//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Pooh

Pages: [1]
1
Waroeng English / Re: Buddhist Humour
« on: 30 August 2007, 02:11:22 PM »
Tukang Daging dan Ibu-ibu Sakit Gigi

Suatu pagi lewatlah seorang penjual daging."Dageeeng! Dageeeeennngg! !!"
teriaknya. Seorang ibu rumah tangga yang sedang sakit gigi sewot banget
mendengarteriakan si tukang daging.
Ibu: "Hei tukang daging! Lu kagak punya otak ya....!!!???"
Tukang daging : "Wah kebetulan gak punya, Bu. Hari ini daging semua..."

2
Diskusi Umum / Gigi keras dan lidah lunak
« on: 30 August 2007, 11:32:15 AM »
Alkisah, suatu ketika, Lao Tze muda mendampingi gurunya yang sedang sekarat.

Sambil menangis karena sedih, Lao Tze muda berkata "Guru, mohon tinggalkanlah pelajaran terakhir untukku".


Sang guru berkata "Lao Tze, cobalah lihat ke mulutku..." lalu sang guru melanjutkan "adakah kau lihat gigiku?"


Lao Tze berkata "Tidak, tidak ada lagi guru".


"Dan, adakah kau lihat lidahku?"


"Ada guru"


"Kenapa bisa begitu?" tanya sang guru.


"Karena" jawab Lao Tze "Gigi keras dan lidah lunak, guru..."


"Nah.... kurasa sudah kaudapatkan semua dan tidak ada lagi yang dapat kutinggalkan kepadamu" Lalu gurunya meninggal dengan tenang.

"""""""""""" """"""""" """"""""" """
Jangan pelihara keangkuhan itu!
Kalau Anda memang istimewa,
diistimewakan atau tidak,
tak akan menambah pun mengurangi
keistimewaan Anda itu.

3
Buddhisme untuk Pemula / Re: Keinginan untuk melenyapkan penderitaan
« on: 30 August 2007, 11:16:24 AM »
Seorang atheis, yang kebetulan juga seorang intelektual, menemui Guru
 dan mengatakan kalau dia tidak mempercayai Keberadaan Tuhan, lewat
 berbagai argumentasi intelektualnya.

Dengan tekun Guru mendengar semua paparannya yang panjang-lebar,
 dilengkapi dengan berbagai bukti-bukti dan sangat logis itu. Beliau tak
 memberi komentar apapun.

Setelah puas menyampaikan pandangannya itu, sang intelektual-atheis
 berkata:

"Bagaimana pandangan Tuan?"

"Sejak awal saya mendengar Anda menegaskan lagi Keberadaan-Nya, secara
 negatif".

Dalam suatu kesempatan lain, Guru berkata kepada parasiswanya:

"Untuk bisa disangkal, sesuatu itu harus `ada'. Kita takbisa, dan
 karenanya memang tak perlu, menyangkal keberadaan darisesuatu yang memang
 `tidak ada' bukan? Menyangkal keberadaan Tuhan —yang juga adalah
 Keberadaan Hakiki itu sendiri— justru merupakan cara lain penegasan dari
 Keberadaan-Nya".

4
Rahasia Kehidupan Suster Teresa

Surat-surat Suster Teresa yang mengungkapkan krisis iman dari seorang
tokoh yang sangat dicintai publik selama lebih dari 50 tahun

Oleh David Van Biema
Dimuat dalam majalah Times edisi 3 September 2007

DERITA SUSTER TERESA. Sepuluh tahun setelah Teresa meninggalkan dunia,
surat-surat rahasianya mengungkapkan bahwa ia menghabiskan hampir 50
tahun dari hidupnya tanpa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.
Apakaha makna pengalaman Suster Teresa yang dapat mengajarkan kita
akan nilai dari suatu kegoyahan iman?

Yesus memiliki rasa cinta yang sangat khusus padamu. [Tapi] untukku –
kesunyian dan kesunyaan (emptiness) begitu besar – aku memandang tapi
tidak melihat, mendengarkan tetapi tidak mendengar [apapun]
-- Bunda Teresa kepada Pendeta Michael Van Der Peet, September 1979

Pada tanggal 11 Desember 1979, Bunda Teresa, "Santa penolong orang
miskin" pergi ke kota Oslo. Dengan mengenakan pakaiannya yang khas,
sari India dengan garis biru dan hanya mengenakan sandal walaupun suhu
di bawah nol derajat, wanita yang memiliki nama asli Agnes Bojaxhiu
menerima salah satu penghargaan dunia paling tinggi, Hadiah Perdamaian
Nobel. Dalam pidatonya, Teresa, yang memiliki organisasi kemanusiaan
Missionary of Charity, telah berkembang dari seorang wanita yang
dianggap kehilangan akal sehat di Calcutta pada tahun 1948 menjadi
sebuah mercu suar dunia yang menyuarakan kegiatan kemanusiaan, yang
menyampaikan pesan kepada dunia atas apa yang diharapkan dunia dari
Bunda Teresa. "Tidaklah cukup bagi kita untuk berkata, Aku mencintai
Tuhan, tetapi aku tidak mencintai tetanggaku", ujar Bunda Teresa,
sejak mengalami penderitaan di Salib, Tuhan Yesus telah menjadikan
dirinya menjadi "yang kelaparan" – "yang tidak memiliki pakaian" –
"yang tidak memiliki tempat tinggal". Apa yang diharapkan Yesus dalam
derita rasa laparNya, ujar Bunda Teresa, adalah apa yang harus
ditemukan oleh kita semua, untuk mengurangi deritaNya. Teresa mengutuk
aborsi dan generasi muda yang kecanduan obta-obatan, khususnya di
Barat. Di penghujung pidatonya, Teresa menyarankan agar pada hari
natal mendatang, kita seharusnya mengingatkan  dunia bahwa
"kebahagiaan yang memancar adalah nyata" karena Kristus ada di mana –
mana – Kristus ada di dalam hati kita, Kristus datang sebagai orang
miskin yang kita temui, Kristus dalam senyum yang kita berikan dan
senyum yang kita terima.

Kembali ke tiga bulan sebelumnya, dalam sebuah surat kepada seorang
kawan spiritual, Pendeta Michael Van Der Peet, yang baru sekarang
dibuka untuk publik, Teresa menulis dengan keakraban yang jenuh dengan
Kristus yang berbeda, Kristus yang tidak hadir. "Yesus memiliki rasa
cinta yang sangat khusus padamu.", ujar Teresa kepada Van Der Peet."
[Tapi] untukku – kesunyian dan kesunyaan (emptiness) begitu besar –
aku memandang tapi tidak melihat, mendengarkan tetapi tidak mendengar
[apapun] – lidahku bergetar [dalam doa] tetapi tidak berucap sepatah
kata pun…… Aku ingin kau berdoa untukku, bahwa aku membiarkanNya
memiliki tangan yang bebas.

Kedua pernyataan tersebut, berbeda waktu 11 minggu, sangatlah bertolak
belakang.  Pernyataan yang pertama adalah pernyataan yang sangat
tipikal dari seorang wanita sebagaimana dunia menilainya. Yang kedua,
tampak seolah-olah muncul dari sebuah drama eksistensialis tahun
1950-an. Kedua pernyataan ini menunjukkan suatu gambaran yang
mengejutkan akan kontradiksi diri – bahwa salah satu figur
 kemanusiaan
terbesar dalam 100 tahun terakhir, yang mana tindakannya yang
mengharukan tampak sangat erat dengan kedekatannya dengan Tuhan, yang
begitu sering terlihat dalam kesunyian diri dan dalam doa yang begitu
damai, dalam kehidupan nyata, menjalani kenyataan spiritual yang
berbeda, dan hidup dalam gurun yang gersang di mana Sang Kuasa telah
pergi.

Dan sesungguhnya, hal itu benar-benar terjadi. Sebuah buku yang diberi
judul Bunda Teresa : Datanglah Menjadi CahayaKu, merupakan kumpulan
surat-surat antara Teresa dengan pastur pengakuan dosa selama periode
lebih dari 66 tahun, menceritakan pengalaman spiritual yang kontras
dengan kehidupannya yang dikenal melalui perbuatannya. Surat-surat
tersebut, yang sebagian disimpan walau tidak berkenan dengan
permintaan Teresa (Teresa telah meminta agar surat-suratnya
dimusnahkan tetapi ditolak oleh otoritas gereja), mengungkapkan bahwa
pada paruh terakhir dari hampir separuh abad hidupnya, Teresa tidak
merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya -  atau, sebagaimana ditulis
oleh editor dan penghimpun surat-surat untuk buku tersebut, Pendeta
Brian Kolodiejchuk, "[Teresa tidak merasakanNya] baik dalam hatinya
maupun dalam ekaristi".

Hilangnya Tuhan dalam hidup Teresa tampaknya bermula sejak ia mulai
melayani kaum miskin di Calcutta, dan – kecuali untuk suatu masa 5
minggu pada tahun 1959, tidak pernah kembali. Meskipun acapkali tampak
gembira di depan publik, Teresa yang hidup dalam surat-suratnya hidup
dalam penderitaan yang dalam tiada henti. Dalam lebih dari 40 surat
yang belum pernah dipublikasikan, Teresa mengeluh akan "kekeringan",
"kegelapan", "kesepian" dan "siksaan" yang dialaminya. Ia
membandingkan penderitaannya dengan alam neraka, dan pada suatu titik
telah membuatnta ragu akan keberadaan surga, bahkan Tuhan. Teresa
sangat menyadari kesenjangan antara keadaan dirinya dengan di hadapan
publik. "Senyum itu", menurut Teresa, "adalah sebuah topeng atau
sebuah jubah yang menutupi segalanya". Demikian pula, ia sering kali
mempertanyakan dirinya apakah ia sedang menipu diri dengan kata-kata.
"Aku berucap seolah-olah hatiku sangat penuh cinta kepada Tuhan –
cinta yang begitu halus dan pribadi", ia menjelaskan kepada seorang
penasihat. "Jika anda berada [di sana], anda akan berkata, Begitu
Munafik." Menurut Pendeta James Martin, editor majalah Jesuit America
dan pengarang buku My Life with the Saints, sebuah buku yang membahas
keraguan Teresa pada tahun 2003 dalam uraian yang lebih singkat :
"Saya tidak pernah membaca kisah kehidupan seorang Suci di mana Sang
Santa menghadapi kegelapan batin yang begitu gulita. Tak seorangpun
yang tahu betapa menderitanya Teresa." Menurut Kolodiejchuk, editor
Datanglah Menjadi CahayaKu: "Saya membacakan satu surat kepada para
Saudari [dari Missionary of Charity], dan mereka hanya dapat terpana.
Ini akan memberikan seluruh dimensi baru akan pemahaman orang akan
dirinya."

Buku tersebut bukanlah merupakan hasil karya beberapa wartawan
investigasi yang tidak religius yang mengacak-acak tempat sampah untuk
mencari berkas-berkas milik Teresa. Kolodiejchuk, anggota senior
Missionary of Charity, adalah Postulator (Postulator adalah seseorang
yang mengajukan seseorang untuk dinyatakan sebagai Santo dalam Gereja
ka****k), yang bertanggung jawap atas petisi untuk pengangkatan Teresa
sebagai Santa dan mengumpulkan materi pendukung. (Sampai sejauh ini,
Teresa telah dinyatakan terberkati, satu langkah sebelum menjadi
Santa). Surat –surat tersebut dikumpulkan dalam rangka proses
tersebut.

Gereja mengantisipasi periode-periode tanpa perkembangan spiritual
tersebut. Jelasnya, mistik spanyol Santo Yohanes Salib pada abad 16,
menggunakan istilah "malam yang gelap" dari batin  untuk menggambarkan
suatu karakteristik dari tahapan dalam perkembangan para tokoh
spiritual. Kegelapan batin Teresa mungkin merupakan kasus yang paling
ekstensif yang pernah dicatat. ("periode kegelapan batin Santo Paulus
Salib berlangsung selama 45 tahun, walau ia akhirnya terpulihkan).
Kolodiejchuk melihatnya dalam konteks Santo Yohanes, kegelapan dalam
iman. Teresa menemukan jalan, dimulai sejak awal tahun 1960, untuk
hidup bersama hal itu, dan tidak mengabaikan kepercayaannya maupun
pekerjaannya. Kolodiejchuk menunjukkan bahwa buku tersebut merupakan
bukti akan kegigihan yang diisi oleh iman, yang menurutnya, adalah
tindakan Teresa yang paling heroik.

Dua tokoh ka****k yang sangat berbeda memprediksi bahwa buku ini akan
menjadi buku yang sangat penting. Pendeta Matthew Lamb, chairman dari
Universitas Ave Maria jurusan teologi di Florida, berpendapat bahwa
buku ini akan sejajar dengan buku Pengakuan karya Santa Augustin dan
Gunung Tujuh Tingkatan karya Thomas Merton , sebagai otobiografi
kebangkitan spiritual. Pendeta James Martin, editor majalah Jesuit,
yang lebih liberal, mengatakan buku tersebut sebagai bentuk pelayanan
baru dari Bunda Teresa, sebuah pelayanan dari bagian dalam
kehidupannya.", dan mengatakan, "Buku ini akan diingat sama pentingnya
dengan pelayannya bagi kaum miskin. Buku ini akan menjadi bentuk
pelayanan bagi orang-orang yang mengalami keraguan, ketidakhadiran
Tuhan dalam hidup mereka. Dan tahukan anda siapa mereka? Kita semua.
Orang Ateis, orang yang ragu, pencari, orang yang percaya, semua
orang."

Tidak semua penganut Ateis dan orang yang ragu akan setuju. Baik
Kolodiejchuk maupun Martin mengasumsikan ketidakmampuan Teresa untuk
melihat Kristus dalam hidupnya bukan berarti Kristus tidak hadir. Pada
hakikatnya, mereka melihat ketidakhadiranNya sebagai bagian dari
berkah ilahi yang memungkinkan Teresa melakukan pekerjaan besar. Akan
tetapi, bagi banyak penganut paham Ateis di Amerika Serikat, argumen
ini tampak tidak masuk akal. Mereka akan melihat Teresa dalam buku ini
lebih sebagai wanita yang sering digambarkan dalam lagu-lagu country
dan daerah barat Amerika Serikat yang masih tetap setia menunggu suami
mereka selama 30 tahun meskipun suami mereka pergi membeli rokok dan
tidak pernah kembali. Menurut Christopher Hitchens, pengarang The
Missionary Position, polemik seputar Teresa, dan perwujudan Atheisme
yang sedang populer, buku bertajuk God Is Not Great, "Teresa tidak
dapat dikecualikan lagi dari kenyataan bahwa agama adalah rekaan
manusia, ia tidak terkecuali dari orang lain, dan upayanya untuk
memperoleh kesembuhan [spiritual] dengan cara memperdalam imannya
hanya akan memperdalam lubang yang digali untuk dirinya sendiri." Di
lain pihak, bagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan semangat luar
biasa Bunda yang tersenyum, dapat mendiagnosa kondisinya bukan sebagai
berkah Tuhan tetapi sebagai upaya alam bawah sadar dalam bentuk
kerendahan hati yang paling radikal : Teresa menghukum dirinya sendiri
dengan figur yang   lemah untuk menyeimbangkan keberhasilannya yang
gemilang."

Datanglah Menjadi CahayaKu adalah sesuatu yang langka, sebuah
otobiografi yang disusun setelah Teresa meninggal, yang dapat
mengakibatkan pertimbangan ulang atas seorang figur publik – dengan
satu cara atau lainnya. Buku itu membuka pertanyaan tentang Tuhan dan
Iman, mesing penggerak di balik pencapaian yang gemilang, ketabahan
dalam cinta, ilahi dan manusia. Kenyataan bahwa surat-surat itu tidak
disusun dalam bentuk yang terstruktur dan dengan maksud tertentu
tetapi sebagai kumpulan catatan-catatan justru akan semakin meyakinkan
pembaca bahwa surat-surat tersebut benar-benar asli – dan bahwa
surat-surat itu sangat mengejutkan, menyentuh kehidupan sejati dalam
diri seorang Santa di jaman modern.

5
Diskusi Umum / POHON APEL & ANAK LELAKI
« on: 30 August 2007, 11:08:54 AM »
POHON APEL & ANAK LELAKI
 
 Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang
 senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang
 memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di
 keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel
 itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
 
 Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak
 lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia
 mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main
 lagi denganku," pinta pohon apel itu.
 
 "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak
 lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang
 untuk membelinya."
 
 Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi
 kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa
 mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. "
 
 Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang
 ada dipohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak
 lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
 
 Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang
 melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel.
 
 "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk
 keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau
 menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh
 menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.
 
 Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel
 itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia
 melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.
 Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
 
 Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
 sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku."
 kata pohon apel.
 
 "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup
 tenang.Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah
 kapal untuk pesiar?"
 
 "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku
 dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar
 dan bersenang-senanglah ."
 
 Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat
 kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi
 datang menemui pohon apel itu.
 
 Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
 
 "Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel
 lagi untukmu."
 
 "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu."
 jawab anak lelaki itu.
 
 "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata
 pohon apel.
 
 "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.
 
 "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan
 padamu.Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini."
 kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
 
 "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku
 hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah
 sekian lama meninggalkanmu. "
 
 "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat
 terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di
 pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."
 
 Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu
 sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
 
 Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua
 kita.Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu
 kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya
 datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.
 
 Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk
 memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda
 mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada
 pohon itu, tetapi kadang begitulah cara kita memperlakukan orang tua
 kita.
 
 Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang
 terpenting: cintailah orang tua kita.
 
 Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan
 berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya
 pada kita.
 

6
Waroeng English / Re: Buddhist Humour
« on: 29 August 2007, 02:18:00 PM »
Si Soleh, yang disayangi Tuhan,  datang menghadap-Nya.
 
“Tuhanku,” haturnya,

“mengapa paduka memberi Usman foto-Mu yang sama sekali berbeda dengan
 foto-Mu yang hamba potret langsung tempo hari?”, dalam nada protes.

“Bukan Aku yang memberinya. Dia sendirilah yang memotret-Ku ketika
 itu”, jawab Tuhan.

“Baiklah, Tuhan-ku.....Tapi kenapa Paduka mempertunjukkan wajah
 Paduka yang lain kepadanya, sehingga kami sempat bertengkar hebat
 karenanya?” gugat Soleh.   

“Anak-Ku....aku tak pernah memperlihatkan wajah yang lain kepada
 siapapun. Kamera kalianlah yang berbeda-beda.”   

7
Seperti kita sering katakan, bahwa manusia pada dasarnya beragama
untuk memuluskan harapan dan impian2 mereka. Ada yang mengharapkan
kesuksesan, ada yang mengharapkan kekayaan, ada yang mengharapkan
surga, dsb. Tetapi kala mereka tidak mendapatkan apa yang mereka
impikan, mereka mulai guncang, atau pun menyalahkan sesembahannya.
Atau manusia membuat berbagai macam dalih atas ketidak terkabulkannya
impian tersebut. Berbagai macam kambing hitam dicari.

Kita sebagai Buddhist yang mempraktekkan Dharma seringkali
mencemoohkan sikap orang beragama yang seperti itu. Tapi janganlah
kita bergembira dulu karena sudah mengerti atau melaksanakan Dharma
secara benar. Apabila kita merasa sombong, dan berbangga bahwa kita
lebih baik daripada 'mereka', disitu pulalah kita sebenarnya sudah
mulai terjatuh sebagai praktisi Dharma. Bila kita sudah merasa lebih
benar daripada orang lain, atau merasa bahwa orang beragama/ aliran
lain tidaklah sebaik agama/aliran kita, sadarlah bahwa kita belum
mempraktekkan Dharma secara benar. Kearogansian ini malah barangkali
bisa membawa kita kepada sikap takabur dan selanjutnya bila kebutaan
ini semakin menjadi-jadi dan kita tidak senantiasa waspada , menurut
saya bisa memerosotkan kita jatuh ke alam2 asura (cmiiw). Mengapa?
Alasan saya sederhana, alih-alih Dharma membuat kita menjadi semakin
sejuk dan damai, pembelajaran yg keliru itu membuat kita menjadi
semakin sombong, merasa benar sendiri, pemarah, gampang tersinggung,
intoleran, dsb.

Sudah selayaknya, kita belajar Dharma untuk mengurangi kemelekatan
pada sang 'aku'. Tetapi dalam perjalanan menghilangkan kemelekatan itu
--apalagi bila kita mendapatkan suatu insight /pencapaian tertentu--
kita seringkali semakin melekat kepada 'ketidakmelekatan' itu.
Bagaikan minum obat untuk menyembuhkan suatu penyakit, tetapi karena
overdosis justru menimbulkan efek samping yang lain.

Sudah semestinya --secara teori, dan saya akui saya sendiri baru
berjuang utk melaksanakannya -- bahwa kita bisa menjadi semakin rendah
hati dan menjadi bak pelayan kepada orang yang lain, terutama kepada
orang yang berbeda agama / aliran. Karena kala itu, dimana ego
materialistik / keduniawian kita sudah sedikit banyak ditundukkan,
tetapi disitulah ego kerohanian kita justru semakin menguat.
Saya hanya mengira-ira saja , bahwa sebenarnya, semakin tinggi praktek
Dharma seseorang, semestinyalah ybs merasa menjadi semakin rendah dan
tidak bisa apa-apa. Betulkah? (cmiiw).

8
Kafe Jongkok / Re: Cara PDKT yang 3B
« on: 27 August 2007, 10:33:44 AM »
Take her back buddy...   8)

*kaya di pelem" neh*  ;D

eitss tunggu dulu, mestinya kembali keperasaan si cowo, kl emang masih ada cinta, mgkn bisa dicoba, hehehe oreo kaleeee (dicoba)  :x

9
Kesempatan Berbuat Baik / ANTV Peduli
« on: 27 August 2007, 10:24:00 AM »
Ada program dari Antv yaitu membagikan buku kepada anak-anak yang membutuhkan di seluruh indonesia.
Program ini berlangsung mulai tgl. 1 August sampai 31 August.

Jika ada yang berminat untuk membantu dapat berupa dana (uang) ataupun langsung berupa buku.

- Silahkan jika ada yg ingin berdana ke rekening Mandiri Antv Peduli :
No. Rek: 124.009.601. 090.6 ( a/n Cakrawala Andalas )

- Jika ada yg ingin menyumbangkan buku-buku bekasnya silahkan ke Gramedia di kota anda,yang berlogo Satu Hati Indonesiaku.

- Dan Juga bisa melalui sms donasi dengan cara ketik Satu (spasi) Hati , dan kirim ke 7505 .( Tarif sms donasi max Rp.6600/sms. Hotline antv Satu Hati 021-5222086 ext.1000. http://donasi. depsos.go. id)

Mari bersama-sama mencerdaskan anak-anak Indonesia dengan belajar dari membaca buku.

Semoga info ini bermanfaat.

Semoga semua mahkluk Berbahagia.



10
Lowongan / Re: LOWONGAN ACCOUNTING untuk kota JAMBI
« on: 27 August 2007, 10:15:00 AM »
Dibutuhkan segera Accounting:
~ wanita
~ Pendidikan min. S1 Accounting
~ Pengalaman kerja min. 2 tahun
~ Menguasai 'Accounting System'
~ Menguasai Perpajakan
~ Lancar meng-operasikan komputer

Untuk kota: JAMBI (perhatian!!!)

Jika ada yang berminat tolong hubungi saya via email: willibordus [at] gmail.com


btw, willi sendiri org jambi yach?? kok lowongannya disana?
kebetulan g jg org jambi, huhh jadi rindu pulkam, huahhahahaha
jambi tmp masa2 kejayaan g , huhahaahhaa

11
Perkenalan / Re: SINGLE BUDDHIS
« on: 27 August 2007, 10:09:38 AM »
sip..sip, ajakin anak2 KMBD Binus ;D
kenal ama harta dunk ^-^

g bukan warga KMBD, jadi kurang mengenal, apalagi yg namanya "Harta"
hehehehehehehe :)

12
Perkenalan / Re: SINGLE BUDDHIS
« on: 27 August 2007, 10:05:15 AM »
Pooh: nodain kita donG  :x  :x

??? bearti belum pake rinso dunk???

13
Perkenalan / Re: Salam Perkenalan dr POOH
« on: 27 August 2007, 09:54:01 AM »
gk arh...gk mao yg kenal dari cyber world haha..ngeri..

maksud looo???  :P

14
Perkenalan / Re: SINGLE BUDDHIS
« on: 24 August 2007, 03:18:20 PM »
Haaaiiizzz, setelah nyasar disana sini, akhirnya masuk juga ke topik ini, huuuuh penuh perjuangann hehehe

halooo semuaaa
namaku : Nurmetty
panggil aja "PUH" ato "POOH"

25/F/Single (dalam Pencarian....) jujur bangeet yach

saat ini nge kos di sekitar Binus
kerjaanku di : PT Anabatic (Perusahaan IT/s/w, h/w, server, aplikasi, IT Solutions)
ym dan fs : metty_huang [at] yahoo.com

kayaknya biodatanya cukup lengkap, tapi kl ada yg masih penasaran bisa ditanyakan lagi lewat forum ini atau ym..okaaay. :)

15
Perkenalan / Salam Perkenalan dr POOH
« on: 24 August 2007, 02:30:13 PM »
Salam kenal Buat semua User di Forum Dhamma citta....
panggilanku "Pooh"
25/F/Jakarta Barat (tepatnya di Binus)
alias anak kos..hehehheheee :)

Pages: [1]
anything