada keramaian di DC. Ke mana aja Kaucu lama tak posting, jalan2 ke Jateng-Jatim lagi? ;D
Seminggu di Bali, ;D