3 jenis aktivitas kehendak adalah penyebab munculnya kehidupan baru.
[…] mereka adalah modal bagi terbentuknya kehidupan baru.
Melalui proses alami ‘dorongan’, yaitu, 4 samangità, yang telah dijelaskan di atas,
sebuah kehendak atas hasil yang bersesuaian.
Dalam kehidupan baru di mana kesadaran hasil muncul,
kesadaran ini menguasai total sepanjang kehidupan tersebut.
Penyair menyebutnya, “Majikannya,”
karena ini adalah faktor utama dari semua fenomena batin,
seperti halnya unsur panas yang merupakan faktor utama dari semua fenomena fisik.
Kesadaran hasil, terdiri dari 6 jenis, yaitu,
kesadaran mata, kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, kesadaran badan, dan kesadaran pikiran,
karena terdapat 6 pintu indria, yaitu, mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran.
Kesadaran mata adalah kesadaran tertinggi di pintu mata,
kesadaran telinga adalah kesadaran tertinggi di pintu telinga,
kesadaran hidung adalah kesadaran tertinggi di pintu hidung,
kesadaran lidah adalah kesadaran tertinggi di pintu lidah,
kesadaran badan adalah kesadaran tertinggi di pintu badan,
dan kesadaran pikiran adalah kesadaran tertinggi di pintu pikiran.
Keunggulan 6 jenis kesadaran ini dapat dimengerti sebagai berikut.
Ambil kesadaran-mata sebagai contoh.
Ketika seorang pangeran yang berkuasa muncul,
ia memiliki pengikut, tahta dan segala perlengkapannya di bawah kekuasaannya,
demikian pula saat kesadaran tertentu muncul,
7 kelompok batin muncul bersamaan dengannya
yang memungkinkannya berfungsi dengan benar,
melayaninya bagaikan para pengikut pangeran.
Landasan-mata atau pintu-mata adalah bagaikan singgasana pangeran.
Kepekaan-mata adalah bagaikan perlengkapan pangeran.
Bagaikan pangeran yang menjadi penguasa tertinggi di antara para pengikut dan perlengkapannya,
demikian pula kesadaran-mata menikmati sepenuhnya objek-objek terlihat.
Prinsip yang sama berlaku pada (lima) jenis kesadaran lainnya.
Aktivitas harian seseorang, jika dianalisis dalam makna tertinggi,
terdiri atas hanya 6 jenis kesadaran-indria,
yaitu, melihat, mendengar, mengecap, mencium, menyentuh, dan berpikir atau mengenali.
Itulah sebabnya semua aktivitas fisik, ucapan, dan pikiran yang dilakukan sepanjang hari adalah berada dalam wilayah 6 jenis kesadaran ini.
Karena semua aktivitas manusia sepanjang hari, bulan dan tahun dari kehidupannya didominasi oleh 6 jenis kesadaran ini,
maka muncullah miskonsepsi atas identitas diri seperti, aku, dia, manusia, dewa
dan gagasan-gagasan diri seperti “Aku melihat,” “Aku mendengar,” “Aku mencium,” “Aku menyentuh,” “Aku mengenali,” atau “Dia melihat,” “Dia mendengar,” dst.
Ketika miskonsepsi ini muncul, maka individu tersebut sedang mengarah menuju kehidupan berikutnya di 4 alam sengsara apàya.
Semua ini adalah karena 6 jenis kesadaran tadi.
~RAPB 2, pp. 2367-2368~