sebenarnya maksud dr bro ryu, selama kita tidak ehipasiko secara pribadi, maka semua yg kita ketahui hanya sebatas "percaya" saja (levelnya) ato dengan kata lain disebut "mengimani"
arti "iman" itu sendiri berarti kita menerima suatu pendapat/teori secara langsung karena mempercayai nya kebenarannya berdasarkan catatan sejarah tertulis/lisan, walaupun kita tidak mengetahui secara pasti apakah itu betul" kebenaran ato sekedar teori/pendapat karya imajinasi yg tidak pernah terbukti...
bagi saya "iman" didalam buddhism itu tidak ada, namun bisa ada karena pola pikir dr umat nya sendiri... buddhism merupakan agama yg didasarkan pada learning by doing... belajar dan praktekan, disitu kita akan mengerti arti kata "ehipasiko" (datang dan buktikan)... bagi saya, semua teori yg tertulis maupun yg lisan, hanya sejarah/pelajaran/teori yg perlu dipraktekan, semua itu tidak mutlak salah 100% jg tidak mutlak benar 100% untuk itu ehipasiko di perlukan, tidak perlu mempelajari dhamma keseluruhan 84.000 kelompok dhamma, tp cukup 1 tp di buktikan, itu jauh lebih indah, pada saat itu kita udah lepas dr kata "asal percaya" atau "iman"
sekali lg itu pendapat aa'tono jd mau positif thingking ato apa, tetap tidak akan merubah keadaan, dengan mengerti ada nya alam sugati dan dukati tidak akan merubah perbuatan manusia secara mutlak, yg ada hanya menimbulkan imajinasi membayang"kan kehidupan enak di alam sugati dan menjadi ketakutan/kengerian di alam dukati... seorang penjahat yg ngerti alam neraka aja blom tentu bisa merubah dia untuk takut melakukan kejahatan koq... think realistic...